KONFLIK PEMILIHAN KEPALA DESA DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN SARADAN KABUPATEN MADIUN
KONFLIK PEMILIHAN KEPALA DESA DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN SARADAN KABUPATEN MADIUN
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Gelar Sarjana Ilmu Politik
Oleh: AYU SARI SUSANTI
201010050311044
JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVESITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2014
(2)
LEMBAR PENGESAHAN
Dipertahankan di depan dewan penguji skripsi Fakultas ilmu sosial dan politik
Universitas Muhammadiyah Malang dan diterima sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Kesarjanaan Strata-1
Pada :
Hari : Rabu
Tanggal : 13 Agustus 2014 Jam : 13.00 – 14.00
Tempat : Kantor Jurusan Ilmu Pemerintahan
Dewan Penguji
1. Dr. Tri Sulistyaningsih, M.Si
2. Hevi Kurnia Hardini, S.Ip, Ma.Gov 3. Drs. H. Jainuri, M.Si
(3)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
Jl. Raya Tlogomas No. 246 Telp. (0341) 464318 Pes 132 Fax (0341) 460782 Malang
LEMBAR PERSETUJUAN Nama : Ayu Sari Susanti
Nim : 201010050311044 Jurusan : Ilmu Pemerintahan
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Judul Skripsi : Konflik Pemilihan Kepala Desa Di Desa Sugihwaras Kecamatan Saradan Kabupaten Madiun
Disetujui Untuk Diuji Dihadapan Sidang Dewan Penguji Skripsi
Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
(4)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
Jl. Raya Tlogomas No. 246 Telp. (0341) 464318 Pes 132 Fax (0341) 460782 Malang
SURAT PERNYATAAN yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Ayu Sari Susanti Nim : 201010050311044 Jurusan : Ilmu Pemerintahan
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Judul Skripsi : Konflik Pemilihan Kepala Desa Di Desa Sugihwaras Kecamatan Saradan Kabupaten Madiun
Menyatakan bahwa karya ilmiah atau skripsi yang berjudul Konflik Pemilihan Kepala Desa Di Desa Sugihwaras Kecamatan Saradan Kabupaten Madiunadalah bukan merupakan karya tulis orang lain, baik sebagian atau keseluruhannya kecuali dalam bentuk kutipan yang telah disebutkan sumbernya.
Demikian pernyataan ini kami buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, penulis bersedia mendapatkan sanksi akademis.
Malang, 13 Agustus 2014 yang menyatakan
(5)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
Jl. Raya Tlogomas No. 246 Telp. (0341) 464318 Pes 132 Fax (0341) 460782 Malang
BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI Nama : Ayu Sari Susanti
Nim : 201010050311044 Jurusan : Ilmu Pemerintahan
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi : Strata I (S1)
Judul Skripsi : Konflik Pemilihan Kepala Desa Di Desa Sugihwara Kecamatan Saradan Kabupaten Madiun
Pembimbing : 1. Drs. Jainuri, M.Si 2. Yana S Hijri, S.IP, M.IP Konsultasi Skripsi :
(6)
MOTTO
Semua itu berawal dari sebuah mimpi kecil, dan
yakinlah jika mimpi itu akan tercapai. Jika engkau
takut bermimpi, berarti engkau juga takut meraih
sebuah kesuksesan.
Hidup adalah kegelapan jika tanpa hasrat dan
keinginan.
Dan semua hasrat serta keinginan adalah buta, jika
tidak disertai pengetahuan.
Dan pengetahuan adalah hampa jika tidak diikuti
pelajaran.
Dan setap pelajaran akan sia-sia jika tidak disertai
cinta.
(7)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
1. ALLAH SWT yang selalu memberikan nikmat hidup yang tak terhingga dan atas rahmatnya hingga pendidikan ini dapat terselesaikan. Kepada Rosulullah SAW sebagai suri tauladan yang baik, dan juga Al-quran dan Hadist sebagai pegangan dalam menjalani kehidupan ini.
2. Ibunda MARIYATI dan ayahanda SUNARDI tercinta, dan abang ku ARIS SUHARDI yang tersayang, kupersembahkan skripsi ini untuk kalian, terima kasih atas doa, motivasi, semangat yang telah kalian berikan selama di bangku kuliah sampai terselesainya skripsi ini.
3. TRIEOKA CAHYA Y BAGUS , kamu semangatku terima kasih buat semuanya.
4. Best Friend’s Foreverku FADHIA PURWANTIKA, ANGGONO
MURTI, TITI HANDAYANTI, MADYA PUTRA, M.ZAKI, DEWI TRI, ERNA WITULAR, AHMAD AGUS AMRINdan anggota baru DWI, terimakasih banyak sudah menjadi saudara seperjuangan di Malang ini, kalian bukan sekedar sahabat tapi saudara. Serta terimakasih teman-teman Ilmu Pemerintahan’10 kebersamaan dibangku kuliah.
5. Serta semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu. Atas segala bantuan dan jasanya, peneliti hanya bisa berharap semoga amal semua pihak mendapat ridho dan imbalan dari Allah SWT.
(8)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul “Konflik Pemilihan Kepala Desa Di Desa Sugihwaras Kecamatan Saradan Kabupaten Madiun” ini dengan tepat waktu.Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang.
Penulis sadar, bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik bantuan yang berupa moril maupun spritiuil yang penulis dapat. Penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya dan rasa hormat atas segala bimbingan, pengarahan, serta dorongan yang telah diberikan kepada penulis, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Muhadjir Effendy, M.AP., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang.
2. Bapak Dr. Asep Nurjaman, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik Universitas Muhammadiyah Malang.
3. Ibu Hevi Kurnia Hardini, S.Ip, MA.GOV , selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammdiyah Malang
4. Bapak Drs. H. Jainuri, M.Si , selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Yana Syafrie Y.H., S.Ip. M.Ip , selaku Dosen Pembimbing II yang memberikan kesabaran dan ketelatenan dalam membimbing, memotivasi dan mengarahkan peneliti selama penyusunan skripsi ini hingga selesai. 5. Ibu Dr. Tri Sulistyaningsih, M.Si selaku Dosen Wali jurusan Ilmu
Pemerintahan dan segenap Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik khususnya jurusan Ilmu Pemerintah yang telah memberikan arahan, bimbingan dan membekali ilmu pengetahuan kepada peneliti.
6. Segenap aparat pemerintah Desa Sugihwaras, Kecamatan Saradan dan juga panitia pemilihan kepala desa di desa Sugihwaras, serta warga desa
(9)
Sugihwaras. Terima kasih atas bantuannya kepada peneliti selama proses penelitian dilapangan.
7. Keluarga tercinta Ayahanda Sunardi dan Ibunda Mariyati , Abang Aris Suhardi , serta sanak saudara yang telah banyak membantu penulis secara materi maupun non materi dalam penyelesaian skripsi ini
8. Teman-teman angkatan 2010 jurusan Ilmu Pemerintahan, serta semuanya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang telah banyak memberikan motivasi, membagi kebahagiaan,
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi penulisan selanjutnya.
Malang, 13Agusutus 2014
(10)
ABSTRAKSI
Ayu Sari Susanti, 2014,201010050311044. Universitas Muhammadiyah Malang. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Ilmu Pemerintahan. Skripsi. Konflik Pemilihan Kepala Desa Di Desa Sugihwaras Kecamatan Saradan Kabupaten Madiun. Dosen pembimbing I : Drs. Jainuri, M.Si ; Dosen pembimbing II : Yana S Hijri, S.IP, M.IP
Kata kunci: Konflik, Pilkades.
Penelitian ini membahas tentang konflik pilkades yang dimana konflik tersebut disebabkan oleh adanya pemilih ilegal dan juga karena penggelembungan surat suara, dari kedua faktor ini yang mengakibatkan suatu perselisihan dalam Pilkades. Selain itu, faktor lain adalah adanya ekonomi politik, yang melatar belakangi terjadinya konflik karena imbalan apabila menjadi seorang Kepala Desa, sehingga calon Kepala Desa menghalalkan cara apapun untuk menjadi seorang Kepala Desa.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Data penelitian berupa hasil wawancara dan juga dokumen dari hasil pemilihan kepala desa di desa sugihwaras. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil observasi dan wawancara kepada pihak yang terlibat dalam pelaksanaan Pilkades di desa sugihwaras, yaitu kepada Ketua BPD, pihak panitia penyelenggara Pilkades, pihak kepolisian, Kepala Desa Sugihwaras, tim sukses masing-masing kubu calon Kepala Desa, dan juga kepada masyarakat yang berpartisipasi dalam Pilkades yang diselenggarakan pada tanggal 3 november 2013.
