kebendaan dan jaminan perorangan. Hubungan antara nasabah penyimpan dana dengan nasabah tersebut tidak
dapat dikualifikasikan sebagai hubungan hukum melainkan hubungan moral. Sebagai hubungan moral, maka pertanggungjawabannya lebih tinggi di mata
hukum. Moral menjadi sumber dan sekaligus jembatan etis dalam tonggak hukum perbankan. Dengan demikian, dalam pelaksanaan fungsi perbankan terdapat 2
dua hubungan hukum dan 1 satu hubungan moral.
38
C. Perjanjian Penyimpanan Dana Nasabah Menurut Hukum Perdata
Dalam arti sederhana, setiap orang yang menyimpan uangnya di bank disebut nasabah penyimpan. Dalam arti yuridis, nasabah penyimpan adalah
nasabah yang menempatkan dananya di bank dalam bentuk simpanan berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan. Yang dimaksud dengan
simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana dalam bentuk giro, deposito, sertifikat
deposito, tabungan, dan bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
39
38
Tan Kamello, “ Karakter Hukum Perdata dalam Fungsi Perbankan Melalui Hubungan
Antara Bank Dengan Nasabah”, disampaikan pada pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap dihadapan Rapat Terbuka Universitas Sumatera Utara, Medan, 2 September 2006, hal. 7
39
Pasal 1 angka 17 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998.
Dalam hukum perdata, figure perjanjian simpanan akan menjadi persoalan
hukum tersendiri karena tidak terdapat kejelasan mengenai pengaturan dan identitas hukumnya. Jika dicermati obyek perjanjian simpanan berupa giro,
deposito, sertifikat deposito, dan tabungan, maka tidak ditemukan baik dalam KUH Perdata maupun dalam KUH Dagang.
Universitas Sumatera Utara
Namun sebagai perjanjian, terdapat ketentuan umum dalam Pasal 1319 KUH Perdata yang berbunyi “Semua persetujuan, baik yang mempunyai suatu
nama khusus maupun yang tidak terkenal dengan suatu nama tertentu, tunduk pada peraturan-peraturan umum yang termuat di dalam bab ini dan bab yang lalu”.
Berdasarkan Pasal 1 angka 5 Undang-Undang Perbankan yang Diubah, jenis dana yang dihimpun oleh bank melalui perjanjian penyimpanan dana bisa
berbentuk giro, deposito dahulu deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan dan bentuk-bentuk lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu. Jadi simpanan
masyarakat di bank dapat berupa : 1.
Simpanan GiroRekening Koran. Pengertian giro
demand depositchecking account disebutkan dalam Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Perbankan. Dikatakan bahwa giro adalah simpanan
yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya, atau dengan pemindahbukuan. Dari
pengertian tersebut dapat diketahui bahwa giro merupakan sarana pembayaran, yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan mempergunakan warkat
perintah pembayaran, seperti cek dan bilyet giro atau sarana perintah pembayaran lainnya. Dengan demikian, giro merupakan dana yang
dipercayakan oleh masyarakat kepada bank dengan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a. Sebagai alat pembayaran giral
b. Penarikannya dapat dilakukan setiap saat sesuai dengan kebutuhan
sepanjang dananya tersedia;
Universitas Sumatera Utara
c. Penarikannya mempergunakan surat, warkat, atau sarana perintah
pembayaran baik yang bersifat tunai maupun dengan cara pemindahbukuan belaka.
40
Simpanan giro sebenarnya bukanlah merupakan suatu simpanan untuk mendapatkan hasil bunga tetapi semata-mata hanya dimanfaatkan sebagai
sarana memperlancar transaksi bisnis. Bagi bank, sumber dana giro ini berbiaya rendah, namu karena sifat penarikannya, bank harus benar-benar dapat
mengikuti perilaku penarikan nasabah gironya, terutama nasabah-nasabah utamanya
prime costumer, karena mobilitas dana yang bersumber dari giro ini sangat tinggi, yang pada gilirannya akan mempengaruhi pola manajemen
likuidasi bank.
41
a. SE BI No.210DASP tanggal 8 Juni 2000 tantang Tata Usaha Penarikan
CekBG Kosong. Ketentuan yang berkaitan dengan rekening giro antara lain sebagai berikut :
b. Keputusan Presidium Kabinet RI No. AaD1191964 tentang Penarikan
Cek yang Diberi Tanggal Lebih Kemudian daripada Tanggal Penarikan. c.
