29 pengujian ketidaktepatan pengukuran yang diamati, atau konstitusi genetik yang
masih bersegregasi.
2.5 Kemajuan Genetik
Besarnya kemajuan genetik dipengaruhi oleh keragaman, nilai duga heritabilitas, dan intensitas seleksi yang dilakukan. Intensitas seleksi tergantung dari
banyaknya individu keturunan yang akan diseleksi. Nilai duga heritabilitas yang tinggi dan intensitas seleksi yang tinggi diharapkan memberikan nilai kemajuan
genetik yang tinggi. Kemajuan genetik harapan dapat diukur dengan kemajuan genetik Suharsono et al., 2006. Kemajuan genetik merupakan suatu parameter
yang menduga penerapan seleksi suatu karakter diharapkan akan memberikan pengaruh kepada perbaikan suatu genotipe tanaman pada intensitas seleksi
tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut seleksi suatu karakter dalam populasi tanaman yang diregenerasikan melalui biji dan populasi tanaman yang
bersegregasi bebas akan memperlihatkan kemajuan genetik yang diharapkan, karena populasi F
2
merupakan populasi yang memiliki tingkat keragaman yang luas serta nilai heritabilitas yang tinggi.
30
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapangan Terpadu Fakultas Pertanian, Universitas Lampung dari bulan September 2013 sampai dengan
Januari 2014, sedangkan perbanyakan virus juga akan dilakukan di Laboratorium Lapangan Terpadu Fakultas Pertanian. Pengamatan kemudian dilanjutkan di
Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Universitas Lampung.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan yaitu alkohol 70, zeolit, air, Furadan 3G, fungisida berbahan aktif mancozeb 80, insektisida berbahan aktif delhtametrin 25 gl
aquades, buffer fosfat, Urea 50 kgha, SP 36 100 kgha, KCl 100 kgha dan pupuk kandang 10 tonha. Benih yang digunakan yaitu 100 butir dari satu populasi F
2
hasil persilangan Tanggamus dan B
3570
genotipe nomor satu dan 20 tetua kedelai yang terdiri atas varietas Tanggamus dan B
3570
. Alat yang digunakan yaitu mortal, korek api, alu, hand sprayer, mistar, gunting,
benang, kamera, cangkul, sabit, koret, golok, knapsack sprayer, polybag, cotton bud, kertas label, botol aqua, gelas ukur, timbangan analitik, cangkul, patok,
meteran, sabit, jaring, bambu, gembor, kantung, tali rafia, dan alat tulis.
31 Tanggamus dan B
3570
merupakan hasil persilangan dengan metode dialel setengah yang dilakukan oleh Maimun Barmawi dengan menggunakan lima tetua yaitu
B
3570
, Tanggamus, Orba, Taichung, dan Yellow Bean yang kemudian penelitian tersebut dilanjutkan oleh Putri dan Jamil 2013 untuk mengetahui tingkat
ketahanan populasi F
1
terhadap infeksi soybean mosaic virus. Dari 10 kombinasi persilangan, dipilih satu kombinasi persilangan Tanggamus dan B
3570
dengan genotipe nomor satu. Persilangan ini memiliki persentase keparahan penyakit
rendah sebesar 22,5, jumlah biji sehat sebanyak 778 butir, dan jumlah biji sakit 83 butir. Selanjutnya dari total keseluruhan biji, diambil 100 butir biji secara acak.
Pada generasi F
2
rancangan percobaan yang digunakan tanpa ulangan karena benih yang digunakan adalah benih F
2
yang masih mengalami segregasi Baihaki, 2000 dan benih belum homozigot secara genetik.
3.3 Metode Penelitian
Untuk menjawab pertanyaan dalam perumusan masalah dan untuk menguji hipotesis maka rancangan perlakuan yang digunakan yaitu rancangan perlakuan
tunggal terstruktur bersarang, sedangkan rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan percobaan tanpa ulangan. Dalam penelitian ini seluruh tanaman
yang diuji diamati.
32
3.4 Analisis Data
Menurut Suharsono et al.2006 , ragam fenotipe ditentukan dengan rumus:
σ
2 f
= Keterangan:
σ
2 f
= ragam fenotipe Xi
= nilai pengamatan tanaman ke –i
µ = nilai tengah populasi
N = jumlah tanaman yang diamati
Ragam lingkungan ditentukan dengan rumus:
σ
2 e
= Keterangan:
σ
p1
= simpangan baku tetua 1 σ
p2
= simpangan baku tetua 2 n1+n2 = jumlah tanaman tetua
Populasi tetua secara genetik adalah seragam sehingga ragam genotipe nol. Oleh karena itu, ragam fenotipe yang diamati pada populasi tetua sama dengan ragam
lingkungan. Tetua dan populasi keturunannya ditanam pada lingkungan yang sama, sehingga ragam lingkungan tetua sama dengan ragam lingkungan populasi
keturunan. Dengan demikian ragam genetik
σ
2 g
dapat dihitung dengan rumus: σ
2 g
= σ
2 p
- σ
2 e
Keterangan : σ
2 p
= ragam fenotipe σ
2 e
= ragam lingkungan