Hasil penelitian terdapat beberapa bentuk dan faktor yang menyebabkan konflik dalam Pilkades Sugihwaras. Pertama, konflik pilkades ini terjadi karena adanya daftar pemilih yang sebenarnya sudah tidak memiliki hak untuk berpartisipasi dalam pemilihan tapi mereka dengan leluasa dapat menggunakan hak pilihnya dalam Pilkades. Daftar pemilih di sini sebelumnya merupakan warga Desa Sugihwaras, namun karena mengharuskan mereka pindah ke tempat lain di luar Desa Sugihwaras, sehingga mereka tinggal menetap dan permanen di daerah tersebut. Hal ini juga karena adanya campur tangan dari pihak panitia, di mana beberapa keluarga dari pihak Sukimin yang telah menetap di daerah lain dapat menggunakan hak pilihnya dalam Pemilihan Kepala Desa Sugihwaras yang dilaksanakan pada tanggal 3 November 2013. Kedua, dari adanya pemilih illegal ini maka menyebakan pengelembungan suara, hal ini mempengaruhi atas jumlah daftar pemilih yang hadir pada saat pelaksaan pemilihan kepala desa tidak sesuai atau tidak sama dengan jumlah hasil surat suara. Pada Pilkades lalu, warga mendapati jumlah warga pemilih dalam daftar pemilih tetap (DPT) Pilkades Sugihwaras sebanyak 6.373 pemilih. Jumlah daftar hadir yang mencoblos sebanyak 4.805 pemilih. Calon Kepala Desa Sukimin mendapatkan suara sebanyak 2.408 suara. Sementara calon Kepala Desa Joko Sudarsono memperoleh 2.391 suara. Keduanya terpaut 17 suara, sedangkan suara tidak sah sebanyak 33 suara. Adapun yang menjadi faktor penyebab konflik disini adalah bertambahnya
(11)
27 surat suara, padahal daftar pencoblosnya hanya 4.805 yang kemudian hasil penetapan suara menjadi 4.832.
Dapat disimpulkan bahwa konflik pilkades disebabkan oleh adanya kecurangan yang dilakukan oleh pihak panitia, di mana panitia telah melakukan penggelembungan suara dan memasukkan pemilih yang tidak terdaftar sehingga terjadi kecurangan adanya pemlh ilegal. Selain itu faktor lain yang menyebabkan terjadinya kecurangan karena faktor ekonomi politik mengingat imbalan yang diteria seorang Kepala Desa sangatlah besar. Karena hal inilah yang memancing salah satu dari calon kepala desa berbuat suatu kecurangan demi memuluskan aksi dan tujuannya menjadi seorang kepala desa. Seharusnya setiap aparat baik aparat pemerintah, panitia maupun perangkat desa bekerja sama untuk mensukseskan Pilkades ini dan menjadikan Pilkades ini bersih dan jujur.
(12)
ABSTRACT
Ayu Sari Susanti, 2014, 201010050311044. University of Muhammadiyah Malang. Faculty of Social and Political Science, Department of Government. Thesis. Conflict Chief Election District of the Village In the Village Sugihwaras Saradan Madiun. Supervisor I: Drs. Jainuri, M.Si; Advisor II: Yana S Hijri, S.IP, M.IP
Keywords :Conflict, Village Election.
This research discusses about democratic conflict of village election which is caused by illegal voters and ballot fraud, resulted in a dispute in the selections. Besides, other factor is economical politic which is the background of conflict to raise the rewards to be the head of the village.
Furthermore, this research used descriptive qualitative method. The research data is the result of interview, observation to the BPD chairman, committee, success team, the society and also the result of documentation of village election in Sugihwaras which was held on 3rd November, 2013.
In addition, the research result, there were some factors caused the conflict of village election in Sugihwaras. First, this conflict happened because there were some voters who do not have a right to vote but they participated to vote the village election. The list of the voters were the society who lived in Sugihwaras, but there were some families who moved to other city, so this problem caused abuse in voting. Moreover, intervene from committee was also included. Second, from the illegal voters, this caused a ballot fraud which influenced the total of voters who attended on the held of village election not appropriate based on the total of fraud listed. In the village election, the total of voters listed was 6.373 voters. The total of voters attended was 4.805 voters. Sukimin as a candidate got 2.408 voice, while the other candidate, JokoSudarsono got 2.391 voice. The invalid voice was 33 voice. Based on the data that has been obtained, there were different voice between the listed voters and the resulted.
In conclusion, the conflict of village election was caused by cheating which was done by committee to the fraud. Other factors was economical politic which was done by the candidates to gain to be a winner. Based on that explanation, the conflict occurs as a form of rejection by society on a democratic system was not to be honest and fair.
(13)
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ... i
LEMBAR PERSETUJUAN ... ii
SURAT PERNYATAAN ... iii
BERITA ACARA BIMBINGAN ….. ... iv
MOTTO ………. ... v
PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
ABSTRAKSI ... ix
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 12
C. Tujuan Penelitian ... 12
D. Manfaat Penelitian ... 12
E. Kajian Pustaka dan Definisi Operasional ... 13
1. Definisi konsep ... 13
(14)
F. Metode Penelitian ... 20
1. Jenis Penelitian ... 20
2. Sumber Data ... 21
3. Teknik Pengumpulan Data ... 22
4. Subyek Penelitian ... 24
5. Lokasi Penelitian ... 24
6. Analisis Data ... 24
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Konflik Politik ... 27
1. Proses Terjadinya Konflik ... 29
2. Kondisi yang Melatarbelakangai Terjadinya Konflik ... 32
3. Macam-macam Konflik ... 33
B. Teori Konflik Politik ... 37
C. Pemilihan Kepala Desa ... 42
1. Pengertian Pemilihan Kepala Desa ... 42
2. Urgensi Pemilihan Kepala Desa ... 45
D. Konflik Pilkades dan Demokrasi Lokal ... 47
1. Konflik Pilkades Sugihwaras ... 47
(15)
BAB III DESKRIPSI WILAYAH
A. Kondisi Geografis ... 53
B. Pemanfaatan Luas Wilayah ... 56
C. Kondisi Demografis ... 57
1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 57
2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia ... 58
3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan ... 60
4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 61
5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama ... 62
D. Potensi Desa ... 63
1. Tanah ... 63
2. Air ... 64
3. Peternakan Dan Perikanan ………. 64
E. Sarana dan Prasarana ... 65
1. Sarana dan Prasarana Keagamaan ... 65
2. Sarana dan Prasarana Olahraga ... 66
3. Sarana dan Prasarana Kesehatan ... 67
F. Pemerintahan Desa ... 68
1. Struktur Organisasi Pemerintahan Desa ... 68
2. Struktur Organisasi Badan Perwakilan Desa ... 70
G. Panitia Pemilihan Kepala Desa ... 72
(16)
BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
A. Kronologi Konflik Pilkades ... 76
B. Konflik Dalam Pilkades ... 79
1. Pelanggaran Dalam Pilkades Desa Sugihwaras ... 79
2. Ekonomi Politik ... 108
C. Analisis Data ... 115
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 118
B. Saran ... 120
DAFTAR PUSTAKA ... 121
(17)
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Jarak Antar Desa/Kelurahan ... 56
Tabel 2 Pemanfaatan luas wilayah Desa Sugihwaras ... 57
Tabel 3 Jumlah Penduduk Desa Sugihwaras dilihat dari jenis kelamin ... 59
Tabel 4 Jumlah Penduduk Desa Sugihwaras berdasarkan usia. ... 60
Tabel 5 Jumlah Penduduk Desa Sugihwaras berdasarkan pendidikan ... 61
Tabel 6 Jumlah Penduduk Desa Sugihwaras berdasarkan mata pencarian .. 62
Tabel 7 Jumlah Penduduk Desa Sugihwaras berdasarkan agama ... 63
Tabel 8 Prasarana Keagamaan di Desa Sugihwaras ... 64
Tabel 9 Sarana dan Prasarana olahraga di Desa Sugihwaras ... 65
Tabel 10 Jenis Kesenian dan Kebudayaan Desa Sugihwaras ... 67
Tabel 11 Pemanfaatan Potensi Desa Bidang Tanah Desa ... 65
Tabel 12 Potensi Desa Bidang Perternakan dan Perikanan ... 73
DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Kerangka Pikir Konflik Pilkades ... 15
Gambar 2 Peta Desa Sugihwaras ... 55
Gambar 3Struktur Pemerintahan Desa Sugihwaras ... 69
Gambar 4Struktur Badan Permusyawaratan Desa ... 71
(18)
DAFTAR PUSTAKA
Cresswell, Jhon. Research Design. 2007. Pendekatan Kualitatif, Kuantitafif dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Erna Lamsihar Nainggolan. 2004. Konflik Antar Remaja. skripsi antropologi Faisal, Sanapiah. 2008. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta: Rajawali Pers
Ikbar, Yanuar. 2012Metode Penelitian Sosial Kualitatif. Bandung: Refika Aditama
Fisher, Simon, dkk. 2001. Mengelola Konflik : Keterampilan dan Strategi Untuk Bertindak, Cetakan Pertama, Alih Bahasa S.N. Kartikasari, dkk. Jakarta: The British Counsil
Habib, Achmad.2004. Konflik Antar etnik dipedesaan. Yogyakarta: PT. LKiS Matthew B. Milles, A. 2009. Michale Huberman. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Press
Mariana, Dede. 2008. Demokrasi dan Politik Desentralisasi. Yogyakarta: Graha Ilmu
Poloma, Margareth M. 2003. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada
Popenoe, D. 1989. Sociology. New Jersey: Prentice Hall, Englewood Cliffs Popenoe, D. 1989. Sociology. NewJersey: Prentice Hall, Englewood Cliffs
Robbins, S.P. 1998. Organizational behavior. 8th edition. New Jersey: Prentice Hall
Roobbins, S.P. 1996. Organizational Behavior, conceps, controversies, and aplicasion. Prentice hall: Englewood Cliff.