SE BI No. 2832UPG1995 tentang Bilyet Giro. d.
SE BI No. 3214BPPP1991 tentang Pemberian Cerukan. e.
SE BI No. 4501UPPBPb. B1071 perihal Cek Hilang. f.
SE BI No. 515DASP2003 tentang Warkat, Dokumen Kliring, dan Pencetakannya pada Perusahaan Pencetakan Dokumen Sekuriti.
40
Usman Rachmadi, Aspek-aspek Hukum Perbankan di Indonesia. PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, 2000, hal. 222.
41
Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan. Intermedia. Jakarta, 1995, hal. 24.
Universitas Sumatera Utara
g. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang pasal 178 sd 229d tentang Cek.
42
Hal-hal yang diatur dalam ketentuan tersebut antara lain sebagai berikut : a.
Persyaratan pembukaan rekening giro atau rekening pinjaman yang dapat ditarik dengan cekbilyet giro;
b. Bank harus meminta data yang lengkap kepada calon nasabah dan meneliti
kebenaran identitas nasabah tersebut; c.
Bank dilarang menerima yang namanya tercantum dalam daftar hitam yang masih berlaku;
d. Bank harus mencantumkan klausula yang merupakan pernyataan nasabah
bahwa yang bersangkutan tidak berkeberatan rekeningnya ditutup dan namanya dicantumkan dalam daftar hitam oleh Bank Indonesia apabila
terkena sanksi administratif karena melakukan penarikan cekbilyet giro kosong;
e. Bank dapat mensyaratkan hal-hal dalam surat perjanjian pembukaan
rekening untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan cekbilyet giro.
43
Kewajiban penyediaan dana oleh penarik cekbilyet giro : a.
Penarik wajib menyediakan dana yang cukup dalam rekeningnya pada bank tertarik;
b. Untuk cek mulai dari tanggal penarikan sampai dengan tanggal kadaluarsa,
kecuali ditarik kembali; c.
Untuk bilyet giro mulai dari tanggal efektif sampai dengan tanggal kadaluarsa kecuali dibatalkan.
42
Try Widiyono, Op.Cit, hal. 151.
43
Usman Rachmadi, Op.Cit, hal. 223.
Universitas Sumatera Utara
d. Dana yang dapat diperhitungkan sebagai dana yang tersedia dalam bank
adalah saldo goro yang efektif, saldo fasilitas kredit yang belum digunakan, fasilitas cerukan atau fasilitas
cross clearing yang diberikan pada bank. e.
Apabila dana tersebut tidak cukup, bank wajib menolak cekbilyet giro yang bersangkutan.
Penggolongan sebagai cekbilyet giro kosong : a.
Cekbilyet giro yang ditolak dengan alasan syarat formal belum terpenuhi dan dananya tidak cukup tidak digolongkan sebagai penolakan cekbilyet
giro kosong. b.
Setiap lembar cekbilyet giro yang dikliringkan dan ditolak pembayarannya oleh bank dengan alasan saldo tidak cukup atau rekening telah ditutup
digolongkan sebagai cekbilyet giro kosong. Penatausahaan cekbilyet giro kosong:
a. Bank wajib menatausahakan penarikan cekbilyet giro kosong nasabahnya
dan daftar hitam yang diterbitkan oleh Bank Indonesia; b.
Bank wajib mengisi Surat Keterangan Penolakan SKP secara lengkap dan benar serta untuk keperluan penatausahaan cekbilyet giro kosong di bank
Indonesia daftar warkat yang ditolak dengan alasan kosong wajib disampaikan;
c. Jika terjadi kekeliruan penolakan terhadap cekbilyet giro yang semestinya
cukup dananya, tetapi karena kesalahan administrasi bank terlanjur menolak dengan alasan dananya tidak cukup, maka bank yang bersangkutan
dapat meminta persetujuan Bank Indonesia agar penolakan tersebut tidak
Universitas Sumatera Utara
dianggap sebagai pelanggaran penarikan cekbilyetvgiro kosong. d.
Jika nasabah melakukan penarikan cekbilyet giro kosong, maka bank wajib memberi Surat Peringatan I SP I untuk penolakan pertama; Surat
Peringatan II SP II untuk penolakan kedua; dan surat pemberitahuan penutupan rekening SPPR untuk nasabah.
e. Penutupan rekening giro nasabah.
44
Bank wajib menutup rekening giro nasabah apabila : a.
Menarik cekbilyet giro kosong 3 lembar atau lebih dalam jangka waktu 6 bulan;
b. Menarik cekbilyet giro kosong 1 lembar dengan nominal Rp.
