Tinjauan Yuridis Terhadap Perlindungan Hukum Bagi Nasabah Yang Menggunakan Fasilitas Elektronic Banking Dalam Transaksi Perbankan(Studi Bank BNI 46 Medan)

(1)

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH YANG MENGGUNAKAN FASILITAS ELECTRONIC

BANKINGDALAM TRANSAKSI PERBANKAN (Studi: Bank BNI 46 – Medan)

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh:

OKA WINA PEBRINA SAGALA 080200058

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN PERDATA DAGANG

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH YANG MENGGUNAKAN FASILITAS ELECTRONIC

BANKINGDALAM TRANSAKSI PERBANKAN (Studi: Bank BNI 46 – Medan)

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh:

OKA WINA PEBRINA SAGALA 080200058

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN PERDATA DAGANG

DISETUJUI OLEH:

KETUA DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN

Dr. Hj. HASIM PURBA, SH, M.Hum NIP. 196603031985081001

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Puspa Melati Hasibuan, S.H., M.Hum Maria Kaban, S. H., M.Hum NIP. 196801281994032001 NIP. 196012251987032001

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang telah memberikan berkat, penyertaan, kesehatan, kesabaran dan kasih karunia yang melimpah sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini berjudul: “TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH YANG MENGGUNAKAN

FASILITAS ELECTRONIC BANKING DALAM TRANSAKSI

PERBANKAN (Studi Bank BNI 46 Medan)”. Penulisan skripsi ini guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Universitas Sumatera Utara.

Penulis sudah berusaha dan bekerja keras dalam penyusunan skripsi ini. Namun Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak sempurna dan masih terdapat banyak kekurangan, baik secara isi maupun secara penulisan. Oleh sebab itu Penulis berharap adanya masukan dan saran yang bersifat membangun.

Dalam penulisan skripsi ini, Penulis mendapat banyak bantuan, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak. Untuk itu Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Runtung, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.


(4)

3. Bapak Syafruddin, S.H., M.H., D.F.M., selaku Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Muhammad Husni, S.H., M.H, selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Dr. Hasim Purba, S.H., M.Hum., selaku Ketua Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

6. Ibu Rabiatul Syahriah, S.H., M.Hum., selaku Sekretaris Departemen Hukum Perdata

7. Ibu Puspa Melati Hasibuan, S.H., M.Hum, selaku Dosen Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bantuan, bimbingan dan arahan-arahan kepada Penulis pada saat penulisan skripsi ini.

8. Ibu Maria Kaban, S. H., M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II yang juga bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bantuan, bimbingan dan arahan-arahan kepada Penulis pada saat penulisan skripsi ini.

9. Seluruh staf pengajar dan pegawai Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu dan bantuan kepada Penulis sejak perkuliahan sampai penyelesaian skripsi ini.

10. Kedua orangtua tersayang, Drs. Biston Sagala dan Adelina Clementia Situngkir yang telah membesarkan Penulis dengan kasih sayang yang tulus, kesabaran, perhatian, nasihat, doa, pendidikan dan motivasi yang tiada henti kepada Penulis sejak kecil sampai saat ini.


(5)

11. Amangboru Harlen Simanjuntak dan Bou R. Banjarnahor atas bantuan, motivasi, dan nasihat yang telah diberikan kepada Penulis.

12. Seseorang yang spesial, Harros Marson Simanjuntak, terima kasih atas kasih sayang, perhatian, kesabaran, motivasi dan waktu yang selalu disediakan kepada Penulis.

13. Sahabat-sahabat Penulis: Rika Febriani Ginting, Tablita Sonti Aprilia Hutapea, Rimna Regina Sianipar, Gabriela Anastasia Tulus Tampubolon, dan Mika Putri Hutajulu atas persahabatan yang Penulis bisa rasakan. 14. Senior, junior dan teman-teman stambuk 2008, khususnya Lisda, Siska,

Rahayu, Rumanty, Gladissya, dan Jhosepine atas pengalaman dan pertemanan selama di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah banyak memberikan bantuan kepada Penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena ini penulis berterimakasih apabila ada kritik maupun saran dari pembaca untuk menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata, Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Mei 2012 Penulis


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

ABSTRAKSI ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 5

D. Keaslian Penulisan ... 6

E. Metode Penelitian ... 7

F. Sistematika Penulisan ... 9

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BANK A. Sejarah Perbankan di Indonesia ... 11

B. Sejarah Bank BNI 46 sebagai Salah Satu Bank Pemerintah .... 15

C. Pengertian Bank dan Fungsi ... 18

D. Jenis dan Usaha Bank ... 22

E. Sumber-Sumber Hukum Perbankan ... 26

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG ELECTRONIC BANKING A. Sejarah Electronic Banking ... 33

B. Pengertian Electronic Banking ... 34

C. Jenis-Jenis Electronic Banking ... 35

D. Peraturan yang Mengatur tentang Electronic Banking ... 63

BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM YANG DIBERIKAN OLEH BANK KEPADA NASABAH


(7)

Diberikan Oleh Bank BNI 46 kepada Nasabah ... 68 B. Alternatif Penyelesaian Masalah yang Dilakukan Oleh Bank

BNI 46 Apabila Timbul Permasalahan dalam Penggunaan

Electronic Banking ... 81

C. Upaya yang dilakukan oleh Bank BNI 46 dalam Meminimalisir Risiko serta Permasalahan yang Terjadi dalam Penggunaan

Electronic Banking ... 89

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 96 B. Saran ... 98

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

ABSTRAKSI

Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, mendorong lembaga perbankan untuk mempermudah transaksi perbankan dengan memanfaatkan perkembangan teknologi tersebut. Pemanfaatan teknologi dalam dunia perbankan memberikan pengaruh yang sangat baik seperti menjadikan transaksi lebih mudah, praktis, cepat dan efisien, serta lebih aman dan nyaman saat melakukannya. Hal ini tentunya diterima oleh masyarakat luas dengan senang hati. Fasilitas electronic

banking yang disediakan oleh bank seperti ATM, Internet Banking, Phone

Banking dan SMS Banking dapat dinikmati oleh setiap nasabah. Adapun

permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah bagaimana perlindungan hukum yang diberikan oleh bank kepada nasabah yang menggunakan fasilitas electronic

banking, bagaimana alternatif penyelesaian masalah yang dilakukan oleh bank

apabila timbul permasalahan dan bagaimana upaya yang dilakukan bank dalam meminimalisir risiko serta permasalahan yang terjadi

Penulisan skripsi ini menggunakan metode penelitian hukum normatif dan studi penelitian lapangan. Pengumpulan data yang dilakukan terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Teknik pengumpulan data melalui studi pustaka, bantuan media elektronik serta wawancara yang dilakukan terhadap pihak Bank BNI 46 Medan untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan electronic banking.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan Peraturan Bank Indonesia, hukum memberikan dua cara perlindungan, yaitu Perlindungan secara implisit (implicit deposit protection) dan Perlindungan secara eksplisit (explicit

deposit protection). Sampai saat ini belum ada peraturan perundang-undangan

yang secara khusus memberikan perlindungan hukum kepada nasabah yang menggunakan fasilitas electronic banking. Peraturan yang dipakai saat ini dalam melindungi nasabah yang menggunakan fasilitas electronic banking adalah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, alternatif penyelesaian masalah yang dilakukan apabila timbul permasalahan dapat dilakukan secara langsung dengan pihak bank, melalui pengadilan dan di luar pengadilan atau non litigasi, dan upaya yang dilakukan oleh pihak bank BNI 46 dalam meminilamisir risiko adalah dengan menerapkan budaya kerja BNI.


(9)

ABSTRAKSI

Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, mendorong lembaga perbankan untuk mempermudah transaksi perbankan dengan memanfaatkan perkembangan teknologi tersebut. Pemanfaatan teknologi dalam dunia perbankan memberikan pengaruh yang sangat baik seperti menjadikan transaksi lebih mudah, praktis, cepat dan efisien, serta lebih aman dan nyaman saat melakukannya. Hal ini tentunya diterima oleh masyarakat luas dengan senang hati. Fasilitas electronic

banking yang disediakan oleh bank seperti ATM, Internet Banking, Phone

Banking dan SMS Banking dapat dinikmati oleh setiap nasabah. Adapun

permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah bagaimana perlindungan hukum yang diberikan oleh bank kepada nasabah yang menggunakan fasilitas electronic

banking, bagaimana alternatif penyelesaian masalah yang dilakukan oleh bank

apabila timbul permasalahan dan bagaimana upaya yang dilakukan bank dalam meminimalisir risiko serta permasalahan yang terjadi

Penulisan skripsi ini menggunakan metode penelitian hukum normatif dan studi penelitian lapangan. Pengumpulan data yang dilakukan terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Teknik pengumpulan data melalui studi pustaka, bantuan media elektronik serta wawancara yang dilakukan terhadap pihak Bank BNI 46 Medan untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan electronic banking.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan Peraturan Bank Indonesia, hukum memberikan dua cara perlindungan, yaitu Perlindungan secara implisit (implicit deposit protection) dan Perlindungan secara eksplisit (explicit

deposit protection). Sampai saat ini belum ada peraturan perundang-undangan

yang secara khusus memberikan perlindungan hukum kepada nasabah yang menggunakan fasilitas electronic banking. Peraturan yang dipakai saat ini dalam melindungi nasabah yang menggunakan fasilitas electronic banking adalah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, alternatif penyelesaian masalah yang dilakukan apabila timbul permasalahan dapat dilakukan secara langsung dengan pihak bank, melalui pengadilan dan di luar pengadilan atau non litigasi, dan upaya yang dilakukan oleh pihak bank BNI 46 dalam meminilamisir risiko adalah dengan menerapkan budaya kerja BNI.


(10)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lembaga perbankan, seperti juga lembaga perasuransian, dana pensiun, dan pegadaian merupakan suatu lembaga keuangan yang menjembatani antara pihak yang berkelebihan dana dan pihak yang memerlukan dana, atau merupakan lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan masyarakat (financial

intermediary).1 Kini negara kita telah memasuki era perdagangan bebas yang

dapat merugikan siapa saja. Untuk mencegah terjadinya hal tersebut, maka perlu didukung dengan adanya peraturan perundang-undangan yang khusus mengatur mengenai perbankan.

