Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup
Perbandingan hukum memiliki beberapa istilah, antara lain: Comparative Law, Comparative Jurisprudece, Foreign Law istilah Inggris, Droit Compare istilah
Prancis, Rechtsgelikijking istilah belanda, Rechverleichung atau Vergleichende Rechlehre istilah jerman.
Menurut Rudolf D. Schlessinger dalam bukunya Comparative Law, 1959
mengemukakan antara lain
11
: 1.
Comparative Law merupakan metode penyelidikan dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan yang lebih dalam tentang bahan hukum tertentu.
2. Comparative Law bukanlah perangkat peraturan dan asas- asas hukum dan
bukan merupakan suatu cabang hukum. 3.
Comparative Law adalah teknik atau cara menggarap unsur hukum asing yang aktual dalam suatu masalah hukum.
Perbandingan hukum sebagai suatu metode mengandung arti, bahwa ia merupakan suatu cara pendekatan untuk lebih memahami suatu objek atau
masalah yang diteliti. Oleh karena itu sering digunakan istilah metode perbandingan hukum.
Salah satu kajian alternatif perbandingan yang sangat mendesak dan sesuai
dengan ide pembaharuan hukum nasional saat ini ialah kajian terhadap hukum keluarga law family yang lebih dekat dengan karakteristik masyarakat dan
sumber hukum di Indonesia. Karakteristik masyarakat Indonesia lebih bersifat monodualistis dan pluralistis. Berdasarkan berbagai kesimpulan seminar nasional,
sumber hukum nasional diharapkan berorientasi pada nilai-nilai hukum yang
11
Barda Nawawi Arief, Perbandingan Hukum Pidana,cet. Ke-3,, Jakarta , PT Raja Grafindo Persada, 1998,, hlm. 3-4.
hidup dalam masyarakat living law, yang bersumber dan nilai-nilai hukum adat dan hukum agama. Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian perbandingan dari
sudut keluarga hukum tradisional dan agama traditional and religius law family.
Kajian komparatif yang demikian tidak hanya merupakan suatu kebutuhan, tetapi
juga suatu keharusan
12
. Lebih lanjut Barda Nawawi Arief menyatakan bahwa keinginan dan usaha untuk melakukan kajian penggalian hukum yang hidup
yang bersumber dari nilai-nilai hukum agama dan hukum tradisional adat telah sering dikemukakan dalam berbagai forum ilmiah. Keinginan itu menunjukkan
kesadaran perlunya digali norma hukum yang bersumber dan berakar pada nilai- nilai budaya, moral dan agama. Di pihak lain, keinginan itu menunjukkan
kecendrungan adanya ketidakpuasan, keprihatinan dan krisis kepercayaan terhadap sistem hukum dan kebijakan yang selama ini dilaksanakan.
Ketentuan tindak pidana kesusilaan tentang prilaku seksual yang dikenakan
ancaman pidana di negara-negara Barat tidaklah terlampau liberal, sebagaimana dibayangkan
oleh sebagian
masyarakat Indonesia.
Hal yang
sangat membedakannya dengan kondisi di Indonesia, yaitu terdapatnya nilai-nilai di
masyarakat yang sangat mengedepankan individualisme dan tidak mau campur tangan dengan urusan orang lain. Hal inilah yang membawa warna khusus pada
penerapan hukumnya.
13
12
Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Jakarta, PT. Citra Aditya Bakti, 1996, hlm. 44-45.
13
Muhammad Amin Suma, Pidana Islam di Indonesia , Peluang, Prospek, Dan Tantangan, Pasar Mingggu, Pustaka Firdaus, 2001, hlm. 190.