1.000.000.000,00 atau lebih; c.
Namanya tercantum dalam daftar hitam yang masih berlaku. d.
Aktivitas keuangan nasabah rekening giro yang telah ditutup rekeningnya dapat disalurkan melalui rekening tabungan dan penarikannya diutamakan
untuk melunasi cekbilyet giro yang masih beredar. Penghitungan penarikan cekbilyet giro kosong :
a. Satu lembar cekbilyet giro yang sama dan dikliringkan berulang-ulang
serta ditolak pembayarannya karena dananya tidak cukup dihitung sebagai satu lembar penarikan cekbilyet giro kosong;
b. Beberapa lembar cekbilyet giro yang ditarik oleh seorang nasabah dan
ditolak pembayarannya oleh satu bank pada tanggal yang sama karena dananya tidak cukup dihitung sebanyak jumlah lembar penarikan cekbilyet
44
Ibid, hal. 224.
Universitas Sumatera Utara
giro kosong.
45
Sanksi sehubungan cekbilyet giro kosong terhadap nasabah sebagai berikut : a.
Nasabah yang telah menarik cekbilyet giro kosong 3 lembar atau lebih dalam jangka waktu 6 bulan atau menarik cekbilyet giro kosong 1 lembar
dengan nominal Rp. 1.000.000.000,00 atau lebih, namanya dicantumkan dalam daftar hitam yang diterbitkan oleh Bank Indonesia secara berkala dan
berlaku di wilayah kliring lokal setempat selama 1 tahun sejak penerbitan, serta bersifat rahasia.
b. Nama nasabah yang tercantum dalam daftar hitam yang masih berlaku,
apabila terdapat penolakan lagi cekbilyet giro kosong 3 lembar atau lebih atau 1 lembar dengan nominal Rp. 1.000.000.000,00 atau lebih, akan
dicantumkan kembali dalam daftar hitam berikutnya. c.
Nama-nama nasabah yang dapat dicantumkan dalam daftar hitam adalah nama perorangan, badan usaha, dan badan hukum.
d. Instansi pemerintahlembaga Negara, bank umum, BPR, badan usaha milik
Negara, yang telah melakukan cekbilyet gito kosong tidak dicantumkan dalam daftar hitam.
e. Bank wajib meminta kepada nasabah yang rekeningnya telah ditutup untuk
mengembalikan sisa blanko cekbilyet giro yang belum digunakan. f.
Nama nasabah yang tercantum dalam daftar hitam penarik cekbilyet giro kosong akan hapus dengan sendirinya setelah masa berlakunya daftar hitam
berakhir dan nasabag yang dimaksud dapat diterima kembali sebagai
45
Ibid, hal. 225.
Universitas Sumatera Utara
nasabah bank. g.
Terhadap bank dikenakan sanksi dalam rangka pembinaan dan pengawasan bank karena ketidakpatuhan terhadap ketentuan yang berlaku.
Dengan berlakunya SE BI No. 210DSAP2000, pengaturan ketiga ketentuan yang dicabut tersebut menjadi satu dan tidak terpisah-pisah. Rekening giro atau
pinjaman adalah rekening yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek atau bilyet giro, sarana perintah, pembayaran lainnya
atau dengan pemindahbukuan. Dengan demikian, terdapat 4 cara penarikan dalam rekening giro :
a. Menggunakan cek
b. Menggunakan bilyet giro.
c. Menggunakan sarana perintah pembayaran lain, misalnya kuitansi atau slip
penarikan yang disediakan bank, melalui ATM atau melalui kartu yang disediakan untuk itu atau
counter cheque modifikasi dari bentuk kuitansi d.
Menggunakan nota pemindahbukuan NPB atau pindah rekening atau transfer.
46
Demi pengaruhnya teradap peredaran uang kartal, Bank Indonesia menganjurkan kepada nasabah bank atau pemilik rekening giro di bank agar
selain menggunakan cek, juga menggunakan bilyet giro sebagai alat bayar dengan cara pemindahbukuan.
47
46
Try Widiyono, Loc.Cit
47
Imam Prayogo Suryohadibroto dan Djoko Prakoso, Surat Berharga : Alat Pembayaran
dalam Masyarakat Modern, Rineka Cipta. Jakarta, 1991, hal. 55.
Universitas Sumatera Utara
2. Simpanan deposito
Pengertian deposito atau deposito berjangka disebutkan di dalam Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Perbankan yang Diubah. Disebutkan deposito atau
deposito berjangka adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank.