Hukum yang mengatur masalah perbankan disebut dengan hukum perbankan (Banking Law). Yakni merupakan seperangkat kaidah hukum dalam bentuk peraturan perundang-undangan, yurisprudensi, doktrin, dan lain-lain sumber hukum, yang mengatur masalah-masalah perbankan sebagai lembaga, dan aspek kegiatannya sehari-hari, rambu-rambu yang harus dipenuhi oleh suatu bank, perilaku petugas-petugasnya, hak, kewajiban, tugas dan tanggung jawab para pihak yang tersangkut dan bisnis perbankan, dan lain-lain yang berkenaan dengan dunia perbankan tersebut.2

Lahirnya Undang-undang Pokok Perbankan memberikan suatu perubahan baru dalam sistem perbankan di Indonesia. Yang terlihat Bank Indonesia mempunyai tugas yang luas dan juga mengawasi dan membina bank

1

Muhammad Djumhana, Asas-Asas Hukum Perbankan Indonesia,Bandung: Citra Aditya Bakti, 2000, hal. 1.

2


(11)

bank baik Bank Pemerintah, Bank Swasta, Bank Koperasi, Bank Pembangunan Daerah dan Bank Asing di samping fungsinya sebagai Bank Sentral dan Bank Sirkulasi.3

Mengingat peranan dari lembaga perbankan, maka dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional tidak berlebihan apabila lembaga perbankan kita ditempatkan begitu strategis dan mendapat perhatian pemerintah melalui pembinaan yang intensif. Semuanya itu didasari landasan pemikiran agar lembaga perbankan di Indonesia mampu berfungsi secara efisien, sehat, wajar, dan mampu melindungi secara baik dana yang dititipkan masyarakat kepadanya, serta mampu menyalurkan dana masyarakat tersebut ke bidang-bidang yang produktif bagi pencapaian sasaran pembangunan.4

Perkembangan zaman yang kian pesat mendorong berkembangnya teknologi dan informasi yang sangat membantu lembaga perbankan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Dahulu masyarakat yang ingin menabung, mengirim uang, melakukan peminjaman atau transaksi perbankan lain harus datang langsung ke bank dan melakukan transaksi secara face to face. Namun kini dengan adanya perkembangan terknologi dan informasi, maka transaksi perbankan kini dapat dilakukan dengan lebih mudah tanpa harus datang langsung ke bank yaitu dengan metode non face to facedan paperless document atau digital document. Perkembangan teknologi akan mengubah system transaksi perbankan, yang pada akhirnya juga akan mengubah budaya perbankan. Transaksi-transaksi konvensional melalui paper, cepat atau lambat harus

3

Marhainis Abdul Hay, Hukum Perbankan di Indonesia, Jakarta: Pradnya Paramita, 1975, hal. 15.

4


(12)

ditinggalkan. Oleh karena itu, pada akhirnya suatu transaksi perbankan akan sangat bergantung pada perkembangan sistem teknologi tersebut.

Metode ini tentu sangat diterima oleh masyarakat yang mendambakan kemudahan yang praktis serta menghemat waktu. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat itu, maka para penyedia jasa berusaha memberika pelayanan terbaik kepada para pengguna jasa mereka. Berbagai fasilitas dihadirkan oleh pihak bank dalam pemenuhan kebutuhan nasabahnya. Salah satu fasilitas yang kini sangat marak adalah electronic banking.

Electronic banking (E-banking) merupakan layanan perbankan yang

diberikan oleh penyedia jasa kepada nasabahnya melalui media elektronik.

Secara umum, sistem layanan perbankan yang menggunakan electronic

bankingadalah sebagai berikut:5

1. ATM Banking

2. Kartu Debit 3. Kartu Kredit

4. Internet Banking

5. SMS Banking

6. Call Banking

7. Phone Banking, IP Phone Banking

8. Kartu penarikan fasilitas lain, termasuk sarana bayar lainnya.

Dengan adanya fasilitas ini, sangat memudahkan nasabah dalam melakukan transaksi perbankan. Berbagai kemudahan dapat dinikmati langsung

5

Try Widiyono, Aspek Hukum Operasional Transaksi Produk Perbankan di Indonesia, Bogor: Ghalia Indonesia, 2006, hal. 195.


(13)

dalam penggunaanya. Selain mudah, praktis dan menghemat waktu, penggunaan

electronic banking ini pun cukup aman karena dilengkapi dengan Personal

Identification Number (PIN). Setiap nasabah pengguna fasilitas electronic banking

akan diberikan PIN atau kode akses yang berbeda bagi setiap nasabah untuk menjaga kerahasiaan data dan keamanan para nasabahnya. PIN inilah yang nantinya akan digunakan oleh para nasabah untuk masuk dan melakukan aktifitas perbankan yang dibutuhkan melalui situs bank yang bersangkutan.

Keamanan merupakah hal yang paling utama dalam penggunaan fasilitas

electronic banking ini. Sama halnya dengan kegiatan-kegiatan lainnya yang

menggunakan internet, transaksi perbankan juga rawan terhadap penyalahgunaan yang dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Untuk mencegah penyalahgunaan tersebut, maka sebuah situs bank haruslah memiliki standar keamanan yang baik dan ketat sehingga dapat menjamin bahwa layanan yang disediakan oleh pihak bank digunakan oleh pihak-pihak yang memang berhak menggunakan fasilitas tersebut. Salah satu teknik pengamanan yang sering digunakan dalam electronic banking adalah melalui SSL (Secure Socket Layer) maupun lewat protokol HTTPS (Secure HTTP).

Meskipun pencegahan dan pengawasan dilakukan oleh bank secara ketat namun tidak menutup kemungkinan adanya kecurangan-kecurangan serta penyalahgunaan fasilitas electronic bankingini. Semakin berkembangnya zaman, semakin berkembang pula tindak kejahatan di tengah-tengah masyarakat. Perlindungan hukum terhadap nasabah yang diberikan oleh bank sangatlah penting. Bagaimana penyelesaian sengketa yang timbul nantinya akibat


(14)

penggunaan fasilitas electronic banking ini haruslah jelas dan diketahui serta dimengerti oleh nasabah.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakangan yang telah diuraikan, maka yang menjadi rumusan masalah yang akan dibahas penulis dalam skripsi ini adalah:

1. Bagaimana bentuk perlindungan hukum dan tanggung jawab yang diberikan oleh Bank BNI 46 kepada nasabah yang mengalami kerugian akibat penggunaan electronic banking?

2. Bagaimana alternatif penyelesaian masalah yang dilakukan oleh bank apabila timbul permasalahan dalam penggunaan electronic banking?

3. Bagaimana upaya yang dilakukan bank dalam meminimalisir risiko serta permasalahan yang terjadi dalam penggunaan electronic banking?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Adapun yang menjadi tujuan dari pembahasan dalam skripsi ini dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bentuk perlindungan hukum dan tanggung jawab yang diberikan oleh bank kepada nasabah yang mengalami kerugian akibat penggunaan electronic banking.

2. Untuk mengetahui alternatif penyelesaian sengketa terkait penggunaan


(15)

3. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan bank dalam meminimalisir risiko dalam penggunaan electronic banking.

Adapun penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik manfaat teoretis maupun praktis. Kedua manfaat tersebut adalah:

1. Secara Teoretis

Penulisan skripsi ini merupakan sumbangan pemikiran bagi ilmu pengetahuan hukum perdata, khususnya bagian hukum perbankan mengenai perlindungan hukum bagi nasabah pengguna fasilitas electronic banking.

2. Secara Praktis

Penulisan ini diharapkan sebagai masukan kepada para nasabah agar mengetahui hak dan perlindungan yang diterimanya dalam penggunaan fasilitas electronic banking. Penulisan ini juga diharapkan bermanfaat bagi para akademisi untuk menambah wawasan mengenai electronic banking.

D. Keaslian Penulisan

Perlindungan Hukum bagi Nasabah yang Menggunakan Fasilitas

Electronic Banking dalam Transaksi Perbankan yang diangkat penulis menjadi

judul skripsi ini merupakan hasil buah pemikiran dari penulis sendiri. Penulis mengangkat judul ini karena melihat transaksi perbankan yang kini lebih dominan dilakukan oleh nasabah dengan menggunakan fasilitas electronic banking dimana penulis ingin membahas mengenai bentuk perlindungan nasabah yang menjadi haknya.


(16)

Penulisan ini disusun berdasarkan literatur-literatur yang berkaitan dengan electronic banking. Oleh karena itu penulisan ini adalah asli hasil karya penulis.

E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Untuk melengkapi penulisan skripsi ini agar mencapai tujuan dan dapat lebih terarah serta dapat dipertanggungjawabkan, maka penulisan menggunakan jenis penelitian hukum normatif dan field research, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka yang berkaitan dengan permasalahan yang ingin diteliti dan penelitian di lapangan dimana penelitian tersebut dilakukan di Bank BNI 46 Cabang USU Medan.

2. Alat Pengumpulan Data

Materi dalam skripsi ini diambil dari data-data sekunder. Adapun data-data sekunder yang dimaksud adalah:

a. Bahan hukum primer, yaitu:

Dokumen-dokumen yang mengikat dan ditetapkan oleh pihak yang berwenang seperti peraturan dasar perundang-undangan. Dalam tulisan ini antara lain Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 yang telah diubah menjadi Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan, Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang informasi dan


(17)

transaksi elektronik, dan peraturan-peraturan lainnya yang berkaitan dengan perbankan dan electronic banking.

b. Bahan hukum sekunder, yaitu:

Semua dokumen yang merupakan informasi atau hasil kajian tentang

electronic banking, seperti seminar-seminar, makalah-makalah,

koran-koran, karya tulis ilmiah, dan dari beberapa sumber internet yang berkaitan dengan soal tersebut.

c. Bahan hukum tersier, yaitu:

Bahan-bahan yang memberikan petunjuk dan penjelasan dari bahan hukum primer seperti kamus bahasa asing, kamus istilah dalam hukum dan juga mengenai metode penelitian hukum untuk memberikan penjelasan mengenai teknik penulisan skripsi.

3. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data dari penulisan skripsi ini, penulis lakukan melalui studi pustaka (library research)dan juga melalui bantuan media elektronik yaitu layanan internet (internet services)serta melakukan wawancara dengan karyawan pada Bank BNI 46 Cabang USU Medan. Untuk memperoleh data dari sumber ini, penulis menafsirkan dan membandingkan berbagai buku dan artikel yang berkaitan dengan perlindungan hukum bagi nasabah pengguna fasilitas electronic banking. 4. Analisis Data

Metode analisis data yang dilakukan penulis adalah perpaduan antara yuridis normatif (studi pustaka) dan yuridis sosiologis (melalui penelitian


(18)

lapangan atau field research) yang berkaitan dengan permasalahan hukum mengenai electronic banking.

