Gambar 1. Struktur Organisasi DPKD.
Sumber data : Dinas Pendapatan dan Keuangan DPKD Kabupaten Blitar
.
B. Analisa Data
1. Analisis rasio keuangan pemerintah daerah Kabupaten Blitar dengan metode lintas waktu time series pada :
1.1 Rasio Kemandirian Keuangan Daerah RKKD RKKD =
Pinjaman dan
insi PusatProp
Pemerintah Bantuan
Daerah Asli
Pendapatan
x 100
Tahun 2003 =
595 .
574 .
363 .
17 600
. 839
. 713
. 23
786 .
008 .
761 .
21
x 100 = 529,76
Bupati
Kepala Dinas
Kasubbag Perbendaharaan
Kasubbag Pembukuan
Kasubbag Verifikasi
Kasubbag Anggaran
Bagian Keuangan Ka Bag TU
Unit Pelaksanaan Tehnis
Tahun 2004 =
784 .
990 .
98 703
. 398
. 222
. 22
x 100 = 22450
Tahun 2005 =
952 .
624 .
918 .
21 757
. 998
. 136
. 28
x 100 = 128,37
Untuk dapat melihat dan membandingkan antara rasio kemandirian keuangan daerah pemerintah Kabupaten Blitar dapat
dilihat pada tabel 1. Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa RKKD mengalami penurunan
dan kenaikan. Pada tahun 2003 RKKD sebesar 529,76 yang berarti ketergantungan daerah terhadap bantuan pihak ekstern sudah baik. Pada
tahun 2004 RKKD mengalami kenaikan sebesar 21.920,24 menjadi 22450, ini berarti ketergantungan daerah terhadap bantuan pihak
ekstern semakin tinggi. Pada tahun 2005 RKKD yang dicapai sebesar 128,37 mengalami penurunan sebesar 22.321,63 dari tahun
sebelumnya. Ini berarti kemampuan penerintah daerah dalam mencukupi kebutuhan pembiayaan untuk melakukan tugas-tugas
pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat sosial masih rendah, dengan kata lain bahwa kinerja keuangan pemerintah daerah
tidak baik. 35
Tabel 1. Perkembangan tingkat kemandirian keuangan Kabupaten Blitar.
Tahun Rasio Kemandirian Keuangan Daerah
2003 529,76
2004 22450
2005 128,37
Rata-rata 7.702,7
Sumber data : Laporan perhitungan APBD kabupaten Blitar tahun 2003-2005
1.21 Rasio Aktivitas a. Rasio Belanja Rutin terhadap anggaran pendapatan dan belanja
daerah. RBR terhadap APBD =
APBD Total
Rutin Belanja
Total
x 100
Tahun 2003 =
100 x
236 .
113 .
124 .
394 616
. 620
. 409
. 314
= 79,77
Tahun 2004 =
100 x
138 .
704 .
266 .
405 029
. 214
. 477
. 383
= 94,62
Tahun 2005 =
100 x
406 .
159 .
126 .
438 354
. 100
. 724
. 414
= 94,65 b. Rasio Belanja Pembangunan terhadap Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah RBP. RBP terhadap APBD =
APBD Total
n Pembanguna
Belanja Total
x 100 36
Tahun 2003 =
100 x
236 .
113 .
124 .
394 073
. 074
. 009
. 77
= 19,54 Tahun 2004 =
100 x
138 .
704 .
266 .
405 124
. 716
. 629
. 305
= 75,41 Tahun 2005 =
100 x
406 .
159 .
126 .
438 496
. 050
. 451
. 334
= 76,34 Untuk dapat lebih memahami tingkat rasio aktivitas keuangan
pemerintah Kabupaten Blitar dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Rasio Aktivitas Pemerintah Daerah Kabupaten Blitar.
