EFEKTIVITAS MODEL LEARNING CYCLE 6E DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN PREDIKSI DAN PENGUASAAN KONSEP KOLOID
EFEKTIVITAS MODEL LEARNING CYCLE 6E DALAM
MENINGKATKAN KETERAMPILAN PREDIKSI
DAN PENGUASAAN KONSEP KOLOID
Oleh
KADEK YULIYA DEWI ASTUTI
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Kimia
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2013
ii
ABSTRAK
EFEKTIVITAS MODEL LEARNING CYCLE 6E DALAM
MENINGKATKAN KETERAMPILAN PREDIKSI
DAN PENGUASAAN KONSEP KOLOID
Oleh
KADEK YULIYA DEWI ASTUTI
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas model Learning Cycle
6E dalam meningkatkan keterampilan prediksi dan penguasaan konsep koloid.
Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen dengan Non-Equivalent
Control Group Design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas
XI IPA SMA YP Unila Bandar Lampung, dengan kelas XI IPA2 dan kelas XI
IPA4 sebagai sampel. Efektivitas model Learning Cycle 6E diukur berdasarkan
perbedaan N-gain yang signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen serta
dengan uji perbedaan dua rata-rata (uji t). Hasil penelitian menunjukkan rata-rata
N-gain keterampilan prediksi untuk kelas kontrol dan kelas eksperimen yaitu 0,56
dan 0,65; sedangkan rata-rata N-gain penguasaan konsep untuk kelas kontrol dan
kelas eksperimen yaitu 0,58 dan 0,73. Berdasarkan pengujian hipotesis dengan
menggunakan uji-t, didapat kesimpulan bahwa model Learning Cycle 6E efektif
dalam meningkatkan keterampilan prediksi dan penguasaan konsep koloid.
Kata kunci : model Learning Cycle 6E, keterampilan prediksi, dan penguasaan
konsep
xii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xv
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 4
E. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Belajar Konstruktivisme ............................................................... 6
B. Model Pembelajaran LC 6E ................................................................... 8
C. Keterampilan Proses Sains .................................................................... 11
D. Penguasaan Konsep ................................................................................ 14
E. Analisis Konsep ..................................................................................... 16
F. Kerangka Pemikiran ............................................................................... 20
G. Anggapan Dasar ..................................................................................... 21
H. Hipotesis Umum ..................................................................................... 22
xiii
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel Penelitian ........................................................... 23
B. Jenis dan Sumber Data ....................................................................... 23
C. Metode dan Desain Penelitian ............................................................. 24
D. Variabel Penelitian ............................................................................... 24
E. Instrumen Penelitian dan Validitasnya ................................................. 25
F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian .......................................................... 25
G. Hipotesis Statistik ................................................................................. 28
H. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ................................... 29
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .................................................................................... 33
B. Pembahasan .......................................................................................... 39
V. SIMPULAN DAN SARAN
C. Simpulan............................................................................................... 57
D. Saran ..................................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
Pemetaan SK-KD ................................................................................. 61
Silabus ................................................................................................. 67
RPP ....................................................................................................... 77
Lembar Kerja Siswa ........................................................................... 107
Kisi-Kisi Soal Pretest ......................................................................... 143
Soal Pretest ........................................................................................ 145
Rubrik Penskoran Pretest ................................................................... 150
Kisi-Kisi Soal Posttest ....................................................................... 155
Soal Posttest ....................................................................................... 157
Rubrik Penskoran Posttest ................................................................. 164
Skor serta nilai Keterampilan Prediksi dan Penguasaan Konsep ....... 171
Perhitungan ......................................................................................... 174
Lembar Aktivitas Siswa ..................................................................... 196
Lembar Kinerja Guru ......................................................................... 204
Surat Izin Penelitian ........................................................................... 212
Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian ...................................... 213
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis,
sehingga IPA bukan hanya berupa fakta-fakta, konsep-konsep, dan prinsipprinsip saja tetapi merupakan suatu proses penemuan. Kimia merupakan ilmu
yang termasuk rumpun IPA, oleh karenanya kimia memiliki karakteristik
sama dengan IPA. Karakteristik tersebut adalah objek ilmu kimia, cara memperoleh serta kegunaannya.
