Soba

(1)

SOBA

KERTAS KARYA

Dikerjakan

O L E H

WAHYU HIDAYAT NIM 072203036

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS SASTRA PROGRAM PENDIDIKAN NON-GELAR SASTRA BUDAYA

BIDANG STUDI BAHASA JEPANG MEDAN

2010


(2)

SOBA

KERTAS KARYA

Dikerjakan

O L E H

WAHYU HIDAYAT NIM 072203036

Pembimbing Pembaca

Drs. Nandi. S

NIP. 19600822 198803 1 002 NIP. 19620727 198903 2 005 Adriana Hasibuan, S.S.M.Hum

Kertas karya ini diajukan kepada panitia ujian pendidikan Non-Gelar Fakultas Sastra USU Medan, untuk melengkapi salah satu syarat ujian Diploma III Bidang Studi Bahasa Jepang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS SASTRA PROGRAM PENDIDIKAN NON-GELAR SASTRA BUDAYA

BIDANG STUDI BAHASA JEPANG MEDAN

2010


(3)

Disetujui Oleh:

Program Diploma Bahasa Jepang

Fakultas Sastra

Universitas Sumatera Utara

Medan

Program Studi D3 Bahasa

Jepang

Ketua,

Adriana Hasibuan,S.S.M.Hum

NIP. 19620727 198903 2 005

Medan, Juli 2010


(4)

PENGESAHAN

Diterima Oleh:

Panitia Ujian Program Pendidikan Non-Gelar Sastar Budaya Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan, untuk Melengkapi Salah satu syarat Ujian Diploma III Bidang Studi Bahasa Jepang

Pada : Tanggal : Hari :

Program Diploma Sastra Budaya Fakultas Sastra

Universitas Sumatera Utara

Dekan,

NIP. 19650909 1994031 007 Prof. Drs. Syaifuddin, M.A, Ph.d

Panitia:

No. Nama Tanda Tangan

1. Adriana Hasibuan, S.S,M.Hum ( )

2. Drs. Nandi. S ( )

3. Adriana Hasibuan, S.S,M.Hum ( )


(5)

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadiran Allah SWT atas berkah dan rahmat-Nya Penulis dapat menyelesaikan kertas karya yang berjudul “SOBA”.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, dan masih terdapat kekurangan dari tata bahasa maupun isi pembahasan. Dengan kerendahan hati penulis menyambut kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan kertas karya ini.

Dalam penulisan kertas karya ini, penulis banyak menerima bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini Penulis

menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga, terutama:

1. Bapak Prof.Drs. Syaifuddin, M.A.Ph.d, selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Adriana Hasibuan, SS.M.Hum, selaku Ketua Jurusan Bahasa Jepang

Universitas Sumatera Utara.

3. Drs. Nandi.S, selaku Dosen Pembimbing yang dengan ikhlas telah

meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan kepada Penulis sehingga dapat menyelesaikan kertas karya ini.

4. Ibu Adriana Hasibuan,S.S.M.Hum, selaku Dosen Pembaca.

5. Ibu Adriana Hasibuan,S.S.M.Hum, selaku Dosen Wali.

6. Bapak dan Ibu Dosen Bahasa Jepang, yang dengan ikhlas memberikan

bimbingan dan pengarahan kepada Penulis selama menjadi mahasiswa.

7. Dari semuanya, yang teristimewa buat Orang Tua, Ayahanda Alm.

Asrahadi, SH dan Ibunda Dahriah Rahim, yang telah mencurahkan tenaga,


(6)

ii

memberikan semangat, dam sumbangan serta jernih payahnya untuk menjadikan Penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini dengan baik.

8. Buat Abangda Mhd. Miftah Habibi, Kakanda Khalida Juniarti dan Adinda

Adi Guna Sakti yang selalu menghibur serta memberikan semangat kepada Penulis.