F. Sistematika Penulisan

Secara sistematika penulisan skripsi ini terbagi dalam lima bab dan setiap bab terbagi dalam beberapa sub-bab, yang mana disusun secara teratur yang kesemuanya memiliki hubungan yang erat satu dengan yang lain. Secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Pada bab ini penulis menguraikan pendahuluan yang mencakup tentang hal-hal yang bersifat umum, yaitu latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II Tinjauan Umum tentang Bank

Pada bab ini penulis akan membahas mengenai sejarah perbankan di Indonesia, sejarah mengenai Bank BNI 46 sebagai salah satu bank pemerintah, pengertian dan fungsi bank, jenis dan usaha bank, serta sumber-sumber hukum perbankan.


(19)

Bab III Tinjauan Umum tentang Electronic Banking

Pada bab ini penulis akan membahas mengenai sejarah, pengertian, jenis-jenis dan peraturan yang mengatur tentang electronic banking.

Bab IV Perlindungan Hukum yang Diberikan oleh Bank kepada Nasabah dalam Penggunaan Fasilitas Electronic Banking

Pada bab ini penulis akan membahas mengenai bentuk perlindungan hukum dan tanggung jawab yang diberikan oleh Bank BNI 46 kepada nasabah yang mengalami kerugian akibat penggunaan electronic banking, alternatif penyelesaian masalah yang dilakukan apabila timbul permasalahan serta upaya yang dilakukan oleh Bank BNI 46 dalam meminimalisir risiko serta permasalahan yang terjadi dalam penggunaan electronic banking.

Bab V Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisi kesimpulan dari bab-bab terdahulu sehingga melalui kesimpulan dan saran ini pembaca memahami skripsi ini dan diakhiri dengan saran yang berguna bagi pembaca.


(20)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG BANK

A. Sejarah Perbankan di Indonesia

Sebelum membahas masalah hukum dan ketentuan perbankan di Indonesia, terlebih dahulu kita perlu mengetahui dan mengikuti sejarah perkembangan di Indonesia, khususnya sejak zaman penjajahan Belanda sampai saat ini. Pengetahuan tentang sejarah perbankan di Indonesia sangat penting, mengingat adanya gejolak dan dinamika perkembangan perbankan di Indonesia. Selain itu perlu juga dipahami mengapa masih terdapat ketentuan maupun hukum perbankan yang masih berupa peninggalan colonial Belanda.

Sejarah perkembangan perbankan di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi:6

1. Zaman Penjajahan Belanda 2. Zaman Pendudukan Jepang 3. Zaman Kemerdekaan

Berikut adalah penjelasan mengenai sejarah perkembangan perbankan di Indonesia:

1. Zaman Penjajahan Belanda

Awal sejarah perbankan di tanah air tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan digantikannya kekuasaan VOC oleh Pemerintah Belanda pada 1 Januari 1800. Dengan bentuk pemerintahan resmi setelah Pemerintahan

6

Ketut Rindjin, Pengantar Perbankan dan Lembaga Keuangan Bukan Bank, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2000, hal. 29.


(21)

Raffles, Pemerintah Hindia Belanda ingin mencapai tujuan ekonomis dan politis lebih besar dan lebih mapan. Untuk memperbaiki keadaan keuangan sebagai warisan VOC dan Pemerintahan Raffles, Pemerintah Hindia Belanda memerlukan kehadiran lembaga bank.

Pada 10 Oktober 1827 berdirilah De Javasche Bank yang berkedudukan di Jakarta. Meskipun bukan bank milik pemerintah, akan tetapi direksinya diangkat oleh dan dengan persetujuan dari Pemerintah Hindia Belanda. Oleh karena itu suara pemerintah tetap efektif terhadap kebijakan De Javasche Bank dan menetapkan De Javasche Bank sebagai lembaga semi pemerintah.

Setelah berdiri De Javasche Bank memperoleh hak istimewa (octrooi) untuk mengeluarkan uang kertas bank. Pada tahun 1891, De Javasche Bank mendapatkan hak untuk memperdagangkan valuta asing dan mejalankan usaha sebagai bank umum dimana hal ini lebih menonjol dibandingkan dengan fungsinya sebagai bank of issue.

Modal swasta yang mengalir ke Indonesia, terutama bergerak di bidang pertanian yang menghasilkan perdagangan internasional. Itulah mengapa bank-bank yang timbul bukan bank indusri, bukan bank pembangunan, malinkan bank-bank pertanian dan bank-bank umum. Bank-bank tersebut kebanyakan berpusat di Belanda, sedangkan di Indonesia hanya kantor cabang, kecuali Escompto Bank.


(22)

Pada saat itu, bank-bank yang beroperasi di Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Nederlandsche-Indische Escompto-My (Escompto Bank), berdiri pada tahun 1857 dan berkedudukan di Jakarta.

2. Nederlandsche-Indische Handelsbank, berdiri pada tahun 1863 dan berkedudukan di Amsterdam.

3. Internatinale Credit en Handelsvereeniging “Rotterdam” (disebut juga Internasio), berdiri pada tahun 1863 dan berkedudukan di Rotterdam. 4. Handelsvereeniging “Amsterdam” (HVA), berdiri pada tahun 1878 dan

berkedudukan di Amsterdam.

5. Koloniale Bank, berdiri pada tahun 1881 dan berkedudukan di Amsterdam.

6. Nederlandsche Handel-My (NHM), berdiri pada tahun 1824 dan berkedudukan di Amsterdam. Semula hanya merupakan perusahaan dagang, tetapi pada tahun 1883 diperluas meliputi banking-business. 7. Nederlandsche-Indische Landbouw-My (NILM), berdiri pada tahun 1884. 8. Cultuurmaatschappy der Vortenlanden, berdiri pada tahun 1888.

Pemerintah Hindia Belanda juga memperhatikan kepentingan bangsa Indonesia akan lembaga perkreditan. Untuk itu didirikanlah Bank Tabungan Pos (Postspaarbank) berdasarkan Stb. Nomor 296 Tahun 1897, Centrale Kas pada tahun 1912.


(23)

Selain bank milik Belanda, terdapat juga bank asing milik Inggris, Jepang dan Cina. Jadi, bangsa asing yang berusaha di Indonesia dibantu oleh banknya sendiri.

Indonesia juga mendirikan bank guna membantu rakyat kecil dan usaha nasional seperti Bank Priyayi (Hulp-en Spaarbank der Inlandsche Bestuurs Abmtenaren) pada tahun 1896, Bank Nasional Indonesia yang berdiri pada tahun 1929 di Surabaya serta Bank Nasional (dahulu disebut Abuan Saudagar) yang berdiri pada tahun 1930 di Bukittinggi.

2. Zaman Pendudukan Jepang

Selama pendudukan Jepang (1942-1945), tidak banyak diketahui tentang kegiatan perbankan. Pemerintah Jepang sama sekali tidak membawa pengaruh positif bagi perkembangan perbankan. Sebaliknya, hampir semua bank terpaksa menutup usahanya. Bank yang tetap melanjutkan usahanya adalah Algemeene Volkscredietbank (AVB) yang kemudian diubah menjadi Syomin Ginko berdasarkan Osamu Seirei Nomor 8.

Fungsi dari Syomin Ginko ini masih sama seperti AVB semula, yaitu memberikan bantuan keuangan dan mengawasi bank-bank desa dan lumbung desa. Bahkan Syomin Ginko mengharuskan untuk menghimpun simpanan dari bank desa dan lumbung desa untuk ditransfer ke Yokohama Specie Bank. 3. Zaman Kemerdekaan

Pembahasan sejarah perbankan setelah kemerdekaan ditujukan pada sejarah masing-masing bank yang dimiliki oleh pemerintah dan mempunyai arti penting dalam sistem perbankan. Bank-bank yang berkembang setelah


(24)

kemerdekaan adalah Bank Indonesia, Bank Rakyat Indonesia, Bank Negara Indonesia 1946, Bank Bumi Daya, Bank Tabungan Negara, Bank Dagang Negara dan Bank Pembangunan Indonesia.

B. Sejarah Bank BNI 46 sebagai Salah Satu Bank Pemerintah

Berdiri sejak 1946, BNI yang dahulu dikenal sebagai Bank Negara Indonesia, merupakan bank pertama yang didirikan dan dimiliki oleh Pemerintah Indonesia.

Bank Negara Indonesia mulai mengedarkan alat pembayaran resmi pertama yang dikeluarkan Pemerintah Indonesia, yakni ORI atau Oeang Republik Indonesia, pada malam menjelang tanggal 30 Oktober 1946, hanya beberapa bulan sejak pembentukannya. Hingga kini, tanggal tersebut diperingati sebagai Hari Keuangan Nasional, sementara hari pendiriannya yang jatuh pada tanggal 5 Juli ditetapkan sebagai Hari Bank Nasional.

Menyusul penunjukan De Javsche Bank yang merupakan warisan dari Pemerintah Belanda sebagai Bank Sentral pada tahun 1949, Pemerintah membatasi peranan Bank Negara Indonesia sebagai bank sirkulasi atau bank sentral. Bank Negara Indonesia lalu ditetapkan sebagai bank pembangunan, dan kemudian diberikan hak untuk bertindak sebagai bank devisa, dengan akses langsung untuk transaksi luar negeri.

Sehubungan dengan penambahan modal pada tahun 1955, status Bank Negara Indonesia diubah menjadi bank komersial milik pemerintah. Perubahan ini melandasi pelayanan yang lebih baik dan tuas bagi sektor usaha nasional.


(25)

Sejalan dengan keputusan penggunaan tahun pendirian sebagai bagian dari identitas perusahaan, nama Bank Negara Indonesia 1946 resmi digunakan mulai akhir tahun 1968. Perubahan ini menjadikan Bank Negara Indonesia lebih dikenal sebagai 'BNI 46'. Penggunaan nama panggilan yang lebih mudah diingat -'Bank BNI' - ditetapkan bersamaan dengan perubahaan identitas perusahaan tahun 1988.

Tahun 1992, status hukum dan nama BNI berubah menjadi PT Bank Negara Indonesia (Persero), sementara keputusan untuk menjadi perusahaan publik diwujudkan melalui penawaran saham perdana di pasar modal pada tahun 1996.

Kemampuan BNI untuk beradaptasi terhadap perubahan dan kemajuan lingkungan, sosial-budaya serta teknologi dicerminkan melalui penyempurnaan identitas perusahaan yang berkelanjutan dari masa ke masa. Hal ini juga menegaskan dedikasi dan komitmen BNI terhadap perbaikan kualitas kinerja secara terus-menerus.