Pada awalnya ilmu kimia diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan namun pada perkembangan selanjutnya kimia juga diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori. Ada tiga hal yang berkaitan dengan kimia
yaitu, kimia sebagai produk yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan
teori; kimia sebagai proses atau kerja ilmiah; dan kimia sebagai sikap. Oleh
sebab itu pembelajaran kimia harus memperhatikan karakteristik kimia
sebagai produk, proses, dan sikap (BSNP.2006).
Faktanya, pembelajaran kimia yang diterapkan oleh sebagian guru di sekolah
cenderung hanya menghadirkan konsep-konsep, hukum-hukum, dan teoriteori saja, tanpa memperhatikan bagaimana proses ditemukannya konsep,
2
hukum, dan teori tersebut, sehingga tidak tumbuh sikap ilmiah dalam diri
siswa. Pembelajaran kimia di SMA cenderug hanya menghafal konsep dan
kurang mampu menggunakan konsep tersebut jika menemui masalah dalam
kehidupan nyata yang berhubungan dengan konsep yang dimiliki, sehingga
siswa kurang merasakan manfaat dari pembelajaran tersebut.
Hal ini diperkuat dari hasil wawancara dengan guru bidang studi kimia di
SMA YP Unila Bandar Lampung, yang diperoleh informasi bahwa selama ini
proses pembelajaran di kelas cenderung menggunakan metode ceramah,
diskusi, dan presentasi (dengan menggunakan media pembelajaran power
point) serta tidak dilakukan praktikum. Contohnya pada materi koloid yang
pembelajarannya menggunakan metode diskusi tanpa adanya praktikum.
Siswa hanya memperoleh informasi dari berbagai sumber tanpa dilibatkan
langsung dalam menemukan konsep dari materi tersebut, sehingga tidak
tumbuh sikap ilmiah dalam diri siswa yang menyebabkan KPS siswa kurang
berkembang. Oleh karena itu, pada materi koloid diperlukan suatu model
pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif dan terlibat dalam menemukan
konsep serta dapat melatih KPS siswa.
Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk melatihkan KPS
siswa pada materi koloid adalah model learning cycle 6E (LC 6E). Learning
cycle 6E (LC 6E) adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa.
LC 6E merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi
sedemikian rupa sehingga siswa dapat berperan aktif dan menguasai
kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran.
3
LC 6E terdiri dari 6 fase yaitu fase pendahuluan (engagement), fase
eksplorasi (exploration), fase penjelasan (explaination), fase penguatan
(echo), fase penerapan konsep (extension) dan fase evaluasi (evaluation).
KPS yang dapat dilatihkan pada materi koloid adalah keterampilan prediksi.
Keterampilan prediksi memiliki dua indikator, yaitu (1) kemampuan memprediksikan dengan menggunakan pola-pola hasil pengamatan, dan (2) kemampuan mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan yang
belum diamati. Keterampilan prediksi ini menuntut siswa agar dapat menemukan suatu konsep atau meramalkan pola hasil pengamatan yang ada dan
meramalkan yang mungkin terjadi disekitar mereka, yang selama ini belum
mereka kuasai seutuhnya (Dimyati dan Moedjiono, 2002). Misalnya pada
materi koloid siswa dapat memprediksikan muatan partikel koloid dari suatu
koloid yang di uji dengan tabung U berdasarkan pola hasil pengamatan yang
ada. Keterampilan ini dapat dilatihkan pada tahap extend.
Menurut studi pustaka yang mengkaji tentang model pembelajaran LC 6E
yaitu hasil penelitian Siregar (2012) yang meneliti tentang Pengaruh Keterampilan Proses Sains melalui Model Pembelajaran Learning Cycle 6E
terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Fluida Statis, menunjukan bahwa
adanya peningkatan hasil belajar siswa dengan digunakannya keterampilan
proses sains dalam model LC 6E pada pembelajaran fisika.
Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut, maka dilakukan penelitian
yang berjudul “Efektivitas Model Learning Cycle 6E Dalam Meningkatkan Keterampilan Prediksi dan Penguasaan Konsep Koloid”.
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana efektivitas model LC 6E dalam meningkatkan keterampilan
prediksi pada materi koloid?