9. Yang Terkasih Novi (Onenk) yang selalu memberikan semangat dan

dukungan kepada Penulis dalam menyelesaikan Kertas Karya ini dengan baik.

10.Buat teman-teman Mahasiswa Fakultas Sastra Jurusan Bahasa Jepang Universitas Sumatera Utara. Terutama Yoninsu O2 buat dukungan dan semangatnya.

11.Buat para sepupu yang dengan ikhlas memberikan doa dan dukungannya.

Medan, Juli 2010

WAHYU HIDAYAT NIM 072203036


(7)

iii DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...iii

BAB I Pendahuluan 1.1. Alasan Pemilihan Judul...1

1.2. Tujuan Penulisan...1

1.3. Batasan Masalah...2

1.4. Metode Penulisan...2

BAB II Gambaran Umum Tentang Soba 2.1. Sejarah Soba...3

2.2. Jenis-jenis Soba...4

BAB III Cara Pembuatan Soba 3.1. Bahan-bahan Pembuatan Soba...6

3.2. Cara Pembuatan Soba...8

3.3. Cara Penyajian Soba...9

BAB IV Kesimpulan dan Saran 4.1. Kesimpulan...13

4.2. Saran...13

DAFTAR PUSTAKA...14


(8)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1Alasan Pemilihan Judul

Banyak hal menarik yang dapat kita ketahui dari kebudayaan Jepang. Upacara minum teh (chanoyu), pakaian tradisional Jepang, teater Jepang seperti kabuki, perayaan tahun baru, serta makanan Jepang.

Makanan merupakan salah satu keunikan kebudayaan Jepang. Salah satunya adalah soba. Dimulai dari sejarah masuknya soba ke Jepang, cara pembuatan bahkan cara penyajian memiliki keunikan tersendiri. Yang dimaksud dengan soba adalah mie yang berbahan dasar buckwheat (gandum hitam).

Oleh karena itu, dalam penulisan kertas karya ini penulis mencoba membahas

soba yang merupakan salah satu keunikan tradisi kebudayaan Jepang.

1.2Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan kertas karya ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan salah satu makanan Jepang

yaitu soba.

2. Untuk mengetahui bahwa makanan juga dapat menjadi salah satu sarana

penghubung Diplomatik antar Negara.

3. Untuk melengkapi salah satu persyaratan lulus Program Studi D3 Bahasa

Jepang Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.


(9)

2 1.3 Batasan Masalah

Masalah yang dibahas dalam kertas karya ini hanya meliputi sejarah soba, jenis-jenis soba, bahan-bahan soba, serta cara pembuatan dan penyajian soba. 1.4 Metode Penulisan

Metode yang digunakan adalah metode kepustakaan, yaitu dengan membaca referensi yang berhubungan dengan pembahasan soba.


(10)

3 BAB II

GAMBARAN UMUM TENTANG SOBA

2.1 Sejarah Soba

Soba merupakan mie yang terbuat dari buckwheat (gandum hitam), yang

orang Jepang sebut sebagai soba. Orang Jepang sangat menyukai mie soba dan sudah menjadi tradisi, sehingga ada mie soba yang dimakan dimalam tahun baru (toshikoshi-soba). Selain itu juga terdapat tradisi memakan soba sewaktu pindah rumah. Soba yang dimakan untuk merayakan tempat tinggal yang baru disebut

hikoshi-soba (soba pindahan).

Di Jepang sendiri pembuatan mie yang disebut soba, baru dimulai sekitar abad ke-17. Soba bisa masuk ke Jepang melalui Pulau Tsushima yang dibawa oleh Korea. Kemudian soba berkembang dengan baik di Hokkaido dan diwilayah Jepang yang lain.

Dizaman dahulu, mie yang terbuat dari tepung buckwheat disebut sobakiri. Catatan tertua tentang tepung buckwheat yang disebut mie (sobakiri) tertulis dalam buku catatan Kuil Joushou-ji, desa Oukuwa, prefektur Nagano. Sewaktu kuil selesai direnovasi pada tahun 1574, sobakiri termasuk kedalam daftar barang sumbangan yang diterima untuk penyelenggaraan selamatan.

