berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan.
B. Tinjauan Tentang Perjanjian Dalam Hukum Perbankan
Perjanjian atau persetujuan merupakan terjemahan dari overeenkomst, Pasal
1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata KUH Perdata menyatakan “suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”. Menurut Subekti, “perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang
berjanji kepada seseorang lain atau dimana itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal”.
12
Munir Fuady mengatakan Istilah perjanjian dalam hukum perjanjian merupakan kesepadanan dari istilah
overeenkomst dalam Bahasa Belanda atau agreement dalam bahasa Inggeris. Karena itu, istilah hukum perjanjian. Jika
dengan istilah hukum perikatan dimaksudkan untuk mencakup semua bentuk perikatan dalam buku ketiga KUH Perdata, jadi termasuk ikatan hukum yang
berasal dari perjanjian dan ikatan hukum yang terbit dari undang-undang, maka dengan istilah hukum perjanjian hanya dimaksudkan sebagai pengaturan tentang
ikatan hukum yang terbit dari perjanjian saja.
13
Para sarjana hukum perdata pada umumnya berpendapat bahwa “definisi perjanjian yang terdapat di dalam ketentuan di atas adalah tidak lengkap dan
12
R. Subekti, 1979, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, hal. 1
13
Munir Fuady, Hukum Kontrak Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis¸ Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2001, hal. 2.
Universitas Sumatera Utara
pula terlalu luas”.
14
Menurut Abdulkadir Muhammad perjanjian adalah suatu persetujuan dengan mana dua orang atau lebih saling mengikatkan diri untuk melaksanakan
suatu hal mengenai harta kekayaan. Tidak lengkap karena yang dirumuskan itu hanya mengenai perjanjian
sepihak saja. Definisi itu dikatakan terlalu luas karena dapat mencakup perbuatan di lapangan hukum keluarga, seperti janji kawin, yang merupakan perjanjian juga,
tetapi sifatnya berbeda dengan perjanjian yang diatur di dalam KUH Perdata Buku III. Perjanjian yang diatur dalam KUH Perdata Buku III kriterianya dapat dinilai
secara materil, dengan kata lain dinilai dengan uang.
15
Itulah sebabnya hubungan hukum dalam perjanjian, bukan suatu hubungan Berdasarkan pengertian singkat di atas dijumpai di dalamnya beberapa
unsur yang memberi wujud pengertian perjanjian, antara lain “hubungan hukum rechtbetrekking yang menyangkut Hukum Kekayaan antara dua orang persoon
atau lebih, yang memberi hak pada satu pihak dan kewajiban pada pihak lain tentang suatu prestasi”.
Kalau demikian, perjanjian verbintennis adalah hubungan hukum rechtbe-
trekking yang oleh hukum itu sendiri diatur dan disahkan cara perhubungannya. Oleh karena itu perjanjian yang mengandung hubungan hukum antara
perseorangan person adalah hal-hal yang terletak dan berada dalam lingkungan
hukum.
14
Mariam Darus Badrulzaman, KUH Perdata Buku III Hukum Perikatan Dengan
Penjelasannya, Alumni, Bandung, 1993, hal. 89.
15
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000,
hal. 225.
Universitas Sumatera Utara
yang bisa timbul dengan sendirinya seperti yang dijumpai dalam harta benda kekeluargaan. Dalam hubungan hukum kekayaan keluarga, dengan sendirinya
timbul hubungan hukum antara anak dengan kekayaan orang tuanya seperti yang diatur dalam hukum waris. Lain halnya dalam perjanjian. Suatu perjanjian yang
mengikat perikatan minimal harus ada salah satu pihak yang mempunyai kewajiban karena bila tidak ada pihak yang mempunyai kewajiban, maka
dikatakan tidak ada perjanjian yang mengikat. Hubungan hukum adalah hubungan yang menimbulkan akibat hukum, yaitu hak
right dan kewajiban obligation. Hubungan hukum yang berdasarkan perjanjiankontrak adalah hubungan hukum
yang terjadi karena persetujuan atau kesepakatan para pihaknya.