2. Bagaimana efektivitas model LC 6E dalam meningkatkan penguasaan
konsep pada materi koloid?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan, maka tujuan penelitian ini
adalah mendeskripsikan efektivitas model LC 6E dalam meningkatkan keterampilan prediksi dan penguasaan konsep koloid.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, yaitu:
1. Siswa
Dengan diterapkannya pembelajaran menggunakan model LC 6E dapat
memberikan pengalaman belajar secara langsung kepada siswa serta
melatih keterampilan prediksi dan penguasaan konsep siswa pada materi
koloid.
2. Guru dan calon guru
Memberikan inspirasi bagi guru dalam menerapkan model LC 6E dan
memberi refrensi sebagai model pembelajaran alternatif pada materi
koloid.
5
3. Sekolah.
Dengan diterapkannya pembelajaran menggunakan model LC 6E diharapkan dapat dijadikan masukan dalam usaha meningkatkan mutu proses
pembelajaran dan hasil belajar dalam mata pelajaran Kimia di sekolah.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah :
1. Pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan keterampilan prediksi dan
penguasaan konsep apabila secara statistik menunjukkan perbedaan N-gain
yang signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen.
2. Model pembelajaran yang diterapkan adalah model LC 6E, yang terdiri
dari 6 fase yaitu ( Engagement, Exploration, Explaination ,Echo, Extend,
Evaluation ).
3. Keterampilan proses sains yang diteliti dalam penelitian ini adalah keterampilan prediksi, yang memiliki dua Indikator yaitu (1) kemampuan
memprediksikan dengan menggunakan pola-pola hasil pengamatan, dan
(2) kemampuan mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan
yang belum diamati.
4. Penguasaan konsep berupa nilai siswa yang diperoleh melalui pretest dan
posttest .
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Belajar Konstruktivisme
Teori-teori baru dalam psikologi pendidikan dikelompokkan dalam teori pembelajaran kontruktivis (contruktivist theories of learning ). Teori kontruktivis ini
menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan
informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan
merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai.
Menurut teori kontruktivis ini, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi
pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan
kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya.
Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberikan ide-ide
mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan
strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi siswa anak tangga
yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa
sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut (Slavin dalam Nur,2002).
Menurut Von Glasersfeld (Sardiman, 2008) konstruktivisme adalah salah satu
filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi
(bentukan) kita sendiri. Pengetahuan bukanlah suatu imitasi dari kenyataan
7
(realitas), pengetahuan kita merupakan kontruksi dari kita yang mengetahui
sesuatu sehingga ilmu yang diperoleh diharapkan dapat bertahan lama. Von
Glasersfeld menegaskan bahwa pengetahuan bukanlah suatu tiruan atau gambaran
dari kenyataan yang ada, tetapi pengetahuan merupakan akibat dari suatu
konstruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang. Pengetahuan itu
bukanlah suatu fakta yang tinggal ditemukan, melainkan suatu perumusan yang
diciptakan orang yang sedang mempelajarinya.
Teori konstruktivisme lahir dari ide Piaget dan Vygotsky. Konstruktivisme Piaget
menekankan pada perkembangan kognitif anak sedangkan konstruktivisme
Vygotsky menekankan pada perkembangan sosial anak. Piaget menyatakan
bahwa ilmu pengetahuan dibangun dalam pikiran seorang anak dengan kegiatan
asimilasi dan akomodasi sesuai dengan skemata yang dimilikinya. Proses tersebut
meliputi:
1. Skema/skemata adalah struktur kognitif yang dengannya seseorang beradaptasi
dan terus mengalami perkembangan mental dalam interaksinya dengan
lingkungan. Skema juga berfungsi sebagai kategori-kategori untuk mengidentifikasi rangsangan yang datang dan terus berkembang.
2. Asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan persepsi,
konsep ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada
dalam pikirannya. Asimilasi dipandang sebagai suatu proses kognitif yang
menempatkan dan mengklasifikasikan kejadian atau rangsangan baru dalam
skema yang telah ada. Proses asimilasi ini berjalan terus. Asimilasi tidak akan
menyebabkan perubahan/pergantian skemata melainkan perkembangan
8
skemata. Asimilasi adalah salah satu proses individu dalam mengadaptasikan
dan mengorganisasikan diri dengan lingkungan baru sehingga pemahaman
orang itu berkembang.