Soba mengalami popularitas pada zaman pemerintahan Edo pada masa

keshogunan Ieyashu Tokugawa. Penyebaran soba sendiri banyak diperankan oleh penjual soba (soba-ya). Menjual soba pada masa itu dengan cara berdagang secara kaki lima. Ditahun 1686, keshogunan Edo melarang pedagang kaki lima seperti pedagang soba berkeliling membawa kompor.


(11)

4

Kemudian cara penjualan soba berkembang menjadi kios di berbagai stasiun kereta api. Bahkan juga berkembang menjadi layanan pesan antar.

Dizaman dahulu, pengantar soba mengantarkan pesanan dengan berjalan kaki atau kalau perlu sambil berlari. Soba dibawa didalam kotak kayu yang disebut

okamochi. Seusai perang dunia II, pengantar soba mulai menggunakan sepeda

atau sepeda motor. 2.2 Jenis-jenis Soba

Jenis-jenis soba juga mengalami perkembangan . Dimulai dari tepung

buckwheat yang dinikmati sebagai sobagaki, yaitu tepung yang di encerkan

dengan air panas dan di bentuk seadanya. Sampai sekarang sudah mempunyai jenis-jenis soba yang bisa dinikmati dengan berbagai sajian. Adapun jenis-jienis soba yang mengalami perkembangan sebagai berikut :

1. Soba Segar

Setelah dipotong-potong, soba ditaburi tepung agar tidak lengket dan dimasukkan kedalam kantong plastik.

2. Soba Kering

Soba segar yang dikeringkan dengan udara panas, di jual dalam kantong

plastik.

3. Soba Rebus

Soba dalam kemasan siap saji, satu set dengan saus, daun bawang, dan juga

sering disertai tempura atau aburage.


(12)

5

4. Soba Instan

Soba dikeringkan dengan udara panas atau digoreng, sebelum dimakan tinggal

diseduh dengan air panas

5. Soba Beku

Soba segar yang dibekukan dan dijual sebagai makanan beku di Pasar

Swalayan Besar.


(13)

6 BAB III

CARA PEMBUATAN SOBA

3.1 Bahan-bahan Pembuatan Soba

Setiap jenis makanan akan mengalami perkembangan sesuai dengan kemajuan unsur-unsur bahan makanan, termasuk juga soba yang mengalami perkembangan. Bahan baku dalam pembuatan soba adalah tepung buckwheat (gandum hitam) dan air daging. Dan sesuai dengan perkembangan zaman, soba dikombinasikan dengan beberapa variasi baru dari segi rasa maupun tekstur. Bahan-bahan tambahan dalam pembuatan soba adalah :

1. Ikan Tongkol

Ikan tongkol merupakan bahan tambahan yang paling sering digunakan dalam pembuatan soba. Dengan fermentasi selama 4 bulan atau di ungkep dengan suhu tinggi selam 7 – 8 menit. Ikan tongkol yang digunakan haruslah segar dan didatangkan dari barat.

2. Sayur Gobo

Sayur ini hanya bisa didapatkan pada bulan Mei sampai bulan Februari. Sayur

gobo merupakan bahan pendamping buckwheat yang bisa memberikan rasa

unik pada mie.

3. Lobak

Lobak banyak mengandung vitamin C. Lobak biasa dicampur dengan air daging dan akan mendapatkan rasa yang manis.


(14)

7

4. Kamaboko

Kamaboko adalah ikan yang sudah diolah. Biasanya ikan yang digunakan

adalah ikan salami. Rasa yang dihasilkan oleh kamaboko beragam, tergantung bahan campuran pada saat diolah.

5. Konbu, Nori, Wakame

Konbu, nori dan wakame adalah jenis rumput laut. Ketiga bahan tersebut

biasanya diolah dengan ubi mentah dan bisa juga dicampur dengan air daging.

