Keadaan Demografis Profil Lokasi Penelitian 1.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
masjid tersebut didirikan pada tahuan 1940 sampai 1950an. Masjid tersebut secara resmi merupakan masjid pribadi yang pembangunannya merupakan
biaya pribadi Imam Al- Faqih. Meski demikian, masjid tersebut dapat digunakan untuk umum. Hanya saja kaum perempuan dilarang masuk ke
masjid tersebut. sehingga ketika hari raya tiba, tidak ada perempuan yang bisa ikut sholat Idul Fitri dan Idul Adha di masjid karena ketika itu hanya ada satu
masjid di Desa Pajaran. Dinding masjid Al- Hikmah berwarna putih. Bangunan tersebut
mempunyai enam cendela yang dicat dengan warna coklat, dua berada disebelah kanan, dua di sebelah kiri, dan dua lagi berada di depan. Di tengah-
tengah antara dua cendela di bagian depan terdapat pintu masjid yang dicat dengan warna hijau muda.
Seiring berjalannya waktu, mulailah didirikan beberapa masjid oleh para santri yang sudah menyelesaikan pendidikan di pesantren. Rata-rata
pembangunan masjid-masjid tersebut merupakan hasil dari tanah hibah dan uang sumbangan warga. Dengan adanya masjid-masjid tersebut, pada
akhirnya para perempuan di Desa Pajaran bisa ikut serta melaksanakan salat berjamaah saat hari raya.
11
11
Sutrisna, Wawancara, Madiun, 05 Februari 2017.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Gambar 3. Masjid Al- Hikmah
Sumber: Hasil observasi tanggal 05 Februari 2016
2. Masjid Al- Fata
Al- Fata adalah salah satu nama musala yang di rintis oleh warga sejak lama dan bertempat di Desa Pajaran RT 12. Kondisi masjid pun sangat
sederhana. Masjid tersebut tidak memiliki kamar mandi atau tempat untuk berwudu. Hal ini dikarenakan banyak masyarakat yang berwudu di
rumahnya sendiri sebelum berangkat ke masjid, sehingga ruang masjid hanya terdiri dari satu tempat imam dan mimbar, satu tempat untuk jamaah
laki-laki, dan satu tempat untuk jamaah perempuan. Pembatas yang digunakan untuk membatasi tempat jamaah laki-laki dan perempuan adalah
sebuah satir atau sejenis gorden sederhana. Pada awalnya musala Al- Fata hanya digunakan sebagai tempat
kegiatan keagamaan warga RT 12 yang pada saat itu di pandu langsung oleh Ustad Kardi. Karena semakin ban
yaknya jama’ah, banyak warga yang berinisiatif merubah Musala Al- Fata menjadi masjid. Selain itu, karena di
Pajaran masih kekurangan lembaga belajar mengajar al- Qur’an, masyarakat
mengusulkan agar Ustad Kardi mengadakan kegiatan belajar mengajar al-