Schermerhorn, John R., & James Hunt. 1995. Basic Organizational Behaviour. New York: John Wiley & Sons Inc
Sudardjo, Unang. 2004. Pemerintah Desa dan Kelurahan. Bandung: Tarsito Soekanto, Soerjono. 1999. Sosiologi Suatu pengantar. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Stoner, J.A.F.; Freeman, R.E dan Gilbert Jr., D.R. 1994. Management. Terjemahan oleh Wilhelmus W. Bakowatun. Jakarta : Intermedia
Stoner, A. F. dkk. 1995. Management. New Jersey: Englewood Cliffs, Prentice Hall International Inc.
Wijaya H.A.M. 2008. Otonomi Desa. Jakarat: PT Gasindo Persada
Winardi, J. 2004. Manajemen Prilaku Organisasi. Edisi Revisi. Penerbit Prenada Media. Jakarta
(19)
Agung. Pilkades. http://buluagung01.blogspot.com, diakses 4 februari 2014 Pukul 21.55
Agung.PengertianPemerintahDesa.http://agunkzzthea.blogspot.com/2009/02/peng ertian-pemerintahan-desa.html diakses 4 Februari 2014 Pukul 22.31
Azwar, Demokrasi Desa. http://politik-kumpulan undang-undang.blogspot.com,
di akses Tanggal 13 Maret 2014 Pukul 22.00
Hadi. Pilkades Ulang. http://astarhadi.blogspot.com, diakses 4 Februari 2014 Pukul 21.52
Hasan. Pengertian Konflik. http://the-divider.blogspot.com, diakses 4 Februari 2014 Pukul 21.44
Hendra. Pengertian Kampanya. http://panwaslu2abdya.wordpress.com, diakses tanggal 5 Januari 2014 Pukul 20.15
Heri, Susanto. Hasil Pilkades Dempelan. http://www.lawupos.net, diakses 4 Februari 2014 pukul 22.00
Setia, Budi. Warga Sugihwaras Berdemo di depan DPRD kabupaten Madiun.
http://www.radarmadiun.info diakses tanggal 8 Januari 2014 Pukul 16.00
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
(20)
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai
kesatuan masyarakat, termasuk didalamnya masyarakat hukum yang mempunyai
oraganisasi pemerintahan terendah yang berada dibawah camat, berhak untuk
menyelenggarakan rumah tangganya dalam ikatan Negara Kesatuan Republik
Indonesia1. Secara garis besar, UUD 1945 menegaskan bahwa negara mengakui dan
menghormati kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak tradisionalnya sepanjang
masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip negara. Dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan desa harus mampu mewujudkan
partisipasi dan peran aktif masyarakat agar masyarakat senantiasa bertanggungjawab
terhadap perkembangan kehidupan bersama sebagai warga desa.
Pelaksanaan pembangunan desa ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup
dan kesejahteran masyarakat dengan kegiatan dan program sesuai dengan kebutuhan
masyarakat. Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah
mengakui adanya otonomi yang dimiliki oleh desa dan Kepala Desa dapat diberikan
penugasan ataupun pendelegasian dari pemerintah ataupun pemerintah daerah untuk
melaksanakan urusan pemerintah tertentu.
(21)
2
Dengan demikian, urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan desa yang
mencakup urusan pemerintahan telah ditetapkan berdasarkan hak asal-usul desa
dalam urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota. Meskipun
demikian, dalam penyelenggaraan pemerintahan desa, hal tersebut tetap menjadi
subsistem dari penyelenggaaraan pemerintahan, sehingga Kepala Desa diberikan
kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan rumah tangga dalam wilayah
kekuasaan yang telah diberikan wewenang oleh pemerintahan.
Pemerintahan desa merupakan struktur pemerintahan paling bawah dan secara
langsung berinteraksi dengan masyarakat sehingga kewenangan pemerintahan desa
adalah untuk meningkatkan pelayanan serta pemberdayaan masyarakat, sumber
pendapatan asli desa, sedangkan Kepala Desa adalah penyelenggaraan dan
penanggung jawab utama dibidang pemerintahan, pembangunan, kemasyarakatan,
dan urusan pemerintahan umum termasuk pembinaan ketentraman dan ketertiban2.
Kepala Desa sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan di daerah kecil yaitu
desa yang dipilih masyarakat secara langsung oleh penduduk desa yang memenuhi
persyaratan yang berlaku dengan masa jabatan Kepala Desa adalah 6 (enam) tahun
dan ketentuan tentang tata cara pemilihan Kepala Desa. Kepala Desa pada dasarnya
bertanggungjawab pada rakyat desa dan prosedur pertanggung jawabannya
disampaikan kepada Bupati/walikota melalui camat.
Pada pelaksananaannya, pemilihan Kepala Desa atau yang lebih sering dikenal dengan “PILKADES” merupakan suatu sistem yang diterapkan sebagai
(22)
3
bentuk aturan demokrasi dalam tataran pemerintahan. Secara tidak langsung dalam
Pilkades, masyarakat ikut andil dalam mensukseskan dan menjadi bagian terpenting
dalam suatu demokrasi terpimpin. Selama ini dalam tataran pemerintah yang paling
bawah, Pilkades menjadi perbincangan yang menarik untuk diangkat sebagai
fenomena yang menarik. Hal ini terjadi karena Pilkades merupakan refleksi
bagaimana demokrasi itu mencoba untuk diimplementasikan. Disisi lain, Pilkades
merupakan sarana sirkulasi elit dan transfer kekuasaan di tingkat lokal.
Dalam konteks ini, Pilkades diharapkan secara langsung membuat masyarakat
mengerti akan hak dan kewajibannya sebagai bagian dari pemerintahan yang
terstruktur. Pilkades sendiri merupakan suatu demokrasi yang terbentuk atas tatanan
dan sistem dalam suatu pemerintahan. Konsep demokrasi bila dianut oleh sesuatu
tatanan baik dalam tingkat desa, demokrasi harus berjalan dengan kontrol yang ketat
dan tidak semata-mata mengandalkan kemauan politik. Ada dua alasan utama
mengapa sebuah negara memilih sistem demokrasi untuk pemerintahannya. Pertama
adanya pengakuan hak asasi manusia sebagai penghargaan terhadap martabat
manusia. Kedua adanya partisipasi dan dukungan rakyat dalam pemerintahan.
Sehingga dapat dikatakan bahwa dasar pemikiran ini adalah bahwa kemajuan
masyarakat sejalan dengan sejauh mana perkembangan demokrasi di dalam
kehidupan masyarakat tersebut.
Demokrasi desa adalah sistem pengorganisasian masyarakat Desa dalam suatu
(23)
4
masyarakat Desa serta keluhuran harkat dan martabat manusia sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa diakui, ditata, dan dijamin3. Dalam memahami demokrasi
yang tatarannya berada pada tingkat desa, prosedur dan lembaga memang sangat
penting, tetapi tidak menjadi hal yang paling utama.
Dalam demokrasi desa yang terpenting ialah rakyat, karena demokrasi itu
sendiri merupakan proses dan hubungan antara rakyat secara substantif. Pemilihan
Kepala Desa juga penting tetapi yang lebih penting dalam proses politik sehari-hari
yang melibatkan bagaimana hubungan antara Pemerintah Desa, BPD, Lembaga
Kemasyarakatan Desa dan masyarakat yang secara tidak langsung merupakan suatu
yang tersistem.
Pemilihan Kepala Desa merupakan suatu ketentuan yang ditetepakan oleh
pemerintah dan hal tersebut merupakan suatu bentuk politik yang transparan. Di
mana rakyat secara langsung ikut dalam jalannya pemilihan dan masyarakan juga
dapat berpartisipasi. Bentuk partisipasi yang dilakukan oleh masyarakan kaitannya
dalam Pilkades adalah dimana masyarakat desa dapat berpartisipasi dengan
memberikan suara untuk memilih secara langsung calon Kepala Desa yang dinilai
mampu, bertanggung jawab, dan dapat mengembangkan desa. Oleh karena itu,
pemilihan Kepala Desa sangat penting, karena sangat mendukung penyelenggaraan
pemerintahan desa.
