Tugas dan Kewenangan KPPU dalam Menjaga Iklim Persaingan Perusahaan

53

B. Tugas dan Kewenangan KPPU dalam Menjaga Iklim Persaingan Perusahaan

asunransi di Indonesia . Dalam konteks ketatanegaraan Komisi Pengawas Persaingan Usaha KPPU merupakan lembaga negara komplementer state auxiliary organ yang mempunyai wewenang berdasarkan UU No.5 tahun 1999 untuk melakukan penegakan hukum persaingan usaha. Secara khusus pembentukan Komisi Pengawas Persaingan Usaha KPPU bertujuan untuk menjamin iklim usaha yang kondusif, dengan adanya persaingan yang sehat memberikan kesempatan usaha yang sama bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah, dan pelaku usaha kecil. Selain itu komisi ini dibentuk untuk mendorong terciptanya efisiensi dan efektivitas dalam kegiatan usaha. 75 Dalam Pasal 35 UU No.5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat menentukan bahwa tugas KPPU terdiri dari : a. Melakukan penilaian terhadap perjanjian yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat sebagaimana diatur dalam Pasal 4 sampai dengan Pasal 16; b. Melakukan penilaian terhadap kegiatan usaha dan atau tindakan pelaku usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat sebagaimana diatur dalam Pasal 17 sampai dengan Pasal 24; c. Melakukan penilaian terhadap ada atau tidaknya penyalahgunaan posisi dominan yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat sebagaimana diatur dalam Pasal 25 sampai dengan Pasal 28; d. Mengambil tindakan sesuai dengan wewenang Komisi sebagaimana diatur dalam Pasal 36; e. Memberikan saran dan pertimbangan terhadap kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat; 75 Andi Famhi lubis, Hukum Persaingan Usaha Antara Teks dan Konteks.h 311-313 54 f. Menyusun pedoman dan atau publikasi yang berkaitan dengan Undang-undang ini; g. Memberikan laporan secara berkala atas hasil kerja Komisi kepada Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat. Berdasarkan Pasal 35 diatas salah satu tugas KPPU adalah melakukan penilaian terhadap kegiatan perusahaan atau tindakan pelaku usaha, melakukan penilaian terhadap “ada atau tidaknya” penyalahgunaan posisi dominan, serta memberikan saran dan pertimbangan terhadap kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. Karena hal ini merupakan kewajiban dari Komisi Pengawas Persaingan Usaha KPPU yang harus dipenuhi maka tidak diperlukan lagi adanya permintaan dari pemerintah. Sebaliknya, KPPU berkewajiban memberi saran dan pertimbangan kepada pemerintah apabila dianggap perlu tanpa diminta dengan tujuan untuk mendorong ekonomi pasar berfungsi secara lancar, karena pelaku usaha harus dilindungi dari praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. 76 Dari penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa proses pengawasan oleh KPPU dalam bidang hukum persaingan usaha, memiliki tujuan untuk menilai apakah kegiatan yang dilakukan oleh pelaku usaha tertentu melanggar hak-hak konsumen atau pelaku usaha dari sebuah tindakan tertentu yang diduga melanggar ketentuan Hukum Persaingan Usaha. Ketentuan persaingan usaha haruslah menjadikan kesejahteraan konsumen dan kepastian untuk para pelaku usaha 76 Knud Hansen, et.al, Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 : Undang-undang Antimopoli dan Persaingan Usaha Tidak sehat Law Concering probhition of monopolistic practies and unfair business competition, Jakarta:Katalis dan GTZ.h.380 55 menjalankan usahanya, sebagai parameter utama dalam menilai apakah suatu tindakan melanggar