3. Akomodasi adalah proses pembentukan skema karena konsep awal sudah tidak
cocok lagi. Dalam menghadapi rangsangan atau pengalaman baru seseorang
tidak dapat mengasimilasikan pengalaman yang baru dengan skemata yang
telah dimiliki. Pengalaman yang baru itu bisa jadi sama sekali tidak cocok
dengan skema yang telah ada. Dalam keadaan demikian orang akan mengadakan akomodasi. Akomodasi terjadi untuk membentuk skema baru yang cocok
dengan rangsangan yang baru atau memodifikasi skema yang telah ada
sehingga cocok dengan rangsangan itu.
4. Equilibrasi adalah keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi sehingga
seseorang dapat menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamnya
(skemata). Proses perkembangan intelek seseorang berjalan dari disequilibrium menuju equilibrium melalui asimilasi dan akomodasi (Trianto, 2011).
Teori Vigotsky lebih menekankan pada aspek sosial dari pembelajaran. Vigotsky
yakin bahwa fungsi mental yang lebih tinggi pada umunya muncul dalam percakapan dan kerjasama antar individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap ke dalam individu tersebut. (Nur dan Wikandari, 2000).
B. Model Pembelajaran Learning Cycle 6E
Karplus dalam Wena (2009) menyatakan bahwa pembelajaran siklus merupakan
salah satu model pembelajaran yang dilandasi oleh filsafat konstruktivisme.
9
Model learning cycle dikembangkan dari teori belajar Piaget. Model pembelajaran ini menyarankan agar proses pembelajaran dapat melibatkan siswa dalam
kegiatan belajar yang aktif sehingga terjadi proses skema, asimilasi, akomodasi
dan organisasi dalam struktur kognitif siswa. Bila terjadi proses konstruksi
pengetahuan dengan baik maka siswa akan dapat meningkatkan pemahamannya
terhadap materi yang dipelajari. Lebih lanjut Renner dalam Fajaroh dan Dasna
(2008) mengungkapkan bahwa:
Siklus belajar (Learning Cycle) adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Learning Cycle merupakan rangkaian
tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga pembelajar dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam
pembelajaran dengan jalan berperanan aktif.
LC pada mulanya terdiri dari tiga fase, yaitu fase eksplorasi (exploration),
pengenalan konsep (concept introduction), dan aplikasi konsep (concept
application). LC tiga fase saat ini telah dikembangkan dan disempurnakan
menjadi 5 dan 6 fase, bahkan ada pula yang mengembangkan menjadi 7 fase.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan model LC 6 fase (Engagement,
Exploration, Explaination, Echo, Extend, dan Evaluation), dan sering disebut
Learning Cycle 6E (LC 6E). Tahap dari LC 6E dapat dilihat pada Gambar 1
Gambar 1. Fase pelaksanaan pembelajaran menggunakan model LC 6E
10
Menurut Scheuermann dan Duran (2009) pada LC 6E ditambahkan fase echo
setelah fase explain. Pada fase echo siswa memperkuat konsep yang diperoleh
pada fase exploration. Peran guru pada fase echo mengkonfirmasi konsep siswa
dan memberikan dukungan atau informasi tambahan jika diperlukan. Adapun
penjelasan tahap-tahap dari LC6E adalah sebagai berikut:
1. Engagement
Pada fase engagement , bertujuan mempersiapkan diri siswa agar terkondisi
dalam menempuh fase berikutnya dengan jalan mengeksplorasi pengetahuan
awal dan ide-ide mereka serta untuk mengetahui kemungkinan terjadinya
miskonsepsi pada pembelajaran sebelumnya. Dalam fase engagement ini
minat dan keingintahuan (curiosity) siswa tentang topik yang akan diajarkan
berusaha dibangkitkan. Pada fase ini pula siswa diajak membuat prediksiprediksi tentang fenomena yang akan dipelajari dan dibuktikan dalam tahap
eksplorasi.
