Jenis-Jenis Nasabah Dalam Hukum Perbankan

0PBI2001 tentang Penerapan Prinsip Mengenal nasabah. Tujuan yang hendak dicapai dalam penerapan prinsip mengenal nasabah adalah meningkatkan peran lembaga keuangan dengan berbagai kebijakan dalam menunjang praktik lembaga keuangan, menghindari berbagai kemungkinan lembaga keuangan dijadikan ajang tindak kejahatan dan aktivitas illegal yang dilakukan nasabah, dan melindungi nama baik dan reputasi lembaga keuangan. 22

C. Jenis-Jenis Nasabah Dalam Hukum Perbankan

Berdasarkan pengertian perjanjian dan hukum perbankan di atas maka dapat diketahui bahwa perjanjian dalam hukum perbankan adalah kesepakatan- kesepatan yang dilahirkan dalam lapangan hukum perbankan antara bank dengan nasabahnya. Perjanjian tersebut lahir karena kepentingan usaha perbankan terhadap nasabahnya. Artinya dengan adanya jenis-jenis usaha dari pihak bank maka masyarakat sebagai konsumen akan mendatangi bank untuk dapat dilayani dalam kaitannya dengan usaha-usaha perbankan tersebut. Demikian juga halnya dalam praktek perbankan dikenal ada tiga macam nasabah yaitu : a. Nasabah deposan yaitu nasabah yang menyimpan dananya pada suatu bank. b. Nasabah yang memanfaatkan fasilitas kredit perbankan. c. Nasabah yang melakukan transaksi dengan pihak lain melalui bank. 23 22 Sherief Maronie, Op.Cit. 23 Yusuf Shofie , Perlindungan Konsumen dan Instrumen-Instrumen Hukumnya, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003, hal. 40-41. Universitas Sumatera Utara Kamus besar Bahasa Indonesia menjelaskan nasabah adalah “orang yang biasa berhubungan dengan atau menjadi pelanggan bank Dalam hal keuangan, dapat juga diartikan sebagai orang yang menjadi tanggungan asuransi, perbandingam pertalian. 24 Sedangkan Muhammad Djumhana menyebutkan nasabah merupakan konsumen dari pelayanan jasa perbankan. 25 1. Orang Dilihat dari jenis subjek hukum dari pihak nasabah, maka terdapat dua jenis subjek hukum, yakni dapat berupa orang dan badan hukum. Dalam istilah perbankan, terdapat istilah yang dipersamakan, yakni “perorangan”. Termasuk nasabah perorangan adalah usaha dagang, toko dan sebagainya. Sedangkan aspek hukum dari pihak bank hanya berupa badan usaha. Hal ini dikarenakan tidak ada lembaga perbankan yang berbentuk orang atau perorangan. Adapun pihak-pihak yang termasuk sebagai nasabah adalah: 26 Nasabah bank terdiri dari orang yang telah dewasa dan orang yang belum dewasa. Nasabah orang dewasa hanya diperbolehkan untuk nasabah kredit dan atau nasabah giro. Sedangkan nasabah simpanan dan atau jasa-jasa bank lainnya dimungkinkan orang yang belum dewasa, misalnya nasabah tabungan dan atau nasabah lepas working customer untuk transfer dan sebagainya. Terhadap perjanjian yang dibuat antara bank dengan nasabah yang belum 24 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, PN. Balai Pustaka, 2003, hal. 775. 25 Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003, hal. 282. 26 Try Widiyono, Op.Cit., hal. 24. Universitas Sumatera Utara dewasa tersebut telah disadari konsekuensi hukum yang diakibatkannya. Konsekuensi hukum tersebut adalah tidak dipenuhinya salah satu unsur sahnya perjanjian seperti yang termuat dalam pasal 1320 KUHPerdata, maka perjanjian tersebut dapat dibatalkan, artinya perjanjian tersebut dapat dibatalkan oleh pihak yang dapat mewakili anak yang belum dewasa itu, yaitu orang tua atau walinya melalui acara gugatan pembatalan. Dengan kata lain, selam orang tua atau wali dari orang yang belum dewasa tersebut tidak melakukan gugatan, maka perjanjian tersebut tetap berlaku dan mengikat terhadap para pihak. Nasabah kredit dan rekening giro bisaaanya diwajibkan bagi nasabah yang telah dewasa. Hal ini disababkan karena resiko bank yang sangat besar jika dalam pemberian kredit dan atau pembukaan rekening giro diperbolehkan bagi nasabah yang belum dewasa. 2. Badan Hukum 27 Untuk nasabah berupa badan, perlu diperhatikan aspek legalitas dari badan tersebut serta kewenangan bertindak dari pihak yang berhubungan dengan bank. Hal ini berkaitan dengan aspek hukum perseorangan. Berkaitan dengan kewenangan bertindak bagi nasabah yang bersangkutan, khususnya bagi “badan”, termasuk apakah untuk perbuatan hukum tersebut perlu mendapat persetujuan dari komisaris danatau Rapat Umum Pemegang Saham RUPS agar diperhatikan anggaran dasar dari badan yang bersangkutan. Subjek hukum yang berbentuk badan, tidak otomatis dapat berhubungan dengan bank. Untuk 27 Ibid. Universitas Sumatera Utara dapat berhubungan dengan bank, harus juga dilihat peraturan perundang- undangan yang berlaku dan bagaimana ketentuan internal yang berlaku pada bank yang bersangkutan.

D. Pengaturan Hukum Tentang Nasabah dan Bank Dalam Hukum Perbankan