Jadi penarikan simpanan deposito waktunya sudah sesuai dengan perjanjian antara nasabah penyimpan dan bank pada saat pembukaan deposito yang
bersangkutan. Dengan demikian deposito merupakan dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank yang ciri-ciri adalah sebagai berikut :
a. Surat yang berharga yang diterbitkan oleh bank berdasarkan atas nama,
sehingga tidak dapat diperjualbelikan.; b.
Jangka waktu penarikannya telah ditentukan terlebih dahulu sesuai dengan yang diperjanjikan;
c. Bunga dibayar setiap bulan pada hari bayarnya atau sekaligus pada saat
jatuh tempo; d.
Dapat dijadikan jaminan kredit; e.
Penyerahan hak cukup dengan cara cessie. Jenis simpanan dalam bentuk deposito berjangka lebih disenangi oleh nasabah
atau masyarakat, karena menawarkan tingkat bunga yang relatif tinggi dibandingkan jenis simpanan giro atau simpanan lainnya. Hal ini dapat dilihat
dari sumber dana yang pada umumnya didominasi oleh deposito berjangka.
48
48
Dahlan Siamat, Manajemen Bank Umum, Intermedia, Jakarta, 1993, hal. 21.
Penerbitan deposito berjangka ini didasarkan pada Intruksi Presiden No. 28
Universitas Sumatera Utara
Tahun 1968. Selanjutnya sebagai pelaksanaannya dikeluarkan : a.
Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 54KEP.DIR tanggal 31 Mei 1972 tentang Suku Bunga Deposito
b. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 2265KEPDIR dan Surat
Edaran Bank Indonesia Nomor 162UPUM tanggal 1 Juni 1983 tentang Deposito Berjangka pada Bank- Bank Pemerintah dan Bank Pembangunan
Indonesia.
49
Kemudian dengan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 22135UPG tanggal 1 Desember 1989, ketentuan tentang deposito berjangka
pada Bank-bank Pemerintah dan Bank Pembangunan Indonesia itu dicabut, yang berarti semua bank dibebaskan untuk mengatur sendiri ketentuan dan
suku bunga bagi deposito masing-masing sesuai dengan kebutuhan. Bagi bank umum swasta, ketetapan tentang suku bunga deposito berjangka belum pernah
diadakan dan ketetapan suku bunga untuk bank-bank pemerintah itu dapat dijadikan pedoman oleh bank swasta. Namun dengan dikeluarkannya ketentuan
di bulan Desember 1989, maka saat ini semua bank bebas menentukan bunga deposito masing-masing.
50
3. Simpanan Sertifikat Deposito.
Pengertian sertifikat deposito sertificate of deposit disebutkan di dalam pasal 1
angka 8 Undang-Undang Perbankan yang Diubah. Dikatakan bahwa yang dimaksud dengan sertifikat deposito adalah simpanan dalam bentuk deposito
49
Usman Rachmadi, Op.Cit. hal. 229.
50
Widjanarto, Hukum dan Ketentuan Perbankan di Indonesia. PT Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta, 1994, hal. 55.
Universitas Sumatera Utara
yang sertifikat bukti penyimpanannya dapatdipindahtangankan. Dari pengertian tersebut, jelaslah bahwa sertifikat deposito adalah surat berharga yang
diterbitkan atas tunjuk tanpa nama pembelinya dalam rupiah, yang merupakan suatu pengakuan utang dari bank dan dapat diperjualbelikan dalam pasar uang.
Berbeda dengan deposito berjangka, bunga sertifikat deposito diberikan secara diskonto, yakni dibayar dimuka sekaligus pada saat pembelian. Dengan
demikian sertifikat deposito adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a. Surat berharga yang diterbitkan atas unjukpembawa, sehingga dapat
diperjualbelikan; b.
Merupakan instrument pasar uang; c.
Bunga dapat dibayar di muka diskonto atau dapat pula dibayarkan di belakang pada saat jatuh tempo;
d. Jangka waktu dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan;
e. Dapat dijadikan jaminan kredit bank;
f. Jangka waktunya minimal 30 tiga puluh hari dan maksimal 24 dua puluh
empat bulan; g.
Nilai nominal minimal Rp. 1.000.000,00 satu juta rupiah.
51
Pengaturan ketentuan sertifikat deposito terdapat pada : a.