Pilkades adalah suatu momen di mana masyarakat mengerti posisi mereka
sebagai warga dalam percaturan politik di desa tersebut. secara tidak langsung, dalam
(24)
5
pemilihan Kepala Desa terjadi proses interaksi antara rakyat dan pemerintah sebagai
wujud adanya demokrasi dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Sehingga dapat
dikatakan bahwa pemilihan Kepala Desa merupakan salah satu bentuk perwujudan
dan partisipasi dalam mewujudkan pemerintahan yang demokrasi. Pilkades
merupakan salah satu pemilihan pemimpin yang dilaksanakan secara langsung baik
sebelum era desentralisasi sampai era desentralisasi saat ini. Berdasarkan hal tersebut,
yang menjadi perbedaan adalah cara-cara dan akibat yang ditimbulkan dalam proses
pemilihan Kepala Desa.
Dalam Pemilihan Kepala Desa sebagaimana berlakunya Peraturan Pemerintah
(PP) nomor 72 tahun 2005 pasal 46 ayat 1 dan 2 tentang Kepala Desa yang dipilih
langsung oleh penduduk desa dari calon yang memenuhi syarat. Tidak dapat di
pungkiri bahwa keterlibatan masyarakat dalam system pilkades ini telah menambah
semaraknya mereka di dalam mengembangkan kehidupan yang berdemokrasi,
masyarakat mempunyai wewenang dan kebebasan untuk memilih siapa yang akan
menjadi Kepala Desa tanpa adanya paksaan dari calon Kepala Desa.
Kepala Desa dipilih berdasarkan asas langsung, umum, bebas, dan rahasia
oleh penduduk desa warga Negara Indonesia yang telah berumur sekurang-kurangnya
17 tahun4. Tanpa mengecilkan arti dalam pentingnya atau signifikasinya dari
semangat berdemokrasi masyarakat melalui Pilkades itu, berbagai dampak negative
pun muncul seperti ambisi yang sangat berlebihan terhadap jabatannya sehingga
menghalalkan berbagai cara seperti melalui mengadakan pengobatan gratis,
(25)
6
pembagian sembako dan memberikan sebagian uang, membangun sarana dan
prasarana didesa dengan tujuan untuk dipilih dan maupun praktek – praktek kampanye yang berujung negative.
Upaya yang dilakukan oleh masyarakat dalam memilih seseorang untuk
menjadi pemimpin adalah dengan cara pilkades. Dalam prosesnya, masyarakat yang
memenuhi syarat sebagai calon pemilih ikut andil dalam menyuarakan aspirasinya
dengan memilih langsung calon Kepala Desa. Pemilihan Kepala Desa atau Pilkades
harus dilaksanakan secara transparan, dengan cara yang murni, tulus, serta jujur.
Calon Kepala Desa berusaha menarik simpati masyarakat dengan berbagai cara demi
memenangkan pilkades tersebut asalkan tidak melanggar peraturan dalam pemilu.
Cara tersebut dapat dilakukan dalam menarik simpati masyarakat dengan cara
menyuarakan visi dan misi sebagai seorang pemimpin, namun bila cara menarik
simpati itu di lakukan dengan cara money politik akan merugikan masyarakat itu
sendiri dan hal tersebut melanggar aturan dalam proses pemilihan Kepada Desa.
Pada kenyataannya, Calon Kepala Desa banyak yang tidak mematuhi sistem
dalam sebuah politik dan aturan dalam pemilihan. Dari pelanggaran tersebut dapat
menyebabkan suatu konflik dalam pemilihan Kepala Desa. Seperti halnya konflik
pilkades yang terjadi di Kecamatan Lasem, Rembang juga menggunakan praktik
money politik yang dimana nominal uang yang diberikan tidak biasa seperti pilkades-pilkades lainnya, yakni mulai dari Rp.10.000,00 sampai Rp.300.000,00 bahkan
(26)
7
Desa memberika uang Rp.20.000,00 sebagai uang ganti transport ketempat
pemungutan suara, hal seperti itu mungkin masih wajar tetapi jika menembus ratusan
ribu rupiah bisa jadi calon Kepala Desa tersebut jika berhasil menjabat sebagai
Kepala Desa tidak bisa fokus mengurusi pemerintahan desa dikarenakan bingung
menutup pengluaran yang sudah dihabiskan begitu banyak demi mencapai
kemenangan5.
Permasalahan atau konflik lain juga terjadi di Desa Dempelan, Kecamatan
Madiun, Kabupaten Madiun. Konflik yang terjadi yaitu dimana salah satu pendukung
calon Kepala Desa yang kalah melakukan pemberontakan karena tidak terima akan
kekalahan calon Kepada Desa yang dia dukung dalam pilkades. Pilkades di Desa
Dempelan hanya selisi satu suara, sehingga pihak pendukung yang kalah tidak terima.
Pendukung yang kalah melakukan gugatan untuk dilaksanakan penghitungan ulang
kepada panitia pilkades. Potensi konflik di Desa Dempelan terjadi akibat tipisnya
perolehan suara.6
Sedangkan pemilihan Kepala Desa di Desa Sugihwaras Kecamatan Saradan
Kabupaten Madiun pada tanggal 3 November 2014 diikuti dua calon, yaitu Sukimin
dan Joko Sudarsono. Dalam pelaksanaan pilkades tersebut terjadi adanya kecurangan
dalam penghitungan hasil surat suara, dimana jumlah awalnya tidak sama dengan
jumlah hasil akhir. Pada pilkades lalu, warga mendapati jumlah warga pemilih dalam
5 http://www.portalkbr.com/nusantara/jawabali/3016331_4262.html. Satu Suara untuk Pilkades di
Rembang Dihargai Rp500 Ribu. diakses tanggal 17 Maret pukul 22.00
6 http://www.lawupos.net/di-gugat-hasil-pilkades-dempelan.html. Hasil Pilkades Dempelan Digugat. diakses 4 Februari 2014 Pukul 22.00
(27)
8
daftar pemilih tetap (DPT) pilkades Sugihwaras sebanyak 6.373 pemilih. Jumlah
daftar hadir yang mencoblos sebanyak 4.805 pemilih. Calon kepala desa Sukimin
mendapatkan suara sebanyak 2.408 suara. Sementara calon kepala desa Joko
Sudarsono memperoleh 2.391 suara. Keduanya terpaut 17 suara, sedangkan suara
tidak sah sebanyak 33 suara. Adapun yang menjadi faktor penyebab konflik disini
adalah bertambahnya 27 surat suara, padahal daftar pencoblosnya hanya 4.805 yang
kemudian hasil penetapan suara menjadi 4.8327. Berdasar penghitungan surat suara
dari daftar pemilih tetap yang tidak sesuai dan ditengarai terjadi kecurangan dalam
pilkades, kecurangan tersebut mengakibatkan konflik dalam pemilihan yang
disebabkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab dalam berlangsungnya
pemilihan Kepala Desa Sugihwaras. Konflik ini muncul disebabkan adanya
kecurangan dalam penghitungan surat suara pasca pemilu, hal ini terjadi karena
jumlah daftar yang hadir untuk mencoblos tidak sama dengan jumlah daftar akhir
penghitungan surat suara. Oleh sebab itu, massa pendukung Joko Sudarsono tidak
terima dan menganggap adanya kecurangan sehingga melakukan demo untuk
diadakan perhitungan ulang.
Berbeda dengan apa yang diungkapkan oleh Ketua BPD, menurutnya Pilkades
di Desa Sugihwaras berjalan lancar, sehingga tidak mungkin akan ada kecurangan
yang dilakukan oleh panitia atau orang lain. Mengenai daftar pemilih tetap (DPT)
pihak panitia telah melakukan peninjauan ulang sebelum ditetapkan sebagai pemilih,
sehingga untuk dafar pemilih tidak akan salah sasaran. Sedangkan untuk hasil surat
(28)
9
suara, memang terjadi perbedaan pemerolehan hasil yang terpaut sedikit, namun hal
itu tidak ada kaitannya dengan kecurangan. Pihak panitia juga telah bekerja sebaik
mungkin karena pada saat pelaksanaannyapun diawasi dengan sangat ketat agar tidak
ada suatu kecurangan. Namun apabila diketemukan suatu kecurangan, maka tentunya
hal ini akan menjadi masalah besar, sehingga untuk perselisihan yang terjadi antara
dua kubu oleh masih-masing pendukung calon Kepala Desa hal tersebut bisa saja
terjadi karena ada salah satu pihak tidak terima dengan kekalahan8.
