Bahan dan Alat Penelitian Prosedur Penelitian

28 a. Dosis untuk tiap tikus pada kelompok 2 100 mgkg BB X 0,02 kg berat badan tikus = 2 mg b. Dosis untuk tiap tikus pada kelompok 3 200 mgkg BB X 0,02 kg berat badan tikus = 4 mg c. Dosis untuk tiap tikus pada kelompok 4 400 mgkg BB X 0,02 kg berat badan tikus = 8 mg Volume ekstrak daun sirsak Annona muricata diberikan secara oral sebanyak 1 ml yang merupakan volume yang boleh diberikan berdasarkan pada volume normal lambung tikus yaitu 3-5 ml. Jika volume ekstrak melebihi volume lambung, dapat berakibat dilatasi lambung secara akut yang dapat menyebabkan robeknya saluran cerna Ngatidjan, 2006. 2. Prosedur Pemberian Dosis DMBA Dosis DMBA yang diberikan adalah 75 mgkgBB selama 2 kali pemberian dengan jangka waktu 1 minggu secara intraperitoneal. Cara menghitung dosis DMBA adalah sebagai berikut : Misalkan berat badan tikus adalah 200 mg, dosis DMBA yang akan diberikan adalah 75 mgkg BB dan volume maksimal DMBA yang dapat dipajankan pada tikus adalah 1 ml, maka jumlah DMBA yang diutuhkan adalah = Konsentrasi DMBA = Dosis x Berat Badanvolume pajanan = 0,075 mggr BB x 200 mg 1 ml= 15 mgml. Maka DMBA yang dibutuhkan untuk membuat 1 ml larutan DMBA dengan dosis 75 mgkg BB adalah 15 mg. 29 3. Prosedur Penelitian Tikus betina yang akan dijadikan sampel, dibagi ke dalam 5 kelompok, dimana setiap kelompok berisi 5 ekor tikus. Setiap kelompok kemudian diberi perlakuan sebagai berikut: a. Kelompok 1 merupakan kelompok kontrol negatif dengan perlakuan pelarut minyak zaitun. Minyak zaitun diberikan sepuluh kali, seminggu dua kali selama lima minggu. b. Kelompok 2 merupakan kelompok kontrol positif dengan perlakuan DMBA, yang dibuat model kanker payudara dengan pemberian DMBA dalam minyak zaitun dengan dosis 75 mgkg BB secara intraperitoneal sebanyak dua kali dengan jarak 1 minggu, dimulai pada umur 9 minggu. Empat belas hari sebelumnya tikus hanya mendapat pakan kontrol, yaitu pelet AD2. c. Kelompok 3 merupakan kelompok perlakuan yang diberi ekstrak daun sirsak Annona muricata dengan dosis pemberian 100 mgkg berat badan selama 4 minggu setelah pemberian DMBA. d. Kelompok 4 merupakan kelompok perlakuan yang diberi ekstrak daun sirsak Annona muricata dengan dosis pemberian 200 mgkg berat badan selama 4 minggu setelah pemberian DMBA. e. Kelompok 5 merupakan kelompok perlakuan yang diberi ekstrak dan sirsak dengan dosis pemberian 400 mgkg berat badan selama 4 minggu setelah pemberian DMBA. 30 Setelah pemberian DMBA yang terakhir, semua tikus diberi pakan kontrol saja hingga akhir pengamatan. Tikus kemudian dipalpasi payudaranya untuk mengamati terjadinya insidensi tumor payudara. Satu hari setelah pemberian DMBA yang terakhir, tikus diberi ekstrak daun sirsak Annona muricata sesuai dosis yang dilarutkan dengan aquabidest setiap pagi selama 4 minggu. Sementara kelompok kontrol positif maupun negatif diberi aquabidest. Setelah minggu ke 9, pengamatan dihentikan kemudian tikus dianastesi dengan ketamine-xylazine dosis 100 mgKg+5-10 mgKg secara IP kemudian dieuthanasia dengan menggunakan metode cervical dislocation dan dilakukan pembedahan. