Implementasi Program Pendidikan Kesetaraan Yang Dilakukan Oleh PKBM Emphaty Medan

(1)

IMPLEMENTASI PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN

YANG DILAKUKAN OLEH PKBM EMPHATY MEDAN

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara.

Disusun oleh :

010902024

YON YANTJEG

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat, rahmat dan pengetahuan yang diberikan-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan sebagaimana diharapkan.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ilmu sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya ilmiah ini memiliki kekurangan dan masih sangat jauh dari sempurna. Dengan menyadari kekurangan dalam skripsi ini, penulis dengan senang hati mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak guna penyempurnaan karya ilmiah ini dimasa mendatang.

Penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada semua pihak yang telah memberikan dorongan, semangat, dan bahan-bahan pemikiran sehingga skripsi ini dapat terwujud, dan secara khusus penulis ucapkan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Matias Siagian, M.Si, selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

3. Bapak Sudirman, M. SP selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan sumbangan pemikiran, bimbingan dan arahan yang sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(3)

4. Bapak Bukti Nainggolan yang memberikan ijin penelitian dan memberikan masukan mengenai program pendidikan kesetaraan di Yayasan PKBM EMPHATY Medan kepada Penulis.

5. Kak Electa S.Sos sebagai pengelola PKBM EMPHATY Medan yang memberikan data-data yang diperlukan Penulis guna melengkapi sekripsi penulis.

6. Bapak B Damanik dan Kak Tiur M Nainggolan sebagai sahabat untuk berbagi dan bercerita di Yayasan Emphaty dalam proses pembelajaran warga belajar.

7. Teristimewa untuk kedua orang tua saya Bapak Yosua ginting dan Mamak Jenda Mari Br Tarigan yang telah membesarkan, mendidik, memberikan semangat dan doa yang begitu besar bagi penulis, yang jasa-jasa mereka tidak akan pernah terlupakan.

8. Teristimewa juga bagi seluruh keluarga saya, khususnya adik-adik saya Juli, Jimi, Jefking, dan Inganta. Semoga kelak menjadi orang yang berguna.

9. Teristimewa buat kawan-kawan saya yang selalu setia menemani, memberikan sumbangan pemikiran dan semangat antara lain: Angga, Jujur, Fajar, Anggiat dan yang lain gak tersebutkan namanya satu persatu. 10.Teristimewa kawan-kawan setambuk 2001 Frety, Ilham, Fahmi, Marlina,

Udin dan yang lain.

11.Teristimewa buat sahabat aku etha yang memberikan semangat dan doa disaat penulis mengerjakan skripsi ini hingga selesai.


(4)

12.Teristimewa Buat semua adik-adik dan warga belajar yang ada di pusat kegiatan belajar masyarakat EMPHATY yang menjadi inspirasi bagi skripsi ini. Tetap utamakan pendidikan dan rahilah cita-cita setingi langit.

Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Desember 2007


(5)

Universitas Sumatera Utara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial

ABSTRAK

IMPLEMENTASI PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN OLEH PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT (PKBM )

EMPHATY MEDAN Oleh: YON YANTJE GINTING

NIM: 010902024

Skripsi ini berjudul “Implementasi Program Pendidikan Kesetaraan (PKBM) EMPHATY Medan”. Skripsi ini terdiri atas Enam BAB dengan jumlah halaman sebanyak 79 halaman. Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah: Bagaimana Implementasi Program Pendidikan Kesetaraan Oleh PKBM EMPHATY Medan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana implementasi pendidikan kesetaraan oleh PKBM EMPHATY Medan.

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik deskriptif dengan pendekatan kualitatif diamana pengolahan data dilakukan dengan manual. Data yang dikumpulkan dari hasil wawancara mendalam, observasi dan keterlibat langsung (partisivatif). Informasi yang diperoleh dari lapangan dikelompokkan dan disederhanakan dengan sistematis untuk membuat diskripsi kualitatif yang jelas tuk menggambarkan proses impelementasi Program Pendidikan Kesetaraan oleh Yayasan Empahty Medan, sehingga hasil wawancara, observasi dan keterlibatan langsung, sehingga hasil yang diperoleh dapat dipakai dalam analisa data.

Hasil penelitian ini menyimpulkan antara lain: bahwa (1). Implementasi program pendidikan kesetaraan oleh PKBM EMPHATY berjalan dengan benar, dengan adanya warga belajar, tenaga pengajar (tutor) dan melakukan proses belajar. (2). Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat EMPAHATY berhasil mesosialisasikan program pendidikan kesetaraan, dilihat dari bertambah banyaknya warga belajar (sasaran program)yang terdaftar di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat EMPHATY Medan. (3). Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat EMPAHATY Medan kurang dapat perhatian terutama masalah dana dari pemerintah atau dinas terkait. Berdampak kepada kurang maksimalnya implementasi program pendidikan kesetaraan. (4). Tenaga Pengajar di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat EMPHATY Medan memiliki loyalitas yang tinggi kepada Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat EMPHATY Medan. Dan kwalifikasi akademik sesuai standar dinas pendidikan. Namun kwantitas tutor masih kurang dilihat dari jumlah warga belajar yang ada di PKBM EMPHATY Medan. (5). Program pendidikan kesetaraan adalah program pemerintah hanya indah pada konsepnya saja, namun pada pelaksanaannya masih kurang.


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ……….……I

ABSTRAK ……….………IV

DAFTAR ISI ……….….…V

DAFTAR BAGAN ………VII

DAFTAR TABEL ………VIII.

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang………...1

I.2. Perumusan Masalah………...8

I.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian………..9

I.4 Sistematika Penulisan………...10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1.Konsep Tentang Implementasi Program….………11

II.2. Konsep Pendidikan.………...……….15

II.3. Pendidikan Kesetaraan.………..17

II.4. PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat).………30

II.5. Kerangka Pemikiran……….………..31

II.6. Defenisi Konsep dan Defenisi Oprasional…...………..33

BAB III METODE PENELITIAN III.1. Tipe Penelitian………..35

III.2. Lokasi Penelitian………...35

III.3. Subjek Penelitian…………..……….35

III.4. Teknik Pengumpulan Data………36

III.5. Teknik Analisis Data……….………37

BAB IV DESKRIPSI LOKASI IV.1. Sejarah Berdirinya Yayasan EMPHATY Medan…………38


(7)

IV.3. Susunan Kepengurusan…………..………..37

IV.4. Struktur Organisasi……….……….40

IV.5. Program Kerja Yayasan EMPHATY Medan.………..44

IV.6. Sasaran Program……….….………47

IV.7. Lokasi Binaan………. ………47

IV.8. Sarana dan Prasarana Lembaga……….…….48

BAB V ANALISISADATA V.1. Program Pendidikan Kesetaraan….………...50

V.1.1. Program Paket B……….53

V.1.2. Program Paket C……….60

V.2. Keterlibatan PKBM EMPHATY Medan Dalam Pelaksanaan Program Pendidikan Kesetaraan………..………..71

V.2.1. Ujian Nasional Pendidikan Kesetaraan (UNPK)..……...71

V.2.2. Pendanaan Pendidikan Kesetaraan………..………75

BAB VI PENUTUP VI.1. Kesimpulan………...78

VI.2. Saran……….………79

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1 Kerangka Pemikiran……….………31 Bagan 2 Struktur Organisasi Yayasan EMPHATY………...…………42 Bagan 3 Struktur PKBM EMPHATY Medan………43


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Sarana Yayasan EMPHATY Medan………..………48 Tabel 2 Prasarana Yayasan EMPHATY Medan……….…49 Tabel 3 Daftar Nama Warga Belajar Paket B 2007/2008….….………..………56 Tabel 4 Jadwal Belajar Paket B Tahun Ajaran 2007/2008..………...59 Tabel 5 Daftar Nama Warga Belajar Paket C 2007/2008………..63 Tabel 6 Jadwal Belajar Paket C Tahun Ajaran 2007/2008…………..………..65 Tabel 7 Daftar Nama Panitia Penyelenggara dan Monitoring Ujian Nasional Pendidikan Kesetaraan (UNPK) Paket B Periode Pertama Tahun 2007 di Kecamatan Medan Selayang…………..………….…………...…...74 Tabel 8 Daftar Nama Panitia Penyelenggara dan Monitoring Ujian Nasional Pendidikan Kesetaraan (UNPK) Paket CPeriode Pertama Tahun 2007 di Kecamatan Medan Selayang………..………74 Table 9 Rekapitulasi Anggaran Dana Biaya Operasional Penyelenggaraan

(BOP) Program Kesetaran Paket B PKBM EMPHATY TA. 2007/2008………..………77

Tabel 10 Rekapitulasi Anggaran Dana UNPK Paket C Setara SMU Periode I Tahun 2007 Kecamatan Medan Selayang……….………....77 Table 11 Rekapitulasi Anggaran Dana UNPK Paket B Setara SMP Periode I Tahun 2007 Kecamatan Medan Selayang……….77


(10)

Universitas Sumatera Utara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial

ABSTRAK

IMPLEMENTASI PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN OLEH PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT (PKBM )

EMPHATY MEDAN Oleh: YON YANTJE GINTING

NIM: 010902024

Skripsi ini berjudul “Implementasi Program Pendidikan Kesetaraan (PKBM) EMPHATY Medan”. Skripsi ini terdiri atas Enam BAB dengan jumlah halaman sebanyak 79 halaman. Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah: Bagaimana Implementasi Program Pendidikan Kesetaraan Oleh PKBM EMPHATY Medan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana implementasi pendidikan kesetaraan oleh PKBM EMPHATY Medan.

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik deskriptif dengan pendekatan kualitatif diamana pengolahan data dilakukan dengan manual. Data yang dikumpulkan dari hasil wawancara mendalam, observasi dan keterlibat langsung (partisivatif). Informasi yang diperoleh dari lapangan dikelompokkan dan disederhanakan dengan sistematis untuk membuat diskripsi kualitatif yang jelas tuk menggambarkan proses impelementasi Program Pendidikan Kesetaraan oleh Yayasan Empahty Medan, sehingga hasil wawancara, observasi dan keterlibatan langsung, sehingga hasil yang diperoleh dapat dipakai dalam analisa data.

Hasil penelitian ini menyimpulkan antara lain: bahwa (1). Implementasi program pendidikan kesetaraan oleh PKBM EMPHATY berjalan dengan benar, dengan adanya warga belajar, tenaga pengajar (tutor) dan melakukan proses belajar. (2). Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat EMPAHATY berhasil mesosialisasikan program pendidikan kesetaraan, dilihat dari bertambah banyaknya warga belajar (sasaran program)yang terdaftar di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat EMPHATY Medan. (3). Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat EMPAHATY Medan kurang dapat perhatian terutama masalah dana dari pemerintah atau dinas terkait. Berdampak kepada kurang maksimalnya implementasi program pendidikan kesetaraan. (4). Tenaga Pengajar di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat EMPHATY Medan memiliki loyalitas yang tinggi kepada Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat EMPHATY Medan. Dan kwalifikasi akademik sesuai standar dinas pendidikan. Namun kwantitas tutor masih kurang dilihat dari jumlah warga belajar yang ada di PKBM EMPHATY Medan. (5). Program pendidikan kesetaraan adalah program pemerintah hanya indah pada konsepnya saja, namun pada pelaksanaannya masih kurang.