Pada tahun 2004, identitas perusahaan yang diperbaharui mulai digunakan untuk menggambarkan prospek masa depan yang lebih baik, setelah keberhasilan mengarungi masa-masa yang sulit. Sebutan 'Bank BNI' dipersingkat menjadi 'BNI', sedangkan tahun pendirian - '46' - digunakan dalam logo perusahaan untuk meneguhkan kebanggaan sebagai bank nasional pertama yang lahir pada era Negara Kesatuan Republik Indonesia.7

7

http://www.bni.co.id/id-id/tentangkami/sejarah.aspx diakses pada tanggal 7 April 2012, pada pukul 20.26 WIB


(26)

Seiring dengan perubahan zaman, logo BNI 46 juga mengalami perubahan yang mempunyai filosofi sebagai berikut: 8

1. Identitas baru BNI – dasar pembuatan desain

Identitas baru BNI merupakan hasil desain ulang untuk menciptakan suatu identitas yang tampak lebih segar, lebih modern, dinamis, serta menggambarkan posisi dan arah organisasi yang baru. Identitas tersebut merupakan ekspresi brand baru yang tersusun dari symbol “46” dan kata “BNI” yang selanjutnya dikombinasikan dalam suatu bentuk logo baru BNI. 2. Huruf “BNI”

Huruf “BNI” dibuat dlm warna turquoise baru, untuk mencerminkan kekuatan, otoritas, kekokohan, keunikan dan citra yang lebih modern. Huruf tersebut dibuat secara khusus untuk menghasilkan struktur yang orisinal dan unik.

3. Simbol “46”

Angka “46” merupakan simbolis tanggal kelahiran BNI, sekaligus mencerminkan warisan sebagai bank pertama di Indonesia. Dalam logo ini, angka “46” diletakkan secara diagonal menembus kotak berwarna jingga untuk menggambarkan BNI baru yang modern.

4. Palet Warna

Palet warna korporat telah didesain ulang, namun tetap mempertahankan warna korporat yang lama, yakni turquoise dan jingga. Warna turquoise yang digunakan pada logo baru ini lebih gelap, kuat mencerminkan citra yang lebih

8

http://www.bni.co.id/id-id/tentangkami/visimisi.aspx diakses pada tanggal 7 April 2012, pada pukul 20.50 WIB


(27)

stabil dan kokoh. Warna jingga yang baru lebih cerah dan kuat, mencerminkan citra lebih percaya diri dan segar.

Logo “46” dan “BNI” mencerminkan tampilan yang modern dan dinamis. Sedangkan penggunaan warna korporat baru memperkuat identitas tersebut. Hal ini akan membantu BNI melakukan diferensiasi di pasar perbankan melalui identitas yang unik, segar dan modern.

C. Pengertian dan Fungsi Bank

Sebelum kita melangkah lebih jauh, ada baiknya kita terlebih dahulu mengetahui apa yang dimaksud dengan bank itu.

Apabila kita menelusuri sejarah dari termonilogi bank, maka akan kita temukan bahwa kata “bank” berasal dari bahasa Italia “banca” yang berarti bence yaitu tempat duduk. Sebab pada zaman pertengahan pihak banker Italia yang memberikan pinjaman-pinjaman melakukan usahanya tersebut dengan duduk di bangku-bangku di halaman pasar.9

Beberapa pendapat sarjana mengenai bank:

1. A. Abdurrachman dalam bukunya“Ensiklopedia Ekonomi Keuangan dan Perlindungan”

“Bank adalah suatu badan yang melaksanakan berbagai macam jasa seperti memberikan pinjaman, mengedarkan mata uang, pengawasan terhadap mata

9


(28)

uang, bertindak sebagai tempat penyimpanan benda-benda berharga, membiayai usaha perusahaan-perusahaan dan lain-lain.”10

2. Ruddy Tri Santoso

“Bank adalah suatu industry kepercayaan, yang dalam hal ini adalah sebagai media perantara keuangan (Financial Intermediary) antara debitur dan kreditor dana”11

3. G. M. Verryn Stuart dalam bukunya “Bank Politik”

“Bank sebagai suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dalam alat pembayaran sendiri atau dengan uang yang diperoleh dari orang lain, maupun dengan jalan mengedarkan alat-alat penukar baru berupa uang giral.”12

4. O. P. Simorangkir

“Bank merupakan salah satu badan usaha lembaga keuangan yang bertujuan memberikan kredit dan jasa-jasa. Adapun pemberian kredit itu dilakukan baik dengan modal sendiri atau dengan dana-dana yang dipercayakan oleh pihak ketiga maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat pembayaran baru berupa uang giral”13

Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, bank adalah “badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.

Dari pengertian tersebut, jelaslah bahwa bank berfungsi sebagai

“financial intermediary” dengan usaha utama menghimpun dan menyalurkan

10

Lukman Santoso Az, Hak dan Kewajiban Hukum Nasabah Bank, Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2011, hal. 31.

11 Ibid 12

Ibid 13


(29)

dana masyarakat serta memberikan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran. Dua fungsi tersebut tidak dapat dipisahkan.

Dalam pasal 3 dan pasal 4 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan menyebutkan fungsi dan tujuan perbankan Indonesia, yaitu: 1. Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur

dana masyarakat;

2. Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.

Berdasarkan pengertian dari kedua pasal tersebut, perbankan nasional kita mempunyai cirri khas jika dibandingkan dengan perbankan umumnya, yang merupakan karakter dari perbankan nasional kita.

Perbankan nasional kita mempunyai fungsi dan tujuan dalam kehidupan ekonomi nasional bangsa Indonesia:14

1. Bank berfungsi sebagai “financial intermediary” dengan kegiatan pokok menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat atau pemindahan dana masyarakat dari unit surplus kepada unit deficit atau pemindahan uang dari penanbung kepada peminjam.

2. Penghimpunan dan penyaluran dana masyarakat tersebut bertujuan menunjang sebagian tugas penyelenggaraan negara yakni:

a. Menunjang pembangunan nasional, termasuk pembangunan daerah; bukan melaksanakan misi pembangunan suatu golongan apalagi perseorangan;

14

Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001, hal. 61


(30)

jadi perbankan Indonesia diarahkan untuk menjadi agen pembangunan

(agent of development);

b. Dalam rangka mewujudkan trilogy pembangunan nasional, yakni:

- Meningkatkan pemerataan kesejahteraan rakyat banyak, bukan kesejahteraan segolongan orang atau perseorangan saja; melainkan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia tanpa kecuali;

- Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, bukan pertumbuhan ekonomi segolongan orang atau perseorangan; melainkan pertumbuhan ekonomi seluruh rakyat Indonesia, termasuk pertumbuhan ekonomi yang diserasikan;

- Meningkatkan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis;

- Meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat banyak, artinya tujuan yang hendak dicapai oleh perbankan nasional adalah meningkatkan pemerataan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat Indonesia, bukan segolongan orang atau perseorangan saja;

3. Dalam menjalankan fungsi tersebut, perbankan Indonesia harus mampu melindungi seecara baik apa yang dititipkan masyarakat kepadanya dengan menerapkan prinsip kehati-hatian (prudential banking), dengan cara:

a. Efisien, sehat, wajar dalam persaingan yang sehat yang semakin mengglobal atau mendunia;

b. Menyalurkan dana masyarakat tersebut ke bidang-bidang yang produktif, bukan konsumtif;


(31)

4. Peningkatan perlindungan dana masyarakat yang dipercayakan pada bank, selain melalui penerapan prinsip kehati-hatian, juga pemenuhan ketentuan persyaratan kesehatan bank, serta sekaligus berfungsi untuk mencegah terjadinya praktek-praktek yang merugikan kepentingan masyarakat luas.

Dengan demikian, fungsi perbankan Indonesia bukan hanya sekedar wadah untuk menghimpun dana dan penyalur dana masyarakat, tetapi lebih diarahkan kepada peningkatan taraf hidup rakyat banyak agar lebih sejahtera.

D. Jenis dan Usaha Bank

Penggolongan bank dapat dibagi berdasarkan fungsi dan kepemilikannya.15

Jenis bank berdasarkan fungsinya

1. Bank Sentral, yaitu Bank Indonesia sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1968.

2. Bank Umum, yaitu bank yang dapat memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

3. Bank Perkreditan Rakyat, yaitu bank yang dapat menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan dan atau ebntuk lainnya yang disamakan dengan itu.

4. Bank Umum yang mengkhususkan diri untuk melaksanakan kegiatan tertentu atau memberikan perhatian yang besar kepada kegiatan tertentu, seperti melaksanakan kegiatan pembiayaan jangka panjang, pembiayaan untuk

15

Widjanarto, Hukum dan Ketentuan Perbankan di Indonesia, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1997,hal. 45.


(32)

mengembangkan koperasi, pengembangan pengusaha golongan ekonomi lemah/ pengusaha kecil, pengembangan ekspor non migas dan pengembangan pembangunan perumahan.

Jenis bank berdasarkan kepemilikannya:

1. Bank Umum Milik Negara, yaitu bank yang hanya dapat didirikan berdasarkan undang-undang.

2. Bank Umum Swasta, yaitu bank yang hanya dapat didirikan dan menjalankan usaha setelah mendapat izin dari Menteri Keungan dengan mendengar pertimbangan-pertimbangan Bank Indonesia.

3. Bank Campuran, yaitu bank umum yang didirikan bersama-sama oleh satu atau lebih bank umum yang berkedudukan di Indonesia dan didirikan oleh warga negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia yang dimiliki sepenuhnya oleh warga negara Indonesia, dengan satu atau lebih bank yang berkedudukan di luar negeri.

4. Bank Pembangunan Daerah, yaitu bank milik pemerintah daerah.

Namun berdasarkan pasal 5 Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan, disebutkan bahwa menurut jenisnya, bank terdiri atas:

1. Bank Umum;

Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/ atau berdasarkan prinsip Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayran. Bank umum adalah bank yang membuat atau mencetak uang giral. Bank umum juga dapat mengkhususkan


(33)

diri untuk melaksanakan kegiatan tertentu seperti kegiatan pembiayaan jangka panjang, pembiayaan untuk mengembangkan koperasi, pengembangan pengusaha golongan ekonomi lemah/ pengusaha kecil, pengembangan ekspor non migas dan pengembangan pembangunan perumahan.

2. Bank Perkreditan Rakyat.

Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Oleh karena itu, bank perkreditan rakyat tidak dapat mencetak uang giral.