Ratusan pendukung Joko Sudarsono menggelar aksi unjuk rasa di Gedung
DPRD Kabupaten Madiun, mereka menuntut pembatalan hasil pilkades dan meminta
dilaksanakan pilkades ulang9. Warga menilai, pelaksanaan pilkades Sugihwaras sarat
kecurangan, tetapi warga harus menelan kecewa sebab daftar hadir yang diinginkan
tidak diserahkan oleh panitia. Kecurangan diduga dilakukan oleh panitia pelaksana
untuk memenangkan salah satu kandidat dengan cara melakukan penggelembungan
suara.
Sumber masalah lain yang terjadi yaitu adanya pemilih illegal yang tidak
terdaftar pada calon pemilih, hal ini yang menyebabkan terjadinya konflik dalam
pemilihan Kepala Desa di Desa Sugihwaras. Dalam kasus pilkades ini diduga terjadi
adanya pemilih illegal yang dimana saudara atau kerabat dekat dari salah satu calon
Kepala Desa Sugihwaras juga dapat ikut serta dalam pencoblosan padahal mereka
8 Wawancara dengan Bapak Basurahman Ketua BPD di Kantor Desa Sugiwaras Kecamatan Saradan,
tanggal 8 Januari 2014
9 http://www.radarmadiun.info. Balai Desa Disegel, Pelayanan Lumpuh. diakses tanggal 8 Januari 2014 Pukul 16.00 WIB
(29)
10
jelas tidak ada didalam DPT 10. Panitia diduga kurang selektif dalam mecocokan
udangan dan KTP pemilih, sehingga warga masyarakat yang tidak tercantum di DPT
dapat dengan mudahnya ikut serta dalam pencoblosan. Peristiwa adanya pemilihan
Kepala Desa Sugihwaras tersebut menimbulkan konflik dan kecurigaan antar Calon
Kepala Desa Sugihwaras. Masing-masing calon Kepala Desa saling menyebarkan
pengaruhnya kepada warga untuk mendapatkan dukungan sehingga warga desa akan
memilihnya menjadi Kepala Desa. Upaya yang dilakukanpun tidak hanya dengan
menarik simpati dari warga, Calon Kepala Desa juga mendekati dan menjalin
silaturrahmi dengan tokoh-tokoh masyarakat seperti tokoh agama, kalangan
pemuda-pemudi dan kerabat-kerabatnya untuk mengumpulkan massa pendukung yang
banyak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa yang menjadi sumber konflik dalam
pemilihan Kepala Desa ini adalah adanya kecurangan dalam pemilihan Kepala Desa
yang menyebabkan para pendukung dari salah satu calon Kepala Desa tidak terima
dan melakukan aksi penolakan dan menginginkan pemilihan kepala Desa di
Sugihwaras dilakukan pemilihan ulang.
Pemilihan Kepala Desa Sugihwaras, Kecamatan Saradan berujung pada
konflik. Masing-masing orang memiliki persepsi yang berbeda-beda atas
berlangsungnya Pilkades di Desa Sugihwaras, salah satunya dari ketua BPD yaitu
bapak Basurahman. Menurut Surahman (Ketua BPD) dia mengungkapkan bahwa
sejauh ini pihak BPD telah melakukan hal sesuai dengan aturan dan kebijakan atas
(30)
11
Pilkades. Berbeda dengan apa yang diungkapkan oleh ketua panitia Pilkades, yaitu
bapak Turmudi. Menurut Turmudi (Panitia Pilkades), ia mengungkapkan bahwa
sejauh ini, pihak panitia sudah bekerja secara maksimal sesuai dengan prosedur yang
tertulis dalam Pilkades.
Berdasar hasil wawancara kepada masing-masing tim sukses dan pendukung
diperoleh hasil wawancara yang berbeda. Menurut Hartono (tim sukses Sukimin), dia
mengungkapkn bahwa Pilkades ini sudah sah, dan tidak ada kecurangan. Sedangkan
hal tersebut berbeda dari pernyataan dari tim sukses calon Pilkades yang kalah, yaitu
Wawan. Menurut Wawan (tim sukses Joko Sudarsono), ia mengungkapkan bahwa
pemilihan ini sudah ada campur tangan orang dalam, hal itu terbukti bahwa hasil
surat suara tidak sesuai dengan daftar peserta yang hadir yang mencoblos.
Berdasarkan permasalahan yang telah penulis paparkan, yaitu mengenai
konflik pemilihan kepala desa yang terjadi di Desa Sugihwaras Kecamatan Saradan
Kabupaten Madiun merupakan suatu fenomena yang menarik untuk diteliti.
Sehubungan dengan adanya fenomena tersebut, peneliti bermaksud untuk mengkaji
mengenai konflik politik pedesaan yang terjadi dalam pemilihan kepala desa,
khususnya di Desa Sugihwaras. Berdasarkan permasalah diatas, maka diambil judul “Konflik Pemilihan Kepala Desa Di Desa Sugihwaras Kecamatan Saradan Kabupaten Madiun.” Sebagai hal yang perlu dilakukan penelitian.
(31)
12 B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumasan masalah dalam penelitian ini
adalah:
1. Bagaimana konflik pemilihan Kepala Desa di Desa Sugihwaras Kecamatan
Saradan Kabupaten Madiun ?
2. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya konflik pasca pilkades di
Desa Sugihwaras Kecamatan Saradan Kabupaten Madiun?
C. Tujuan Penelitian
Maksud peneliti dari penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan bagaimana
dinamika politik pedesaan dalam pemilihan Kepala Desa. Adapun tujuan dari
penelitian ini adalah:
1. Menggambarkan konflik pemilihan Kepala Desa di Desa Sugihwaras Kecamatan
Saradan Kabupaten Madiun.
2. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan konflik pasca pilkades.
D. Manfaat Penelitian
1. Teoritis, yaitu untuk menambah khasanah teori konflik dalam mata kuliah Ilmu
Pemerintahan khususnya mata kuliah Manajemen Konflik dan Konsensus serta
untuk mengembangkan konsep yang bermanfaat dan membangun bagi ilmu
pemerintahan, khususnya kajian politik pedesaan dalam pemilihan Kepala Desa
dan lembaga yang terkait, yaitu sebagai masukan yang berkaitan dengan berbagai
(32)
13
2. Praktik, yaitu memberikan masukan untuk pemerintah desa, pemerintah
kabupaten, lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan masyarakat dalam
pelaksanaan pilkades di Desa Sugihwaras Kecamatan Saradan Kabupaten
Madiun.
E. Kajian Pustaka dan Definisi Operasional 1. Definisi Konsep
a) Teori Konflik
Konflik adalah suatu situasi dimana dua atau banyak orang saling tidak setuju
terhadap suatu permasalahan yang menyangkut kepentingan organisasi dan dengan
timbulnya perasaan permusuhan satu dengan yang lainnya11. Konflik adalah
pertentangan yang timbul di dalam seseorang (masalah intern) maupun dengan orang
lain (masalah ekstern) yang ada di sekitarnya. Konflik dapat berupa perselisihan
(disagreement), adanya keteganyan (the presence of tension), atau munculnya
kesulitan-kesulitan lain di antara dua pihak atau lebih.
Konflik sosial belakang ini sudah semakin marak di Tanah Air Indonesia
bahkan kedunia internasional yang cukup mempengaruhi aspek-aspek kehidupan
masyarakat. Sehingga mendapat perhatian dari berbagai pihak terkait termasuk para
ahli dibidangnya. Pada dasarnya konflik itu adalah pertentangan dan akan musnah
bersamaan dengan hilangnya umat manusia dari permukaan bumi. Hal ini sesuai
11 Schermerhorn, John R., & James Hunt. 1995. Basic Organizational Behaviour, John Wiley & Sons Inc, New York. Hal: 84
(33)
14
dengan pendapat Dahendrof dalam poloma, 1994: “konflik merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat.
Masyarakat tidak mungkin melepas diri dari konflik, karena konflik itu sendiri
sejalan dengan dinamika kehidupan manusia dalam perubahan sosial. Konflik antar
perorangan dan antar kelompok merupakan bagian sejarah kehidupan umat manusia.
Berbagai macam keinginan seseorang dan kelompok yang tidak terpenuhi sering kali
berakhir dengan konflik. Konflik juga akan selalu ada pada setiap masyarakat karena konflik merupakan gejala sosial”. 12
Kata konflik tersebut mengacu kepada perkelahian, perlawanan dan
pertentangan dimana dua orang atau kelompok berusaha menyingkirkan pihak lain
dengan jalan menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya, hal senada
disampaikan oleh Coser yang mana pengertian konflik adalah perjuangan antar
individu atau kelompok untuk memenangkan suatu tujuan yang sama-sama ingin
mereka capai. Dengan demikian konflik ibarat sebuah permainan.
Timbulnya konflik adalah adanya pihak tertentu yang terlibat dalam konflik
bukan untuk mencapai suatu tujuan melainkan untuk menikmati konflik itu sendiri.