(11)

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Merujuk amanat Undang-Undang Dasar 1945, tersebutkan dalam pasal 31 ayat (1) bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan dan ayat (2) disebutkan bahwa setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Dan dalam UU No. 20/2003 pasal 5, bahwa setiap warga negara berhak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu, warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intlektual, dan/atau sosial berhak mendapatkan pendidikan khusus, warga negara di daerah terpencil atau terbelakang.serta masyarakat adat yang terpencil berhak mendapat pendidikan layanan khusus, warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak mendapat pendidikan khusus serta setiap warga negara berhak mendapatkan kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang hayat.

Pembangunan pendidikan merupakan salah satu prioritas utama dalam agenda pembangunan nasional. Pembangunan pendidikan sangat penting karna perannya yang signifikan di berbagai bidang kehidupan: sosial, ekonomi, politik dan budaya. Karna itu, pemerintah berkewajiban untuk memenuhi setiap hak warga negara sebagai mana diamanatkan UUD 1945, yang mewajibkan pemerintah bertanggung jawab dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan menciptakan kesejahteran umum. Pendidikan menjadi landasan kuat yang diperlukan untuk meraih kemajuan bangsa di masa depan, bahkan lebih penting


(12)

lagi sebagi bekal dalam menghadapi era global sarat dengan persaingan antra bangsa yang berlangsung sangat ketat. Dengan demikian, pendidikan menjadi syarat mutlak yang harus dipenuhi karna pendidikan faktor determinan bagi suatu bangsa untuk bisa memenangi kompetisi global.

Dari sisi idiologi, pendidikan sebenarnya telah mendapat tempat dari pendiri bangsa. Terbukti dimasukkannya pendidikan sebagai salah satu prioritas utama dalam dalam pembukan UUD 1945, yang tak dapat diubah yang dianggap sebagi landasan bangsa yang sakral.

Sebelum pemerintahan Persiden Soeharto, sebenarnya masalah pendidikan nasional telah memperoleh cukup perhatian dari para elite politik yang ada. Jika kita melihat sejarah, proklamator Bung Hatta merupakan salah satu tokoh yang gencar menyuarakan pentingnya pendidikan nasional bagi kemajuan bangsa sejak jaman kolonialisme.

Sebagai pendiri Partai Nasional Indonesia (PNI baru) sejak tahun 1931 (PNI lalu pecah menjadi Partai Sosialis dan Partai sosialis Indonesia), konsep pentingnya pendidikan telah diajukan Hatta dalam pasal 4 Konsitusi PNI, yaitu untuk mencerdaskan rakyat dalam pendidikan politik, pendidikan ekonomi, dan pendidikan sosial (pidato Bung Hatta dalam reuni Pendidikan Nasional Indonesia yang diterbitkan di Bogor tahun 1968).

Pendidikan Untuk Semua disebut PUS atau Eduction for All (EFA) bukan lah suatu program baru. Kalau bisa disebut jargon alias slogan,hal itu merupakan suatu gerakan untuk mengaitkan dan mensinergikan berbagai program pendidikan yang telah ada dilaksanakan oleh berbagai intansi terkait seperti aparat pemerintah, legeslatif, yudikatif dan masyarakat luas (organisasi dan Lembaga


(13)

Swadaya Masyarakat ), baik ditingkat pusat (nasional) maupun daerah (provinsi, kabupaten/kota) sebagai sebuah komitmen global atau lebih dikenal dengan Kerangka Aksi Dakar 2000. Program yang dipayungi oleh UNESCO ini lahir dari keprihatinan dunia akan kondisi pendidikan pada tahun 1980-an yang memilukan. Lebih dari100 juta anak (60 juta diantarnya perempuan ) tidak mengenyam pendidikan dasar. 960 juta orang dewasa ( dua pertiganya perempuan ) masik buta huruf, dan lebih dari dua pertiga penduduk dunia tidak memiliki akses teknologi dan media. Pada pertengahan tahun 1990-an masih ada 872 juta penduduk negara berkembang yang masih buta huruf, dua pertiganya adalah perempuan. Semenjak tahun 1980, penurunan angka buta huruf hanya mencapai 15% dan sangat kecil dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk dunia. Pada tahun 2000 diperkirakan jumlah buta huruf mencapai 881 juta jiwa. (Budiharso, 2007: 8)

Kerangka Aksi Dakar tersebut menegaskan Deklarasi Dunia tentang PUS dengan enam komitmen. Pertama, memperluas dan meningkatkan kesempatan pendidikan masa kanak-kanak terutama bagi mereka yang terpinggirkan. Kedua, memastikan pada tahun 2015 nanti, semua anak, terutama perempuan, anak-anak yang terpinggirkan dan mereka yang menjadi etnis minoritas, memiliki akses pendidikan dasar yang bermutu. Ketiga memastikan bahwa keperluan untuk belajar dari semua generasi muda maupun dewasa terpenuhi melalui terbukanya akses terhadap segala bentuk pendidikan, baik formal maupun informal. Keempat, meningkat celik huruf khususnya bagi kaum perempuan, serta meningkatkan akses pembelajaran seumur hidup bagi dewasa. Kelima, melenyapkan kepincangan kesempatan gender dalam akses pendidkan dasar dalam akses pendidikan dasar dan menengah pada tahun 2005 dan mencapai kesetaran


(14)

kesempatan gender pada tahun 2015. Keenam meningkatkan semua kwalitas pendidikan, baik formal maupun informal.

Saat ini hampir 7 juta anak tidak bisa sekolah, sedangkan estimasi UNESCO lebih dari jumlah itu. Data yang dilansir Departemen Pendidikan Nasional (Juni 2007) menunjukan, 12.881.080 orang masuk kategori buta aksra di Indonesia. Malah ada yang menyebut 70 juta orang yang buta huruf ( The New Rulers of the World, Pilger ). (Kompas, 24 Agustus 2007 hal 60)

Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) melakukan survei dan menemukan tingkat pengangguran sangat besar antara mereka yang putus sekolah. Pada kelompok usia 15-17 tahun, angka pengangguran sebesar 71 persen. Besaran tersebuat berkurang secara berangsur-angsur menjadi sekitar 53 persen untuk usia 19-20 tahun dan 20 persen untuk usia 23-24 tahun.

Deputi Direktur ILO Jakarta, Peter Rademeker mengemukakan, laporan ini merupakan bukti yang kuat adanya kebutuhan untuk tidak membiarkan anak-anak dibawah usia 15 tahun masuk kedalam angkatan kerja, dan harus tetap sekolah. “anak yang putus sekolah dan masuk dunia kerja memang dapat membantu perekonomian keluarga untuk jangka pendek, namun diusia dewasa, ia kemungkinan besar gagal atau kurang berhasil dalam kehidupan bekerjanya ketimbang mereka yang berhasil menamatkan pendidikannya.

Peter juga menjelaskan masalah ini harus disikapi dengan mempormosikan pendidikan dan kesempatan latihan yang luas bagi orang muda. “ hal ini tidak hanya membantu mereka, namun akan menjadi investasi yang efektif bagi masa depan ekonomi Indonesia.” Lanjutnya menjelaskan, mereka yang putus sekolah cendrung untuk menikah dan memiliki anak pertama rata-rata dua tahun lebih


(15)

cepat dibandingkan dengan mereka yang menyelesaikan pendidikan dasar. (TEMPO Interaktif, 12 Juni 2006)

Anak putus sekolah di Sumatra Utara masih sangat memprihatinkan. Sebanyak 86 ribu anak usia 7-15 tahun didaerah ini didapati tidak melanjutkan sekolahnya. Sejumlah faktor menjadi penyebab, di antaranya kondisi ekonomi keluarga, geografis, budaya dan pola pikir masyarakat.

Kondisi ini dibeberkan Kasubdis Dikmenjur Dinas Pendidikan Sumut Drs Bahaudin Manik kepada wartawan di Bina Graha Pemprovsu. Dijelaskannya, masalah ini terjadi didaerah terpencil yang cendrung terisolir. Letaknya yang jauh dari pusat pamerintahan, meyulitkan akses kedaerah itu. “Jadi, daerah yang paling parah putus sekolahnya di Sumut adalah pulau Nias sekitarnya. Kemudian, kabupaten-kabupaten yang dimekarkan,” ujarnya. Di daerah-daerah itu, tenaga pengajarnya dan prasarana masih jauh tertinggal dari kota besar. (Harian Global, 07 juni 2006)

Pendidikan Nonformal (PNF) merupakan salah satu jalur pendidikan pada sistim pendidikan nasional yang bertujuan antara lain untuk memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat dijangkau dan dipenuhi oleh jalur pendidikan sekolah formal. Pendidikan nonformal memberikan berbagai pelayanan pendidikan untuk semua agar setiap warga negara memperoleh pendidkan sepanjang hayat yang sesuai dengan perkembangan dan tuntutan jaman.

Salah satu bentuk pelayanan pendidikan nonformal adalah pendidikan kesetaraan melalui program Paket A Setara SD, program Paket B Setara SMP dan Paket C Setara SMA. Pendidikan kesetaraan berupaya memperluas akses terhadap


(16)

wajib belajar 9 tahun, serta memberikan pelayan pedidikan bagi masyarakat yang kebutuhan pendidikannya tidak dapat dipenuhi oleh lembaga pendidikan formal. Bagaimanapun, selembar ijazah tetap masih menjadi tumpuan harapan bagi sebagian besar masyarakat, terutama terkait upaya untuk mendapatkan pekerjaan dan kehidupan yang lebih baik. Sekalipun itu hanya selembar ijazah setingkat SMP.

Setidaknya itulah harapan Sri Wahyuni (20), warga Slipi, Jakarta Barat. Ibu dari seorang anak berusia empat tahun ini, Selasa (26/6) kemarin—bersama 60 warga belajar pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM) di Kecamatan Palmerah—mengikuti ujian nasional (UN) pendidikan kesetaraan Paket B (setara SMP). Mereka mengikuti ujian di lokasi PKBM Budi Daya, dengan jadwal mata ujian pertama Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn).

Ada juga yang mencari ijazah untuk memenuhi persyaratan tertentu, seperti para kader partai politik yang dicalonkan menjadi anggota parlemen. Misalnya karena ijazahnya hilang waktu kebanjiran. Dulu pernah ada yang demikian di PKBM kami," ujar Samsinar. (Kompas 27 Juni 2007)

Data final Puspendik pada 26 Agustus lalu menyebutkan peserta UN Kesetaraan Paket A 17.481 orang, Paket B 245.698 peserta, Paket C 200.968 peserta. Jumlah total 464.147 atau naik 920 peserta. Jumlah peserta pada Mei-Juni 2006 280.980. Jadi, total peserta tahun ini 745.127. Jumlah peserta UN Kesetaraan 2006 meningkat pesat dibandingkan Mei-November 2005 sebanyak 224.901 orang, kenaikannya 231,3 persen.

Provinsi dengan jumlah peserta terbesar pada periode kedua Jawa Tengah (80.627), Jawa Timur (44.850, Jawa Barat (33.055), Nusa Tenggara Timur


(17)

(30.137), Kalimantan Barat (23.125), dan Sumatra Utara (21.020). Peserta DKI untuk Paket A 252, Paket B 1.807, Paket C 8.720. Jumlah totalnya, 10.779 peserta. Tingkat kelulusan UN untuk Mei-Juni 2006 secara nasional kecuali DIY dan Kabupaten Klaten untuk Paket A 84,28, Paket B 88,3, Paket C IPS 75,26 dan Paket C IPA 65,57 persen. Pelaksanaan UN Kesetaraan DIY dan Kabupaten Klaten diundur, karena gempa. Tingkat kelulusan di DIY untuk paket C IPS 62,23. ( Ella Yulaelawati, 2006)

Sebanyak 179 Siswa Pusat Kegitan Belajar Masyarakat (PKBM) Emphaty melaksanakan try out di Perguruan Gajah Mada Jalan Bunga Kenanga Medan Selayang. Try out tiga hari ini dimaksudkan menguji kemampuan sebelum mengikuti ujian nasional PKBM pada 19-21 Juni 2007.

