Teknik Pengolahan Data INTERAKSI POLITIK BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DAN KEPALA DESA DALAM PELAKSANAAN PEMERINTAHAN DESA (Studi di Desa Alai Utara Kecamatan Lembak Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan)

3. Menarik KesimpulanVerifikasi Penarikan kesimpulan merupakan suatu kegiatan dari konfigurasi yang utuh selama penelitian berlangsung. Sedangkan verifikasi merupakan kegiatan pemikiran kembali yang melintas dalam pemikiran penganalisis selama peneliti mencatat, atau suatu tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan atau peninjauan kembali serta tukar pikiran di antara teman sejawat untuk mengembangkan ”kesempatan inter subjektif”, dengan kata lain makna yang muncul dari data harus diuji kebenarannya, kekokohannya dan kecocokannya validitasnya. Verifikasi dalam penelitian dilakukan secara kontinu sepanjang penelitian oleh peneliti yang dimaksud untuk menganalisis dan mencari makna dari informasi yang dikumpulkan dengan mencari tema. 4. Triangulasi Data Menurut Moleong, 2004: 330, triangulasi data merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian. Penelitian ini menggunakan keabsahan data dengan membandingkan hasil wawancara dengan informan utama yaitu anggota Badan Permusyawaratan Desa BPD dan perangkat desa terhadap masyarakat setempat. Hal ini penulis lakukan kepada salah satu masyarakat Desa Alai Utara untuk membandingkan hasil wawancara yang sudah dilakukan kepada Informan utama.

VI. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, maka dapat disimpulkan interaksi politik Badan Permusyawaratan Desa BPD dan Kepala Desa dalam pelaksanaan pemerintahan desa sebagai berikut: 1. Proses Interaksi Asosiatif Interaksi BPD dan Kepala Desa masih buruk. Hal ini dilihat dari adanya kendala seperti pada kerjasama dalam sub indikator tawar menawar menjadi kendala karena BPD kurang memberikan masukan atau pemikiran pada proses perumusan peraturan desa. Pada akomodasi terdapat dua sub indikator yaitu koersi, kompromi. Kendala pada akomodasi adalah pada sub indikator kompromi hal ini terjadi karena kurangnya keterbukaan Badan Permusyawartan Desa BPD dan Kepala Desa dalam menyelesaikan suatu masalah. Asimilasi kedua lembaga cukup baik. Faktor yang menjadi kendala adalah kurangnya partisipasi Badan Permusyawartan Desa BPD dalam membuat peraturan desa. Kurangnya pemahaman mengenai tugas dan fungsi BPD menjadikan BPD kurang berpartisipasi dalam melaksanakan tugas. Pada praktiknya BPD masih bingung dalam menjalankan tugas dan fungsi.