6. Mirin

Mirin adalah sake manis, mempunyai tekstur yang lembut. Mirin biasa

dicampur dengan saus kedelai, yang memberikan rasa manis pada soba.

7. Miso

Miso adalah bumbu yang terbuat dari kacang kedelai. Rasa miso bermacam-

macam seperti manis. sedikit asin, dan asin. Digunakan pada soba sesuai dengan selera.

8. Buah talas (keladi)

Buah talas ( keladi) berbentuk seperti kentang. Mempunyai rasa yang manis, dan diolah seperti lobak.

9. Natto

Natto adalah kacang kedelai yang diragi, berbentuk seperti caramel. Tidak

dapat digunakan selalu pada soba.

10.Okara

Okara adalah ampas tahu, yang dapat memberikan aroma harum pada soba.


(15)

8 11.Tepung tapioka

Tepung tapioka biasa digunakan untuk mengentalkan kuah soba. Biasanya digunakan 1 sendok teh sampai 1 ½ sendok teh.

12.Ikura

Ikura adalah telur dari ikan salmon. Biasa digunakan di Negara-negara Eropa.

Biasa digunakan pada soba sushi sebagai toppingnya. 13.Jamur

Ada dua jenis jamur yang digunakan, yaitu jamur putih da hitam (cokelat). Jamur dapat memberikan aroma yang kuat pada soba.

14.Tahu

Ada dua jenis tahu yang digunakan pada soba, yaitu aburi-age dan usu-age. Pada penyajian soba, tahu biasa dicampur dengan telur.

15.Jeruk limau Jepang

Jeruk limau biasa dicampur dengan air daging. Limau dapat memberikan aroma yang segar pada soba.

3.2 Cara Pembuatan Soba

Secara tradisional, soba dibuat dari buckwheat (gandum hitam) yang digiling dengan tangan menggunakan penggilingan dari batu bundar yang dapat diputar. Tepung yang keluar dari celah batu penggilingan dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam wadah lebar dari kayu untuk diaduk.

Tepung dicampur dengan air dan diaduk hingga berbentuk adonan yang bisa dilebarkan. Adonan lalu dipindahkan ke atas meja kayu yang sudah ditaburi


(16)

9

tepung, kemudian dilebarkan dengan bantuan batang penggilas dan batang penggulung dari kayu. Bila sudah tipis, lembaran adonan dipindahkan ke atas talenan untuk dipotong-potong dengan pisau khusus. Lebar soba yang dihasilkan harus seragam (sekitar 1-2 mm), sehingga penggaris kayu (komaita) digunakan untuk mengukur lebar mie. Setelah dipotong-potong, soba direbus dan dicuci dengan air lalu didinginkan terlebih dahulu sebelum dihidangkan.

Pembuatan soba secara tradisional perlu banyak latihan dan pengalaman. Langkah-langkah pembuatan harus diikuti dengan cermat, karena rasa soba bisa berbeda bergantung keterampilan orang yang membuat. Bahkan tidak jarang ditemui orang yang selalu berusaha menyempurnakan keterampilan membuat soba dan menjadikannya sebagai hobi.

Di era yang serba canggih seperti sekarang ini, pembuatan soba pun mengalami perkembangan. Selain menggunakan cara tradisional, pembuatan soba bahkan sudah menggunakan teknologi mesin. Dengan menggunakan mesin, rasa soba yang dihasilkan tidak sama dengan cara tradisional. Sehingga masih banyak pembuat soba yang masih sering menggunakan cara trdisional. Karena soba yang dihasilkan memiliki rasa yang khas dan juga merupakan salah satu hobi dan kesukaan bagi para pembuatnya.

3.3Cara Penyajian Soba

Tidak hanya bahan-bahan, dan teknik pembuatan, bahkan soba juga mempunyai cara penyajian. Hal inilah yang merupakan salah satu keunikan dari

soba. Sewaktu dimakan, soba biasanya boleh seruput hingga mengeluarkan

suara.