Try out bagi peserta pendidikan luar sekolah yang didominasi anak putus sekolah dalam paket belajar B setara SMP dan C setara SMA oleh PKBM Emphaty dihari pertama menguji materi PPKN dan Matematika dengan jumlah 50 dan 30 soal ujian. Pelaksanaan try out ini langsung kepala cabang dinas pendidikan medan selayang Ny. Sadariah SH didampingi Pimpinan PKBM B Nainggolan didampingi tutor dan mahasiwa Universitas Sumatera Utara (USU) yang melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL).

Nainggolan kepada wartawan, “ Kita harapkan dengan langsung try out dilokasi ujian akan membawa persiapan lebih mantap”. Ia berharap nantinya kelulusan PKBM Emphaty dapat mencapai hasil serupa seperti tahun lalu. “ Tahun lalu lulus 100 persen dimana meluluskan 54 siswa Paket B dan 5 siswa paket C. (Sumut Pos 6 Juni 2007)


(18)

ujian nasional Kesetaraan disetiap Provinsi di Indonesia. Sebenarnya masyarakat kita sadar akan pentingnya pendidikan dan memiliki harapan untuk hidup lebih baik. Karena tidak adanya akses dan faktor sosial ekonomi, sosial budaya, dan kondisi geografis menyebabkan mereka tidak menikmati bangku sekolah.

Adanya Progam pendidikan Kesetaraan ini cukup membantu mereka untuk dapat melanjutkan pendidikan dan juga mengurangi angka anak putus sekolah. Disisi lain program ini membantu mereka yang benar-benar tidak mampu dalam hal ekonomi untuk mendapatkan pendidikan juga status sosial yang lebih baik. Karena salah satu sasaran program pendidikan kesetaraan adalah mereka yang kurang mampu dari segi ekonomi.

Adapun yang menjadi dasar penulis mengangkat judul tentang implementasi program pedidikan kesetaraan dikarenakan penulis terlibat langsung sebagai tenaga pengajar di PKBM EMPHATY dalam menjalankan program pendidikan kesetaraan yang menjadi lokasi penelitian penulis. Selain itu juga yang menjadi ketertarikan penulis dikarenakan belum ada yang penelitian mengenai pendidikan kesetaraan ini.

I.2. Perumusan Masalah

Masalah merupakan pokok dari suatu penelitian. Untuk itu, dalam penelitian ini perlu ditegaskan dan dirumuskan masalah yang diteliti. Berdasarkan latar belakang masalah dan uraian di atas. Penulis dapat merumuskan. “Bagaimanakah Implementasi Program Pendidikan Kesetaraan yang Dilakukan Oleh PKBM EMPHATY Medan”


(19)

I.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian I.3.1. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian adalah

• Untuk mengetahui implementasi program pendidikan kesetaraan yang dilakukan PKBM EMPHATY Medan.

I.3.2. Manfaat Penelitian

1. Secara akademis, dapat memberikan konstribusi positif terhadap

khasanah keilmuan bagi Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial. 2. Secara teoritis, dapat menabah litratur sehingga dapat

mempertajam kemampuan dalam penulisan karya ilmiah, khususnya mengenai pedidikan kesetaraan

3. Secara Praktis, dapat menjadi bahan pertimbangan bagi Yayasan

EMPHATY dalam menjalankan program pendidikan kesetaraan kedepan.

4. Menjadi bahan sosialisasi kepada masyarakat mengenai pendidikan kesetaraan.


(20)

I.4. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN

BAB ini berisikan Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian serta Sistematika Penulisan

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

BAB ini menguraikan tentang teori-teori yang berkaitan dengan masalah dan objek yang akan diteliti

BAB III : METODE PENELITIAN

BAB ini berisikan Tipe Penelitian, Lokasi Penelitian, Populasi dan Sampel, Teknik Pengumpulan Data serta Teknik Analisa Data

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

BAB ini berisikan Gambaran Umum mengenai lokasi dimana peneliti melakukan penelitian

BAB V : ANALISA DATA

BAB ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dalam penelitian

Beserta analisisnya BAB VI : PENUTUP


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. KONSEP TENTANG IMPLEMENTASI PROGAM II.1.1. Pengertian Implementasi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI edisi ketiga 2002) Implementasi sama dengan pelaksanaan atau penerapan.

Kamus Webste, merumuskan secara pendek bahawa to implent (mengimplementasikan) berarti to provide the means for carrying out; (menyediakan sarana untuk sesuatu); to give practical effect to (menimbulkan dampak/akibat terhadap sesuatu), maka implementasi kebijaksanaan dapat dipandang sebagai sesuatu proses melaksanakan keputusan kebijaksanaan dalam bentuk undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan peradilan, perintah eksekutif, atau dekrit persiden. ( Wahab 1990: 50 )

Sedangkan Cheema dan Rondinelli dalam Wibawa (1994:19), Implementasi dalam pengertian luas, implementasi maksudnya adalah pelaksanaan dan melakukan suatu suatu program kebijaksanaan. Dan dijelaskan bahwa suatu proses interaksi diantara merancang dan menentukan sasaran yang diinginkan.

Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier dalam Wahab (1990:51), menjelaskan makna implementasi adalah:

Memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku dan dirumuskan merupakan fokus perhatian implementasi kebijaksanaan, yakni kejadian-kejadian dan kegiatan-kegiatan yang timbul sesudah disahkannya pedoman-pedoman kebijaksanaan negara, yang mencakup baik usaha-usaha untuk mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan akibat/dampak nyata pada masyarakat atau kejadian-kejadian.


(22)

Implementasi kebijaksanaan merupakan aspek yang penting dari keseluruhan proses kebijaksanaan. Bahkan Udoji dalam Wahab (1990:45) dengan tegas mengatakan bahwa pelaksanaan kebijaksanaan adalah sesuatu yang penting, bahkan mungkin jauh lebih penting dari pada pembuatan kebijaksanaan. Kebijaksanaan-kebijaksanaan akan sekedar berupa impian atau rencana bagus yang tersimpan rapi dalam arsip kalau tidak diimplementasikan.

Lebih jauh Van Meter dan Van Horn dalam Wahab (1990:51) merumuskan proses implementasi adalah: tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu/pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijaksanaan.

Mazmanian dan Sabatier dalam Wahab (1990:54) merumuskan proses kebijasanaan negara ini dengan lebih rinci, yaitu:

Implementasi adalah pelaksanaan keputusan kebijaksanaan dasar, biasanya dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan. Lazimnya, tersebut mengindentifikasikan masalah yang ingin diatasi, menyebutkan secara tegas tujuan/sasaran yang ingin dicapai, dan berbagai cara untuk menstrukturkan/mengatur proses implementasinya. Proses ini berlangsung setelah melalui sejumlah tahapan tertentu, biasanya diawali dengan tahapan pengesahan undang-undang, kemudian output kebijaksanaan dalam bentuk pelaksanaan keputusan oleh intansi pelaksanaan, kesediaan dilaksanakannya keputusan-keputusan tersebut oleh kelompok-kelompok sasaran, dampak nyata – baik yang dikehendaki atau yang tidak – dari output tersebut, dampak keputusan dipersepsikan sebagi oleh badan-badan yang mengambil keputusan, dan akhirnya perbaikan-perbaikan penting terhadap undang-undang/peraturan yang bersangkutan.

II.1.2. Program

Program merupakan dalam peyelesaian rangkaian kegiatan yang berisi langkah-langkah yang akan dikerjakan untuk mencapai tujuan dan merupakan


(23)

unsur pertama yang harus ada demi tercapainya kegiatan implementasi. Program akan menunjang implementasi, karena dalam program tersebut telah dimuat berbagai aspek antara lain:

1. Adanya tujuan yang ingin dicapai.

2. Adanya kebijaksanaan-kebijaksanaan yang akan diambil dalam mencapai tujuan itu.

3. Adanya aturan-aturan yang harus dipegang dan prosedur yang harus dilalui.

4. Adanya perkiran anggaran yang dibutuhkan.

5. Adanya strategi dalam pelaksanaan. ( Manila, 1996:43).

II.1.3. Implementasi Program

Unsur kedua yang harus dipenuhi dalam proses implementasi program yaitu adanya kelompok masyarakat yang menjadi sasaran program, sehingga masyarakat merasa ikut dilibatkan dan membawa hasil dari program yang dijalankan, adanya perubahan dan peningkatan dalam kehidupanya. Tanpa memberikan manfaat kepada masyarakat maka program tersebut telah gagal dilaksanakan.

Berhasil atau tidaknya suatu program diimplementasikan tergantung dari unsur pelaksanaannya. Unsur pelaksanaan ini merupakan unsur ketiga. Pelaksanaan penting artinya karna pelaksanaan baik, organisasi maupun perorangan bertanggung jawab dalam pengelolaan maupun pengawasan dalam proses implementasi.


(24)

Dalam tahap implementasi, eksekutif melaksanakan rencana yang tercantum dalam anggaran dalam bentuk kegiatan nyata. Anggaran merupakan kegiatan bagian dari program, dan program merupakan penjabaran dari strategic objectives dan strategic initiatives. Oleh karena itu, eksekutif harus menyadari keterkaitan erat antara implementasi, anggaran, program, strategic objectives dan stratgic intatives dan startegi mewujudkan visi organisasi.

Dengan kata lain, dalam implementasi progam, khususnya yang banyak melibatkan banyak organisasi dan intasi pemerintah atau berbagi tingkatan struktur organisasi pemerintah sebenarnya dapat dilihat dari tiga sudut pandang, yakni:

1. Pemarakasa kebijaksana atau pembuat kebijaksanaan(the center atau pusat).

2. Pejabat-pejabat pelaksana dilapangan (the periphery).

3. Aktor-aktor perorangan diluar badan-badan pemerintahan kepada siapa program itu ditujukan, yakni kelompok sasaran (target group) Wahab (1990:49).

Dilihat dari sudut pandang pusat, maka fokus analisis implementasi kebijakasanaan itu mencakup usaha-usaha yang dilakukan oleh pejabat-pejabat atasan atau lembaga-lembaga ditingkat pusat untuk mendapat kepatuhan dari lembaga-lembaga atau pejabat-pejabat ditingkat yang lebih rendah atau daerah dalam upaya mereka untuk memberikan pelayanan atau untuk mengubah perilaku kelompok sasaran dari progam bersangkutan.


(25)

II.2. Konsep Pendidikan II.2.1 Pengertian Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terus menerus oleh manusia dalam menyelarakan kepribadiannya dengan keyakinan dan nilai-nilai yang beredar dan berlaku dalam masyarakat berikut kebudayaannya (Murtiningsih 2006:1)

Bertrand Russell dalam (Murtiningsih 2006:1) menyatakan bahwa ciri pendidikan ada pada nilai-nilai kejujuran dan keberanian. Seperti tertuang dalam peryataannya:

Pendidikan dimaksud supaya manusia mencerminkan lingkungannya dengan tepat lewat pengetahuannya yang diperoleh dengan kecerdasan supaya ia melibatkan diri secara emosional dengan cinta, keramahan, dan keadilan pada sesama. Akhirnya, supaya ia mengembangkan kehendak dan kemampuannya untuk proyek-proyek kemanusian dan tidak mengalami kendala chauvinisme sempit.