Maka inti dari konflik itu adalah menyangkut masalah perbedaaan dan pertentangan
antar individu yang akhirnya merebak menjadi konflik sosial. Konflik yang sedang
marak saat ini dan sangat kaya untuk dikaji secara lebih mendalam adalah konflik
politik. Dimana-mana politik sudah mendominasi aspek kehidupan masyarakat
Indonesia termasuk wilayah tingkat pedesaan yang selalu dihadapkan dengan
(34)
15
pemilihan Kepala Desa, yang sangat memprihatinkan lagi adalah pelaksanaannya
yang dapat memcahkan masyarakatnya.
Dilihat dari macamnya, konflik politik dibedakan menjadi tiga hal yaitu,
dilihat dari segi fungsinya, dari pihak yang terlibat dan juga dilihat dari posisi
seseorang. Berdasarkan fungsinya, konflik dibagi menjadi dua macam, yaitu: konflik
fungsional dan konflik disfungsional. Konflik fungsional adalah konflik yang
mendukung pencapaian tujuan kelompok, dan memperbaiki kinerja kelompok.
Sedangkan konflik disfungsional adalah konflik yang merintangi pencapaian tujuan
kelompok. Sedangkan berdasarkan posisi seseorang konflik dibedakan menjadi dua
yaitu konflik antara individu dan konflik antar kelompok. Sedangkan dari posisi
seseorang, konflik dibedakan menjadi dua yaitu konflik vertikal dan konflik
horizontal.
b) Skema Konflik Dalam Pilkades
Konflik dalam pilkades ini pada dasarnya terjadi pasca perhitungan surat
suara. Hal ini dipicu karena adanya suatu kecurangan yang pada akhirnya
menimbulkan ketidaksesuaian antara daftar pemilih tetap dengan jumlah hasil surat
suara. Konflik ini terjadi karena adanya campur tangan yang dilakukan oleh pihak
panitia, di mana panitia telah melakukan kecurangan dalam Pilkades Sugihwaras
(35)
16
Untuk mengetahui bagaimana konflik terjadi, dan seperti apa faktor yang
dapat menyebabkan suatu konflik, berikut ini akan dipaparkan mengenai skema
konflik.
Gambar 1
Kerangka Berfikir Konflik dalam Pilkades Di Desa Sugihwaras
Seperti yang telah dipaparkan di atas konflik yang terjadi di Desa Sugihwaras,
yaitu konflik yang terjadi pasca Pilkades, hal ini dibagi menjadi 3 faktor yang
menyebabkan konflik, yaitu penggelembungan suara yang dilakukan oleh panitia,
adanya pemilih illegal dan faktor ekomoni politik. Untuk faktor ekonomi politik
dalam Pilkades ini yang menyebabkan terjadinya suatu konflik, hal ini disebabkan Konflik
Pilkades
Ekonomi Politik Pelanggaran
Pilkades
Perebutan Potensi Ekonomi Desa Pasca Pilkades
Penggelembungan Suara
Pemilih Ilegal
(36)
17
karena adanya persaingan antar calon Kepala Desa untuk mendapatkan kursi jabatan
sebagai Kepala Desa mengingat imbalan yang diterima apabila memenangkan
Pilkades.
Untuk konflik Pilkades, konflik ini terjadi karena perselisihan antar
pendukung masing-masing calon Kepada Desa, yaitu Sukimin dan Joko Sudarsono.
Konflik antar pendukung ini terjadi karena dua hal yang menyebabkannya suatu
perselisihan antar kubu, yaitu karena daftar pemilih, dan juga karena surat suara.
Untuk daftar pemilih, konflik ini terjadi akibat adanya sabotase dari pihak atau
perorangan yang memang sengaja memasukkan daftar pemilih illegal dalam Pilkades.
Hal yang terjadi pada daftar pemilih di sini bahwa ada beberapa orang yang pada
dasarnya telah menetap dan tinggal di daerah lain di luar kecamatan Saradan, bahkan
telah menjadi penduduk tetap daerah tersebut.
Dalam Pilkades Desa Sugihwaras pemilih tersebut atau pemilih illegal dapat
menggunakan hak pilihnya dalam Pilkades. Sedangkan untuk surat suara, surat suara
yang dimaksud adalah bahwa jumlah antara daftar pemilih yang hadir dengan jumlah
hasil surang suara yang dihitung, itu tidak ada kecocokan atau dalam arti lain
jumlahnya tidak sama. Karena hal inilah yang memancing terjadinya perselisihan
antar dua kubu, di mana salah satu kubu yaitu kubu Sukimin mengatakan bahwa hal
ini tidak ada kecurangan, sedangkan pendapat dari kubu Joko Sudarsono mengatakan
bahwa panitia telah melakukan suatu kecurangan dalam Pilkades. Karena foktor
(37)
18
Adapun hal yang melatarbelakangi atas mengapa konflik seperti ini bisa
terjadi yaitu, pada dasarnya jabatan sebagai kepala desa merupakan suatu jabatan
yang menjanjikan, di mana tunjangan dan juga imbalan yang diberikan oleh
pemerintah kepada Kepala Desa terhitung besar jika dibandingkan dengan hal lain.
Karena imbalan inilah seseorang dapat menghalalkan segala cara demi suatu jabatan
yang diinginkan, terutama jabatan sebagai kepala desa. Tanah bengkok Desa yang
luasnya mencapai 11 Ha dan juga gaji bulanan yang diberikan oleh pemerintah
daerah merupakan suatu hal yang diperebutkan oleh para calon Kepala Desa,
sehingga tak heran jika dalam Pilkades diwarnai dengan suatu kecurangan yang pada
akhirnya menyebabkan konflik yang berkepanjangan.
2. Definisi Operasional
Berdasarkan pada masalah penelitian dan tujuan, maka definisi operasional
dari penelitian ini adalah membahas mengenai konflik dalam Pilkades di Desa
Sugihwaras, kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun. Hal ini dapat di ukur dengan
indikator-indikator yang akan di analisa sehingga nantinya dapat diperoleh sebuah
gambaran yang jelas mengenai konflik Pilkades ini, diantaranya:
a) Konflik pemilihan Kepala Desa di Desa Sugihwaras Kecamatan Saradan
Kabupaten Madiun, terhadap situasi dan kondisi masyarakat di Desa Sugihwaras.
1) Aparatur pemerintahan desa yang terlibat dalam pemilihan Kepala Desa
(38)
19
2) Kebijakan dan aturan-aturan yang dijalankan oleh panitia dalam proses
pemilihan Kepala Desa Sugihwaras, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun.
3) Masyarakat sekelompok individu yang terlibat baik secara langsung maupun
tidak dalam proses pemilihan Kepala Desa Sugihwaras, Kecamatan Saradan,
Kabupaten Madiun.
b) Konflik pemilu Kades merupakan bentuk perselisihan yang terjadi dalam pemilu
sebagai akibat dari pertentangan antara sekelompok orang yang memiliki
pendapat dan pikiran yang berbeda sehingga menimbulkan ketidak sepahaman.
c) Faktor penyebab terjadinya konflik dalam Pemilihan Kepala Desa Sugihwaras,
Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun.
1) Kepentingan politik
2) Konflik dalam pilkades
(a) Pelanggaran dalam Pilkades
(1) Terdapatnya pemilih illegal
(2) Jumlah surat suara yang tidak sesuai dengan jumlah DPT yang hadir
(b) Penggelembungan suara
3) Ekonomi politik dalam Pilkades
Pada dasarnya, konflik yang timbul dalam pilkades Desa Sugihwaras adalah
konflik yang timbul akibat ketidaktegasan panitia penyelenggara, sehingga para
pendukung yang kalah tidak terima karena calon Kades yang di dukung tidak
(39)
20
pada saat pemilihan atau pencoblosan berlangsung hingga waktu penghitungan suara.
Pendukung yang kalah merasa bahwa telah terdapat intimidasi, di mana mereka
menduga ada kecurangan. Pada dasarnya konflik ini muncul setelah penghitungan
suara, di mana jumlah penduduk yang hadir tidak sesuai dengan jumlah atau hasil
akhir surat suara.
Jumlah daftar hadir yang mencoblos sebanyak 4.805 pemilih. Calon kepala
desa Sukimin mendapatkan suara sebanyak 2.408 suara. Sementara calon kepala desa
Joko Sudarsono memperoleh 2.391 suara. Keduanya terpaut 17 suara, sedangkan
suara tidak sah sebanyak 33 suara. Adapun yang menjadi faktor penyebab konflik
disini adalah bertambahnya 27 surat suara, padahal daftar pencoblosnya hanya 4.805
yang kemudian hasil penetapan suara menjadi 4.832. Konflik tersebut masih
berlangsung hingga saat ini meski Kepala Desa sudah terpilih, karena masyarakat
menuntut untuk dilakukannya pemilihan ulang.
F. Metode Penelitian
Metode secara umum berisi cara atau langkah-langkah praktis yang ditempuh
oleh peneliti untuk mencapai tujuan dari penelitian itu sendiri. Pada bagian ini
dipaparkan jenis penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, subyek
penelitian, lokasi penelitian, analisis data.
