12 pada intensitas seleksi tertentu. Besarnya peningkatan yang diperoleh dari
karakter yang diseleksi akan memberikan nilai duga kemajuan genetik. Peningkatan akan dipengaruhi oleh intensitas seleksi yang ditetapkan, ragam suatu
karakter, dan heritabilitas arti luasnya. Apabila ragam suatu karakter luas dan heritabilitas tinggi maka akan berkorelasi positif dengan kemajuan genetik. Oleh
karena itu, seleksi pada kedelai populasi F
2
hasil persilangan Tanggamus dan B
3570
diharapkan akan menunjukkan kemajuan genetik yang tinggi untuk beberapa karakter agronomi dan ketahanan terhadap penyakit SMV karena populasi yang
dilibatkan dalam seleksi memiliki keragaman genetik yang luas dan nilai heritabilitas yang tinggi. Dengan demikian peluang diperoleh zuriat yang tahan
terhadap SMV dan berproduksi tinggi akan semakin besar.
1.4 Hipotesis
Hipotesis yang didapatkan adalah sebagai berikut: 1.
Karakter agronomi dan ketahanan terhadap penyakit SMV generasi F
2
persilangan Tanggamus x B
3570
genotipe nomor satu mempunyai nilai estimasi heritabilitas yang tinggi.
2. Karakter agronomi dan ketahanan terhadap penyakit SMV generasi F
2
persilangan Tanggamus x B
3570
genotipe nomor satu mempunyai nilai kemajuan genetik yang tinggi.
3. Terdapat nomor-nomor harapan untuk karakter agronomi dan ketahanan
terhadap penyakit SMV generasi F
2
hasil persilangan Tanggamus x B
3570
genotipe nomor satu.
13
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai
2.1.1 Sejarah tanaman kedelai Kedelai adalah salah satu tanaman polong-polongan yang menjadi bahan dasar
banyak makanan dari Asia Timur seperti kecap, tahu, dan tempe. Berdasarkan peninggalan arkeologi, tanaman ini telah dibudidayakan sejak 3500 tahun yang
lalu di Asia Timur Padjar, 2010. Menurut Sumarno et al. 1990 yang dikutip oleh Cahyarini et al. 2004, tanaman kedelai Glycine max L. Merill.
merupakan tanaman yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Namun tanaman ini bukan merupakan tanaman asli dari Indonesia. Diperkirakan kedelai
diperkenalkan oleh pendatang Cina pada permulaan abad 18. Oleh karena itu, keragaman genetik relatif sempit hanya terbatas karena adanya seleksi alami dan
adaptasi. 2.1.2 Taksonomi tanaman kedelai
Klasifikasi tanaman kedelai di dalam buku Rukmana 1996 dan Gembong 2005
adalah sebagai berikut : Divisi
: Spermatophyta Subdivisi
: Angiospermae Klas
: Dicotyledoneae Sub klas
: Archihlahmydae
14 Ordo
: Rosales Sub ordo
: Leguminosineae Family
: Leguminoseae Sub family
: Papiolionaceae Genus
: Glycine Spesies
: Glycine max L. Merill. 2.1.3 Morfologi tanaman kedelai
Kedelai merupakan tanaman dikotil semusim dengan percabangan sedikit, sistem perakaran akar tunggang, dan batang berkambium. Kedelai dapat berubah
penampilan menjadi tumbuhan setengah merambat dalam keadaan pencahayaan rendah Rukmana dan Yuniarsih,1996.
Para ahli botani mencatat suku kacang-kacangan Papilionacae yang tumbuh di dunia diperkirakan mencapai 18.000 spesies. Tanaman kedelai yang ditanam
secara komersial di dunia diperkirakan keturunan atau kerabat jenis kedelai liar G. soya atau G. usuriensis AAK, 1989.
Tanaman kedelai terdiri atas dua organ yaitu organ vegetatif dan organ generatif. Organ vegetatif meliputi akar, batang, dan daun yang berfungsi sebagai alat
pengambil, pengangkut, pengedar, dan penyimpan makanan. Organ generatif meliputi bunga, buah, dan biji yang fungsinya sebagai alat perkembangbiakan
Rukmana dan Yuniarsih, 1996.
15 Adapun bagian-bagian organ vegetatif tanaman kedelai:
a. Akar
Akar kedelai mulai muncul dari belahan kulit biji yang muncul di sekitar misofil. Calon akar tersebut kemudian tumbuh dengan cepat ke dalam tanah, sedangkan
kotiledon yang terdiri atas dua keping akan terangkat ke permukaan tanah akibat pertumbuhan yang cepat dari hipokotil. Sistem perakaran kedelai terdiri atas dua
macam, yaitu akar tunggang dan akar sekunder serabut yang tumbuh dari akar tunggang. Selain itu kedelai juga seringkali membentuk akar adventif yang
tumbuh dari bagian bawah hipokotil Budidaya Tanaman Kedelai Glycine max [L.] Merril, 2009.
Tanaman kedelai dapat mengikat nitrogen N
2
di atmosfer melalui aktivitas bakteri pengikat nitrogen, yaitu Rhizobium japonicum. Bakteri ini terbentuk di
dalam akar tanaman yang diberi nama nodul atau bintil akar. Keberadaan Rhizobium japonicum di dalam tanah ada karena tanah tersebut telah ditanami
kedelai atau sebelumnya telah ditambahkan ke dalam tanah. Bintil akar tanaman kedelai umumnya dapat mengikat nitrogen dari udara pada umur 10
—12 hari setelah tanam, tergantung pada kondisi lingkungan tanah dan suhu.
Pemupukan nitrogen sebagai starter pada awal pertumbuhan kedelai perlu dilakukan untuk pertumbuhan dalam satu minggu pertama. Pada keadaan
tersebut, akar tanaman belum berfungsi sehingga tambahan nitrogen diharapkan dapat merangsang pembentukan akar. Hal ini akan membuka kesempatan
pembentukan bintil akar Budidaya Tanaman Kedelai Glycine max [L.] Merril, 2009.