Menurut Prof. Dr Imam Barnadib dalam (Darmaningtyas 2004:1) mengatakan pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis untuk mencapai taraf hidup atau kemajuan yang lebih baik.

Menurut UU Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.


(26)

Dalam UU Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia,Pendidikan dibagi dalam 3 jalur, yaitu:

1. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

2. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.

3. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.

II.2.2. Pendidikan Nonformal

1. Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.

2. Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional.

3. Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.

4. Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan


(27)

majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis.

5. Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

6. Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau pemerintah daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan.

II.3. PENDIDIKAN KESETARAAN II.3.1 Pengertian Pendidikan Kesetaraan

Pendidikan kesetaraan merupakan pendidikan nonformal yang mencakup progam Paket A Setara SD/MI, Paket B Setara SMP/MTs dan Paket C Setara SMA/MA dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan, ketrampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian professional peserta didik.

Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil progam pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah atau pemerintah daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan (UU Sidiknas Pasal 26 Ayat 6 ).

Setiap peserta didik yang lulus ujian kesetaraan Paket A, Paket B dan Paket C mempunyai hak eligibilitas yang sama dan setara dengan pemegang ijazah SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA untuk dapat mendaftar pada satuan pendidikan yang lebih tinggi. Status kelulusan Paket C mempunyai hak eligibilitas


(28)

yang sama dengan lulusan pendidikan formal dalam memasuki lapangan pekerjaan.

II.3.2. Progam Pendidikan Kesetaraan

1. Progam Paket A

Progam Paket A adalah progam pendidikan dasar pada jalur pendidikan nonformal setara SD/MI bagi siapapun yang terkendala kependidikan formal atau berminat untuk memilih pendidikan kesetaraan untuk ketuntasan pendidikan. Pemegang ijazah Progam Paket A memiliki hak eligibilitas yang sama dengan pemegang ijazah SD/MI.

2. Progam Paket B

Progam Paket B adalah progam pendidikan dasar pada jalur pendidikan nonformal setara SMP/MTs bagi siapapun yang terkendala kependidikan formal atau berminat untuk memilih pendidikan kesetaraan untuk ketuntasan pendidikan dasar. Pemegang ijazah Progam Paket B memiliki hak eligibilitas yang sama dengan pemegang ijazah SMP/MTs.

3. Progam Paket C

Progam Paket C adalah progam pendidikan dasar pada jalur pendidikan nonformal setara SMA/MA bagi siapapun yang terkendala kependidikan formal atau berminat untuk memilih pendidikan kesetaraan untuk ketuntasan pendidikan menengah. Pemegang ijazah Progam Paket C memiliki hak eligibilitas yang sama dengan pemegang ijazah SMA/MA.

II.3.3. Tujuan Pendidikan Kesetaraan


(29)

nonformal program Paket A setara SD/MI dan Paket B setara SMP/MTs yang menekankan pada ketrampilan fungsioanal dan kepribadian professional.

• Memperluas akses pendidikan menengah melalui jalur pendidikan nonformal program Paket C setara SMA/MA yang menekankan pada ketrampilan fungsional dan kepribadian profesional.

• Meningkatkan mutu daya saing lulusan serta relavansi program dan daya saing pendidikan kesetaraan progam Paket A, Paket B dan Paket C.

• Menguatkan tata kelola, akutanbilitas dan citra publik terhadap penyelenggara dan penilaian program pendidikan kesetaraan.

II.3.4. Sasaran Pendidikan Kesetaraan

1. Penduduk usia tiga tahun diatas usia SD/MI (13-15 tahun) untuk Paket A dan tiga tahun diatas usia SMP/MTs (16-18 tahun) untuk Paket B.

2. penduduk usia sekolah yang bergabung dalam komunitas elerning, sekolah rumah, dan sekolah alternatif, serta komunitas yang berpotensi khusus seperti pemusik, atlet, pelukis dan lain-lain. 3. penduduk usia sekolah yang terkendala kejalur formal karna

berbagai hal berikut:

• Ekonomi seperti penduduk miskin dari kalangan petani, nelayan, penduduk kumuh dan miskin perkotaan, pekerja rumah tangga, tenaga kerja wanita, pengerajin, buruh dan pekerja lainnya.


(30)

• Keyakinan seperti warga pondok pesantren yang tidak menyelenggarakan pendidikan formal.

• Mengalami masalah sosial/hukum seperti anak jalanan, korban NAPZA, dan anak Lapas.

4. Penduduk usia 15-44 tahun yang belum tuntas wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun.

5. Penduduk usia SMA/MA yang berminat mengikuti program Paket C terutama karna masalah ekonomi.

6. Penduduk diatas usia 18 tahun yang berminat mengikuti program Paket C karna berbagai alasan.

II.3.5. Kurikulum Pendidikan Kesetaraan

Kurikulum tingkat satuan pendidikan kesetaraan progam Paket A, Paket B dan Paket C dikembangkan berdasarkan pada prinsip berikut; berpusat pada kehidupan beragam dan terpadu, tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, menyeluruh dan berkesinambungan, dan prinsip belajar sepanjang hayat.

Struktur kurikulum tingkat satuan pendidikan kesetaraan memuat komponen mata pelajaran baik yang diujikan pada ujian nasional (UN) maupun yang tidak diujikan, ketrampilan fungsional, muatan lokal, seni budaya, pendidikan jasmani, olah raga, kesehatan dan pendidikan pengembangan diri. Kedalam muatan kurikulum pada program pendidikan kesetaran dituangkan dalam kompetensi yang terdiri dari standar kompetensi (SK) dan kopetensi dasar (KD) pada tingkat atau semester. Standar kopetensi dan kopetensi dasar ditentukan sesuai kebutuhan minimal untuk melanjunkan ke jenjang pendidikan


(31)

lebih tinggi. Sementara, pemenuhan kebutuhan maksimal SK dan KD di isi dengan ketrampilan fungsional.

Beban belajar pada pendidikan kesetaraan dinyatakan dalam Satuan Kredit Kopetensi (SKK) yang menujukkan satuan kompetensi yang dicapai oleh peserta didik dalam mengikuti program pemeblajaran melelalui sistim tatap muka, praktek ketrampilan dan kegiatan mandiri yang terstruktur.

Kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabus pendidikan kesetaraan ditetapkan oleh dinas yang bertanggung jawab dibidang pendidikan sesuai dengan tingkat kewenangan, berdasar kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan, dan dikembangkan dilibatkan dengan pemangku kepentingan serta pedoman pada panduan penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan kesetaraan yang disusun oleh Badan Standarisi Nasional Pendidikan (BSPN).

II.3.6. Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

Pendidik pada pendidikan kesetaraan harus memiliki kompentensi pedagogi, personal, professional, sosial serta didukung dengan kualifikasi pendidikan yang sesuai:

1. Kompetensi pedagogic, personal, professional, dan sosial.

Pendidik pada pendidikan kesetaraan harus memiliki kompentensi pedagogi adan adrogogik. Dengan demikian dapat mengelola pembalajaran nonformal menggunakan metode partisipatif, kelas campuran, ketuntasan belajar, dan melayani perbedaan individual dalam menerapkan maju keberlanjutan.

2. Kualifikasi Akademik


(32)

adalah sebagai berikut:

a. Pendidikan minimal D-IV atau S1 yang sederjat untuk Paket A, Paket B dan Paket C. Namun untuk tidak daerah yang tak memiliki sumberdaya manusia (SDM) yang sesuai, pendidikan minimal D-II dan yang sederjat untuk Paket A dan Paket B, dan D-III untuk Paket C

b. Guru SD/MI untuk Paket A, guru SMP/MTs untuk Paket B dan guru SMA/MA untuk Paket C

c. Kyai, Ustad di pondok pesantren dan tokoh masyarakat dengan kompetensi yang sesuai dengan pelajaran yang berkaitan.

d. Nara sumber teknis dengan kompentensi dan kualifikasi dengan mata pelajaran keterampilannya.

Tenaga kependidikan pada pendidikan kesetaran sekurang-kurangnya terdiri atas pengelola kelompok belajar, tenaga administratifdan tenaga perpustakan.

II.3.7. Peserta Didik

1. Peserta didik program Paket A Setara SD/MI adalah warga masyarakat yang:

a. Belum menempuh pendidikan di SD/MI dengan prioritas usia usia 13-15, kecuali bagi peserta didik yang menentukan Paket A atas pilihan sendiri.

b. Putus Sekolah Dasar.

c. Tidak menempuh sekolah formal karna pilihan sendiri.

d. Tidak dapat bersekolah karna berbagai faktor (waktu, geografi, ekonomi, sosial dan hukum, dan keyakinan).


(33)

2. Peserta didik program Paket B Setara SMP/MTs adalah warga masyarakat yang:

a. Lulus Paket A/SD/MI.

b. Belum menempuh pendidikan di SMP/MTs dari kelompok usia 15-44 tahun dengan prioritas usia 16-18 tahun.

c. Putus SMP/MTs

d. Tidak menempuh sekolah formal karena pilihan sendiri.

e. Tiadak dapat bersekolah karna berbagai faktor (waktu, geografi, ekonomi sosial dan hukum, dan keyakinan)

3. Peserta didik program Paket C Setara SMA/MA adalah warga masyarakat yang:

a. Lulus Paket B/SMP/MTs. b. Putus SMA/MA, SMK/MAK

c. Tidak menempuh sekolah formal karna pilihan sendiri

d. Tidak dapat bersekolah karna berbagai faktor ( waktu, geografi, ekonomi, sosial dan hukum dan keyakinan).

II.3.8. Sarana dan Prasarana

1. Tempat Belajar

Proses belajar mengajar dapat dilaksanakan diberbagi lokasi dan tempat yang sudah ada baik milik pemerintah, masyarakat maupun pribadi, seperti gedung sekolah, madrasah, sarana-prasarana yang dimiliki pondok pesantren, Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), Sanggar Kegiatan Belajar Masyarakat (SKB), mesjid, pusat-pusat majlis taklim, gereja, balai desa, kantor


(34)

organisasi-organisasi kemasyarakat, rumah penduduk dan tempat-tempat lainnya yang layak digunakan untuk kegiatan belajar mengajar.

2. Adminitarsi

Untuk menunjang kelancaran pengelolaan kelompok belajar diperlukan sarana adminitrasi sebagai berikut:

1) Papan nama kelompok belajar.

2) Papan struktur organisasi penyelenggara.

3) Kelengakapan adminitrasi penyelenggara dan pembelajaran (format terlampir) yang meliput i:

a. Buku induk peserta didik, tutor dan tenaga kependidikan. b. Buku daftar hadir peserta didik, tutor dan tenaga kependidikan. c. Buku keuangan/kas umum

d. Buku daftar inventaris. e. Buku agenda pembelajaran. f. Buku laporan bulanan tutor.

g. Buku agenda surat masuk dan keluar. h. Buku daftar nilai peserta didik. i. Buku tanda terima ijazah

II.3.9. Pengelolaan

1. Pembinaan dan Pengawasan

a. Direktorat pendidiakan kesetaraan, Jendral pendidikan luar sekolah melaksanakan pembinaan terhadap penyelenggaran pendidikan kesetaran program Paket A, Paket B, dan Paket C. b. Kasubdin provinsi dan Kabupaten/Kota yang membidangi PLS


(35)

membina pelaksanaan penyelenggaraan, kegiatan belajar, evaluasi, dan kegiatan lain yang berkaitan.

c. Penilik PLS di kecamatan memantau pelaksanaan kegiatan pendidikan dan pembelajaran secara rutin.