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1065KMK.001988 tentang Penerbitan sertifikat deposito oleh Lembaga Keuangan Bukan Bank.
b. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 2148KEPDIR dan Surat
51
Ibid, hal. 230.
Universitas Sumatera Utara
Edaran Bank Indonesia Nomor 2127UPG masing-masing tanggal 27 Oktober 1988 tentang Penerbitan Sertifikat Deposito oleh bank dan
Lembaga Keuangan Bukan Bank. Sesuai dengan ketentuan di atas, sertifikat deposito sebagai sarana usaha
pengerahan dana masyarakat dan piranti pasar uang bersama-sama dengan Sertifikat Bank Indonesia dan Surat Berharga Pasar Uang, dapat diterbitkan
oleh bank atau lembaga keuangan bukan bank tanpa meminta persetujuan Bank Indonesia.
Karena sertifikat deposito ini dapat diperjualbelikan dalam pasar uang, maka untuk melindungi pemegangnya diperlukan keseragamam bentuk, isi, dan
redaksinya. Untuk itu warkat sertifikat deposito hendaknya memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Kertas yang digunakan sebagai bahan blanko sertifikat deposito sekurang-
kurangnya sama dengan mutu kertas untuk mencetak blanko cek, yaitu sesuai dengan yang ditentukan untuk “
the London Clearing Bank’s Paper Specification Nomor 1 96 gsm”;
b. Dalam mencetak blanko sertifikat deposito dimaksud hendaknya
diperhatikan benar unsur-unsur pengamanannya, sehingga perlu diciptakan ciri-ciri pengaman, misalnya bentuk tulisan, gambar dasar, tanda air, dan
garis guilloche;
Pada halaman depan sekurang-kurangnya dicantumkan : a.
Kata-kata “SERTIFIKAT DEPOSITO“ dan “DAPAT DIPERDAGANGKAN“ dalam ukuran besar sehingga mudah terlihat;
Universitas Sumatera Utara
b. Nomor seri dan nomor urut;
c. Nama dan tempat kedudukan penerbit;
d. Nilai nominal dalam rupiah;
e. Tanggal dan tempat penerbitan;
f. Tingkat bunga atau diskonto;
g. Pernyataan bahwa penerbit mengikat diri untuk membayar sejumlah uang
tertentu dalam rupiah pada tanggal dan tempat tertentu; h.
Tanda tangan direksi atau pejabat yang berwenang dari penerbit; i.
Tanda tangan pejabat dari kantor cabang di sertifikat deposito diterbitkan; Pada halaman belakang dicantumkan klausula yang sekurang-kurangnya
menyatakan bahwa : a.
Penerbit menjamin sertifikat deposito dengan seluruh harta dan piutangnya; b.
Sertifikat deposito dapat diperjualbelikan dan dapat dipindahtangankan dengan cara penyerahan;
c. Pelunasan dilakukan dengan tanggal jatuh waktu dan sesudahnya dengan
menyerahkan kembali warkat sertifikat deposito yang bersangkutan oleh pembawa.
4. Simpanan tabungan
Pengertian tabungan saving disebutkan di dalam Pasal 1 angka 9 Undang-
Undang Perbankan yang diubah. Dikatakan yang dimaksud dengan tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat
tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. Kepada nasabahnya akan
Universitas Sumatera Utara
diberikan atau menerima buku tabungan sebagai bukti telah menyimpan dananya dalam bentuk tabungan. Ketentuan yang mengatur hubungan hukum
antara bank dengan nasabah penabung ini biasanya tercantum pada halaman terakhir dari buku tabungan. Dengan demikian tabungan merupakan dana yang
dipercayakan oleh masyarakat kepada bank dengan ciri-ciri sebagai berikut : a.
Simpanan pihak ketiga; b.
Penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang telah disepakati
c. Penarikannya hanya dapat dilakukan dengan mendatangi kantor bank atau
alat yang disediakan untuk keperluan tersebut. d.