Tahun Rasio Belanja Rutin
Rasio Belanja Pembangunan
2003 79,77
19,54 2004
94,62 75,41
2005 94,65
76,34 Rata-rata pertahun
89,68 57,09
Sumber data : Laporan perhitungan APBD Kabupaten Blitar tahun 2003-2005
Dari tabel 2. diatas dapat dilihat bahwa rata-rata rasio aktivitas pertahunnya sebesar 89,68 untuk rasio aktivitas belanja rutin dan
57,09 untuk rasio aktivitas belanja pembangunan. Selama tahun 2003 sampai 2005 diperoleh bahwa rasio aktivitas belanja rutin dari
tahun ke tahun semakin meningkat. Pada tahun 2003 rasio belanja rutin yang dicapai sebesar 79,77. Pada tahun 2004 rasio belanja
rutin yang dicapai meningkat sebesar 14,85 menjadi 94,62. Pada tahun 2005 rasio belanja rutin yang dicapai mengalami
peningkatan sebesar 0,03 menjadi 94,65 Peningkatan ini terjadi karena bertambahnya alokasi dana untuk belanja rutin dari
314.409.620.616 menjadi 383.477.214.02 menjadi 414.724.100.354, hal ini menunjukkan bahwa rasio belanja rutin terhadap APBD
kinerja keuangannya secara time series adalah baik. Rasio aktivitas belanja pembangunan selama tahun 2003
sampai 2005 mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2003 rasio belanja pembangunan dari 19,54 menjadi
75,41, pada tahun 2004 rasio belanja pembangunan dari 75,41 menjadi 76,34. Peningkatan ini terjadi karena bertambah alokasi
dana untuk belanja pembangunan dari 77.009.074.073 menjadi 305.629.716.124 menjadi 334.451.050.379, hal ini menunjukkan
bahwa rasio belanja pembangunan terhadap APBD kinerja keuangannya secara time series adalah baik.
Dari rasio belanja belanja rutin dan belanja pembangunan menunjukkan bahwa pemerintah daerah dalam memprioritaskan
alokasi dananya pada belanja rutin dan belanja pembangunan belum optimal karena sebagian besar dana yang dimiliki pemerintah
daerah masih diprioritaskan alokasi dananya pada belanja rutin 38
sehingga rasio belanja pembangunan terhadap APBD masih relatif kecil, ini menunjukkan bahwa kinerja keuangan pemerintah daerah
kurang baik 1.3 Rasio Pertumbuhan RP.
Rasio Pertumbuhan RP =
1 Xn
RP 1
Xn Xn
RP
x100 Keterangan :
RP Xn-Xn-1 = Realisasi tahun yang dihitung dikurangi tahun sebelumnya.
RP Xn-1 = Realisasi penerimaan pendapatan asli daerah tahun sebelumnya.
Tahun 2003 =
100 x
572 .
490 .
877 .
18 572
. 490
. 877
. 18
786 .
761 .
21
= 15,3 Tahun 2004
=
100 x
786 .
008 .
761 .
21 786
. 008
. 761
. 21
703 .
398 .
222 .
22
= 2,11 Tahun 2005 =
703 .
398 .
222 .
22 703
. 398
. 222
. 22
757 .
998 .
136 .
28
x 100 = 26,6
Untuk dapat memahami tingkat rasio pertumbuhan pemerintah daerah Kabupaten Blitar dapat dilihat pada tabel 3.
Berdasarkan tabel 3. diatas dapat diketahui bahwa rata-rata rasio pertumbuhan sebesar 113,99 ini menunjukkan bahwa rasio
pertumbuhan mengalami pada tahun penelitian mengalami pertumbuhan yang positif. Rasio pertumbuhan pada tahun 2003 sampai 2005
mengalami penurunan dan kenaikan. Pada tahun 2003 RP sebesar 15,3. Pada tahun 2004 RP mengalami penurunan sebesar 9,19
menjadi 2,11. Pada tahun 2005 RP yang dicapai sebesar 26,6 mengalami kenaikan sebesar 24,49, ini berarti kemampuan
pemerintah daerah dalam mempertahankan dan meningkatkan keberhasilannya yang telah dicapai dari periode ke periode ini berarti
bahwa kinerja keuangan pemerintah daerah adalah baik. Tabel 3. Rasio Pertumbuhan pemerintah Kabupaten Blitar.
Tahun Rasio Pertumbuhan
2003 15,3
2004 2,11
2005 26,6
Rata-rata 113,99
Sumber data : Laporan perhitungan APBD Kabupaten Blitar tahun 2003-2005
2. Analisis rasio keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Blitar dengan metode cross section pada :
2.1 Rasio Efektivitas dan Efisiensi Pendapatan Asli Daerah. a. Rasio Efektivitas
Rasio Efektivitas =
PAD Penerimaan
Target PAD
Penerimaan Realisasi
x 100
Tahun 2003 =
100 x
572 .
490 .
877 .
18 786
. 008
. 761
. 21
= 115,27
Tahun 2004 =
100 x
400 .
787 .
674 .
20 703
. 398
. 222
. 22
=107,49 Tahun 2005 =
100 x
360 .
139 .