2. Proses Pelaksanaan a. Tahap Persiapan

1) Kasubdin Kabupaten/Kota yang membidangi PLS dan penilik PLS di kecamatan mengadakan komunikasi dengan tokoh masyarakat dan kepala desa/ kelurahan.

2) Kasubdin Kabupaten/Kota yang membidangi PLS dan penilik PLS di Kecamatan dengan para tokoh masyarakat mengadakan sosialisasi program kepada masyarakat luas. 3) Kabsudin Kabupaten/Kota yang membidangi PLS dan

penilik PLS di Kecamatan dengan para tokoh masyarakat mengindentifikasi penyelengara program, tempat belajar, calon peserta didik dan tutor/pendidik.

4) Penyelengara program membuat kesepakatan dengan tenaga pendidik dan peserta didik tentang kegiatan belajar. 5) Penyelenggara program menyiapkan tempat kegiatan

belajar, modul, bahan dan peralatan praktek dan pendidikan ketrampilan, dan perlengkapan lain.

b. Tahap Pelaksnaan

1) Tutor dan peserta didik mulai kegitan belajar sesuai dengan jadwal kegiatan.


(36)

2) Tutor dan peserta didik melaksanakan kegiatan belajar. 3) Tutor memberi bimbingan baik secara individu maupun

kelompok.

4) Tutor melaksanakan kegiatan evaluasi. c. Pasca Pembelajaran

1) Penyelenggara dan tutor membantu memfasilitasi peserta didik yang melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi.

2) Penyelenggara dan tutor membantu peserta didik yang telah lulus/tamat belajar untuk menciptakan kegiatan usaha.

3) Penyelengara dan tutor membantu peserta didik telah lulus/tamat untuk mendapatkan lapangan kerja.

4) Mendata peserta didik yang telah kerja.

II.3.10. Pembiayaan

Pembiayaan penyelenggaran program diambil dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), swadaya masyrakat dan sumber dana lain yang sah dan tak mengikat. Diantra komponen pendanaan yang perlu mendapat perhatian adalah:

a. Pengadaan bahan dan peralatan belajar; buku/modul dan alat tulis. b. Pengadaan bahan dan peralatan praktek dan ketrampilan.

c. Honorarium pendidik dan tenaga kependidikan. d. Honorarium penyelengara.


(37)

e. Pelatihan pendidik dan tenaga kependidikan. f. Evaluasi dan ujian.

g. Beasiswa bagi peserta didik yang cemerlang. h. Monitoring dan evaluasi program.

II.3.11. Dasar Hukum

Dasar hukum penyelenggaran pendidikan kesetaraan program Paket A, Paket B, dan Paket C adalah:

1) Undang-Undang Dasar 1945

2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

3) Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.

4) Intruksi Persiden :

• No. 1 Tahun 2004 Tentang Pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun

• No. 5 Tahun 2006 Tentang Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara

5) Keputusan Mendikbud Nomor 0131/U1994 Tentang Program Paket A Dan Paket B

6) Keputusan Mendiknas No 0132/U/2004 Tentang program paket C

7) Surat Edaran Mendiknas No:107/MPN/MS/2006. Tentang Eligibilitas program kesetaraan.


(38)

II.3.12. Pendekatan Pendidikan Kesetaraan

Proses pembelajaran pendidikan kesetaraan menggunakan pendekatan induktif, tematik, partisipatif (andragogis), konstruktif dan berbasis lingkungan.

a. Indukif; adalah pendekatan yang membangun pengetahuan melalui

kejadian atau fenomena empirik dengan menekankan pada belajar dan pengalaman langsung. Pendekatan ini mengembangkan pengetahuan peserta didik dari permasalahannya yang paling dekat dengan dirinya. Membangunm pengetahuan dari serangkaian permasalahan dan fenomena yang dialami oleh peserta didik dan yang diberikan oleh tutor, sehingga peserta didik dapat membuat kesimpulan dari serangkaian penyelesaian masalah yang dibuat.

b. Tematik; adalah pendekatan yang mengorganisasikan

pengalaman-pengalaman dan mendorong terjadinya pengalamn belajar yang meluas tidak hanya tersekat-sekat oleh batasan pokok bahasan, sehingga dapat mengaktifkan peserta didik dan menumbuhkan kerja sama .

c. Konstruktif; merupakan suatu pendekatan yang sesuai dalam

pembelajaran berbasis kompetensi, dimana peserta didik membangun pengetahuannya sendiri. Dalam pendekatan ini peserta didik telah mempunyai ide tersendiri tentang suatu konsep yang belum dipelajari. Peran tutor yaitu untuk membetulkan konsep yang ada pada peserta didik atau untuk membentuk konsep baru.

d. Partisipatif andragogis; adalah pendekatan yang membantu menumbuhkan kerja sama dalam menemukan dan menggunakan hasil-hasil temuannya yang berkaitan dengan lingkungan sosial, situasi


(39)

pendidikan yang dapat merangsang pertumbuhan dan kesehatan individu, maupun masyarakat.

PEDAGOGI ANDRAGOGI

Kategori Usia Peserta Didik

Anak Orang Dewasa

Konsep Diri Bergantung Lebih Mandiri

Pengalaman Pengalaman yang dapat

dijadikan sumber belajar lebih terbatas

Pengalaman lebih unik, yang dapat dijadikan sumber belajar lebih kaya.

Kesiapan Belajar Bergantung pada

ketertarikan sesuai rasa ingin tahu, perkembangan fisik, dan emosinya

Diorentasikan pada tugas peran dan fungsinya dimasyarakat.

Orientasi Belajar Lebih berpusat pada

subjek, bila tutornya tidak menarik perhatiannya akan kurang, menunda penerapan pegetahuan

Segera menerapkan pengetahuan dalam permasalahan yang dihadapinya. Bergeser dari berpusat pada subjek keberpusat lebih pada masalah.

e. Berbasis Lingkungan\Kontekstual; adalah pendekatan yang

meningkatkan relevansi dan kebermanfaatan pembelajaran bagi peserta didik sesusai potensi dan kebutuhan lokal. Pendekatan pembelajaran ini harus terkait dengan lingkungan dimana peserta didik hidup dan bekerja. Peserta didik merasa bahwa ilmu pengetahuan yang dipelajarinya terkait langsung dengan kehidupannya sehari-hari.


(40)

II.4. PKBM (Pusat Kegitan Belajar Masyarakat)

PKBM (Pusat Kegitan Belajar Masyarakat) merupakan institusi pendidikan nonformal yang dimiliki dan dikelola oleh masyarakat atau ormas, atau organisasi keagamaan. Pemerintah berperan sebagai faslitator. PKBM didirikan untuk pemberdayaan masyarakat; dalam aspek ekonomi, budaya, sosial. Ia adalah tempat atau pusat belajar masyarakat; oleh, dari dan untuk masyarakat yang netral dan fleksibel. PKBM sebagi lembaga pendidikan nonformal, yang tersebar diberbagai desa dan kota, melayani berbagai program pendidikan nonformal, yang diantaranya adalah pendidikan anak usia dini, keaksaraan fungsional, kursus, dan pendidikan kesetaraan Paket A, B,dan C.

PKBM Emphaty Medan merupakan penyelenggara program Paket B Dan Paket C yang dilaksanakan oleh Yayasan Empahaty medan yang beralamat Jl. Jamin Ginting No. 807 Padang Bulan Medan Kel. Beringin.


(41)

II.5. KERANGKA PEMIKIRAN

Sadar akan pentingnya pendidikan para pendiri bangsa merumuskannya dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang. Ini tercantum dalam UUD 45 Pasal 31 disini tertulis bahawa setiap warga negara berhak dapat pendidikan dan warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.

Dan lebih jauh diatur dalam UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pasal 26 mengenai pendidikan nonformal. Pendidikan nonformal diselengarakan bagi masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Menajadi sasaran disini adalah mereka yang tidak merasakan pendidikan formal karna berbagai alasan.

Dalam hal ini Yayasan Emaphaty medan bekerja sama dengan dinas pendidikan dan pemerintah daerah sebagai pengawas dan penyalur dana demi terwujudnya amanat Undang-Undang Dasar. Yayasan Emphaty sebagai penyelengara dan pengelola wajib menerima dan mengorganisasi masyarakat tanpa memungut biaya(gratis) tehadap peserta didik (warga belajar), dan melakukan proses belajar dan menyelengarakan Ujian Nasional UN pendidikan kesetaraan.


(42)

Urain dalam kerangka pemikiran tersebut dapat digambarkan dalam bagan dibawah ini:

PKBM EMPHATY

Warga Belajar Program

Paket B

Progam Paket C Masyarakat luas

Pendidikan Nonformal


(43)

II.6. Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional II.6.1. Defenisi Konsep

Konsep merupakan istilah atau defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 1993:33).

Defenisi konsep bertujuan untuk merumuskan istilah yang digunakan secara mendasar dan penyamaan persepsi tentang apa yang diteliti serta menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian:

Ada pun pembatasan konsep dalam penelitian ini adalah:

1. Implementasi adalah suatu kegiatan guna melaksanakan sebuah program baik dilakukan secara individu, kelompok, organisasi, lembaga, maupun pemerintahan.

2. Pendidikan kesetaraan adalah pendidikan nonformal yang mencakup program Paket A Setara SD/MI, Paket B Setara SMP/MTs dan Paket C Setara SMA/MA dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan, ketrampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian professional peseta didik.

3. PKBM Emphaty adalah Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat yang dikelola oleh Yayasan Emphaty Medan yang beralamat di Jl. Jamin Ginting No. 807 Padang Bulan Medan Kel. Beringin.


(44)

II.6.2. Defenis Oprasional

Defenisi oprasional adalah petunjuk bagaimana suatu variable diukur dengan membaca suatu defenisi oprasional dalam suatu penelitian, seorang peneliti akan tahu pengukuran suatu variable, sehingga ia dapat mengetahui baik buruknya pengukuran (Singarimbun, 1989:46).

Untuk melihat variable dalam penelitian ini adalah: 1. Pelaksanaan program pendidikan kesetaraan

• Program Paket B • Program Paket C

2. Keterlibatan PKBM Emphaty Medan dalam pelaksanaan Program Pendidikan Kesetaraan

• Ujian Nasional Pendidikan Kesetaraan (UNPK) • Pendanaan Pendidikan Kesetaraan


(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

III.1. Tipe Penelitian

Ada pun tipe penelitian ini tergolong penelitian deskriptif, yaitu suatu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan suatu keadan subjek/objek penelitian ( seorang, lembaga, masyarkat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagai mana adanya (Nawawi, 1990:63).

Usaha mendeskripsikan fakta-fakta itu pada tahap permulaan tertuju pada usaha mengemukakan gejala-gejala secara lengkap di dalam aspek yang diselidiki agar jelas keadaan atau kondisinya.