2. Exploration (Eksplorasi).
Pada fase exploration, siswa diberi kesempatan untuk bekerja sama dalam
kelompok-kelompok kecil tanpa pengajaran langsung dari guru untuk menguji
prediksi, melakukan dan mencatat pengamatan serta ide-ide melalui kegiatankegiatan seperti praktikum dan telaah literatur
3. Explaination (Penjelasan Konsep).
Pada fase explanation, guru harus mendorong siswa untuk menjelaskan konsep
dengan kalimat mereka sendiri, meminta bukti dan klarifikasi dari penjelasan
mereka, dan mengarahkan kegiatan diskusi. Pada tahap ini siswa menemukan
istilah-istilah dari konsep yang dipelajari
11
4. Echo (Penguatan Konsep)
Siswa mengadakan latihan dan penguatan hasil belajar utama yang dilakukan
pada fase exploration. Peran guru dalam fase ini adalah mengkonfirmasi
konsep siswa dan memberi tambahan dukungan atau informasi jika diperlukan.
5. Extend, (Penerapan Konsep ).
Siswa menerapkan konsep dan keterampilan dalam situasi baru melalui
kegiatan-kegiatan seperti praktikum lanjutan dan problem solving.
6. Evaluation (Evaluasi)
Pada tahap akhir, evaluation, dilakukan evaluasi terhadap efektifitas fase-fase
sebelumnya dan juga evaluasi terhadap pengetahuan, pemahaman konsep, atau
kompetensi siswa melalui problem solving dalam konteks baru yang kadangkadang mendorong siswa melakukan investigasi lebih lanjut
C. Keterampilan Proses Sains
Prosedur yang dilakukan para ilmuwan untuk melakukan penyelidikan dalam
usaha mendapatkan pengetahuan tentang alam dikenal dengan istilah metode
ilmiah. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh para ilmuwan untuk mendapatkan atau menemukan suatu ilmu pengetahuan membutuhkan kecakapan dan keterampilan dasar untuk melakukan kegiatan ilmiah tersebut. Kemampuan dasar
tersebut dikenal dengan istilah keterampilan proses IPA/ sains. Untuk mengenalkan alam pada siswa, perlu diajarkan bagaimana pengetahuan alam tersebut didapat, dengan melatihkan keterampilan proses sains pada siswa. Keterampilan
proses sains siswa dapat berkembang pada diri siswa bila diberi kesempatan untuk
berlatih mengembangkannya.
12
Menurut Hariwibowo dalam Fitriani (2009) mengemukakan bahwa:
Keterampilan proses adalah keterampilan yang diperoleh dari latihan kemampuan-kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai
penggerak kemampuan-kemampuan yang lebih tinggi. Kemampuankemampuan mendasar yang telah dikembangkan dan telah terlatih lamakelamaan akan menjadi suatu keterampilan.
Menurut Gagne dalam Dahar (1996) keterampilan proses sains sangat dibutuhkan
untuk menggunakan dan memahami sains, karena keterampilan proses merupakan
keterampilan yang khas yang digunakan oleh semua ilmuwan, serta dapat digunakan untuk memahami fenomena apapun juga.
Lebih lanjut, Hartono (Fitriani, 2009) mengemukakan:
Untuk dapat memahami hakikat IPA secara utuh, yakni IPA sebagai proses,
produk dan aplikasi, siswa harus memiliki KPS. Dalam pembelajaran IPA,
aspek proses perlu ditekankan bukan hanya pada hasil akhir dan berpikir
benar lebih penting dari pada memperoleh jawaban yang benar. KPS adalah
semua keterampilan yang terlibat pada saat berlangsungnya proses sains.
KPS terdiri dari beberapa keterampilan yang satu sama lain berkaitan dan
sebagai prasyarat. Namun pada setiap jenis keterampilan proses ada penekanan khusus pada masing-masing jenjang pendidikan.
Ada berbagai keterampilan dalam keterampilan proses sains, seperti yang dikemukakan Cartono (2007) keterampilan proses sains terdiri dari keterampilan
proses tingkat dasar yang terdiri dari keterampilan mengamati (observasi),
inferensi, mengelompokkan (klasifikasi), menafsirkan (interpretasi), meramalkan
(prediksi), dan mengkomunikasikan, dan keterampilan proses terpadu yang terdiri
dari menentukan variabel, menyusun tabel data, membuat grafik, menghubungkan
antar variabel, memproses data, menganalisis penyelidikan, menyusun hipotesis,
menentukan variabel, merencanakan penyelidikkan, dan bereksperimen. Adapun
penjelasan dari keterampilan proses sains dasar disajikan pada tabel berikut.