598 .
23 757
. 998
. 136
. 28
= 119,23. b. Rasio Efisiensi
RE =
Daerah Asli
Pendapatan Penerimaan
Realisasi PAD
Memungut untuk
n dikeluarka
yang Biaya
x 100
Tahun 2003 =
100 x
786 .
008 .
761 .
21 236
. 113
. 124
. 394
= 1.811,1 Tahun 2004 =
100 x
703 .
398 .
222 .
22 138
. 704
. 266
. 4
= 18,35 Tahun 2005 =
757 .
998 .
136 .
28 354
. 100
. 724
. 414
x 100 = 1.473,95
Untuk dapat memahami tingkat rasio efektivitas dan efisiensi pendapatan asli daerah pemerintah Kabupaten Blitar dapat dilihat
pada tabel 4. Tabel 4. Rasio Efektivitas dan Efisiensi pendapatan asli daerah
Pemerintah Daerah Kabupaten Blitar. Tahun
Rasio Efektivitas Rasio Efisiensi
2003 115,27
1.811,1 2004
107,49 18,35
2005 119,23
1.473,95 Rata-rata
113,99 1.101,1
Sumber data : Laporan perhitungan APBD Kabupaten Blitar tahun 2003-2005
Berdasarkan tabel 4. dapat diketahui bahwa rasio efektivitas menunjukkan bahwa dalam merealisasikan PAD yang direncanakan
dibandingkan dengan target yang ditetapkan sudah efektif yang artinya kinerja keuangan pemerintah daerah adalah baik. Untuk
rasio efisiensi dapat diketahui bahwa rasio efisiensi menunjukkan bahwa dalam merealisasikan PAD yang direncanakan dibandingkan
dengan target yang ditetapkan belum efektif yang artinya kinerja keuangan pemerintah daerah adalah kurang baik. Untuk
memperoleh ukuran yang lebih baik, rasio efektivitas tersebut harus dibandingkan dengan rasio efisiensi yang dicapai pemerintah
daerah. Dari perhitungan diatas dapat diketahui bahwa rasio efektivitas dalam melakukan pemungutan sumber pendapatan
daerah mencapai 113,99, sedang rasio efisiensinya sebesar 1.101,1. Hal itu menunjukkan bahwa kinerja keuangan
pemerintah daerah kurang baik. 2.2. Rasio Debt Service Coverage Ratio RDSCR
DSCR =
Pinjaman Biaya
Bunga Angsuran
Pokok Total
Wajib Belanja
- DAU
Daerah Bagian
PAD
x 100 Tahun 2003 = DSCR pada tahun ini tidak ada karena pemerintah
Kabupaten Blitar tidak mempunyai hutang sehingga total angsuran pinjaman atau hutang dan bunganya tidak
ada. Tahun 2004
=
975 .
117 .
62 402
. 323
. 185
. 16
905 .
847 .
77 000000
. 854
. 308
651 .
872 .
289 .
42 703
. 398
. 222
. 22
x
100 = 578,79.
Tahun 2005 =
935 .
574 .
60 995
. 139
. 350
. 16
709 .
814 .
213 .
49 000
. 000
. 994
. 335
674 .
414 .
319 .
21 757
. 998
. 136
. 28
x10
= 493.280. Untuk dapat melihat dan membandingkan antar debt service coverage
ratio DSCR pemerintah Kabupaten Blitar dapat dilihat pada tabel 5. berikut.
Tabel 5. RDSCR Pemerintah Daerah Kabupaten Blitar Tahun
Debt Service Coverage Ratio DSCR 2003
_ 2004
578.879 2005
493.280 Rata-rata pertahun
825.519
Sumber data : Laporan perhitungan APBD Kabupaten Blitar tahun 2003-2005
Berdasar hasil perhitungan pada tabel 5. diatas dapat dilihat pada tahun 2003 DSCR tidak dapat diketahui karena total pokok angsuran,
bunga serta biaya pinjaman tidak ada dan rekening yang menunjukkan hutang pokok angsuran yang jatuh tempo nilainya tidak ada. Pada tahun
2004 dan 2005 secara urut sebesar 578.879 dan 493.280, sedangkan rasio rata-rata tahun 2004 dan 2005 pertahunnya sebesar 825.519.
Dari rasio tersebut dapat diketahui bahwa pemerintah daerah mempunyai kemampuan untuk melakukan pinjaman karena rasio yang
dicapainya lebih dari 2,5 atau 250.
C. Uji Hipotesis.