Bentuk usaha bank diatur dalam pasal 6 Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan, yaitu sebagai berikut:

1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan/ atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu;

2. Memberikan kredit;

3. Menerbitkan surat pengakuan hutang;

4. Membeli, menjual atau menjamin atas risiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya:

a. surat-surat wesel termasuk wesel yang diakseptasi oleh bank yang masa berlakunya tidak lebih lama daripada kebiasaan dalam perdagangan surat-surat dimaksud;

b. surat pengakuan hutang dan kertas dagang lainnya yang masa berlakunya tidak lebih lama dari kebiasaan dalam perdagangan surat-surat dimaksud;


(34)

c. kertas perbendaharaan negara dan surat jaminan pemerintah; d. Sertifikat Bank Indonesia (SBI);

e. obligasi;

f. surat dagang berjangka waktu sampai dengan 1 (satu) tahun;

g. instrumen surat berharga lain yang berjangka waktu sampai dengan 1 (satu) tahun;

5. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah;

6. Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjamkan dana kepada bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek atau sarana lainnya;

7. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan dengan atau antar pihak ketiga;

8. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga;

9. Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak;

10. Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek;

11. Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit dan kegiatan wali amanat;

12. Menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain berdasarkan prinsip syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh bank indonesia;


(35)

13. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang ini dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Selanjutnya dalam pasal 7 Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan disebutkan selain melakukan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Bank Umum dapat pula:

1. Melakukan kegiatan dalam valuta asing dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia;

2. Melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank atau perusahaan lain di bidang keuangan, seperti sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan efek, asuransi, serta lembaga kliring penyelesaian dan penyimpanan, dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia;

3. Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat kegagalan kredit atau kegagalan pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, dengan syarat harus menarik kembali penyertaannya, dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia; dan

4. Bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana pensiun sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan dana pensiun yang berlaku.

E. Sumber-Sumber Hukum Perbankan

Sumber hukum perbankan dapat dibedakan atas sumber hukum dalam arti formal dan sumber hukum dalam arti material. Sumber hukum dalam arti


(36)

material adalah sumber hukum yang menentukan isi hukum itu sendiri dan itu tergantung dari sudut mana dilakukan peninjauannya, apakah dari sudut pandang ekonomi, sejarah, sosiologi, filsafat dan lain sebagainya. Sedangkan sumber hukum dalam arti formal adalah tempat ditemukannya ketentuan hukum dan perundang-undangan, baik yang tertulis maupun tidak tertulis.

Bagi kalangan di bidang hukum, hal yang terpenting dalam pelaksanaan kehidupan hukum adalah sumber hukum dalam arti formal. Sumber hukum dalam arti material baru diperhatikan jika dianggap perlu untuk diketahui asal-usul kaidah hukum tersebut.

Sumber hukum perbankan adalah tempat ditemukannya ketentuan hukum dan perundang-undangan (tertulis) yang mengatur mengenai perbankan.16 Mengenai sumber hukum formal di Indonesia, maka yang menjadi sumber hukum utama adalah Undang-Undang Dasar 1945. Sumber hukum formal mengenai bidang perbankan adalah sebagai berikut:

1. Undang-Undang Dasar 1945 (terutama pasal 33)

2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat, terutama mengenai Garis-Garis Besar Haluan Negara

3. Undang-Undang Pokok di bidang perbankan dan Undang-Undang pendukung sektor ekonomi dan sektor lainnya yang terkait, seperti:

a. Peraturan pokok yaitu Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan

16


(37)

atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia.

b. Peraturan pendukung yaitu Burgerlijk Wetboek (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata), terutama ketentuan Buku II dan Buku III mengenai hukum jaminan dan perjanjian dan Wetboek van Koophandel (Kitab Undang-Undang Hukum Dagang), terutama ketentuan Buku I mengenai surat-surat berharga serta Undang-Undang lainnya yang berkaitan dan banyak hubungannya dengan kegiatan perbankan, misalnya:

1) Undang-Undang yang mengatur badan usaha seperti Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah, Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1969 tentang penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1969 tentang Bentuk-Bentuk Usaha Negara, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perserotan Terbatas, Faillissement Verordening(Peraturan Kepailitan) sebagaimana telah dibuah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1998 yang disahkan menjadi Undang-Undang dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998; 2) Undang-Undang pengesahan yang berkaitan dh perjanjian

Internasional di bidang pern maupun sektor ekonomi seperti Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement


(38)

3) Undang-Undang yang mengatur kegiatan ekonomi lainnya seperti Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1999 tentang Lalu Lintas Devisa dan Sistem Nilai Tukar;

4) Undang yang berkaitan dengan jaminan, seperti Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas Tanah Beserta Benda-Benda yang Berkaitan dengan Tanah, dan Undang-Undang lainnya.

4. Peraturan Pemerintah

a. Peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang perbankan, seperti:

1) Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 1998 tentang Program Rekapitulasi Bank Umum;

2) Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1999 tentang Badan Penyehatan Perbankan Nasional;

3) Peraturan Nomor 24 Tahun 1999 tentang Ketentuan Tata Cara Pembukaan Kantor Cabang Pembantu dan Kantor Perwakilan dari Bank yang berkedudukan di luar negeri;

4) Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1999 tentang Pencabutan Izin Usaha, Pembubaran dan Likuidasi Bank;

5) Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1999 tentang Merger, Konsolidasi dan Akuisisi Bank;

6) Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1999 tentang Pembelian Saham Bank Umum;


(39)

7) Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1999 tentang Pencabutan Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 1992 tentang Bank Umum sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1998, Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 1992 tentang Bank Perkreditan Rakyat dan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1992 tentang Bank berdasarkan Prinsip Bagi Hasil; dan

8) Peraturan Pemerintah lainnya.

b. Peraturan Pemerintah pelaksanaan dari Undang-Undang yang berkaitan dengan kegiatan perbankan termaksud dalam angka 5 di atas, seperti: 1) Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1994 tentang Pajak

Penghasilan atas Bunga Deposito dan Tabungan serta Diskonto Sertifikat Bank Indonesia;

2) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1998 tentang Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas; dan

3) Peraturan Pemerintah lainnya.

5. Keputusan Presiden (Keppres) dan Instruksi Presiden, misalnya:

a. Keputusan Presiden Nomor 59 Tahun 1972 tentang Penerimaan Kredit Luar Negeri;

b. Keputusan Presiden Nomor 5 Tahun 1984 tentang Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia;

c. Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 1998 tentang Jaminan terhadap Kewajiban Pembayaran Bank Umum;


(40)

d. Keputusan Presiden Nomor 139 Tahun 1998 tentang Jaminan terhadap Kewajiban Pembayaran Bank Perkreditan Rakyat.

6. Keputusan Menteri Keuangan

7. Peraturan Bank Indonesia (dahulu dikenal dengan Surat Keputusan dan Surat Edaran Bank Indonesia)

8. Peraturan lainnya yang dikeluarkan oleh Institusi Pemerintah yang tidak langsung mengurus perbankan, namun peraturannya memuat ketentuan yang erat dengan kegiatan perbankan, misalnya Peraturan Menteri Dalam Negeri yang mengatur perbankan milik Pemerintah Daerah.

Selain Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan juga merupakan sumber utama dari hukum perbankan di Indonesia. Karenanya segala ketentuan perbankan di Indonesia harus disesuaikan dengan Undang-Undang Perbankan yang telah diubah tersebut. Dengan berlakunya undang-undang tersebut, maka ada beberapa peraturan yang tidak lagi berlaku, yakni:17

1. Staatsbald Tahun 1929 Nomor 357 tanggal 14 September 1929 tentang

aturan-aturan mengenai badan-badan kredit desa dalam propinsi-propinsi di Jawa dan Madura di luar wilayah kotapraja-kotapraja.

2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1962 tentang Bank Pembangunan Swasta (Lembaran Negara Tahun 1962 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2489);

17


(41)

3. Peraturan tentang Usaha Perkreditan yang diselenggarakan oleh Kelurahaan di Daerah Kadipaten Paku Alaman (Rijksblaaddari Daerah Paku Alaman Tahun 1937 Nomor 9).

Peraturan-peraturan perbankan tersebut tidak berlaku lagi karena dinilai sudah tidak dapat mengikuti perkembangan perekonomian nasional maupun internasional.

Substansi peraturan perbankan dinilai terlalu sumir, sederhana, umum dan singkat dan menetapkan pengecualian yang membatasi, sehingga dalam prakterknya seringkali menimbulkan perbedaan penafsiran. Ketentuan pelaksanaannya, terdapat dalam berbagai peraturan perundang-undangan yang sudah ada, sedang sebagian lagi masih perlu ditetapkan dalam bentuk peraturan pemerintah dan ketentuan Bank Indonesia.


(42)

BAB III

TINJAUAN UMUM TENTANG ELECTRONIC BANKING

A. Sejarah Electronic Banking

Kemajuan pesat teknologi komputer baik perangkat keras, perangkat lunak, sistem host to host, sistem jaringan dan komunikasi data memberikan dampak yang luar biasa kepada jasa perbankan secara elektronik.

Pada tahun 2000, implementasi electronic banking dan mobile banking mulai dilakukan oleh beberapa bank yang ada di Indonesia. Bank-bank yang ada di Indonesia mulai memasuki dunia maya guna mempermudah akses bagi para nasabahnya. Namun pada saat itu, masih sedikit bank yang menawarkan fasilitas ini. Seiring dengan tuntutan memperoleh kemudahan dalam transaksi perbankan, fasilitas ini mulai ditawarkan oleh bank-bank lainnya.

Electronic bankingyang ada di Indonesia adalah:18

1. 1998 Sep, Bank Internasional Indonesia https://www.bankbii.com/ 2. 2000, Bank Niaga https://secure.bank2home.com/ib-niaga/Login.html 3. 2001, Bank Bukopin https://secure.bank2home.com/appbukopin/login.jsp 4. 2001, Bank Sentral Asia (BCA) https://ibank.klikbca.com/

5. 2003, Bank Mandiri https://ib.bankmandiri.co.id/ 6. 2005, Bank PermataNet https://www.permatanet.com

7. 2006, Bank Permata e-Business https://www.permatae-business.com/

18http://id.wikibooks.org/wiki/Sejarah_Internet_Indonesia/e-banking diakses pada tanggal 9 April 2012, pada pukul 16.00 WIB


(43)

8. 2007, Bank Negara Indonesia https://ibank.bni.co.id/ 9. Bank Lippo https://ebanking.lippobank.co.id/

10. 2008, Bank Danamon Indonesia https://www.danamonline.com 11. 2009, Bank Rakyat Indonesia https://ib.bri.co.id/ib-bri/Login.html 12. 2010, Bank Mega

https://ibank.bankmega.com/business/common2/login.do?action=loginReques Kemajuan teknologi electronic banking sangat pesat bersamaan dengan kemajuan interkoneksi pelayanan dan komunikasi data melalui jaringan kabel maupun wireless (tanpa kabel). Fasilitas electronic banking ini sangat luar biasa, menembus batasan ruang dan waktu. Kapanpun dan di manapun nasabah dapat bertransaksi selama 24 jam. Hanya saja, tidak semua bank mempunyai fasilitas ini. Saat ini, fasilitas electronic banking ini hanya terbatas pada bank-bank besar karena biaya pengembangan perangkat keras (hardware), perangkat lunak

(software), membangun jaringan dan biaya perawatan sangat mahal.