prinsip-prinsip persaingan sehat atau tidak. Hal ini berimplikasi pula dalam melakukan pengawasansupervisi terhadap kegiatan usaha yang memiliki aroma monopoli yang di dapat khususnya karena menjalakan Undang-undang atau monopoli alamiah dimana yang di awasi adalah kegiatan usaha yang keberadaannya berdasarkan intervensi dari pemerintah, untuk mencegah terjadinya praktek monopoli yang mengarah kepada persaingan usaha tidak sehat. Dalam melakukan pengawasan terhadap kegiatan yang diintervensi oleh pemerintah tersebut. Maka yang digunakan di Indonesia adalah pendekatan dari Mazhab Harvard atau Harvard school yang mengunakan metode analisis dengan pendekatan terhadap Structure, Conduct, Performance Struktur, Perilaku, dan Kinerja. Mazhab Harvard atau Harvard school adalah pendekatan yang berpendapat bahwa struktur pasar akan mempengaruhi prilaku perusahaan dalam membuat keputusan untuk berkompetisi atau berkolusi. Apabila kinerja pelaku usaha baik akan muncul struktur atau dan prilaku yang kompetitif, namun apabila tingkat konsentrasi tinggi akan mendorong perusahaan melakukan praktek monopoli atau persaingan usaha tidak sehat. 77 Sedangkan Mazhab Chicago atau Chicago School mengunakan metode analisis dengan mengunakan pendekatan terhadap Price Theory Teori Harga. Sedangkan Mazhab Chicago atau Chicago 77 Andi Fahmi Lubis et.al. Hukum Persaingan Usaha Antara Teks dan Konteks.h. 42 56 School mengunakan metode analisis dengan mengunakan teori harga, pelaku usaha dikatakan melanggar hukum persaingan usaha apabila menetapkan harga terhadap suatu barang danatau jasa secara sewenang-wenang. 78 Dalam konteks adanya pengawasan aktif terhadap kebijakan pemeritah, maka yang kita kedepankan adalah pendekatan Mazhab Harvard, karena kebijakan pemerintah dan hukum persaingan usaha harus berjalan secara beriringan. Hukum persaingan usaha harus menjadi parameter utama dalam menilai kenerja perekonomian sebuah negara lewat analisis terhadap pasar. Untuk melihat adanya pengawasansupervisi aktif akan di jabarkan sebuah perkara hukum persaingan usaha di Indonesia dimana terdapat pengecualian dari negara berupa hak monopoli yang di lakukan untuk menjalankan Undang-undang atau suatu peraturan tertentu. Namun tidak lepas dari pengawasan KPPU dan Undang-undang No. 5 Tahun 1999 Perkara Monopoli Air Bersih di Batam Putusan Komis Pengawas Persaingan Usaha Perkara Nomor: 11KPPU-L2008 : 1. Duduk Perkara Dalam perkara ini PT Adhya Tirta Batam ATB adalah perusahaan yang melaksanakan pengelolaan air bersih di batam dengan hak eksklusif konsensi pengolahan air bersih berdasarkan Keputusan Otorita Batam Nomor 063UM-KPTSIX1995. 78 Ibid, h.45 57 PT ATB dinilai telah melakukan praktek monopoli berdasarkan Pasal 17 Uudang-undang No. 5 Tahum 1999. PT ATB dengan hak monopolinya telah melakukan praktek monopoli dalam pengolahan air bersih di pulau Batam berupa penghentian atau pengurangan pemasangan sambungan baru yang menyebabkan konsumen terhalangi haknya untuk mendapatkan pasokan air bersih. PT ATB juga diduga telah melakukan deskriminasi berdasarkan Pasal 19 huruf d Undang-undang No .5 Tahun 1999 karena tidak melakukan pemansangan meteran air terhadap perumahan yang telah membangun jaringan air sesuai prosedur. 79 Selain dua Pasal tadi, PT ATB juga disebut menyalahgunakan posisi dominan pada Pasal 25 ayat 1 huruf a Undang-Undang No. 5 Tahun 1999. PT ATB menetapkan pemasangan meteran baru hanya dapat dilakukan apabila rumah telah selesai danatau telah akad kredit. 