(17)

10

Cara makan seperti ini merupakan pujian kepada juru masak bahwa makanan yang dimasaknya enak.

Setelah direbus, soba dihidangkan di atas seiro atau zaru (piring persegi dari anyaman bambu atau kayu). Soba dimakan dengan cara menyelupnya terlebih dahulu kedalam saus yang disebut soba tsuyu. Cara makan seperti ini disebut Tsukemen (mie celup) dan parutan wasabi, lobak, atau jahe yang sering ditambahkan ke dalam saus sebagai penyedap. Di daerah Kansai, saus sering ditambah dengan kocokkan telur burung punyuh atau telur ayam mentah. Air rebusan soba (soba-yu) yang berwarna keruh sering dihidangkan untuk diminum seperti sup.

Cara penyajian soba ada 2 macam, yaitu sebagai berikut: 1. Cara Penyajian Dingin

a. Morisoba

Soba dingin yang dihidangkan di atas piring dari anyaman bambu, sebelum

makan, terlebih dahulu dicelup ke dalam saus yang bercampur mirin.

b. Zarusoba

Cara penyajiannya mirip marisoba tetapi menggunakan saus yang dicampur dengan gula sebagai pemanis, dan kadang-kadang ditaburi nori yang dipotong kecil-kecil.

c. Tensuke-soba

Soba dingin yang dihidangkan bersama Tempura di piring terpisah.

d. Kamo-seiro


(18)

11

Marisoba yang dihidangkan bersama saus berisi potongan daging bebek.

2. Cara Penyajian Hangat

a. Kakesoba

Soba kuah didalam mangkuk besar (donburi). Daun bawang, bubuk cabai

(hichimi-tougarashi) atau potongan kecil kulit jeruk sering ditambahkan sebagai penyedap.

b. Tsukesoba

Setelah direbus, soba disajikan di atas nampan kecil (zaru). Soba dimakan setelah dicelup ke dalam kuah hangat yang disebut nuki, dan sering disertai lauk daging bebek.

c. Kitsune-soba

Soba kuah dengan lauk aburage yang dimasak dengan kuah.

d. Tanuki-soba

Soba kuah yang diatasnya diberi taburan Tenkasu. Kata tanuki dalam tanuki-soba bukan berarti anjing rakun (tanuki), tetapi berasal dari kata tane-nuki

(tanpa lauk). Tanuki-soba hanya dikenal di daerah Kanto, sedangkan makanan yang sama di daerah Kansai disebut Haikara-soba (high-color soba).

e. Tsukimi soba

Soba kuah dengan tambahan telur mentah. Disebut tsukimi (bulan purnama)

karena merah telur terlihat seperti bulan purnama.

f. Tororo soba (Yamakake soba)


(19)

12

Soba kuah dengan tambahan putih telur dan parutan umbi Yama-imo.

Diatasnya sering ditambahkan kuning telur mentah sebagai hiasan.

g. Tempura soba

Soba kuah dengan tambahan tempura diatasnya. Sejak pertengahan zaman

Edo sudah dikenal soba kuah dengan tempura udang yang besar dan kakiage bercampur daging kerang.

h. Kare namban

Soba kuah kari dengan kuah yang dibuat dari dashi (air daging) yang

ditambah bubuk kari dan dikentalkan dengan tepung.

i. Tori namban

Soba kuah lauk daging bebek.

j. Niku soba

Soba kuah dengan lauk daging sapi atau daging babi.

k. Nameko soba

Soba kuah yang berisi jamur Nameko (Pholiota nameko) atau berbagai jenis

jamur lain.

l. Okame soba

Soba kuah dicampur dengan berbagai macam lauk yang disusun meriah

seperti Okame (perempuan dengan rias wajah komikal).

m. Hanamaki soba

Soba kuah dengan nori diatasnya.