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitin ini adalah Deskriptif, yaitu
(40)
21
denga kondisi, situasi dan fenomena yang sedang diselidiki13, penelitian ini
menggambarkan proses konflik pemilihan Kepala Desa di Desa Sugihwaras
kecamatan saradan kabupaten madiun.
2. Sumber Data
Sumber data primer, diperoleh dari hasil penelitian lapangan secara langsung
dari sebenarnya, dan pihak-pihak yang bersangkutan dengan permasalahan konflik
pilkades dalam hal ini. Untuk memperoleh sumber data primer digunakan teknik
wawancara dan observasi. Data disini diperoleh dari wawancara dengan ketua BPD
(badan permusyawaratan desa) beserta staff sebagai panitia pemilihan Kepala Desa
Sugihwaras, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun. Informasi yang digali adalah
bagaimana konflik pilkades di Desa Sugihwaras bisa terjadi.
Sumber data lain dalam penelitian ini adalah tim sukses dari kedua calon
Kepala Desa. Informasi yang digali dari narasumber adalah latar belakang terjadi
konflik pemilihan Kepala Desa di Desa Sugihwaras. Selain kedua sumber tersebut,
data juga diperoleh dari masyarakat yang tercantum dalam Daftar Pemilih Tetap
sebagi penetu kemenangan Kepala Desa. Informasi yang digali dari narasumber yaitu
tanggapan terhadap konflik yang terjadi di Desa Sugihwaras.
Sumber data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari teknik dokumentasi
dan kepustakaan. Hal ini dapat dilakukan dengan mencari dan mengumpulkan data
13 Cresswell, Jhon. Research Design, Pendekatan Kwalitatif, Kuantitafif dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Hal:167
(41)
22
melalui informan secara tertulis atau gambar-gambar yang berhubungan fakta dan
kondisi dilapangan tentang konflik pemilihan Kepala Desa Sugihwaras.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknit pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik:
a) Wawancara
Penelitian ini menggunakan wawancara terstruktur, dalam melakukan
wawancara peneliti telah menyiapkan instrument penelitian berupa
pertanyaan-pertanyaan tertulis yang telah disiapkan secara rinci khususnya yang berkaitan
dengan proses penyelenggaraan pemilihan Kepala Desa yang meliputi daftar
pemilih tetap, kandidat calon Kepala Desa, dan penyelenggaraan pilkades dan
faktor penyebab konflik pemilihan Kepala Desa di Desa Sugihwaras Kecamatan
Saradan Kabupaten Madiun. Pihak yang akan diwawancara dalam penelitian ini
adalah Panitia pelaksana pilkades, tim sukses dari kedua calon Kepala Desa,
kedua calon Kepala Desa, dan masyarakat (karang taruna, PKK, Tokoh Agama).
b) Observasi
Diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap
gejala yang tampak pada objek penelitian. Pengamatan dan pencatatan yang
dilakukan terhadap objek ditempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa.
Observasi yang peneliti lakukan dengan melihat langsung proses konflik yang
(42)
23
Kemudian dari hasil observasi tersebut dijadikan sebagai data dalam
penelitian. Data dalam penelitian ini berupa rangkaian kalimat-kalimat yang
diperoleh dari hasil wawancara dengan beberapa pihak yang terkait mengenai
wacana tentang konflik dan perselisisihan Pilkades yang terjadi di Desa
Sugihwaras, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun.
c) Dokumentasi
Dokumentasi adalah salah satu metode untuk mengumpulkan data-data
yang digunakan untuk menelusuri data-data yang mendukung penelitian ini,
dikatakan juga bahwa dokumentasi juga dapat dipergunakan sebagai data
sekunder atau umum. Teknik dokumentasi merupakan penelusuran
dokumen-dokumen resmi dalam menjajaki sumber tertulis sehingga memperkaya data
disamping itu dapat membantu peneliti dalam menganalisa.
Analisis dokumen dilakukan untuk mengumpulkan data yang ada
hubungannya dengan penelitian terhadap konflik pemilihan Kepala Desa seperti
laporan pelaksanaan kegiatan pemilihan Kepala Desa pada tanggal 3 November
2013 oleh panitia, beberapa artikel dimuat dalam Radar Madiun dan berita di TV
Lokal yaitu JTV dan Madiun TV. Teknik dokumentasi yaitu mencari data
mengenai hal atau variable yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar,
majalah, agenda dan sebagainya. Dokumentasi dapat menjawab perumusan dari
penelitian ini tentang konflik pemilihan Kepala Desa di Desa Sugihwaras
(43)
24 4. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah orang yang bermanfaat untuk memberikan informasi
tentang situasi dan kondisi latar sebuah penelitian, karena sebagai subyek yang
mampu memberikan informasi yang seluas-luasnya, maka dalam penelitian ini
peneliti sangat berhati hati dalam menetukan informan, agar didapatkan informasi
yang valid dan lengkap.
Peneliti menetapkan para informan penelitian yang dipandang dapat
memberikan pengalaman yang seluasnya, terutama yang berhubungan dengan konflik
pemilihan Kepala Desa, sehingga ditetapkan subyek penelitian ini adalah: 2 orang
Panitia Pelaksana Pilkades, 2 orang tim sukses dari masing-masing calon Kepala
Desa dan 4 orang masyarakat yang terdiri dari tokoh masyarakat (karang taruna,
PKK, dan Tokoh Agama).
5. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat dimana penelitian dilakukan untuk
mendapatkan informasi dan data-data yang diperlukan untuk menunjang penelitian
ini. Lokasi penelitian ini dilaksanankan di kantor lurah Desa Sugihwaras, dan
kampung baru.
6. Analisis Data
Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif. Data diperoleh kemudian dikumpulkan untuk diolah secara sistematis.
(44)
25
selanjutnya aktifitas penyajian data serta menyimpulkan data. Berdasarkan data yang
diperoleh dari lapangan, kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik analisis
data secara deskriptif. Teknis analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode
analisis interaktif14.
a) Reduksi data
Merangkum, meringkas atau mengambil kesimpulan dari data-data yang
sudah kita dapatkan, dengan mencari focus atau pokok permasalahan terhadap
konflik pemilihan Kepala Desa di Desa Sugihwaras Kecamatan Saradan
Kabupaten Madiun. Dari hal tersebut nantinya akan didapat hasil penelitian yang
lebih valid.
Dari penelitian ini nanti akan dirangkum data-data yang sudah didapatkan
baik data primer maupun dari data sekunder. Dengan hakikat objek tersebut,
Husserl bependapat bahwa untuk menangkap hakikat objek-objek tersebut,
diperlukan tiga macam reduksi guna menyingkirkan semua hal yang mengganggu
dalam mencapai tahap keilmuan pengetahuan15, yaitu:
1) Reduksi untuk menyingkirkan segala sesuatu (data) yang subjektif untuk
menerima data-data yang objektif.
2) Reduksi untuk menyingkirkan seluruh pengetahuan tentang objek yang
diperoleh dari sumber lain, dan semua teori dan hipotesis yang sudah ada.
3) Reduksi untuk menyingkirkan seluruh tradisi pengetahuan.
14 Matthew B. Milles, A. Michale Huberman. Analisi Data Kwalitatif. 2009. UI Press. Jakarta 15 Dr. Drs. Yanuar Ikbar, MA, Metode Penelitian Sosial Kualitatif, 2012, Refika Aditama. Bandung, hal:164
(45)
26 b) Display data
Penyajian data atau display data merupakan langkah kedua setelah reduksi
data dilakukan oleh peneliti. Penyajian data di ikuti oleh proses mengumpulkan
data-data yang saling berhubungan satu sama lain melalui wawancara,
pendokumentasian dan pengamatan yang lebih mendalam. Hal ini dimaksud
untuk memperkuat hasil reduksi data untuk diolah lebih lanjut, sehingga pada
akhirnya akan menghasilkan suatu kesimpulan terhadap konflik pemilihan Kepala
Desa di Desa Sugihwaras Kecamatan Saradan Kabupaten Madiun.
Setelah data diperoleh berupa tulisan baik dari catatan maupun rekaman
yang sudah direduksi, harus di display secara tertentu untuk masing-masing pola,
kategori, focus, atau tema yang hendak dipahami dan dimengerti16 data kemudian
disajikan dalam bentuk deskripsi. Data-data yang saling berhubungan
dikelompokkan sehingga terbentuk kelompok-kelompok data yang selanjutnya
akan disimpulkan.
c) Pengambilan kesimpulan
Langkah ketiga yaitu kesimpulan. Setelah peneliti menarik kesimpulan
dari hasil penelitian, peneliti mempelajari dan memahami kembali data-data hasil
penelitian, meminta pertimbangan kepada berbagai pihak mengenai data-data
yang diperoleh dilapangan. Isi kesimpulan tersebutakan menyatakan kredibilitas
dari asumsi awal yang ditentukan oleh peneliti terhadap konflik pemilihan Kepala
esa di Desa Sugihwaras Kecamatan Saradan Kabupaten Madiun.