16
Secara umum dapat dikatakan bahwa hukum perbankan adalah hukum yang mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan perbankan. Tentu untuk
memperoleh pengertian yang lebih mendalam mengenai pengertian hukum perbankan tidaklah cukup dengan memberikan rumusan yang demikian. Maka
diperlukan pendapat para ahli hukuim perbankan. Tindakanperbuatan hukum yang dilakukan oleh pihak-pihaklah
yang menimbulkan hubungan hukum perjanjian, sehingga terhadap satu pihak diberi
hak oleh pihak yang lain untuk memperoleh prestasi. Sedangkan pihak yang lain itupun menyediakan diri dibebani dengan kewajiban untuk menunaikan prestasi.
17
16
Hasanuddin Rahman, Contract Drafting, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003, hal. 7.
17
Sherief Maronie, “Pengertian Sumber Hukum Perbankan”, http:zriefmaronie.blogspot.com201304pengertian-sumber-hukum-perbankan.html,
Diakses tanggal 27 Desember 2013.
Universitas Sumatera Utara
Munir Fuady sebagaimana dikutip oleh Sherief Maronie mendefinisikan
hukum perbankan adalah seperangkat kaidah hukum dalam bentuk peraturan perundang-undangan, yurisprudensi, doktrin dan lain-lain yang mengatur masalah
perbankan sebagai lembaga, dan aspek kegiatannya sehari-hari, rambu-rambu yang harus dipenuhi oleh suatu bank, perilaku petugas-petugasnya, hak, kewajiban,
tugas dan tanggungjawabpara pihak yang tersangkutn dengan bisnis perbankan, apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh bank, dan lain-lain yang berkenan
dengan dunia perbankan.
18
Hukum yang mengatur masalah perbankan disebut dengan hukum perbankan
Banking Law yakni merupakan seperangkat kaidah hukum dalam bentuk peraturan perundang-undangan, yurisprudensi, doktrin, dan lain-lain sumber
hukum yang mengatur masalah-masalah perbankan sebagai lembaga, dan aspek kegiatannya sehari-hari, rambu-rambu yang harus dipenuhi oleh suatu bank,
perilaku petugas-petugasnya, hak, kewajiban, tugas dan tanggung jawab para pihak yang tersangkut dengan bisnis perbankan, apa yang boleh dan tidak boleh
dilakukan oleh bank, eksistensi perbankan, dan lain-lain yang berkenaan dengan Dalam kacamata sistem hukum nasional, hukum perbankan telah
berkembang menjadi hukum sektoral dan fungsional, oleh karena itu hukum perbankan dalam kajiannya meniadakan pembedaan antara hukum publik dan
hukum privat, sehingga bentang ruang lingkupnya sangat luas. Kalau mau dirinci hukum perbankan itu mencakup bidang hukum administrasi, hukum perdata,
hukum dagang, hukum pidana dan hukum internasional.
18
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
dunia perbankan tersebut.
19
Menurut Muhamad Djumhana: “hukum perbankan adalah sebagai kumpulan peraturan hukum yang mengatur kegiatan lembaga keuangan bank yang
meliputi segala aspek, dilihat dari segi esensi dan eksistensinya serta hubungannya dengan bidang kehidupan yang lain”.
20
3. Kaidah-kaidah perbankan yang secara khusus yang memerhatikan kepentingan umum, serta kaidah-kaidah yang mencegah persaingan yang tidak wajar,
antitrust, perlindungan terhadap konsumen nasabah, dan lain-lainnya. Di Indonesia bahkan mempunyai kekhususan tersendiri, yaitu bahwa perbankan
nasional harus memerhatikan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan unsur-unsur pemerataan pembangunan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas
Berdasarkan rumusan tersebut dapat terungkap bahwa pengaturan di bidang perbankan akan menyangkut, di antaranya:
1. Dasar-dasar perbankan, yaitu menyangkut asas-asas kegiatan perbankan, seperti norma efisiensi; keefektivan, kesehatan bank, profesionalisme pelaku
perbankan, maksud dan tujuan lembaga perbankan, serta hubungan hak dan kewajibannya;
2. Kedudukan hukum pelaku di bidang perbankan, misalnya, kaidah-kaidah mengenai pengelolanya, seperti dewan komisaris; direksi; karyawan, ataupun
pihak yang terafiliasi. Juga, mengenai bentuk badan hukum pengelolanya serta mengenai kepemilikannya;
19
Munir Fuady, Op.Cit, hal. 14
20
Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, PT Citra Aditya Bakti, Bandung,
2006, hal. 1.