(20)

13 BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

1. Soba merupakan makanan yang berbahan dasar tepung Buckwheat

(gandum hitam).

2. Sesuai dengan perkembangan zaman, jenis-jenis soba juga mengalami

perkembangan, mulai dari yang paling sederhana sampai soba dengan bahan tambahan.

3. Cara pembuatan soba sampai sekarang masih banyak yang menggunakan

metode Tradisional.

4. Cara penyajian soba merupakan salah satu keunikan tersendiri tergantung pada kesukaan pembuat soba maupun penikmat soba.

4.2 Saran

Kepada para pembaca diharapkan memahami bahwa makanan soba juga mempunyai sejarah, cara membuat bahkan cara penyajian yang khusus. Karena dengan mengetahui hal-hal tersebut maka cara menikmati soba pun akan terasa lebih nikmat.


(21)

14

DAFTAR PUSTAKA

De Jong, H. 1972. Buckwheat. Field Crop Abstracts 25 no. 3.

Fujimura, Masao. 1980. Soba no Gijitsu (Soba Technique). Tokyo : Shokuhin Shuppansha.

Takase, Reibun. 1983. Soba no Hon (The Book of Soba). Tokyo : Bunka Shuppon Kyoku.

http://www.wikipedia.co.id


(1)

tepung, kemudian dilebarkan dengan bantuan batang penggilas dan batang penggulung dari kayu. Bila sudah tipis, lembaran adonan dipindahkan ke atas talenan untuk dipotong-potong dengan pisau khusus. Lebar soba yang dihasilkan harus seragam (sekitar 1-2 mm), sehingga penggaris kayu (komaita) digunakan untuk mengukur lebar mie. Setelah dipotong-potong, soba direbus dan dicuci dengan air lalu didinginkan terlebih dahulu sebelum dihidangkan.

Pembuatan soba secara tradisional perlu banyak latihan dan pengalaman. Langkah-langkah pembuatan harus diikuti dengan cermat, karena rasa soba bisa berbeda bergantung keterampilan orang yang membuat. Bahkan tidak jarang ditemui orang yang selalu berusaha menyempurnakan keterampilan membuat soba dan menjadikannya sebagai hobi.

Di era yang serba canggih seperti sekarang ini, pembuatan soba pun mengalami perkembangan. Selain menggunakan cara tradisional, pembuatan soba bahkan sudah menggunakan teknologi mesin. Dengan menggunakan mesin, rasa soba yang dihasilkan tidak sama dengan cara tradisional. Sehingga masih banyak pembuat soba yang masih sering menggunakan cara trdisional. Karena soba yang dihasilkan memiliki rasa yang khas dan juga merupakan salah satu hobi dan kesukaan bagi para pembuatnya.

3.3Cara Penyajian Soba

Tidak hanya bahan-bahan, dan teknik pembuatan, bahkan soba juga mempunyai cara penyajian. Hal inilah yang merupakan salah satu keunikan dari soba. Sewaktu dimakan, soba biasanya boleh seruput hingga mengeluarkan suara.


(2)

Cara makan seperti ini merupakan pujian kepada juru masak bahwa makanan yang dimasaknya enak.

Setelah direbus, soba dihidangkan di atas seiro atau zaru (piring persegi dari anyaman bambu atau kayu). Soba dimakan dengan cara menyelupnya terlebih dahulu kedalam saus yang disebut soba tsuyu. Cara makan seperti ini disebut Tsukemen (mie celup) dan parutan wasabi, lobak, atau jahe yang sering ditambahkan ke dalam saus sebagai penyedap. Di daerah Kansai, saus sering ditambah dengan kocokkan telur burung punyuh atau telur ayam mentah. Air rebusan soba (soba-yu) yang berwarna keruh sering dihidangkan untuk diminum seperti sup.