(1)
21
denga kondisi, situasi dan fenomena yang sedang diselidiki13, penelitian ini
menggambarkan proses konflik pemilihan Kepala Desa di Desa Sugihwaras kecamatan saradan kabupaten madiun.
2. Sumber Data
Sumber data primer, diperoleh dari hasil penelitian lapangan secara langsung dari sebenarnya, dan pihak-pihak yang bersangkutan dengan permasalahan konflik pilkades dalam hal ini. Untuk memperoleh sumber data primer digunakan teknik wawancara dan observasi. Data disini diperoleh dari wawancara dengan ketua BPD (badan permusyawaratan desa) beserta staff sebagai panitia pemilihan Kepala Desa Sugihwaras, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun. Informasi yang digali adalah bagaimana konflik pilkades di Desa Sugihwaras bisa terjadi.
Sumber data lain dalam penelitian ini adalah tim sukses dari kedua calon Kepala Desa. Informasi yang digali dari narasumber adalah latar belakang terjadi konflik pemilihan Kepala Desa di Desa Sugihwaras. Selain kedua sumber tersebut, data juga diperoleh dari masyarakat yang tercantum dalam Daftar Pemilih Tetap sebagi penetu kemenangan Kepala Desa. Informasi yang digali dari narasumber yaitu tanggapan terhadap konflik yang terjadi di Desa Sugihwaras.
Sumber data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari teknik dokumentasi dan kepustakaan. Hal ini dapat dilakukan dengan mencari dan mengumpulkan data
13 Cresswell, Jhon. Research Design, Pendekatan Kwalitatif, Kuantitafif dan Mixed. Yogyakarta:
(2)
22
melalui informan secara tertulis atau gambar-gambar yang berhubungan fakta dan kondisi dilapangan tentang konflik pemilihan Kepala Desa Sugihwaras.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknit pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik: a) Wawancara
Penelitian ini menggunakan wawancara terstruktur, dalam melakukan wawancara peneliti telah menyiapkan instrument penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang telah disiapkan secara rinci khususnya yang berkaitan dengan proses penyelenggaraan pemilihan Kepala Desa yang meliputi daftar pemilih tetap, kandidat calon Kepala Desa, dan penyelenggaraan pilkades dan faktor penyebab konflik pemilihan Kepala Desa di Desa Sugihwaras Kecamatan Saradan Kabupaten Madiun. Pihak yang akan diwawancara dalam penelitian ini adalah Panitia pelaksana pilkades, tim sukses dari kedua calon Kepala Desa, kedua calon Kepala Desa, dan masyarakat (karang taruna, PKK, Tokoh Agama). b) Observasi
Diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap objek ditempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa. Observasi yang peneliti lakukan dengan melihat langsung proses konflik yang terjadi pasca pemilihan Kepala Desa.
(3)
23
Kemudian dari hasil observasi tersebut dijadikan sebagai data dalam penelitian. Data dalam penelitian ini berupa rangkaian kalimat-kalimat yang diperoleh dari hasil wawancara dengan beberapa pihak yang terkait mengenai wacana tentang konflik dan perselisisihan Pilkades yang terjadi di Desa Sugihwaras, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun.
c) Dokumentasi
Dokumentasi adalah salah satu metode untuk mengumpulkan data-data yang digunakan untuk menelusuri data-data yang mendukung penelitian ini, dikatakan juga bahwa dokumentasi juga dapat dipergunakan sebagai data sekunder atau umum. Teknik dokumentasi merupakan penelusuran dokumen-dokumen resmi dalam menjajaki sumber tertulis sehingga memperkaya data disamping itu dapat membantu peneliti dalam menganalisa.
Analisis dokumen dilakukan untuk mengumpulkan data yang ada hubungannya dengan penelitian terhadap konflik pemilihan Kepala Desa seperti laporan pelaksanaan kegiatan pemilihan Kepala Desa pada tanggal 3 November 2013 oleh panitia, beberapa artikel dimuat dalam Radar Madiun dan berita di TV Lokal yaitu JTV dan Madiun TV. Teknik dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal atau variable yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, agenda dan sebagainya. Dokumentasi dapat menjawab perumusan dari penelitian ini tentang konflik pemilihan Kepala Desa di Desa Sugihwaras Kecamatan Saradan Kabupaten Madiun.
(4)
24 4. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah orang yang bermanfaat untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar sebuah penelitian, karena sebagai subyek yang mampu memberikan informasi yang seluas-luasnya, maka dalam penelitian ini peneliti sangat berhati hati dalam menetukan informan, agar didapatkan informasi yang valid dan lengkap.
Peneliti menetapkan para informan penelitian yang dipandang dapat memberikan pengalaman yang seluasnya, terutama yang berhubungan dengan konflik pemilihan Kepala Desa, sehingga ditetapkan subyek penelitian ini adalah: 2 orang Panitia Pelaksana Pilkades, 2 orang tim sukses dari masing-masing calon Kepala Desa dan 4 orang masyarakat yang terdiri dari tokoh masyarakat (karang taruna, PKK, dan Tokoh Agama).
5. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat dimana penelitian dilakukan untuk mendapatkan informasi dan data-data yang diperlukan untuk menunjang penelitian ini. Lokasi penelitian ini dilaksanankan di kantor lurah Desa Sugihwaras, dan kampung baru.
6. Analisis Data
Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Data diperoleh kemudian dikumpulkan untuk diolah secara sistematis. Dimulai dengan wawancara, observasi, mengedit, mengaklasifikasi, mereduksi,
(5)
25
selanjutnya aktifitas penyajian data serta menyimpulkan data. Berdasarkan data yang diperoleh dari lapangan, kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik analisis data secara deskriptif. Teknis analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis interaktif14.
a) Reduksi data
Merangkum, meringkas atau mengambil kesimpulan dari data-data yang sudah kita dapatkan, dengan mencari focus atau pokok permasalahan terhadap konflik pemilihan Kepala Desa di Desa Sugihwaras Kecamatan Saradan Kabupaten Madiun. Dari hal tersebut nantinya akan didapat hasil penelitian yang lebih valid.
Dari penelitian ini nanti akan dirangkum data-data yang sudah didapatkan baik data primer maupun dari data sekunder. Dengan hakikat objek tersebut, Husserl bependapat bahwa untuk menangkap hakikat objek-objek tersebut, diperlukan tiga macam reduksi guna menyingkirkan semua hal yang mengganggu dalam mencapai tahap keilmuan pengetahuan15, yaitu:
1) Reduksi untuk menyingkirkan segala sesuatu (data) yang subjektif untuk menerima data-data yang objektif.
2) Reduksi untuk menyingkirkan seluruh pengetahuan tentang objek yang diperoleh dari sumber lain, dan semua teori dan hipotesis yang sudah ada. 3) Reduksi untuk menyingkirkan seluruh tradisi pengetahuan.
14 Matthew B. Milles, A. Michale Huberman. Analisi Data Kwalitatif. 2009. UI Press. Jakarta 15 Dr. Drs. Yanuar Ikbar, MA, Metode Penelitian Sosial Kualitatif, 2012, Refika Aditama. Bandung,
(6)
26 b) Display data
Penyajian data atau display data merupakan langkah kedua setelah reduksi data dilakukan oleh peneliti. Penyajian data di ikuti oleh proses mengumpulkan data-data yang saling berhubungan satu sama lain melalui wawancara, pendokumentasian dan pengamatan yang lebih mendalam. Hal ini dimaksud untuk memperkuat hasil reduksi data untuk diolah lebih lanjut, sehingga pada akhirnya akan menghasilkan suatu kesimpulan terhadap konflik pemilihan Kepala Desa di Desa Sugihwaras Kecamatan Saradan Kabupaten Madiun.
Setelah data diperoleh berupa tulisan baik dari catatan maupun rekaman yang sudah direduksi, harus di display secara tertentu untuk masing-masing pola, kategori, focus, atau tema yang hendak dipahami dan dimengerti16 data kemudian
disajikan dalam bentuk deskripsi. Data-data yang saling berhubungan dikelompokkan sehingga terbentuk kelompok-kelompok data yang selanjutnya akan disimpulkan.
c) Pengambilan kesimpulan
Langkah ketiga yaitu kesimpulan. Setelah peneliti menarik kesimpulan dari hasil penelitian, peneliti mempelajari dan memahami kembali data-data hasil penelitian, meminta pertimbangan kepada berbagai pihak mengenai data-data yang diperoleh dilapangan. Isi kesimpulan tersebutakan menyatakan kredibilitas dari asumsi awal yang ditentukan oleh peneliti terhadap konflik pemilihan Kepala esa di Desa Sugihwaras Kecamatan Saradan Kabupaten Madiun.