B. Pengertian Electronic Banking

Layanan perbankan melalui media elektronik atau disebut juga

electronic banking adalah layanan yang memungkinkan nasabah bank untuk

memperoleh informasi, melakukan komunikasi dan melakukan transaksi perbankan melalui media elektronik antara lain ATM, phone banking, electronic

fund transfer, internet banking, mobile phone (pasal 1 angka 3 Peraturan Bank


(44)

Electronic banking adalah layanan perbankan yang menggunakan berbagai kemudahan dalam bertransaksi sehingga seseorang dapat memilih berbagai layanan sesuai kebutuhannya.19

Gambaran yang mudah dimengerti tentang electronic banking sebagai ilustrasinya adalah meja teller atau customer service seolah-olah berpindah ke tempat nasabah, di mana nasabah pula yang menjadi teller atau customer

servicenya. Nasabah dapat bebas melakukan transaksi apa saja selama ada pada

menu transaksi. Transaksi yang dapat dilakukan tampil dalam bentuk menu transaksi atau daftar transaksi, nasabah tidak dapat melakukan transaksi di luar menu tersebut.

Transaksi ini dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja, selama tersedia jaringan layanan data dan dapat diakses. Transaksi ini juga dapat dilakukan selama 24 jam secara real time.

C. Jenis-Jenis Electronic Banking

Persaingan antarbank dalam meraih minat para nasabahnya untuk menggunakan jasa mereka kini sangat ketat. Persaingan antarbank itu ditandai dengan adanya produk-produk dan layanan-layanan yang ditawarkan kepada para nasabah dan lokasi layanan, baik dalam bentuk kantor cabang atau ATM.

Jenis-jenis teknologielectronic bankingyang ada, yaitu:20

19

Try Widiyono, op.cit., hal. 196. 20

http://nustaffsite.gunadarma.ac.id/blog/bhermana/2007/11/08/perbankan-indonesia-dan-e-banking/, diakses pada tanggal 29 Maret 2012, pukul 20:28 WIB


(45)

1. Automatic Teller Machine (ATM)

Terminal elektronik yang disediakan lembaga keuangan atau perusahaan lainnya yang membolehkan nasabah untuk melakukan penarikan tunai dari rekening simpanannya di bank, melakukan setoran, cek saldo, atau pemindahan dana.

2. Computer Banking

Layanan bank yang bisa diakses oleh nasabah melalui koneksi internet ke pusat data bank, untuk melakukan beberapa layanan perbankan, menerima dan membayar tagihan, dan lain-lain.

3. Debit (Check) Card

Kartu yang digunakan pada ATM atau terminalPoint Of Sale(POS) yang memungkinkan pelanggan memperoleh dana yang langsung didebet (diambil) dari rekening banknya.

4. Direct Deposit

Salah satu bentuk pembayaran yang dilakukan oleh organisasi (misalnya pemberi kerja atau instansi pemerintah) yang membayar sejumlah dana (misalnya gaji atau pensiun) melalui transfer elektronik. Dana ditransfer langsung ke setiap rekening nasabah.

5. Direct Payment (Electronic Bill Payment)

Salah satu bentuk pembayaran yang mengizinkan nasabah untuk membayar tagihan melalui transfer dana elektronik. Dana tersebut secara elektronik ditransfer dari rekening nasabah ke rekening kreditor.Direct


(46)

paymentberbeda daripreauthorized debitdalam hal ini, nasabah harus menginisiasi setiap transaksidirect payment.

6. Electronic Bill Presentment and Payment (EBPP)

Bentuk pembayaran tagihan yang disampaikan atau diinformasikan ke nasabah atau pelanggan secara online, misalnya melalui email atau catatan dalam rekening bank. Setelah penyampaian tagihan tersebut, pelanggan boleh membayar tagihan tersebut secara online juga. Pembayaran tersebut secara elektronik akan mengurangi saldo simpanan pelanggan tersebut.

7. Electronic Check Conversion

Proses konversi informasi yang tertuang dalam cek (nomor rekening, jumlah transaksi, dll) ke dalam format elektronik agar bisa dilakukan pemindahan dana elektronik atau proses lebih lanjut.

8. Electronic Fund Transfer (EFT)

Perpindahan “uang” atau “pinjaman” dari satu rekening ke rekening lainnya melalui media elektronik.

9. Payroll Card

Salah satu tipe “stored value card” yang diterbitkan oleh pemberi kerja sebagai pengganti cek yang memungkinkan pegawainya mengakses pembayaraannya pada terminal ATM ataupoint of sales. Pemberi kerja menambahkan nilai pembayaran pegawai ke kartu tersebut secara elektronik.

10.Preauthorized Debit (Automatic Bill Payment)

Bentuk pembayaran yang mengizinkan nasabah untuk mengotorisasi pembayaran rutin otomatis yang diambil dari rekening banknya pada


(47)

tanggal-tangal tertentu dan biasanya dengan jumlah pembayaran tertentu (misalnya pembayaran listrik, tagihan telpon, dll). Dana secara elektronik ditransfer dari rekening pelanggan ke rekening kreditor (misalnya PLN atau PT Telkom).

11.Prepaid Card

Salah satu tipeStored-Value Cardyang menyimpan nilai moneter di dalamnya dan sebelumnya pelanggan sudah membayar nilai tersebut ke penerbit kartu.

12.Smart Card

Salah satu tipestored-value cardyang di dalamnya tertanam satu atau lebihchipsatau microprocessorssehingga bisa menyimpan data, melakukan perhitungan, atau melakukan proses untuk tujuan khusus (misalnya validasi PIN, otorisasi pembelian, verifikasi saldo rekening, dan menyimpan data pribadi). Kartu ini bisa digunakan pada sistem terbuka (misalnya untuk pembayaran transportasi publik) atau sistem tertutup (misalnya MasterCard

atauVisa networks).

13.Stored-Value Card

Kartu yang di dalamnya tersimpan sejumlah nilai moneter, yang diisi melalui pembayaran sebelumnya oleh pelanggan atau melalui simpanan yang diberikan oleh pemberi kerja atau perusahaan lain. Untuksingle-purpose

stored value card, penerbit (issuer) dan penerima (acceptor) kartu adalah

perusahaan yang sama dan dana pada kartu tersebut menunjukkan pembayaran di muka untuk penggunaan barang dan jasa tertentu (misalnya kartu telepon).Limited-purpose cardsecara umum digunakan secara terbatas pada


(48)

terminal POS yang teridentifikasi sebelumnya di lokasi-lokasi tertentu (misalnyavending machinesdi sekolah-sekolah). Sedangkanmulti-purpose

card dapat digunakan pada beberapa penyedia jasa dengan kisaran yang lebih

luas, misalnya kartu dengan logo MasterCard, Visa, atau logo lainnya dalam jaringan antar bank.

Namun, tidak semua layanan tersebut dapat dinikmati oleh para nasabah yang ada di Indonesia. Secara umum, layanan electronic banking yang ada di Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Automatic Teller Machine (ATM)

Saat ini, hampir semua bank mempunyai jenis layanan yang dalam transaksinya menggunakan sarana kartu ATM. Kartu ATM merupakan sistem modern dalam transaksi yang diinginkan oleh pemegang kartu ATM melalui suatu jaringan sistem elektronik yang canggih.

ATM yang juga sering disebut sebagai Anjungan Tunai Mandiri ini adalah:21

1. Kegiatan kas yang dilakukan secara elektronis untuk memudahkan nasabah, antara lain menarik atau menyetor secara tunai, atau melakukan pembayaran melalui pemindahbukuan atau memperoleh informasi saldo atau mutasi rekening nasabah.

2. Dari sisi Teknologi Sistem Informasi, ATM adalah salah satu jenis terminal atau mesin komputer yang digunakan oleh bank, yang dihubungkan dengan komputer lainnya melalui komunikasi data yang memungkinkan seseorang nasabah bank dapat menyimpan dan mengambil uang di ban, atau melakukan transaksi lainnya tanpa bantuan manusia.

Fasilitas layanan ini dibuat untuk menarik dana nasabah melalui cross

selling dan untuk meningkatkan free basic income. Oleh karena itu, layanan

21

Z. Dunil, Kamus Istilah Perbankan Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2004, hal. 10.


(49)

ATM merupakan bagian dan berinduk kepada rekening tabungan dan/ atau giro. Konsekuensi dari sistem demikian, ketentuan- ketentuan dalam produk tabungan atau giro berlaku pada produk layanan kartu ATM, kecuali secara tegas ketentuan tersebut diatur dalam formulir syarat dan ketentuan dalam layanan kartu ATM.

Bagi bank, ATM merupakan alat yang lebih efektif biaya untuk mengantarkan atau menyerahkan fungsi-fungsi rutin ini dan membebaskan personalia cabang untuk menjual jasa-jasa dengan hasil yang lebih besar.22

ATM biasanya dapat digunakan dalam transaksi menggunakan ATM bank yang bersangkutan dan/ atau lembaga keuangan lainnya (lintas network), yaitu mesin ATM milik peserta dari jaringan berdasarkan perjanjian bersama dan/ atau pada mesin-mesin ATM yang berlogo tertentu (biasanya dapat dilihat pada kartu ATM). Apabila nasabah menggunakan fasilitas ATM di luar bank yang bersangkutan atau dengan menggunakan ATM milik bank lain, maka akan dikenakan charge dimana besarnya ditentukan dari kesepakatan bersama antara para pemilik jaringan ATM bersama tersebut. Hal ini berkaitan dengan adanya acquiring fee, yaitufeeyang diperoleh atas transaksi ATM di bank lain.

Kartu ATM mempunyai fungsi yang berbeda-beda sesuai dengan kecanggihan jaringan teknologi yang dimiliki oleh bank. Beberapa transaksi yang dapat menggunakan kartu ATM:23

22

Allen H. Lipis, dkk, Electronic Banking, diterjemahkan oleh A. Hasymi Ali, Jakarta: Rineka Cipta, 1992, hal. 9.

23


(50)

1. Sebagai sarana untuk membuka rekening lain yang ditawarkan oleh bank yang bersangkutan, misalnya internet bankingdan atau call banking. 2. Sebagai sarana untuk melakukan transisi lain, misalnya perintah

pemindahbukuan atau transfer pada rekening yang ada pada bank yang sama. Closed transfer, yaitu pemindahbukuan antar rekening nasabah yang terdapat pada satu nomor kartu pada cabang yang sama, permintaan rekening koran, permintaan kartu cek dan/ atau bilyet giro (rekening koran, cek dan bilyet giro ini biasanya tetap diambil di cabang dan tidak keluar dari mesin ATM).