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan morfologi kelenjar payudara secara mikroskopis. Kelenjar payudara dibuat preparat histopatologi dengan pewarnaan Hematoksilin-Eosin. 31 4. Cara Pembuatan Sediaan Histopatologi Sediaan yang dibuat di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung adalah sebagai berikut : a. Fixation Spesimen berupa potongan kelenjar payudara yang telah dipotong secara representatif kemudian segera difiksasi dengan formalin 10 selama 24 jam, kemudian potongan dicuci dengan air mengalir sebanyak 3-5 kali. b. Trimming Potongan kelenjar yang telah terfiksasi dikecilkan hingga ukuran ± 3 mm. c. Dehidrasi Dehidrasi bertujuan untuk mengeluarkan air yang terdapat di dalam jaringan. Potongan kelenjar payudara berturut-turut direndam dalam alkohol 70 selama 0,5 jam, alkohol 96 selama 0,5 jam 2 kali, alkohol absolut selama 1 jam 3 kali. d. Clearing Clearing bertujuan untuk membersihkan sisa alkohol yang terdapat dalam jaringan. Clearing dilakukan dengan memasukan jaringan kedalam larutan xylol I dan II, masing-masing selama 1 jam. e. Impregnasi Impregnasi dilakukan menggunakan paraffin selama 1 jam dalam oven suhu 65 C. f. Embedding Sisa paraffin yang ada pada base mole dibersihkan dengan memanaskan beberapa saat di atas api dan diusap dengan kapas. Paraffin cair disiapkan dengan 32 memasukkan paraffin ke dalam cangkir logam dan dimasukkan dalam oven dengan suhu diatas 58 C. Kemudian, Paraffin cair dituangkan ke dalam base mole. Jaringan yang telah diimpreg dipindahkan satu persatu dari tissue cassette ke dasar base mole dengan mengatur jarak yang satu dengan yang lainnya. Biarkan membeku kemudian lepaskan tissue cassette dari base mole. Blok parafin telah siap dipotong dengan mikrotom. g. Cutting Sebelum dipotong, blok didinginkan terlebih dahulu di lemari es. Dilakukan pemotongan kasar, lalu dilanjutkan dengan pemotongan halus dengan ketebalan 4-5 mikron. Pemotongan dilakukan menggunakan rotary microtome dengan disposable knife. Kemudian dipilih lembaran potongan yang paling baik, diapungkan pada air, dan dihilangkan kerutannya dengan cara menekan salah satu sisi lembaran jaringan tersebut dengan ujung jarum dan sisi yan lain ditarik menggunakan kuas runcing. Lembaran jaringan dipindahkan ke dalam water bath pada suhu 60 C selama beberapa detik sampai mengembang sempurna. Dengan gerakan menyendok, lembaran jaringan tersebut diambil dengan slide bersih dan ditempatkan di tengah atau pada sepertiga atas atau bawah. Slide yang berisi jaringan ditempatkan pada inkubator suhu 37 C selama 24 jam sampai jaringan melekat sempurna. h. Staining pewarnaan i. Mounting dengan entelan dan tutup dengan deck glass 33 5. Cara Penilaian Perubahan Gambaran Mikroskopik Payudara Penilaian epitel payudara dinilai berdasarkan skor displasia yaitu: Skor 0 Tidak terdapat sel-sel di dalam duktus mammae Skor 1 Sel yang mengalami displasia dengan persentase 10 Skor 2 Sel yang mengalami displasia dengan persentase 10-33 Skor 3 Sel yang mengalami displasia dengan persentase 34-66 Skor 4 Sel yang mengalami displasia dengan persentase 66 Displasia dinilai pada 5 lapang pandang lalu dijumlahkan dan dihitung pada setiap sampel dengan rumus: Skor = X1+X2+X3+X4+X5 5 Keterangan: X= lapangan pandang 5= Σ lapangan pandang 48