III.2. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Yayasan Emphaty Sumut Medan yang beralamat di Jl. Jamin Ginting No. 807 Padang Bulan Medan Kel. Beringin. Alasan penulis memilih lokasi ini, karna Yayasan Emphaty Medan memiliki warga belajar di Pusat Kegitan Belajar Masyarakatnya dan memiliki izin sebagi penyelenggara pendidikan kesetaraan juga melakukan proses belajar dengan rutin. Dimana juga penulis terlibat langsung dalam proses pelaksanaan program pendidikan kesetaraan PKBM Emphaty Medan.

III.3. Subjek Penelitian

Penelitian menggunakan subjek penelitian sebagai sumber informasi dan data yang diteliti. Peneliti di penelitian ini menentukan informan sebagai sumber data


(46)

yang akan diwawancarai secara mendalam digunakan pertimbangan tertentu. Adapun yang menjadi criteria informan dalam penelitian ini antara lain:

• Informan yang menjadi sumber data adalah pimpinan, staf dan pekerja sosial yang ada di Yayasan Emphaty Medan yang merupakan pelaksana program penedidiikan kesetaraan.

• Informan lain sebagai sumber data adalah warga belajar yang menjadi sasaran dari program pendidikan kesetaraan yang dilakasanakan oleh Yayasan Emphaty Medan.

III.4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapat informasi yang dibutuhakan penelitian menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:

1. Data Primer, yang terdiri dari:

• Wawancara yaitu dengan cara berdialog langsung dengan warga belejar dan staf Yayasan Emphaty Medan.

• Observasi yaitu pengumpulan data tentang gejala-gejala tertentu yang dilakukan dengan mengamati dan mencatan kejadian-kejadian yang menjadi sasaran penelitian.

• Partisifativ yaitu Penulis ikut serta dalam melakukan proses pelaksanaan pendidikan kesetaraan di Yayasan EMPHATY Medan

2.Data Sekunder

Studi kepustakaan, yaitu denagan cara mengumpulkan data-data informasi yang ada baik yang diperoleh dari buku-buku, majalah, artikel, jurnal penelitian, surat kabar, internet, jurnal-jurnal dan pendapat para ahli/pakar sesuai dengan masalah yang diteliti.


(47)

III.5. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik deskriptif dengan pendekatan kualitatif diamana pengolahan data dilakukan dengan manual. Data yang dikumpulkan dari hasil wawancara mendalam dan observasi.

Informasi yang diperoleh dari lapangan dikelompokkan dan disederhanakan dengan sistematis untuk membuat diskripsi kualitatif yang jelas tuk menggambarkan proses impelementasi Program Pendidikan Kesetaraan oleh Yayasan Empahty Medan, sehingga hasil wawancara dan observasi yang diperoleh dapat dipakai dalam analisa data.


(48)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Pelaksanan lokasi penelitian dilakukan Yayasan Emphaty Medan yang beralamat di Jalan. Jamin Ginting No. 807 Padang Bulan Medan Kel. Beringin. Dalam hal ini penulis akan menggambarkan lokasi penelitian yang meliputi sejarah singkat lembaga, lokasi lembaga struktur organisasi, sarana dan parasarana lembaga dan kondisi sumber daya dalam Yayasan Emphaty Medan.

IV.1. Sejarah Berdirinya Yayasan Empathy Medan

Yayasan Emphaty Medan adalah suatu Lembaga Swadaya Masyarakat yang mendapingi masyarakat miskin perkotaan khususnya anak-anak yang beraktifitas dan penghidupan dijalan. Lembaga ini muncul disaat pendiri yayasan mengadakan investigasi dan melihat tingkat persaingan hidup serta banyak anak turun kejalan akibat keris ekonomi yang berkepanjangan dan adanya PHK oleh pihak perusahaan.

Melihat masalah tersebut , maka pada tahun 1999 didirikanlah Lembaga Swadaya Masyarakat Emphaty Medan dan dinotariskan pada tanggal 26 November oleh Lolita Pulungan SH. Kemudian berubah pada tanggal 5 April 2002 oleh Merci Rumiris SH, yang didirikan oleh Drs Bukti Nainggolan (USU), Pendeta N. Sihite(Pelayan Gereja), Electa S.Sos (USU), Hamdan Surbakti (UMSU), dan Ir. Hotdiman (UNIKA).


(49)

IV.2. Visi dan Misi Yayasan Emphaty Medan

Visi

- Mengangkat hak anak sesuai dengan Konvensi Hak Anak dan eksploitasi yang terjadi pada anak harus segera dihentikan dan setiap anak harus mendapat haknya masing-masing.

Misi

- Turut serta dalam membantu dan meningkatkan keseimbangan daya tahan anak jalanan dan keluarga miskin dan menanggulangi masalah-masalah sosial yang dihadapi.

- Berdedikasi untuk meningkatkan kualitas dan kesejahteraan manusia Indonesia khususnya anak yang beraktivitas di jalan, serta memobilisasi usaha-usaha untuk mempromosikan seluruh hak-hak anak terutama untuk memperoleh pendidikan yang bebas dan melindungi anak dari seluruh pekerjaan dan kegiatan yang membahayakan perkembangan fisik maupun mental dan sprituan anak. - Meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat akan pentingnya


(50)

IV.3. Susunan Kepengurusan

Susunan kepengurusan di LSM Emphaty Medan Sumut yaitu : A. Penasehat/ Pembina :

• Gunawan Harsono MBA • Pdt. M. Saragih Sth • Merci Rumiris SH SN • Drs. Tunggul Siagian • P. Simamora

• Hj. Riris Hasibuan • Heri Zulkarnaen SE B. Staff Ahli :

• Dra. Ria Manurung M • Drs. Adri Sembiring • Swanto, SH

• M. Silaban

C. Direktur Eksekutif : Drs. Bukti Nainggolan Sekretaris Eksekutif : M. Dariaman A. Md Staff Administrasi : Frida Lsmawati Penjaga Kantor : Riko Sembiring

D. Pengge lola PKBM : Electa,S.Sos Staff Administrasi : Frida Lasmawati Koordinator Putus Sekolah : Tiur Malum Kejar Paket A : Iskandar Kejar Paket B : Lenny S S Kejar Paket C : Nesty Pane Spd. E. Tutor Teknisi Keterampilan (Program Life Skill)


(51)

Bidang pembekalan : Eko Bidang kompueter : Donna

Bidang salon : N Br Napitupulu

F. Pengelola Sanggar Binembamng ( Rumah Singgah) Koordinator : Drs. Bukti Nainggolan Administrasi : Dewi

Pekerja Sosial : Tiur Malum, S.Sos Mulak Amd Electa, S. Sos Nuel Silalahi


(52)

IV.4. Struktur Organisasi

IV.4.1. Sturuktur Organisasi Yayasan Emphaty

Koordinasi Rumah Singgah Yayasan Emphaty Drs. Bukti Nainggolan

Staf Administrasi

Tiur MN Ssos

PEKSOS PEKSOS PEKSOS PEKSOS PEKSOS Desnal SE B.Damanik Electa A. Iskandar Seprin


(53)

IV.4.2. Struktur PKBM Emphty Medan

Sumber: Yayasan Emphaty Medan

PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT (PKBM) EMPHATY MEDAN

Pengelola Electa S. Sos

Paud :

Labora Siregar

Kejar Paket B Binsar Damanik

Kejar Paket C Tiur MN Ssos

Program KF Irmawaty Hrp

TBM Desnal SE


(54)

IV.5. Program Kerja Yayasan Emphaty Medan

Bertitik tolak dari investigasi yang telah dilakukan, maka LSM Yayasan Emphaty merncanakan akan mencapai tujauan umumnya yaitu sebahagian penarik becak dan anak yang bekerja akan diharapkan terbantu untuk mengurangi penderitaan dankesulitan yang dialami mereka selama ini yang juga membantu pemerintah Indonesia didalam menangani persoalan-persoalan sosial yang melahirkan tercipanya masyarakat madani. Metode yang dilaksanakan dalam program mereka adalah penelitian, investasi pemberdayan yang dilakukan melalui kunjungan, diskusi, pertemuan, supervisor dan evaluasi kerja. Metode ini dipilih agar mereka dapat secara langsung berssahabat, menngetahui masalah dan karakter.

Program-program kegiatan di LSM Emphaty Medan Sumut Yaitu : 1. Program Penyuluhan Narkoba

2. Program Pelatihan Keterampilan Komputer, menjahit, bengkel, mengemudi, belajar bahasa inggris serta matematika

3. Program Pemberian Bantuan Sekolah ( bea siswa) 4. Program Pembagian Sembako

5. Program Tambahan Belajar (Privet Les) 6. Program Belajar Paket

7. Program Bina Mental, Rohani dan Konseling

Adapun program yang sudah dilaksanakan adalah : 1. Tahun 1999

- Penannganan anak jalanan/ terlantar sebanyak 40 oranng bekerja sama dengan Depsos

- Pelatihan sumber daya manusia bekerja sama dengan Handal Mahardika

2. Tahun 2000

- Penanganan anak jalanan sebanyak 30 orang

- Pemberian sembako dan pengobatan gratis bekerja sama dengan PSM Sumut


(55)

- Pemjberian les tambahan/tentor umum bagi anak jalanan bekerja sama dengan tentor BT/ BS Bima dan Medica

3. Tahun 2001

- Penanganan anak jalanan sebanyak 200 orang bekerja sama dengan dinas sosial Sumut

- Pemberian beasiswa sebanyak sebanyak 130 orang anak jalanan bekerjasama dengan Dinas Sosial

- Pemberdayan orng tua anak jalanan bekerja sama dengan Dinas Sosial

- Pelatihan bidang kesehatan bekerja sama dengan koalisi untuk Indonesia sehat

4. Tahun 2002.

- Penanganan anak jalanan sebanyak 200 orang bekerja sama dengan Dinas Sosial

- Pelatihan ketarampilan bagi pemuda pengganguran untuk dapat mandiri sebanyak 20 orang bekerja sama dengan Dikrakernas

- Pemberdayan usaha bagi anak jalanan bekerjasama dengan Dinas Sosial

- Program Life Skill (Kursus menjahit, perbengkelan, elektonika) bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Kota Medan

- Pelatihan SDM bekerjasama dengan PPAI

- Pembagian sembako bagi keluarga miskin bekerjasam dengan PSM SUMUT Gereja GBKP, HKBP, dan GBI Bethany Milenium Plaza


(56)

5. Tahun 2003

Pada tahun 2003 dibentuklah Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Emphaty dengan program belajar Keaksaraan Fungsional (KF), Kejar Paket A, Kejar Paket B, dan Kejar Paket C.

6. Tahun 2004

- Pemberdayaan anak jalanan sebanyak 25 orang bekerja sama dengan Dinas Sosial.

- Program Pendidikan Kesetaraan

- Bimbingan les kepada anak kurang mampu.

7. Tahun 2005

- Program Pendidikan kesetaraan

- Pembagian sembako bagi warga miskin didaerah Setarban - Program pengurusan AKESKIN

- Bimbingan les bagi anak kurang mampu.

8. Tahun 2006

- Sebagai penyelenggara Program Pendidikan Kesetaraan Kejar Paket B dan Paket C sebanyak 60 warga belajar.

- Program Keaksaraan Fungsional (KF). - Bimbingan les bagi anak kurang mampu..


(57)

9. Tahun 2007

- Sebagai penyelenggara Program pendididikan Kesetaraan Kejar Paket B dan Paket C sebanyak 90 warga belajar.