13
Tabel 1. Indikator Keterampilan Proses Sains Dasar
Keterampilan
Dasar
Mengamati
(observing)
Indikator
Mampu menggunakan semua indera untuk mengamati,
mengidentifikasi, dan menamai sifat benda dan kejadian secara
teliti dari hasil pengamatan.
Inferensi
(inferring)
Mampu membuat suatu kesimpulan tentang suatu benda atau
fenomena setelah mengumpulkan, menginterpretasi data dan
informasi.
Klasifikasi
(classifying)
Mampu menentukan perbedaan, mengontraskan
ciri-ciri, mencari kesamaan, membandingkan dan menentukan
dasar penggolongan terhadap suatu obyek.
Menafsirkan
(predicting)
Mampu mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang belum terjadi
berdasarkan fakta dan yang menunjukkan suatu, misalkan
memprediksi kecenderungan atau pola yang sudah ada
menggunakan grafik untuk menginterpolasi dan mengekstrapolasi
dugaan.
Meramalkan
(prediksi)
Menggunakan pola/pola hasil pengamatan, mengemukakan apa
yang mungkin terjadi pada keadaan yang belum diamati.
Berkomunikasi
(Communicating)
Memberikan/menggambarkan data empiris hasil percobaan atau
pengamatan dengan grafik/ tabel/ diagram, menyusun dan
menyampaikan laporan secara sistematis, menjelaskan hasil
percobaan atau penelitian, membaca grafik/ tabel/ diagram,
mendiskusikan hasil kegiatan suatu masalah atau suatu peristiwa.
Keterampilan proses sains yang ingin ditingkatkan pada penelitian ini adalah keterampilan prediksi. Prediksi merupakan suatu ramalan dari apa yang kemudian
hari mungkin dapat diamati. Untuk dapat membuat prediksi yang dapat dipercaya
tentang objek atau peristiwa, maka dapat dilakukan dengan memperhitungkan
penentuan secara tepat perilaku terhadap lingkungan kita. Keteraturan dalam
lingkungan kita mengizinkan untuk mengenal pola-pola dan untuk memprediksi
terhadap pola-pola apa yang mungkin dapat diamati kemudian hari. Memprediksi
14
dapat diartikan sebagai mengantisipasi atau membuat ramalan tentang segala hal
yang akan terjadi pada waktu mendatang, berdasarkan perkiraan pada pola atau
kecenderungan tertentu, atau hubungan antara fakta, konsep, dan prinsip dalam
ilmu pengetahuan
Menurut (Dimyati dan Moedjiono, 2002) keterampilan Prediksi terdiri dari dua
indikator yaitu :(1). kemampuan memprediksikan dengan menggunakan pola-pola
hasil pengamatan dan (2). mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan
yang belum diamati. Terkait dengan indikator tersebut, Dahar (1996) menjelaskan bahwa jika siswa dapat menggunakan pola-pola hasil pengamatan dan
mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan yang belum diamati,
maka siswa memiliki keterampilan proses prediksi.
D. Penguasaan Konsep
Menurut Uno (2007), konsep merupakan simbol berfikir. Hal ini diperoleh dari
hasil tafsiran terhadap suatu fakta atau realita dan hubungan antara berbagai fakta.
Suatu konsep dapat diklasifikasikan berdasarkan ciri-ciri tertentu, misalnya pada
materi penelitian ini yaitu konsep tentang jenis-jenis koloid. Kompetensi dasar
materi pokok koloid yaitu mengelompokkan sifat-sifat koloid dan penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari serta membuat berbagai sistem koloid dengan bahanbahan yang ada disekitarnya. Indikator kognitif produk pada materi koloid yaitu
mengidentifikasi pengertian koloid, memberikan contoh-contoh koloid yang ada
dalam kehidupan sehari-hari, menjelaskan hasil pengamatan berupa tabel ataupun
gambar tentang efek Tyndall, gerak Brown, dialisis, koagulasi, adsorpsi, dan
elektroforesis serta memberikan contoh-contohnya dalam kehidupan sehari-hari,
15
menjelaskan peristiwa terjadinya muatan listrik pada partikel koloid , mendefinisikan koloid liofil dan liofob serta perbedaan keduanya dengan contoh yang ada di
lingkungan, serta menjelaskan cara pembuatan koloid dengan cara kondensasi dan
dispersi.