Penarikannya tidak dapat dilakukan dengan menggunakan cek, bilyet giro, dan surat perintah pembayaran lainnya yang sejenis;
e. Penarikannya tidak boleh melebihi jumlah tertentu, sehingga menyebabkan
saldo tabungan lebih kecil daripada saldo minimum, kecuali penabung tidak akan melanjutkan tabungannya;
f. Penyetoran dan pengambilan tabungan dilakukan oleh penabung dengan
cara mengisi slip penyetoran dan pengembalian tabungan, di mana bentuk dan isinya ditetapkan oleh bank yang bersangkutan;
g. Penabung diberi bunga sebagai imbalannya, yang diperhitungkan setiap
akhir bulantahun yang bersangkutan dan dibukukan pada awal bulantahun berikutnya;
h. Penyetorannya dapat dilakukan secara tunai maupun melalui cara-cara
lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Penyelenggaraan tabungan dimulai pada tahun 1969 dengan Program Tabungan Berhadiah. Kemudian pada tahun 1971, melalui kebijakan
saving drive, diselenggarakan Tabanas Tabungan Pembangunan Nasional dan Taska
Tabungan Asuransi Berjangka berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 48KEPDIR tanggal 15 Juni 1971. Bank penyelenggara
TabanasTaska ini adalah bank umum swasta nasional dan bank tabungan swasta yang telah memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh Bank Indonesia.
Selanjutnya dalam rangka meningkatkan penghimpunan dana masyarakat melalui perbankan dan pelayanan perbankanbagi para penabung kecil, maka
sejak Oktober 1988 semua bank di Indonesia, termasuk bank asing dan bank penyelenggara TabanasTaska diperkenankan untuk mengembangkan sendiri
berbagai jenis tabungan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Kebijakan pengerahan dana masyarakat melalui tabungan tersebut lebih lanjut
telah dituangkan dalam Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 2128UPG tanggal 27 Oktober 1988. Ketentuan ini memberikan batasan penyelenggaraan
tabungan yang mesti dipatuhi oleh bank penyelenggara, antara lain : a.
Bank asing diperkenankan menyelenggarakan tabungan. Dalam hal bank asing akan menyelenggarakan TabanasTaska, hendaknya ditempuh
prosedur yang berlaku untuk jenis tabungan tersebut; b.
Tabungan hanya dapat diselenggarakan dalam rupiah; c.
Tabungan selain TabanasTaska tidak dijamin oleh Bank Indonesia; d.
Dalam brosur mengenai penyelenggaraan tabungan yang dikeluarkan oleh masing-masing bank, hendaknya dicantumkan secara jelas ketentuan-
Universitas Sumatera Utara
ketentuan tentang masing-masing tabungan yang diselenggarakannya, termasuk TabanasTaska.
Kebijakan penyelenggaraaan tabungan itu kemudian disempurnakan melalui Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 2263KEPDIR tanggal 1
Desember 1989, yang menyatakan ketentuan penyelenggaraan tabungan oleh perbankan diserahkan kepada masing-masing bank dan Bank Indonesia tidak
mengatur lagi ketentuan mengenai TabanasTaskaTappelpram. Selain itu juga Bank Indonesia mencabut jaminan terhadap TabanasTaska.
52
Selain itu, Undang-Undang Perbankan secara tegas membedakan antara simpanan dan penitipan. Yang dimaksud dengan penitipan adalah penyimpanan
harta berdasarkan perjanjian atau kontrak antara bank umum dengan penitip, dengan ketentuan bank umum yang bersangkutan tidak mempunyai hak
kepemilikan atas harta tersebut. Dari segi sifatnya, perjanjian penitipan adalah bersifat riil. Sifat ini terdapat
juga pada perjanjian simpanan, seperti deposito atau tabungan. Namun terdapat perbedaan di antara keduanya yaitu pada perjanjian penitipan, barang yang
dititipkan akan disimpan dan dikembalikan seperti wujud semula serta tidak dibebani bunga. Tidak demikian dalam perjanjian simpanan, pihak bank
menetapkan persyaratan umum tertentu dalam rekening deposito atau rekening tabungan antara lain pihak penerima simpanan bank dapat mempergunakan uang
si penyimpan dan dalam waktu tertentu bank akan memberikan bunga.
53
52
Ibid, hal. 234.
53
Pasal 1 angka 14 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998.
Perjanjian penitipan yang diatur dalam Undang- Undang Perbankan juga tidak memberikan ketegasan apakah tunduk pada aturan
Universitas Sumatera Utara
KUH Perdata, namun dalam praktiknya selalu mempergunakan KUH Perdata.