80 Dalam putusannya, Majelis komisi dari Komisi Pengawas Persaingan Usaha KPPU memutus PT ATB telah melanggar Pasal 17 huruf a, 81 namun tidak memenuhi unsur dalam Pasal 25 ayat 1 dan Pasal 19 huruf d Undang- undang No. 5 Tahun 1999. Hal ini disebabkan unsur „barang dan jasa bersaing‟ dalam Pasal yang bersangkutan tidak terpenuhi karena meskipun terdapat pelaku usaha lain yang menyediakan jasa pelayanan air bersih di 79 Putusan Perkara Nomor: 11KPPU-L2008, h.4 80 Ibid, h.5 81 Ibid, h.179 58 pulau batam yakni PT PKT dan PT Batamindo, tetapi kedua pelaku usaha tersebut tidak berada pada pasar yang sama dengan PT ATB sehingga ketentuan Pasal ini tidak terpenuhi. 82 Dalam konteks adanya supervisi atau pengawasan aktif terhadap kebijakan pemeritah, maka yang kita kedepankan adalah pendekatan Mahzab Harvard. Karena kebijakan pemerintah dan hukum persaingan usaha harus berjalan secara beriringan. Hukum persaingan usaha harus menjadi parameter utama dalam menilai kenerja perekonomian sebuah negara lewat analisis terhadap pasar, yang memberikan hak untuk melaksanakan konsensi pengelolaan air bersih di Pulau Batam mulai tanggal 15 Desember 1995 dengan hak eksklusif. Keberadaan konsensi ini sendiri telah di kuatkan dengan adanya keputusan No. 14G.TUN2005PTUN.BPR tanggal 23 November dari Pengadilan Tata Usaha Negara PTUN yang telah memutuskan bahwa hak konsensi air PT ATB sesuai dengan perjanjian kontrak konsensi dan Keputusan Pemberian Hak Monopoli konsensi Air adalah sah dan sesuai dengan peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Dalam eksistensi pengecualian dalam kerangka Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, maka PT ATB mendalilkan bahwa berdasarkan Pasal 50 huruf a UU No.5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, kegiatan monopoli yang mereka lakukan 82 Ibid, h.135 59 merupakan kegiatan yang di kecualikan oleh undang-undang UU No.5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat karena setiap perbuatan atau perjanjian yang bertujuan melaksanakan peraturan Perundang-undangan yang berlaku adalah dikecualikan dari penegakan Hukum Persaingan Usaha. 83 PT ATB kemudian menngajukan keberatan di Pengadilan Negeri Batam dimana atas hal ini Putusan Komisi Pengawas Persaingan UsahaKPPU dibatalkan PN Batam dengan pertimbangan bahwa PT ATB pengembang amanat Peraturan Daerah Otorita Batam. KPPU kemudian mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung MA. MA melalui putusan No. 413PDT.SUS2009 tanggal 28 Oktober 2009 Menguatkan Putusan KPPU. 84 2. Analisis kasus Posisi yang dimiliki oleh PT. ATB sebagaimana kewenagan yang diberikan oleh Otorita Batam melalui keputusan 063UM-KPTSIX1995 sesuai dengan Pasal 50 huruf a Undang-undang No. 5 tahun 1999 dapat dibenarkan karena ada unsur yang jelas yaitu delegasi yang diberikan oleh pihak yang berwenang yaitu Otorita Pengembang Daerah Industri Pulau Batam Otoria Batam, namun harus tetap diperhatikan apakah praktek monopoli yang dilakukan oleh PT ATB benar-benar diatur secara formal 83 Ibid, h. 143 84 KPPU, “MA Menguatkan Putusan Monopoli Air di Batam”, Majalah Kompetisi,Edisi 22,2010.h.16 60 legalistik dan merupakan delegasi yang tegas dari peraturan Perundang- undangan tertentu seperti tindakan-tindakan yang diduga melanggar prinsip- prinsip persaingan sehat oleh KPPU. Dengan kata lain, ketika praktek monopoli yang dilakukan oleh PT ATB terbukti merugikan atau membuat pelaku usaha lainnya atau konsumen air menderita kerugian. Maka