3. Sebagai sarana pembayaran pada merchant- merchanttertentu (toko, hotel, biro perjalananm kafe dan lain sebagainya).

4. Sebagai sarana penarikan kredit (kartu kredit).

5. Sarana- sarana lain yang sesuai dengan fitur yang ditawarkan kepada nasabah.

Layanan BNI ATM (Automatic Teller Machine) adalah layanan yang diberikan oleh bank BNI yang siap melayani para nasabah selama 24 jam, guna melakukan transaksi perbankan transaksi perbankan yang meliputi penarikan tunai, inquiry saldo rekening tabungan, transfer, setoran tunai (melalui mesin CDM) dan melakukan berbagai jenis pembelian dan pembayaran tagihan tanpa harus datang langsung ke Kantor Cabang BNI dan tanpa terikat waktu.

Alat bertransaksi melalui BNI ATM adalah kartu debit atau kredit. Selain kartu debit atau kartu kredir, ATM BNI juga dapat digunakan oleh


(51)

seluruh nasabah BNI yang memiliki BNI Card dan kartu kredit, serta non nasabah BNI yang memiliki kartu atm/ kartu debit/ kartu kredit dengan jaringan Visa, Visa Electron, Plus, MasterCard, Maestro, Cirrus, Link dan ATM Bersama.

Jenis-jenis ATM yang disediakan oleh bank BNI adalah sebagai berikut:24

1. ATM Reguler adalah ATM yang dapat melakukan transaksi pengambilan tunai dan transaksi lain seperti inquirysaldo rekening, transfer, ganti PIN, pembelian dan pembayaran tagihan. Saat ini telah tersedia dan tersebar di seluruh Indonesia untuk melayani nasabah BNI. BNI ATM juga dapat melayani nasabah non BNI namun hanya dapat melakukan transaksi penarikan tunai , transfer dan inquirysaldo.

2. ATM Non Tunai adalah ATM yang hanya dapat melakukan seluruh transaksi non tunai seperti inquiry saldo rekening, transfer, ganti PIN, pembelian dan pembayaran tagihan dan tidak dapat melakukan transaksi pengambilan tunai. Saat ini ATM Non Tunai tersedia di kota- kota besar di Indonesia untuk melayani nasabah BNI. Bagi nasabah non BNI, ATM Non Tunai hanya dapat melayani transaksi transfer dan inquiry saldo. Secara fisik bentuk ATM Non Tunai berbeda dengan ATM biasa, karena ATM Non Tunai tidak memiliki badan mesin seperti mesin ATM pada umumnya dan hanya berupa layar monitor dan papan ketik (keyboard) pada bagian depan layar.

24

http://www.bni.co.id/id-id/bankingservice/prioritybanking/layananbniebanking/bniatm.aspx diakses pada tanggal 9 April 2012 pukul 19.55 WIB


(52)

3. ATM Setoran Tunai (CDM – Cash Deposit Machine) adalah ATM yang dapat menerima setoran tunai dan inquiry saldo rekening. ATM Setoran Tunai tidak dapat melakukan transaksi pengambilan tunai, transfer, ganti PIN, pembelian dan pembayaran tagihan. Saat ini tersedia di kota-kota besar di Indonesia untuk melayani nasabah BNI. Secara fisik bentuk ATM Setoran Tunai hampir sama dengan ATM biasa, namun pada sisi depan terdapat lubang/ laci yang digunakan untuk meletakkan uang yang akan disetor. Untuk melakukan setoran tunai, nasabah harus menggunakan kartu BNI Card dan nomor PIN yang sama dengan yang digunakan pada mesin ATM biasa. Tidak memerlukan aktivasi atau membuat nomor PIN baru untuk transaksi ini. Saldo rekening akan ter-updatesecara real time.

4. ATM Drive Thru adalah ATM yang dapat melakukan seluruh transaksi seperti halnya ATM biasa meliputi penarikan tunai, inquirysaldo, transfer, ganti PIN, pembelian dan pembayaran tagihan. ATM Drive Thrumemiliki keunikan dalam lokasi dan bentuk karena didesain khusus untuk dapat melayani nasabah tanpa harus turun dari mobil. Saat ini tersedia di kota-kota besar di Indonesia untuk melayani nasabah BNI. Untuk nasabah non BNI dapat dilayani hanya untuk transaksi transfer, penarikan tunai dan

inquirysaldo.

Layanan BNI ATM ini juga memiliki manfaat-manfaat yang sangat menguntungkan bagi nasabahnya, yaitu:25

25


(53)

1. Dapat menarik uang tunai dalam 24 jam. Nasabah tidak lagi tergantung jam pelayanan bank atau hari libur untuk mengambil uang tunai.

2. Bebas dari antrian yang panjang.

3. Menghemat waktu, karena tidak lagi mengikuti prosedur administrasi. 4. Selain menarik uang tunai juga dapat melihat saldo dan melakukan

transfer.

5. Lebih gampang dicapai karena ATM BNI tersedia di berbagai lokasi strategis.

6. BNI ATM memiliki fitur yang sangat lengkap, lebih dari 110 fitur, yang meliputi layanan tarik tunai, transfer antar rekening dan antar bank, pembelian (tiket penerbangan, asuransi, dll.), pembayaran tagihan (telepon, listrik, air, TV berlangganan, kartu kredit, angsuran pinjaman, internet, dll), isi ulang (pulsa telepon, setrum listrik, kartu prepaid, dll.), dan berbagai pembayaran lainnya (premi asuransi, biaya pendidikan/ SPP, pajak/ MPN, ZIS, dll). Bahkan Nasabah juga sudah bisa menabung melalui ATM jenis CDM (Cash Deposit Machine).

Dalam melakukan transaksi ini, nasabah tidak lepas dari risiko-risiko yang dapat merugikan. Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, ada beberapa cara aman dalam melakukan transaksi ini seperti:26

1. PIN adalah milik pribadi dan tanggung jawab nasabah, jangan memberitahukan PIN kepada siapapun. Pegawai bank tidak pernah meminta nasabah untuk memberitahukan PIN dalam kondisi apapun.

26


(54)

2. Demi keamanan, ganti PIN secara berkala.

3. Saat mengetik PIN, tutupi tangan yang digunakan untuk mengetikkan PIN dengan tangan yang bebas atau dengan benda penutup lain (seperti kertas, dll), agar orang lain tidak bisa mencuri lihat PIN.

4. Waspadai penipuan bermodus membantu menyelesaikan masalah yang terjadi pada kartu saat bertransaksi di ATM.

5. Jika terjadi permasalahan pada kartu atau membutuhkan informasi lebih lajut terkait transaksi di BNI ATM, hubungi BNI Call di nomor 500046 atau melalui ponsel di 021-500046 atau di 68888.

Tabel 1: Tarif BNI ATM27

No. Fitur Biaya Beban

Nasabah

1 Ganti PIN BNI Card Gratis

2 Ganti PIN BNI Credit Card Gratis

3 InquiryBNI Credit Card Gratis

4 Informasi Saldo BNI Card Gratis

5 Penarikan Tunai BNI Card Gratis

6 Informasi Saldo Cirrus Rp. 3.500

7 Penarikan Tunai Cirrus Rp. 25.000

8 Informasi Saldo Plus Rp. 3.500

9 Penarikan Tunai Plus Rp. 25.000

10 Informasi Saldo Link Rp. 2.000

11 Penarikan Tunai Link Rp. 3.900

12 Informasi Saldo ATM Bersama Rp. 3.000 13 Penarikan Tunai ATM Bersama Rp. 5.000

14 Cash AdvanceKartu Kredit BNI (Master/ Visa) Rp. 10.000/ 4%

15 Cash Advance Kartu Kredit jaringan MasterCard Issuer, Fee

27

http://www.bni.co.id/Tarif/eBanking/BNIATM.aspx, diakses pada tanggal 9 April 2012 pukul 20.18 WIB


(55)

jaringan Visa Issuer

16 Transfer antar Rekening BNI Gratis 17 Transfer antar Bank Anggota ATM Bersama/ ATM Link Rp. 5.000 18 Pembayaran Tagihan Telepon TELKOM, Telkom Speedy,

Telkom Flexi

Rp. 2.500 19 Pembayaran Tagihan Telkomsel Kartu Halo, Indosat

Matrix, Xplor, Esia Postpaid, Fren Postpaid, 3 Postpaid, Indosat StarOne Postpaid

Gratis

20 Pembayaran Tagihan Kartu Kredit BNI, Citibank, Standard Chartered, GE Finance, ANZ Panin, HSBC, Niaga, Permata, Danamon, ABN Amro, Bukopin

Gratis

21 Pembayaran Tagihan Citibank Ready Cash/ Personal

Loan, Standard Chartered Kredit tanpa Agunan, HSBC

Kredit tanpa Agunan KU, Personal Loan ABN Amro, Air Minum Thames Pam Jaya

Gratis

22 Pembayaran Tiket Pesawat Garuda, Adam Air, Lion, Mandala

Gratis 23 Pembayaran Biaya Pendidikan Universitas Indonesia Gratis 24 Pembayaran Q-Pay (Travel Agent) Gratis 25 Registrasi Aktivasi E-Channel Gratis 26 Pembayaran Tagihan Telkom Vision Rp. 2.500 27 Pembayaran Tagihan Indovision, Astro, First Media Gratis 28 Pembayaran Tagihan Listrik PLN Kaltim, Jabar dan

Banten, Sumatera Barat

Rp. 2.000

29 Pembayaran ZIS dan Kurban Gratis

30 Pembelian Pulsa Isi Ulang Telkomsel Simpati, Indosat Mentari, Indosat IM3, Indosat StarOne Prepaid, XL Jempol, XL Bebas Regular, XL Bebas X-tra, Telkomsel Kartu AS, Fren, Flexi Trendy, Esia, 3

Gratis

31 Isi Ulang Kartu Debit (IWAPI, Debitplus) Gratis

2. Internet Banking

Menurut Bank Indonesia, internet banking merupakan salah satu pelayanan jasa bank yang memungkinkan untuk memperoleh informasi,


(56)

melakukan telekomunikasi dan melakukan transaksi perbankan melalui jaringan internet.28

Pengertian internet banking menurut Karen Furst adalah sebagai berikut:29

Internet banking is the use of the internet as remote delivery channel for banking services, including traditional services, such as opening a deposit account or transferring funds among different account, as well as new banking services, such as electronic bill presentment and payment, which allow customers to receive and pay bill over bank’s website.