- Pelaksana Program Keakasraan Fungsional (KF)

- Bimbingan les komputer bekerja sama dengan Yayasan BINANIKA Medan.

-IV.6. Sasaran program

• Warga miskin.

• Anak-anak putus sekolah.

• Anak-anak gagal Ujian Nasional (UN). • Anak jalanan (anjal).

• Masyarakat Buta Aksara.

IV.7. Lokasi Binaan

• Jalan Jamin Ginting No.807 • Jalan DR Mansyur Gang Sipirok • Prumnas Simalingkar


(58)

IV.8. Sarana dan Prasarana Lembaga

Sarana dan prasana adalah unsure yang sangat mempengaruhi tujuan dari suatu organisasi. Berhasilnya usha pencapaian dari tujuan program suatu oraganisasi tidak terlepas dari pengaruh sarana dan parasana suatu organisasi.

Adapun yang menjadi sarana dan prasaran yang ada di yayasan emphaty medan adalah sebagi berikut:

Table 1

Sarana Yayasan Emphaty Medan:

No. Nama Jumlah

1. Kantor 1

2. Ruang Belajar 2

3. Perpustakaan 1

4. Ruang Konseling anak 1

5. Ruang Tutor 1

7. Kantin 1

8. Dapur 1

9. Ruang istirahat anak 1

10. Kamar mandi 1

11. Ruang Komputer 1


(59)

Tabel 2

Prasarana Yayasan Emphaty Medan: No Nama Barang Merek Jumlah

barang

Keterangan Keadaan Barang

1 File Cabinet Unital 1 Buah Milik Yayasan Baik

2 Kursi Plastik 29 buah Milik Yayasan Baik

3 Meja Besar 1 Buah Milik Yayasan Baik

4 Mesin Tik 1 Unit Milik Yayasan Baik

5 Meja Belajar 12 Buah Milik Yayasan Baik

6 Kursi Tamu Warna Merah 2 Buah Milik Yayasan Baik

7 Cangkir Plastik 10 Buah Milik Yayasan Baik

8 Guitar Kapok 1 Buah Milik Yayasan Baik

9 Antene 2 Buah Milik Yayasan Baik

10 Komputer Pentium 11 Unit Milik Yayasan Baik

11 Jam Dinding Star 2 Buah Milik Yayasan Baik

12 Kipas 1 Buah Milik Yayasan Baik

13 Kertas Gambar 6 Buah Milik Yayasan Baik

14 Televisi Golstar I Unit Milik Yayasan Baik

15 File Kotak Dakar 15 Buah Milik Yayasan Baik

16 Papan Tulis Putih 1 Buah Milik Yayasan Baik

17 Papan Tulis Hitam 2 Buah Milik Yayasan Baik

18 Peta Kota Medan 1 Buah Milik Yayasan Baik

19 Peta Sumatera Utara 1 Buah Milik Yayasan Baik

20 Tikar Warna Merah dan Biru 3 Buah Milik Yayasan Baik

21 Kompor Hock Hock 1 Buah Milik Yayasan Baik

22 Buku Bacaan

23 - Matematika 52 Buah Milik Yayasan Baik

24 - Bahasa Indonesia & B.

Inggris

58 Buah Milik Yayasan Baik

25 - Ilmu Pengetahuan Alam 31 Buah Milik Yayasan Baik

26 - Ilmu Pengetahuan Sosial 29 Buah Milik Yayasan Baik

27 - Kerohanian Agama Kristen 392

Buah

Milik Yayasan Baik

28 - Kesenian & Kesehatan 16 Buah Milik Yayasan Baik

29 - Ekonomi 26 Buah Milik Yayasan Baik

30 - Pengetahuan umum 79 Buah Milik Yayasan Baik

31 - Keterampilan 29 Buah Milik Yayasan Baik

32 - Majalah 79 Buah Milik Yayasan Baik


(60)

BAB V ANALISA DATA

Semua anak memiliki impian dapat sekolah setinggi mungkin untuk meraih cita-citanya. Namun ini tidak lah mudah untuk digapai karena banyak faktor yang harus dipenuhi. Salah satu faktor yang utama adalah ekonomi, faktor ini tak semua anak bisa memenuhinya sehingga banyak anak yang harus menggantung impiannya. Karna mereka harus membantu perekonomian orang tua dengan turut serta bekerja., sehingga mereka harus mengorbankan pendidikan. Adanya program pendidikan kesetaraan (nonformal) memberikan solusi dan secercah harapan untuk menjawab kondisi anak-anak yang tidak dapat merasakan pendidikan formal. Berangkat dari realita ini pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM EMPHATY) Medan membanggun kerja sama dengan dinas terkait guna mengelola dan menyelenggarakn pendidikan kesetaraan.

V.1. Program Pendidikan Kesataraan

Pendidikan kesetaran merupakan pendidikan nonformal yang mencakup program Paket A setara SD/MI, Paket B setara SMP/MTs, Paket C setara SMA/MA. Dengan penekanan pada pengengtahuan, keterampilan fungsional, serta pengmbangan sikap dan kepribadian profesional peserta didik.

Sumber daya manusia (SDM) yang berkwalitas, merupakan kebutuhan mutlak bagi suatu bangsa atau negara, jika ingin berpartisipasi aktif dalam pembangunan di era globalisasi ini. Dalam rangka peningkatan sumber daya manusia Indonesia, pemerintah melakukan berbagai upaya, yang salah satu upaya-upaya tersebut adalah melalui pembangunan pendidikan, karna pendidikan merupakan kebutuhan dasar manusia dan merupakan langkah yang paling strategis untuk meningkatkan sumber daya manusia.


(61)

Didalam Undang-undang nomor 20 tahun 2003, tentang sistim pendidikan nasional, dinyatakan bahwa pendidikan nasional di selenggarakan melalui tiga jalur, yaitu: pendidikan formal, nonformal dan informal. Melalui pendidikan nonformal, pemerintah dalam hal ini Direktorat jendral pendidikan luar sekolah dan pemuda, departemen pendidikan nasional, menyelenggarakan berbagi program yang salah satu diantarnya adalah pendidikan kesetaraan yang terdiri atas Program Paket A, yaitu program yang memberikan pelayanan Setara Sekolah Dasar (SD), Program Paket B, yaitu, program yang memberikan pelayanan pendidikan Setara Sekolah Menengah Pertam (SMP), Program Paket C, yaitu, program yang memberikan pelayanan pendidikan Setara Sekolah Menengah Atas (SMA).

Hasil pendidikan nonformal dihargai setara dengan pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga pemerintah dan pemerintah daerah (PEMDA) dengan mengacu pada standar pendidikan nasional.

Setiap peserta didik yang lulus ujian kesetaraan Paket A, Paket B, Paket C, Mempunyai hak egibilitas yang sama dan setara dengan pemegang ijazah SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA untuk dapat mendaftarkan pada satuan pendidikan yang lebih tinggi. Status kelulusan Paket C mempunyai hak egibilitas yang setara dengan pendidikan formal dalam memasuki lapangan pekerjaan.

Secara umum, sasaran dari program-progarm pendidikan nonformal adalah mereka yang tergolong kurang beruntung, baik dari aspek ekonomis, geografis, dan sosial budaya. Oleh karna itu, aspek akademis dan kecakapan hidup dalam kecakapan hidup dalam pendidikan nonfolmal selalu dibelajarkan secara intergrasi.


(62)

Pendidikan kesetaran sebagai bagian dari pendidikan nonformal, disamping memberikan kemampuan akademik sesuai dengan jenjangnya, secara terintergrasi juga memberikan berbagai kecakapan hidup, yang nantinya setelah peserta didik lulus dari pendidikan kesetaran, mereka dapat memanfaatkanya untuk bekal mencari nafkah dan melanjutkan jenjang yang lebih tinggi dalam rangka peningkatan kwalitas hidupnya.

Yayasan Emphaty sebagi salah satu lembaga yang ikut serta mengelola dan menyelenggarakan pendidikan kesetaraan di Pusat Kegitan Belajar Masyarakat (PKBM EMPHATY). Pada tahun 2003 pusat kegitan belajar masyarakat Emphaty Medan telah terbentuk. Sejak itu telah banyak warga belajar yang medapatkan ijazah pendidikan kesetaraan, dari mereka yang mendapatkan ijazah tersebut kembali melanjutkan kependidikan formal dan bekerja menjadi buruh pabrik dengan menggunakan ijazahnya. Seorang warga belajar yang telah lulus Paket C bernama Norma boru sinaga yang telah lulus dari ujian nasional pendidikan kesetaraan melanjutkan ke akademi perawat (AKPER).

Pusat Kegiataan Belajar Masyarakat Emphaty Medan hanya menyelenggarakan dua program dari pendidikan kesetraan yakni, Progam Paket B dan Paket C, tidak menyelenggarakan Program Paket A.

Berdasarkan wawancara dengan Pimpinan dari Yayasan Emphaty Medan Pak Bukti Nainggolan mengaatkan:

“Paket A sangat jarang muridnya, karna biasanya rata-rata mereka mampu untuk tingkatan SD saja. Semisal pun kalau ada yang mendaftar Paket A ke PKBM Emphaty kami terima, tapi kami alihkan ke PKBM Pakpak Mandiri yang melaksanakan program Paket A…”


(63)

Pelakasanaan program pendidikan kesetaraan yang diselenggarakan oleh PKBM Empahaty Medan yakni program Paket B dan Paket C memiliki warga belajar yang cukup banyak. Bahkan kapasitas ruko yang tidak terlalu besar kurang lebih hanya 5x15 meter tidak mampu menampung warga belajar yang mencapai 126 warga belajar dari Paket B dan Paket C dari kelas 1, kelas 2 dan kelas 3. Program Paket B digabung dari kelas 1, kelas 2 dan kelas 3 mejadi satu dalam satu ruangan dan begitu juga Program Paket C.

Berdasarkan wawancar dengan Pimpinan Yayasan Emphaty Medan, kenapa kondisi ini bisa terjadi. Beliau mengatakan:

“Kami tidak bisa menyewa gedung lagi karna keterbatasan dana yang diberikan dari dinas pendidikan. Sedangkan sewa gedung ini saja sudah berat dimana kami harus bayar 12 juta pertahun dan anggaran untuk itu tidak ada…”

V.1.1 Program Paket B

Program Paket B adalah program pendidikan dasar pada jalur pendidikan nonformal setara SMP/MTs bagi siapapun yang terkendala ke pendidikan formal atau berminat dan memilih pendidikan kesetaraan untuk ketuntasan pendidikan dasar. Pemegang ijazah Program Paket B memiliki hak egibilitas yang sama dengan ijazah SMP/MTs.

V.1.1.1 Peserta Didik

Peserta didik Program Paket B Setara SMP/MTs adalah warga masyarakat: • Lulus Paket A/SD/MI


(64)

• belum menempuh pendidikan di SMP/MTs dari kelompok usia 15-44 tahun dengan prioritas usia 16-18 tahun, kecuali bagi peserta didik yang mentukan Paket B atas pilihan sendiri .

• Putus SMP/MTs

• Tidak menempuh sekolah formal atas karena pilihan sendiri

• Tidak dapat sekolah karna berbagai faktor ekonomi, waktu, keyakinan sosial dan hukum)

Sayrat adminitrasi yang harus dipenuhi warga belajar yang mengikuti Program Paket B di Yayasan Emphaty Medan:

• Membawa ijazah asli setara SD/MI yang dilegalisir. • Rapot SMP/MTs bagi mereka yang putus sekolah. • Photo 3x4 hitam putih 10 lembar.