54
Menurut R. Subekti, perjanjian simpanan deposito pada hakikatnya adalah suatu perjanjian pinjam uang dengan bunga. Ketentuan lain yang dapat dijadikan
dasar hubungan antara bank dengan nasabah penyimpan adalah Perjanjian Pemberian Kuasa
Lastgeving. Dalam Pasal 1792 KUH Perdata dikatakan bahwa “Pemberian kuasa adalah suatu persetujuan dengan mana seorang memberikan
kekuasaan kepada seseorang lain, yang menerimanya, untuk atas namanya menyelenggarakan suatu urusan”. Apakah dapat dikatakan bahwa nasabah
penyimpan memberikan kuasa kepada bank ketika menandatangani rekening deposito atau rekening tabungan atau rekening koran. Staub yang disitir oleh G. de
Grooth mengatakan bahwa perjanjian rekening koran adalah novasi, sedangkan Mariam Darus berkesimpulan bahwa secara
expressis verbis, perjanjian rekening koran di dalam Undang-Undang Perbankan merupakan perjanjian pemberian
kuasa.
55
Perjanjian simpanan tidak identik dengan perjanjian penitipan dan juga tidak dapat dikatakan sebagai perjanjian pemberian kuasa. Perjanjian simpanan
memiliki identitas sebagai perjanjian tidak bernama onbenoemde overeenkomst,
innominaat conracten dengan ciri-ciri sebagai berikut : pertama, perjanjian simpanan bersifat riil, artinya lahirnya perjanjian tidak cukup diperlukan
kesepakatan saja tetapi nasabah penyimpan harus menyerahkan uang kepada bank
54
St. Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang Bagi
Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, Institut Bankir Indonesia, Jakarta, 1993, hal. 132-134.
55
Mariam Darus Badrulzaman, Kompilasi Hukum Perikatan, Aditya Bhakti, Bandung,
2001, hal. 51.
Universitas Sumatera Utara
untuk disimpan; kedua, uang yang telah diserahkan menjadi milik bank dan
penggunaannya menjadi wewenang penuh dari bank; ketiga, hubungan hukumnya
adalah bank berkedudukan sebagai debitor dan nasabah penyimpan berkedudukan sebagai kreditor;
keempat, bank bukanlah sebagai peminjam uang dari nasabah penyimpan;
kelima, nasabah penyimpan bukan sebagai penitip uang pada bank; keenam, bank akan mengembalikan simpanan nasabah dengan kontraprestasi
berupa pemberian bunga. Dari karakter hukum perdata, ada dua model yang dapat dipergunakan
untuk menjamin simpanan nasabah. Pertama, dengan perjanjian asuransi dan
kedua, dengan perjanjian penanggungan. Perjanjian asuransi tidak identik dengan skim asuransi yang dimaksud dalam penjelasan Pasal 37 B ayat 2 Undang-
Undang Nomor 24 Tahun 2004. Dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992, Pasal 1 angka 1 disebutkan :
Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima
premi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau
tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk
memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.
56
Subyek hukum dalam perjanjian asuransi adalah penanggung dan tertanggung. Tertanggung wajib membayar premi kepada penanggung, dan
sebaliknya pula berhak atas pembayaran ganti kerugian jika peristiwa yang tak pasti itu terjadi. Di sinilah letak pentingnya perjanjian asuransi memberikan
56
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992
Universitas Sumatera Utara
proteksi.
57
Hubungan hukum antara penanggung dengan tertanggung ditegaskan dalam polis. Nasabah penyimpan meminta kepada bank untuk menjadi tertanggung
dan lembaga asuransi sebagai penanggung. Dalam perjanjian asuransi tersebut dicantumkan klausul bahwa apabila bank dilikuidasi maka hak bank beralih
kepada nasabah penyimpan. Jadi, terdapat pengaturan subrogasi,
58
sehingga nasabah penyimpan bertindak sebagai kreditor baru untuk menuntut haknya
kepada penanggung. Berbeda dengan perjanjian asuransi, dalam skim asuransi
59
Sistem hukum perjanjian dibangun berdasarkan asas-asas hukum. Mariam Darus mengemukakan bahwa sistem hukum merupakan kumpulan asas-asas
hukum yang terpadu di atas mana dibangun tertib hukum. yang dimaksudkan dalam Undang-Undang Perbankan, yang terlibat adalah 3 tiga
pihak yakni nasabah penyimpan, bank, dan lembaga asuransi simpanan. Dalam hal ini yang menjadi tertanggung adalah bank, dan penanggungnya adalah lembaga
asuransi simpanan, sedangkan nasabah penyimpan adalah orang yang menerima manfaat asuransi. Bank sebagai peserta LPS wajib membayar premi penjaminan.
Dalam hubungan hukum tersebut tidak diperlukan adanya polis. Namun kehadirannya lebih cenderung untuk menjamin uang nasabah penyimpan.