praktek monopoli yang menyebebkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat yang dilakukan PT ATB tersebut tidaklah dikecualikan oleh penegakan hukum persaingan usaha. Berdasarkan contoh kasus monopoli PT ATB di atas jelas bahwa yang yang dikecualikan dalam Pasal 50 huruf a Undang-undnag No. 5 Tahun 1999 adalah posisi monopoli yang bermaksud menjalankan perintah Undang-undang. Namun apabila pelaku usaha melakukan praktek monopoli yang tidak di atur di dalam ketentuan Undang-undang yang memberikan delegasi monopolinya maka kegiatan tersebut tidak lepas dari hukum persaingan usaha. Begitu pun juga Badan Penyelerengara Jaminan Sosial BPJS yang mendapatkan delegasi dari Undang- undang No. 24 tahun 2011 yang menjadi sebuah legitimasi yuridis untuk memonopoli program asuransi dengan mewajibkan seluruh warga negara menjadi perserta program BPJS tersebut. Pada Pasal 51 Undang-undang No.5 Tahun 1999 memlilik unsur tujuan yang jelas dari negara untuk mengecualikan kegiatan tertentu dari hukum persaingan usaha dalam un sur “diatur oleh Undang-undang”. Pasal ini juga berbicara menggenai monopoli bukan praktek monopoli karena yang dikecualikan adalah adalah monopoli atau pemusatan kegiatan, dengan kata lain 61 Pasal 51 UU membenarkan BUMN menguasai sektor strategis sebagai monopoli alamiah yang dihormati, asalkan tidak menyalahgunakannya. 85 Dalam melakukan pegawasan terhadap kegiatan usaha yang dilakukan oleh BPJS. KPPU berwenang untuk melakukan penyelidikan dan pemeriksaan kepada pelaku usaha,saksi ataupun pihak lain karena adanya laporan Pasal 39 UU No. 5 Tahun 1999 maupun melakukan pemeriksaan atas dasar inisiatif KPPU sendiri. 1. Pemeriksaan Atas Dasar Laporan Pemeriksaan atas dasar laporan adalah pemeriksaan yang dilakukan karena adanya laporan dari masyarakat yang dirugikan atas dasar laporan dari pelaku usaha yang dirugikan oleh tindakan pelaku usaha yang di laporkan. 2. Pemeriksaan Atas Dasar Inisiatif KPPU Permeriksaan atas dasar inisiatif adalah pemeriksaan yang dilakukan atas dasar inisiatif dari KPPU sendiri karena ada dugaan atau indikasi pelanggaran terhadap UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak sehat. 86 Apabila BPJS terbukti melakukan penyalahgunaan posisi monopoli atau posisi dominannya, Maka KPPU dapat menjatuhkan sanksi administratif kepada BPJS. Sebagaimana diatur di dalam Pasal 47, berupa : 1. Penetapan pembatalan perjanjian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 sampai 13, Pasal 15 dan Pasal 16; 85 A.Juanaedi, Dkk. Negara Dan Pasar Dalam Bingkai Kebijakan Persaingan Usaha.,h.4 86 Andi Famhi lubis, Hukum Persaingan Usaha Antara Teks dan Konteks.h 326 62 2. Perintah untuk menghentikan integrasi vertikal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14; 3. Perintah untuk menghentikan penyalahgunaan posisi dominan; 4. Penetapan pembatalan atas penggabungan atau peleburan badan usaha dan pengambilalihan saham sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28; 5. Penetapan pembayaran ganti rugi; 6. Penganaan denda minimal Rp. 1.000.000.000,- satu miliar rupiah dan setinggi-tingginya Rp. 25.000.000.000,- dua puluh lima miliar rupiah. 87 Sehingga apabila terjadi praktek monopoli dari kegiatan usaha yang dilakukan BPJS menyebabkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat, yang lahir dari posisi yang monopoli tadi haruslah tetap mendapat supervisi dari penegakan hukum persaingan usaha.

C. Harmonisasi Penyelenggaraan BPJS dengan Prinsip-Prinsip Persaingan