Universitas Sumatera Utara
nasional; 4. Kaidah-kaidah yang menyangkut struktur organisasi yang mendukung
kebijakan ekonomi dan moneter pemerintah, seperti dewan moneter, dan bank sentral;
5. Kaidah-kaidah yang mengarahkan kehidupan perekonomian yang berupa dasar-dasar untuk perwujudan tujuan-tujuan yang hendak dicapainya melalui
penetapan sanksi, insentif, dan sebagainya; 6. Keterkaitan satu sama lainnya dari ketentuan dan kaidah-kaidah hukum
tersebut sehingga tidak mungkin berdiri sendiri, malahan keterkaitannya merupakan hubungan logis dari bagian-bagian lainnya.
21
21
Ibid., hal. 1-2.
Prinsip-Prinsip Hukum Perbankan meliputi: 1. Prinsip Kepercayaan
Prinsip kepercayaan adalah suatu asas yang menyatakan bahwa usaha bank dilandasi oleh hubungan kepercayaan antara bank dengan nasabahnya. Bank
terutama bekerja dengan dana dari masyarakat yang disimpan padanya atas dasar kepercayaan, sehingga setiap bank perlu terus menjaga kesehatannya
dengan tetap memelihara dan mempertahankan kepercayaan masyarakat padanya.
Prinsip ini merupakan tulang punggung dari suatu bank yang dapat mendukung kemajuan bank. Dengan kokohnya kepercayaan yang diterima oleh bank dari
masyarakat, maka akan dapat memberikan eksistensi dan value yang baik terhadap bank tersebut.
Universitas Sumatera Utara
2. Prinsip Kerahasiaan Prinsip kerahasiaan adalah Prinsip yang mengharuskan atau mewajibkan bank
merahasiakan segala sesuatu yang berhubungan dengan keuangan dan lain-lain dari nasabah bank yang menurut kelaziman dunia perbankan wajib
dirahasiakan. Kerahasiaan ini adalah untuk kepentingan bank sendiri karena bank memerlukan kepercayaan masyarakat yang menyimpan uangnya di bank.
Dalam Pasal 40 Undang-Undang perbankan menyatakan bahwa bank wajib merahasiakan informasi mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya.
3. Prinsip Kehati-hatian Prudential Principle
Prinsip Kehati-hatian adalah suatu asas yang menyatakan bahwa bank dalam menjalankan fungsi dan kegiatan usahanya wajib menerapkan prinsip kehati-
hatian dalam rangka melindungi dana masyarakat yang dipercayakan padanya. Tentunya bahwa bank sebagai lembaga yang mengelola uang nasabah,
diharapkan oleh nasabah itu pula bahwa bank dapat mengelola uang yang disimpan secara baik dan hati – hati. Ketika hal ini dapat dilakukan dengan baik
oleh pihak bank, maka bukan tidak mungkin akan dapat meningkatkan kepercayaan nasabah terhadap bank yang digunakan untuk menyimpan
uangnya tersebut. 4. Prinsip Mengenal Nasabah
know how costumer principle Prinsip mengenal nasabah adalah prinsip yang diterapkan oleh bank untuk
mengenal dan mengetahui identitas nasabah, memantau kegiatan transaksi nasabah termasuk melaporkan setiap transaksi yang mencurigakan. Prinsip
mengenal nasabah nasabah diatur dalam Peraturan Bank Indonesia No.31
Universitas Sumatera Utara
0PBI2001 tentang Penerapan Prinsip Mengenal nasabah. Tujuan yang hendak dicapai dalam penerapan prinsip mengenal nasabah adalah meningkatkan peran
lembaga keuangan dengan berbagai kebijakan dalam menunjang praktik lembaga keuangan, menghindari berbagai kemungkinan lembaga keuangan
dijadikan ajang tindak kejahatan dan aktivitas illegal yang dilakukan nasabah, dan melindungi nama baik dan reputasi lembaga keuangan.
22
C. Jenis-Jenis Nasabah Dalam Hukum Perbankan