Jumlah peserta warga belajar Program Paket B di Yayasan Emphaty Medan ada sekitar 44 orang yang tergabung antara kelas 1, kelas 2, kelas 3 yang membedakan dimana mereka ditempatkan adalah berdasarkan ijazahnya saja, dilihat dari berapa lama tamat dari sekolah dasar (SD), jika anak yang baru tamat dari sekolah dasar (SD) mereka ditempatkan di kelas 1. Mereka yang dua tahun tamat dari sekolah dasar mereka ditempatkan di kelas 2. Mereka yang berada dikelas 3 adalah mereka yang telah tamat sekolah dasar (SD) tiga tahun atau lebih. Warga belajar yang berada di kelas 1 biasanya mereka adalah anak yang baru tamat dari sekolah dasar formal, namun karna faktor ekonomi mereka tidak mampu melanjutkan SMP formal mereka mengambil jalur nonformal yang tanpa harus membayar uang pendaftaran lagi. Salah seorang anak yang menjadi warga


(65)

belajar bernama Tionar Mandalahi yang sekarang duduk dikelas 2 mengatakan kepada penulis mengapa masuk PKBM EMPHATY:

“Bapak aku gak mampu membiyayai uang sekolah, karna kami banyak bang dan bapak hanya pemulung.

Dan mereka yang berada di kelas 2 dan kelas 3 biasanya mereka adalah anak-anak yang putus sekolah dari sekolah-sekolah formal. Namun ada juga diantara mereka sudah lama tamat dari sekolah dasar (SD) karena berbagai alasan kemudian tidak melanjutkan ke kejenjang yang lebih tinggi dijalur formal sekolah menengah pertama (SMP). Berbagai alasan mereka masuk pusat kegiatan belajar masyarakat untuk melanjutkan pendidikannya.

Seperti yang diungakapkan seorang warga belajar bernama Agus Syahputara kelas 3 Paket B kepada penulis kenapa dia masuk PKBM Emphaty:

“Aku dipecat dari sekolah karna sering cabut, kemudian ada kawan yang ngajak sekolah disini yang aku ikut aja bang, karna mamak pun nyuruh sekolah lagi” Warga belajar yang ada di Yayasan Emphaty Medan tidak hanya mereka yang tiadak mampu ekonominya, tetapi berapa dari mereka adalah anak-anak putus sekolah bukan karna tidak mampu melainkan karna dipecat dari sekolah formal disebabkan kenakalan remaja.

Ada juga warga belajar seorang atlit angkat besi bernama Dodi yang masuk Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Emphaty, Dia mengatakan:

“Aku butuh ijazah karana pengurus kami minta untuk direkomendasikan untuk jadi pegawai negeri”


(1)

yang diberikan pemerintah tidak lah cukup untuk biaya penyelenggaran UNPK oleh sebab itu PKBM EMPHATY meminta dana dari warga belajar sebesar 100.000 rupiah untuk Paket C dan 150.000 rupiah buat Paket B.

Seperti yang dikatakakan pak bukti nainggolan sebagai Pimpinan Yayasan EMPHATY saat wawancara dengan penulis:

“Dana yang diberikan pemerintah tidak cukup untuk membiayai warga belajar

yang banyak ini, sedangkan kami hanya dapat dana hanya Paket B itu pun hanya buat 20 orang…”

Tabel 10

REKAPITULASI ANGGARAN DANA

BIAYA OPERASIONAL PENYELENGGARAAN (BOP)PROGRAM KESETARAN PAKET B

PKBM EMPHATY TA. 2007/2008

NO PROGRAM KEGIATAN VOL. SATUAN SATUAN BIAYA

JUMLAH BIAYA 01 Bantuan Warga Belajar

• Bantuan ATK WB

• Bantuan bahan belajar WB

• Bantuan Motivasi WB

• Tes Semester

20 20 20 20 Orang Orang Orang Orang 30.000 120.000 50.000 30.000 4.600.000 600.000 2.400.000 1.000.000 600.000 02 Transport tutor 6 Orang/thn 2.280.000 13.680.000 03 Bantuan penyelenggaraan

• Bantuan identifikasi calon WB dan tutor

• Bantuan administrasi belajar

• Bantuan sarana belajar

• Transport penyelengagara

1 1 1 1 Lbg Lbg Lbg Lbg 50.000 220.000 330.000 600.000 1.200.000 50.000 220.000 330.000 600.000 Total biaya 01 + 02 + 03 Rp.


(2)

Tabel 11

REKAPITULASI ANGGARAN DANA

UNPK PAKET C SETARA SMU PERIODE I TAHUN 2007 KECAMATAN MEDAN SELAYANG

NO URAIAN VOL. JUMLAH

(Rp)

TOTAL (Rp) 01 Pengisian pengiriman data calon peserta UN ke

penyelenggara UN Tk. Kab/Kota

104 orang 350 36.400 02 Pengambilan Bahan UN ke Penyelnggara UN

Tingkat Kab/Kota

1 kec 50.000 50.000 03 Pengiriman LJUN ke kab/Kota 1 kec 50.000 50.000 04 Operasional Penyelenggara UN 1 kec 100.000 100.000 05 Pengadaan bahan pendukung UN 1 kec 10.000 10.000 06 Pengisian kartu Peserta UN 104 orang 240 24.960 07 Pelaksanaan sosialisasi dan koordinasi

penyenggara UN

1 kec 100.000 100.000 08 Pengawasan Pelaksanaan UN di Kec. Medan

Selayang

1 orang 50.000 50.000 09 Honor Pengawas UNPK Paket C IPS 10 orang 3 hari 25.000 750.000 10 Honor Panitia Kecamatan 7 orang 35.000 245.000 11 Penyusunan dan pengiriman laporan 1 lbg 50.000 50.000 12 Pengambilan blanko ijasah & SKHUN 1 lbg 50.000 50.000

Total Rp.

1.516.360

Tabel 12

REKAPITULASI ANGGARAN DANA

UNPK PAKET B SETARA SMP PERIODE I TAHUN 2007 KECAMATAN MEDAN SELAYANG

NO URAIAN VOL. JUMLAH

(Rp)

TOTAL (Rp) 01 Pengisian pengiriman data calon peserta UN

ke penyelenggara UN Tk. Kab/Kota

75 orang 150 11.250 02 Pengambilan Bahan UN ke Penyelnggara UN

Tingkat Kab/Kota

1 kec 50.000 50.000 03 Pengiriman LJUN ke kab/Kota 1 kec 50.000 50.000 04 Operasional Penyelenggara UN 1 kec 75.000 75.000 05 Pengadaan bahan pendukung UN 1 lbg 10.650 10.650 06 Pengisian kartu Peserta UN 75 orang 100 7.500 07 Pelaksanaan sosialisasi dan koordinasi

penyenggara UN

1 kec 100.000 100.000 08 Pengawasan Pelaksanaan UN di Kec. Medan

Selayang

1 orang 75.000 75.000 09 Honor Pengawas UNPK Paket C IPS 6 orang 3 hari 25.000 450.000 10 Honor Panitia Kecamatan 7 orang 20.000 140.000 11 Penyusunan dan pengiriman laporan 1 lbg 50.000 50.000 12 Pengambilan blanko ijasah & SKHUN 1 lbg 50.000 50.000

Total Rp.


(3)

BAB VI PENUTUP

VI.1 KESIMPULAN

1. Implementasi program pendidikan kesetaraan oleh PKBM EMPHATY berjalan dengan benar, dengan adanya warga belajar, tenaga pengajar (tutor) dan melakukan proses belajar.

2. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat EMPAHATY berhasil mesosialisasikan program pendidikan kesetaraan, dilihat dari bertambah banyaknya warga belajar (sasaran program)yang terdaftar di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat EMPHATY Medan.

3. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat EMPAHATY Medan kurang dapat perhatian terutama masalah dana dari pemerintah atau dinas terkait. Berdampak kepada kurang maksimalnya implementasi program pendidikan kesetaraan.

4. Tenaga Pengajar di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat EMPHATY Medan memiliki loyalitas yang tinggi kepada Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat EMPHATY Medan. Dan kwalifikasi akademik sesuai standar dinas pendidikan. Namun kwantitas tutor masih kurang dilihat dari jumlah warga belajar yang ada di PKBM EMPHATY Medan.

5. Program pendidikan kesetaraan adalah program pemerintah hanya indah pada konsepnya saja, namun pada pelaksanaannya masih kurang.


(4)

VI.2 SARAN

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka Penulis memberikan berapa saran yang berguna bagi Pusat kegiatan belajar masyarakat EMPHATY Medan. Adapun saran tersebut:

1. Pihak Pengelola Pusat Kegiatan belajar masyarakat EMPHATY Medan harus menambah kwantitas tutor.Memberikan gaji tutor tepat waktu dan harus lebih memperhatikan tutor.

2. Pihak pengelola harus lebih mengutamakan calon peserta didik yang menjadi pioritas sasaran pendidikan kesetaraan baik dari segi umur dan ekonomi.

3. Pihak Yayasan EMPHATY harus menambah ruangan belajar, karena ruangan sudah melebihi kapasitas dilihat dari jumlah warga belajar yang bertambah tiap tahunnya.

4. Sarana dan prasaran Yayasan demi kelancaran proses pembelajaran, seperti bangku dan buku paket untuk warga belajar.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Darmaningtyas, Pendidikan Yang Memiskinkan, Galang Press, Yoyakarta, 2004. Dapertemen Pendidikan, Acuan Proses Pelakasanaan Dan Pembelajaran

Pendidikan Kesetaraan Program Paket A, Paket B Dan Paket C, Jakarta,

2006.

Murtinisi, Siti, Pendidikan Alat Perlawanan: Teori Pendidikan Radikal Pauolo

Freire, Resist Book, Yokyakarta, 2006.

Nawawi, Hardi, Metode Penelitian Bidang Sosial, Gajah Mada Universitas Press, Yokyakarta,1991.

Sinaga, Roslina Et Al, Acuan Pelaksanaan Pendidikan Kesetaraan Program

Paket A B C, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, 2004.

Undang-Undang Republik Indonesia (Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional)

Wahab, Abdul, Analisis Kebijaksanaan Dari Formulasi Ke Implementasi

Kebijaksanaan Negara, Bumi Aksara, Jakarta, 1990.

Soejono, Ag, Aliran Baru Dalam Pendidikan, C.V Ilmu, Bandung,1978. Freire, Paulo, Pendidikan Kaum Tertidas, LP3ES, Jakarta,1985.

Samba, Sujono, Lebih Baik Tidak Sekolah, LkiS, Yoyakarta, 2007.

Macpherson, Stewart, Kebijaksanaan Sosial Di Dunia Ketiga, Aksara Persada Indonesia, Jakarta, 1987.

Arifin E. Zainal, Dasar-Dasar Penulisan Karangan Ilmiah, PT Grasindo Jakarta, 2004.

Singarimbun, Masrani dan Sofyan Efendi, metode penelitian survey, LP3S, 1989.

Kartono, Kartini, Sistim Pendidikan Nasional, PT Pradanya Paramita, Jakarta, 1997.


(6)

Harian global, 07 Juni 2006 Kompas, 27 Juni 2007 Kompas, 24 Agustus, 2007 Tempo Interaktif, 12 Juni 2006 Sumut Pos, Juni 2007