Cara penyajian soba ada 2 macam, yaitu sebagai berikut:

1. Cara Penyajian Dingin

a. Morisoba

Soba dingin yang dihidangkan di atas piring dari anyaman bambu, sebelum makan, terlebih dahulu dicelup ke dalam saus yang bercampur mirin.

b. Zarusoba

Cara penyajiannya mirip marisoba tetapi menggunakan saus yang dicampur dengan gula sebagai pemanis, dan kadang-kadang ditaburi nori yang dipotong kecil-kecil.

c. Tensuke-soba

Soba dingin yang dihidangkan bersama Tempura di piring terpisah. d. Kamo-seiro


(3)

Marisoba yang dihidangkan bersama saus berisi potongan daging bebek.

2. Cara Penyajian Hangat

a. Kakesoba

Soba kuah didalam mangkuk besar (donburi). Daun bawang, bubuk cabai (hichimi-tougarashi) atau potongan kecil kulit jeruk sering ditambahkan sebagai penyedap.

b. Tsukesoba

Setelah direbus, soba disajikan di atas nampan kecil (zaru). Soba dimakan setelah dicelup ke dalam kuah hangat yang disebut nuki, dan sering disertai lauk daging bebek.

c. Kitsune-soba

Soba kuah dengan lauk aburage yang dimasak dengan kuah. d. Tanuki-soba

Soba kuah yang diatasnya diberi taburan Tenkasu. Kata tanuki dalam tanuki-soba bukan berarti anjing rakun (tanuki), tetapi berasal dari kata tane-nuki (tanpa lauk). Tanuki-soba hanya dikenal di daerah Kanto, sedangkan makanan yang sama di daerah Kansai disebut Haikara-soba (high-color soba).

e. Tsukimi soba

Soba kuah dengan tambahan telur mentah. Disebut tsukimi (bulan purnama) karena merah telur terlihat seperti bulan purnama.


(4)

Soba kuah dengan tambahan putih telur dan parutan umbi Yama-imo. Diatasnya sering ditambahkan kuning telur mentah sebagai hiasan.

g. Tempura soba

Soba kuah dengan tambahan tempura diatasnya. Sejak pertengahan zaman Edo sudah dikenal soba kuah dengan tempura udang yang besar dan kakiage bercampur daging kerang.

h. Kare namban

Soba kuah kari dengan kuah yang dibuat dari dashi (air daging) yang ditambah bubuk kari dan dikentalkan dengan tepung.

i. Tori namban

Soba kuah lauk daging bebek. j. Niku soba

Soba kuah dengan lauk daging sapi atau daging babi. k. Nameko soba

Soba kuah yang berisi jamur Nameko (Pholiota nameko) atau berbagai jenis jamur lain.

l. Okame soba

Soba kuah dicampur dengan berbagai macam lauk yang disusun meriah seperti Okame (perempuan dengan rias wajah komikal).


(5)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

1. Soba merupakan makanan yang berbahan dasar tepung Buckwheat (gandum hitam).

2. Sesuai dengan perkembangan zaman, jenis-jenis soba juga mengalami perkembangan, mulai dari yang paling sederhana sampai soba dengan bahan tambahan.

3. Cara pembuatan soba sampai sekarang masih banyak yang menggunakan metode Tradisional.

4. Cara penyajian soba merupakan salah satu keunikan tersendiri tergantung pada kesukaan pembuat soba maupun penikmat soba.

4.2 Saran

Kepada para pembaca diharapkan memahami bahwa makanan soba juga mempunyai sejarah, cara membuat bahkan cara penyajian yang khusus. Karena dengan mengetahui hal-hal tersebut maka cara menikmati soba pun akan terasa lebih nikmat.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

De Jong, H. 1972. Buckwheat. Field Crop Abstracts 25 no. 3.

Fujimura, Masao. 1980. Soba no Gijitsu (Soba Technique). Tokyo : Shokuhin Shuppansha.

Takase, Reibun. 1983. Soba no Hon (The Book of Soba). Tokyo : Bunka Shuppon Kyoku.