60
Pandangan ini menunjukkan arti sistem hukum dari segi substantif. Dilihat dari segi substantif, asas hukum perjanjian adalah suatu pikiran mendasar tentang
kebenaran waarheid, truth untuk menopang norma hukum dan menjadi elemen
57
Sri Rezeki Hartono, Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, Jakarta : Sinar Grafika,
1997, hal. 83.
58
Emy Pangaribuan Simanjuntak, Hukum Pertanggungan, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta, 1982, hal. 74-77.
59
Zulkarnain Sitompul, Op.Cit, hal. 282.
60
Mariam Darus Badrulzaman, Hukum Benda Nasional, Alumni, Bandung, 1990, hal. 15.
Universitas Sumatera Utara
yuridis dari suatu sistem hukum perjanjian. Di depan, di dalam, dan di belakang pasal-pasal dari hukum perjanjian terletak cita-cita hukum dari pembentuk hukum
perjanjian. Jika norma hukum perjanjian bekerja tanpa memperhatikan asas hukumnya, maka norma hukum itu akan kehilangan jati diri dan semakin
memberikan percepatan bagi runtuhnya norma hukum tersebut. Hubungan antara norma dan asas hukum perjanjian sedemikian erat seperti
bangunan rumah dengan tiang-tiang sebagai penopangnya. Asas hukum perjanjian merupakan landasan tempat melahirkan norma hukum, sebagai rohani hukum,
sebagai tempat menganyam sistem hukum perjanjian, sebagai pedoman kerja bagi hakim, dan pelaksana hukum lainnya. Secara substantif filosofis, asas hukum
perjanjian menjadi cita-cita hukum dan secara ajektif memberikan arah dan patokan untuk bekerja menyelesaikan peristiwa hukum perjanjian yang kongkret
dalam masyarakat. Suatu norma hukum perjanjian yang baik harus memuat rumusan pasal yang pasti
lex certa, jelas concise dan tidak membingungkan unambiguous.
61
Berikut ini dapat dikemukakan sejumlah asas hukum dalam sistem hukum perjanjian yaitu asas konsensualisme, asas kepastian hukum, asas kepercayaan,
asas moral, asas kebebasan berkontrak, asas persamaan, asas keseimbangan, asas Oleh karena itu, tidak dapat diterima secara utuh cita-cita hukum
dari paham liberal sebelum dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan hukum kepribadian bangsa kita nilai-nilai yang sesuai dengan pandangan hidup yaitu
Pancasila. Hal ini menunjuk betapa pentingnya kedudukan dan peranan asas hukum perjanjian dalam suatu sistem hukum perbankan.
61
Romli Atmasasmita, Pengantar Hukum Kejahatan Bisnis, Prenada Media, Jakarta, 2006,
hal. 17.
Universitas Sumatera Utara
kepatutan, asas kebiasaan, asas perlindungan bagi golongan lemah, asas kekuatan mengikat, dan asas itikad baik.
Dari sejumlah asas tersebut, terdapat 3 tiga asas yang merupakan tonggak hukum perjanjian dalam sistem hukum perbankan yang meliputi asas
konsensualisme, asas kebebasan berkontrak, dan asas kekuatan mengikat. Asas konsensualisme dilahirkan pada saat momentum awal perjanjian
terjadi yaitu pada detik para pihak mencapai puncak kesepakatannya. Ketika para pihak menentukan hak dan kewajiban serta hal-hal lain yang menjadi substansi
perjanjian, maka para pihak memasuki ruang asas kebebasan berkontrak. Dalam asas ini para pihak dapat menentukan bentuk dan isi dengan bebas sepanjang dapat
dipertanggungjawabkan melalui karakter hukum kepribadian bangsa, bukan karakter hukum liberal. Tekanan dari salah satu pihak melalui posisi
inequality of bargaining power dapat mengakibatkan prestasi perjanjian tidak seimbang, dan hal
ini melanggar asas iustum pretium. Perjanjian yang demikian menjadi cacat dan
akibatnya dapat dibatalkan vernietigbaar, voidable. Persetujuan secara timbal
balik terhadap bentuk dan isi perjanjian ditandai dengan adanya pembubuhan tanda tangan atau yang dapat dipersamakan dengan itu. Tanda tangan yang diberikan
menjadi pengakuan kehendak yang sah terhadap isi perjanjian. Akibatnya perjanjian tersebut mengikat bagi kedua belah pihak dan harus dilaksanakan
dengan itikad baik te geode trouw, in good faith.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV PERLINDUNGAN DANA NASABAH DALAM PERJANJIAN