Internet banking merupakan bagian dari electronic banking channeldan

juga merupakan inovasi dari jenis rekening tabungan dan/ atau rekening gito rupiah. Sebagai sistem layanan yang bersumber pokok pada kedua rekening tersebut, maka salah satu syarat bagi nasabah yang menginginkan layanan

internet bankingini terlebih dahulu harus mempunyai rekening tabungan dan/

atau rekening giro serta harus mempunyai alamat e-mail dan hardware/

softwaredengan kualifikasi tertentu.

Bank BNI juga menyediakan layanan internet banking ini untuk memudahkan para nasabahnya.

BNI Internet Banking adalah fasilitas layanan yang diberikan kepada

nasabah BNI untuk melakukan transaksi perbankan melalui jaringan internet,

28

Wiji Nurastuti, Teknologi Perbankan, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011, hal. 112. 29

Budi Agus Riswandi, Aspek Hukum Internet Banking,Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2005, hal. 20.


(57)

kapan saja, dimana saja, yang mempermudah penggunanya dari cek saldo, mutasi rekening sampai transfer, pembayaran tagihan dan pembelian voucher prabayar.30

Jenis rekening yang dapat diakses melalui layanan ini adalah Tabungan (BNI Taplus, BNI Taplus Utama, BNI Taplus Mahasiswa, BNI Taplus Pegawai, BNI Tapenas), BNI Giro Perorangan (rupiah ataupun valas), BNI Deposito (rupiah ataupun valas) dan Rekening Pinjaman Perorangan dengan syarat memilikiCustomer Information Fileyang sama. Untuk registrasi sama sekali tidak dikenakan biaya dan sampai saat ini seluruh fitur dapat digunakan dengan gratis.

Layanan BNI Internet Banking mengutamakan kemudahan dan keamanan informasi serta transaksi finansial nasabahnya. Layanan ini menggunakanInternasional Internet Standard Security SSL 3.0 dengan sistem enkripsi 128-bit, suatu sistem pengacak informasi yang tercanggih saat ini, sehingga informasi pribadi & keuangan nasabah lebih terjamin keamanannya. Selain itu, nasabah bank BNI dibebaskan membuat sendiri UserID & Password

BNI Internet Bankingyang unik, sehingga tidak ada duplikasi dan hanya diketahui

oleh nasabah yang melakukan registrasi. Setiap kali login, nasabah hanya diperkenankan mengulang PasswordBNI Internet Banking yang salah sebanyak tiga kali sebelum akses tersebut diblokir untuk mencegah penyalahgunaan yang tidak bertanggung jawab.

Layanan BNI Internet Banking memiliki beberapa kelebihan seperti:31

30

http://www.bni.co.id/id-id/bankingservice/prioritybanking/layananbniebanking/bniinternetbanking.aspx diakses pada tanggal 3 April 2012, pukul 17.57 WIB

31


(1)

3) Perlindungan terhadap nasabah dalam penggunaan fasilitas SMS Banking

4) Perlindungan terhadap nasabah dalam penggunaan fasilitas Mobile Banking

5) Perlindungan terhadap nasabah dalam penggunaan fasilitas Internet Banking

Bentuk tanggung jawab BNI terhadap nasabah yang kehilangan dana simpanannya adalah dengan melakukan identifikasi dan mengganti dana tersebut apabila terbukti bukan disebabkan oleh kelalaian nasabah.

2. Alternatif Penyelesaian Sengketa yang dapat dilakukan oleh nasabah a. Penyelesaian oleh BNI

Melalui BNI Callatau langsung datang ke kantor cabang BNI, dimana terdapat dua penyelesaian, yaitu:

1) Bersifat non finansial diselesaikan oleh Customer Service Officer (CSO) BNI Call

2) bersifat finansial, oleh CSO dibuatkan formulir komplain untuk diteruska kepada Person In Charge(PIC) BNI Internet Bankingdi unit Pengelolaan Rekonsiliasi dan SettlementDivisi Operasional. b. Melalui pengadilan

c. Di luar pengadilan/ Non-Litigasi

Penyelesaian sengketa yang dapat dilakukan oleh nasabah penyimpan melalui alternatif penyelesaian sengketa adalah:


(2)

2) Lembaga Pengaduan Nasabah 3) Mediasi Perbankan

4) Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen

3. Upaya yang dilakukan Bank BNI dalam meminimalisir risiko a. Menerapkan budaya kerja BNI yang terdiri dari:

1) Profesionalisme (Professinalism) 2) Integritas (Integrity)

3) Orientasi Pelanggan (Customer Orientation) 4) Perbaikan Tiada Henti (Continuous Improvement) b. Melakukan beberapa hal lain, yaitu:

1) Memperkerjakan pegawai yang mempunyai integritas

2) Melakukan pengawasan dan pengembangan terhadap hardware maupun software komputer serta alat-alat elektronik lainnya yang berhubungan dengan transaksi perbankan.

3) Bersikap transparan terhadap nasabah B. Saran

1. Sampai saat ini belum ada peraturan perundang-undangan yang khusus mengenai perlindungan nasabah, sebaiknya dibuat aturan yang secara khusus dan jelas dalam hal perlindungan nasabah.

2. Dalam hal perlindungan nasabah yang menggunakan fasilitas electronic bankingkhusunya pengguna ATM, selain menggunakan CCTV sebaiknya diawasi oleh seorang satpam untuk menjamin keamanan dan mencegah


(3)

terjadinya tindakan yang tidak bertanggung jawab, khususnya pada ATM yang terletak terpisah dengan bank.

3. Mengenai tanggung jawab BNI, sebaiknya pihak BNI memberikan penjelasan kepada para nasabah atau calon nasabah mengenai produk yang ditawarkan oleh Bank BNI dan juga menjelaskan secara rinci risiko-risiko apa saja yang dapat timbul dalam penggunaan produk tersebut, sehingga nasabah dapat dengan bijak menggunakan produk dan fasilitas yang disediakan oleh Bank BNI.

4. Dalam hal penyelesaian sengketa, pihak BNI sebaiknya memberitahukan sebelumnya bagaimana bentuk penyelesaian sengketa apabila timbul sengketa di kemudian hari. Selain itu, Bank Indonesia sebaiknya menjelaskan kepada masyarakat umum mengenai mediasi perbankan, sehingga nasabah dapat memilih cara penyelesaian sengketa yang tepat.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU

Az, Lukman Santoso, Hak dan Kewajiban Hukum Nasabah Bank, Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2011.

Djumhana, Muhammad, Asas-Asas Hukum Perbankan Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2000.

___________________, Hukum Perbankan di Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2006.

Dunil, Z, Kamus Istilah Perbankan Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2004.

Fuady, Munir, Hukum Perbankan Modern, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1999. ___________, Perbuatan Melawan Hukum Pendekatan Kontemporer, Bandung:

Citra Aditya Bakti, 2005.

Hay, Marhainis Abdul, Hukum Perbankan di Indonesia, Jakarta: Pradnya Paramita, 1975.

Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia,Jakarta: Kencana, 2008. Lipis, A.H., Marschall, T.R., and Linker, J.H., 1992, Electronic Banking,

diterjemahkan oleh: A. Hasymi Ali, Jakarta: Rineka Cipta. Nurastuti, Wiji, Teknologi Perbankan, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011.

Rindjin, Ketut, Pengantar Perbankan dan Lembaga Keuangan Bukan Bank, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2000.

Riswandi, Budi Agus, Aspek Hukum Internet Banking, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2005.

Sembiring, Sentosa, Hukum Perbankan, Bandung: Mandar Maju, 2000. Supriyono, Maryanto, Buku Pintar Perbankan,Yogyakarta: Andi, 2011.


(5)

_______________, Pilihan Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003.

Widiyono, Try, Aspek Hukum Operasional Transaksi Produk Perbankan di Indonesia, Bogor: Ghalia Indonesia, 2006.

Widjanarto, Hukum dan Ketentuan Perbankan di Indonesia, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1997.

B. INTERNET

http://id.wikibooks.org/wiki/Sejarah_Internet_Indonesia/e-banking, diakses pada tanggal 9 April 2012.

http://nustaffsite.gunadarma.ac.id/blog/bhermana/2007/11/08/perbankan-indonesia-dan-e-banking/, diakses pada tanggal 29 Maret 2012.

http://www.bni.co.id/id-id/bankingservice/prioritybanking/layananbniebanking/bniinternetbankin g.aspx, diakses pada tanggal 3 April 2012.

http://www.bni.co.id/id-id/tentangkami/sejarah.aspx diakses pada tanggal 7 April 2012

http://www.bni.co.id/id-id/tentangkami/visimisi.aspx diakses pada tanggal 7 April 2012

http://www.bni.co.id/id-id/bankingservice/prioritybanking/layananbniebanking/bniatm.aspx diakses pada tanggal 9 April 2012

http://www.bni.co.id/id-id/bankingservice/prioritybanking/layananbniebanking/bniinternetbankin g.aspx diakses pada tanggal 3 April 2012

http://www.bni.co.id/id-id/bankingservice/prioritybanking/layananbniebanking/bnismsbanking.a spx diakses pada tanggal 10 April 2012

http://www.bni.co.id/Tarif/eBanking/BNISMSBanking.aspx diakses pada tanggal 10 April 2012


(6)

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26345/3/Chapter%20II.pdf, diakses tanggal 27 Februari 2012

http://www.bni.co.id/Tarif/eBanking/BNIATM.aspx, diakses pada tanggal 9 April 2012

http://www.bni.co.id/id-id/tarif/ebanking/bniinternetbanking.aspx, diakses pada tanggal 9 April 2012

http://www.bni.co.id/id-id/bankingservice/prioritybanking/layananbniebanking/bniphonebanking .aspx diakses pada tanggal 9 April 2012

http://www.bni.co.id/id-id/tentangkami/budayaperusahaan.aspx diakses pada tanggal 17 April 2012 pukul

Pedoman Penerapan Manajemen Risiko dalam Penggunaan Teknologi Informasi

oleh Bank Umum,

http://directory.umm.ac.id/tik/Pedoman_Penerapan_Manajemen_Risiko. pdf, diakses pada tanggal 17 April 2012.

Zein, Yahya Ahmad, Perlindungan Hukum Hak-Hak Nasabah Bank, http://fh.borneo.ac.id/?p=44, diakses tanggal 27 Februari 2012.

C. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Indonesia, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan

________,Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

________,Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi

________,Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/15/PBI/2007 tentang Penerapan Manajemen Resiko Dalam Penggunaan Teknologi Informasi Pada Bank Umum