Sejarah Singkat Asuransi Sosial di Indonesia Pengertian Asuransi Sosial

31

BAB III PROFIL ASURANSI SOSIAL DI INDONESIA

A. Sejarah Singkat Asuransi Sosial di Indonesia

Usaha asuransi di Indonesia sudah mulai terbentuk pada permulaan abad ke 19, namun jenis asuransi ini belum dapat berkembang secara merata dalam setiap lapisan masyarakat. Akibatnya sebagian besar masyarakat di pedesaan belum mengetahui arti dan manfaat asuransi sebagai pengalihan resiko apabila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan atau diluar dugaan yang menimbulkan kerugian, namun secara tradisional sebenarnya masyarakat Indonesia memiliki bentuk atau cara penyelenggaraan usaha-usaha bantuan untuk kepentingan bersama. Usaha tersebut dikenal dengan sebutan gotong-royong. 42 Gotong-royong merupakan ciri yang hakiki dari diri kepribadian bangsa Indonesia yang disimpulkan dalam Pancasila, dan ideology Pancasila ini berakar pada nilai-nilai budaya Indonesia. Dimasukannya asas gotong-royong dalam asuransi sosial, merupakan salah satu sebab mengapa asurasi sosial dapat diterima dan berkembang didalam masyrakat. Dalam hubungan ini dapat menggutip pendapat Von Savighny yang mengatakan bahwa seharusnya ada hubungan organis antara hukum suatu bangsa dengan jiwa dan sifat-sifat bangsa itu sendiri. 43 Usaha ini merupakan modal atau dasar yang kuat bagi terwujudnya serta berkembangnya asuransi sosial di Indonesia. 42 T. Sumarnogroho. Sistem Intervensi Kesejahteraan sosial.Yogyakarta: Hanindita,1984.h 153 32 Secara formal masuknya asuransi dan lembaga asuransi di Indonesia ialah sejak berlakunya Kitab Undang-undang Hukum Dagang KUHD Belanda di Indonesia pada tahun 1848. Berlakunya KUHD Belanda di Indonesia ini adalah atas dasar konkordasi yang dimuat dalam Stb 1943 No.23, yang di undangkan pada tanggal 30 April 1947 dan mulai berlaku pada 1 Mei 1848. 44

B. Pengertian Asuransi Sosial

Asuransi atau dalam bahasa Belanda “verzekering” yang berarti pertanggungan. Dalam suatu asuransi terlibat dua pihak, yaitu: pihak yang satu bersedia untuk menjadi penanggung atau penjamin dan pihak yang lain mendapat pengantian suatu kerugian, yang mungkin akan ia derita sebagai akibat dari suatu peristiwa yang semula belum tentu akan terjadi atau semula belum di tentukan saat akan terjadinya. 45 Sedangkan dalam Pasal 246 KUHD Kitab Undang-Undang Hukum Dagang “ Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian dimana penangung dengan menikmati premi dari tertanggung mengikatkan diri untuk memberikan ganti rugi kepadanya karena suatu kehilangan kerugian atau ketidak untungan yang diharapkan yang mungkin dapat diderita olehnya karena suatu peristiwa yang tidak pasti. 43 Bernard l Tanya,dkk,. Teori Hukum “Strategi Terbib Manusia Lintas Ruang dan Generasi ”.Yogyakarta: Genta Publishing, 2013.h. 84 44 Sri Rejeki Hartono. Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi. Jakarta:Sinar Grafika,1995.h 51 45 Wirjono Projodikoro.Hukum Asuransi di Indonesia. Jakarta:PT.Intermasa,1994.h. 1 33 Dari pengertian asuransi diatas maka dapat diambil beberapa unsur penting dalam asuransi; 1. Adanya pihak penanggung dan tertanggung, sehinnga ia merupakan perjanjian timbal balik. Oleh karna itu harus terdapat kesepakatan antara penanggung dan tertanggung. 2. Peralihan risiko dari tertanggung kepada penanggung karena penanggung tidak mampu menghadapi risiko yang akan terjadi. 3. Adanya kewajiban membayar premi dari pihak tertanggung kepada pihak penanggung 4. Adanya peristiwa yang tidak tertentu, yang semula belum jelas terjadi dan tidak diharapkan terjadinya 5. Adanya ganti kerugian, bilamana peristiwa yang tidak tertentu itu benar-benar terjadi, maka penanggung berkewajiban mambayar ganti rugi. Pengertian Asuransi sosial sendiri menurut Mehr dan Cammack dalam buku yang berjudul “Principil of Insurance” yang ditermahkan oleh A.Hasim dengan judul “Badan Usaha Asuransi”, memberikan definisi tentang asuransi sosial adalah “alat untuk menghimpun risiko dengan memindahkan kepada organsasi yang biasanya adalah organisasi pemerintah, yang diharuskan oleh Undang- undang untuk memberikan manfaat keuangan atau pelayanan kepada atau atas nama orang-orang yang diasuransikan itu pada waktu terjadinya kerugian tertentu 34 yang telah ditetapkan sebelumnya. 46 Berdasarkan pengertian di atas asuransi sosial mempunyai sifat wajib dan besarnya santunan benefit pada umumnya di tetapkan pemerihtah. Golongan asuransi ini tidak ditujukan untuk memperoleh keuntungan, tetapi lebih banyak ditekankan kepada kepantasan masyarakat sosial adequacy. Penyelenggaraan biasanya diselengarakan oleh pemerintah sehinnga sering pula disebut Social Government Insurance. 47 Oleh karena itu Asuransi Sosial memiliki ciri-ciri khusus, yaitu 1. Penanggung Biasanya organisasi di bawah wewenang pemerintah 2. Tertanggung Biasanya masyarakat luar anggotagolongan masyarakat tertentu 3. Risiko Suatu kerugian yang sudah di atur dan di tentukan terlebih dahulu 4. Wajib Berdasarka suatu ketentuan Undang-undang atau ketentuan lain. 48

C. Pelaksanaan Asuransi Sosial di Indonesia