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Pemberian ekstrak daun sirsak pada jaringan payudara tikus putih yang diinduksi DMBA pada dosis 100 mgKgBB menyebabkan terjadinya displasia; 2. Peningkatan dosis ekstrak daun sirsak menyebabkan penurunan nilai skor displasia pada jaringan payudara tikus putih yang diinduksi DMBA yaitu dari dosis 100 mgKgBB ke dosis 200 mgKgBB dan dari dosis 200 mgKgBB ke dosis 400 mgKgBB; 49

B. SARAN

1. Peneliti lain disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai zat aktif dari tanaman sirsak yang bermanfaat dalam mengurangi kerusakan sel atau organ, khususnya payudara; 2. Peneliti lain disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh ekstrak daun sirsak terhadap kerusakan akibat DMBA pada organ lain selain payudara seperti ginjal, hepar dan lain-lain; 3. Peneliti lain disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut terkait uji toksisitas untuk mengetahui batas keamanan dari ekstrak daun sirsak agar dapat dikembangkan sebagai tanaman obat yang aman dengan dosis pengaruh pada penelitian ini adalah 400 mgkgBB. DAFTAR PUSTAKA Kumar, Cotran, Robbins. 2007. Buku Ajar Patologi. Jakarta: EGC. hlm. 796. Sylvia A. Price, Lorraine M. Wilson. 2006. Buku Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC. Hlm. 1301 __ 03. Zuhud E A. 2011. Bukti Kedahsyatan Sirsak Menumpas Kanker. Agromedia Pustaka: Jakarta Sunarjono H. 2005. Sirsak dan Srikaya: Budidaya untuk Menghasilkan Buah Prima. Penebar Swadaya: Depok Dahlan S. 2009. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Aggarwal BB, Takada Y, Oommen OV. 2004. From Chemoprevention to Chemotherapy Common Target and Goal. Journal Expert Opinion Investigational Drugs.1310 :1327 −38. Androutsopoulos VP, Tsatsakis AM, Spandidos DA. 2009. Cytochrome P450 CYP1A1 wider roles in cancer progression and prevention. BMC Cancer Journal. 9:187. Baskaran N, Manoharan S, Balakrishnan S, Pugalendhi P. 2010. Chemopreventive potential of ferulic acid in 7,12-dimethylbenz[a]anthracene-induced mammary carcinogenesis in Sprague –Dawley rats. Eropean Journal of Pharmacology. 637:22−9. Depkes. 2002. Laporan Survei Kesehatan Rumah Tangga Tahun 2001. Jakarta: Depkes RI. Kumar V, Abbas AK, Fausto N. 2004. Pathologic basic of disease seventh edition. Philadelphia: Elsevier saunders. Meiyanto E, Susilowati S, Tasminatun S, Murwanti R, Sugiyanto. 2007. Efek kemopreventif ekstrak etanolik Gynura procumbens Lour Merr pada karsinogenesis kanker payudara tikus. Majalah Farmasi Indonesia. 183: 154 – 161. Motoyama J, Yamashita N, Morino T, Tanaka M, Kobayashi T, Honda H. 2008. Hyperthermic treatment of DMBA-induced rat mammary cancer using magnetic nanoparticles. [online journal] [diunduh 1 April 2013]. Guyton C, Hall E. 2006. Buku ajar fisiologi kedokteran, edisi ke –11. Jakarta: EGC. hlm. 849 –58. Hamid S, Meiyanto E. 2009. modulasi cyp1a1 dan gst serta ekspresi p53 dan ras setelah induksi 7,12- dimethyl benzάantrasen dmba dan pemberian anti karsinogenesis

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BUAH MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI GINJAL TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus) GALUR SPRAGUE DAWLEY YANG DIINDUKSI RIFAMPISIN

6 25 78

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL DAUN SIRSAK (Annona muricata Linn) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI GINJAL TIKUS PUTIH (Rattus Norvegicus) GALUR Sprague dawley YANG DIINDUKSI DMBA

5 36 70

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SIRSAK (ANNONA MURICATA L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI JARINGAN PARU TIKUS PUTIH BETINA YANG DIINDUKSI KARSINOGEN 7,12 DIMETHYLBENZ[α]ANTHRANCENE (DMBA)

0 7 43

PERBANDINGAN EFEK KEMOPREVENTIF PEMBERIAN EKSTRAK DAN INFUSA DAUN SIRSAK (Annona Muricata L.) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS JARINGAN PAYUDARA TIKUS BETINA GALUR SPRAGUE DAWLEY YANG DIINDUKSI DMBA

0 12 53

EFEK KEMOPREVENTIF PEMBERIAN INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) PADA EPITEL DUKTUS JARINGAN PAYUDARA TIKUS BETINA GALUR SPRAGUE DAWLEY YANG DIINDUKSI SENYAWA 7,12-DIMETHYLBENZ[A]ANTHRACENE (DMBA)

1 60 56

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL DAUN SIRSAK (Annona muricata Linn) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI SEL HEPAR TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) GALUR Sprague dawley YANG DIINDUKSI DMBA

2 8 70

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL BUAH MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI PAYUDARA TIKUS PUTIH BETINA (Rattus norvegicus) GALUR Sprague dawley YANG DIINDUKSI 7,12-

4 21 67

EFEK PROTEKTIF THYMOQUINONE TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI GINJAL TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) GALUR Sprague dawley YANG DIINDUKSI RIFAMPISIN

1 12 70

EFEK PROTEKTIF THYMOQUINONE TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI HEPAR TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) GALUR Sprague dawley YANG DIINDUKSI RIFAMPISIN

2 35 76

PENGARUH PEMBERIAN MINYAK JELANTAH TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI GINJAL TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR Sprague dawley

0 26 71