V. PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut;
1. Pembayaran uang pengganti dalam perkara Nomor 02PidTPK2012PN.TK tidak sesuai dengan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 karena jaksa
selaku eksekutor tidak melakukan penyitaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat 2 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang menyatakan bahwa “Jika terpidana tidak membayar uang pengganti sebagaimana dimaksud dalam ayat
1 huruf b paling lama dalam waktu 1 satu bulan sesudah putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, maka harta bendanya dapat
disita oleh jaksa dan dilelang untuk menutupi uang pengganti tersebut”.
2. Upaya yang dapat dilakukan untuk memperoleh uang pengganti adalah Upaya penyitaan dan pelelangan harta benda terpidana sesuai dengan ketentuan Pasal
18 ayat 2 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999, Upaya pelacakan dan penjarinagn asset terpidana saat tahap penyidikan, penyidik berwenang
melacak harta benda milik tersangka untuk menghitung harta benda yang
dimiliki oleh tersangka, istri atau suami serta anak-anaknya. Sesuai dengan Pasal 28 dan Pasal 29 ayat 1 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 dan
upaya penagihan uang pengganti menggunakan instrument perdata, digunakan Pasal 32, 33, dan 34 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, serta dengan upaya instrument perdata.
3. Faktor penghambat dalam eksekusi uang pengganti adalah faktor hukum itu sendiri, faktor penegak hukum dan faktor sarana atau fasilitas yang mendukung
penegakan hukum di Indonesia.
B. Saran
1. Kepada hakim yang memutus perkara korupsi apabila terdakwa secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana korupsi yang telah merugikan keuangan
Negara, maka wajib dijatuhkan uang pengganti yang sebanyak-banyaknya sama dengan hasil korupsi yang diperolehnya walaupun pidana uang pengganti
hanya pidana tambahan dalam tindak pidana korupsi.
2. Kepada penegak hukum khususnya jaksa harus memiliki keberanian dan tekad kuat dalam menjalankan fungsi dan tugasnya sebagai eksekutor dalam
pelaksanaan putusan pengadilan yang memiliki kekuatan hukum tetap agar kerugian keuangan Negara dari tindak pidana korupsi bisa dipulihkan melalui
pembayaran uang pengganti.
3. Kepada legislatif selaku pembuat undang-undang agar segera membuat peraturan yang lebih rinci mengenai pembayaran uang pengganti agar tidak terjadi
perbedaan persepsi antara penegak hukum.