Penguasaan konsep akan mempengaruhi ketercapaian hasil belajar siswa. Suatu
proses dikatakan berhasil apabila hasil belajar yang didapatkan meningkat atau
mengalami perubahan setelah siswa melakukan aktivitas belajar, pendapat ini
didukung oleh Djamarah dan Zain (2002) yang mengatakan bahwa belajar pada
hakikatnya adalah perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar. Proses belajar seseorang sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah pembelajaran yang digunakan
guru dalam kelas, selain itu dalam belajar juga dituntut adanya suatu aktivitas
yang harus dilakukan siswa sebagai usaha untuk meningkatkan penguasaan
konsep.
Penguasaan terhadap suatu konsep akan lebih baik jika siswa terus belajar,
sehingga siswa dapat mengetahui banyak materi pembelajaran. Sebagian besar
materi pembelajaran yang dipelajari di sekolah terdiri dari berbagai konsep.
Semakin banyak konsep yang dimiliki siswa, maka alternatif yang dapat dipilih
dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya akan bertambah banyak.
Menurut Sagala (2003) definisi konsep adalah :
Konsep merupakan buah pemikiran seseorang atau sekelompok orang yang
dinyatakan dalam definisi sehingga menghasilkan produk pengetahu-an yang
meliputi prinsip, hukum, dan teori. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa,
pengalaman, melalui generalisasi dan berpikir abstrak.
16
Konsep merupakan pokok utama yang mendasari keseluruhan sebagai hasil berpikir abstrak manusia terhadap benda, peristiwa, dan fakta yang menerangkan
banyak pengalaman. Pemahaman dan penguasaan konsep akan memberikan suatu
aplikasi dari konsep tersebut, yaitu membebaskan suatu stimulus yang spesifik
sehingga dapat digunakan dalam segala situasi dan stimulus yang mengandung
konsep tersebut.
E. Analisis Konsep
Penguasaan konsep merupakan dasar dari penguasaan prinsip-prinsip dan teoriteori, artinya untuk dapat menguasai prinsip dan teori harus dikuasai terlebih
dahulu konsep-konsep yang menyusun prinsip dan teori yang bersangkutan.
Penguasaan konsep yang baik akan membantu pemakaian konsep-konsep yang
lebih komplek.
Herron et al. dalam Fadiawati (2011) berpendapat bahwa belum ada definisi
tentang konsep yang diterima atau disepakati oleh para ahli, biasanya konsep
disamakan dengan ide. Markle dan Tieman dalam Fadiawati (2011) mendefinisikan konsep sebagai sesuatu yang sungguh-sungguh ada. Mungkin tidak ada satupun definisi yang dapat mengungkapkan arti dari konsep. Untuk itu diperlukan
suatu analisis konsep yang memungkinkan kita dapat mendefinisikan konsep,
sekaligus menghubungkan dengan konsep-konsep lain yang berhubungan.
Lebih lanjut lagi, Herron et al. (1977) dalam Fadiawati (2011) mengemukakan
bahwa analisis konsep merupakan suatu prosedur yang dikembangkan untuk
menolong guru dalam merencanakan urutan-urutan pengajaran bagi pencapaian
17
konsep. Analisis konsep dilakukan melalui tujuh langkah, yaitu menentukan
nama atau label konsep, definisi konsep, jenis konsep, atribut kritis, atribut
variabel, posisi konsep, contoh dan non contoh.
Menurut Suyanti (2010) analisis konsep dimaksudkan untuk mengidentifikasikan
konsep-konsep esensial dalam topik-topik yang diajarkan, menyusun konsep
secara rinci serta mengenali sifat, mengenali atribut, kedudukan, contoh dan non
contoh. Konsep-konsep esensial yang sudah diidentifikasi dalam satu pokok
bahasan dapat dilihat keterkaitannya melelui peta konsep. Konsep-konsep kimia
dapat dikelompokan berdasarkan atribut-atribut konsep menjadi 7 kelompok yaitu
sebagai berikut :
1. Konsep konkrit, yaitu konsep yang contohnya dapat dilihat.
2. Konsep abstrak, yaitu konsep yang contohnya tidak dapat dilihat, misalnya
atom, molekul.
3. Konsep dengan atribut kritis yang abstrak tetapi contohnya dapat dilihat
misalnya unsur,senyawa.
4. Konsep yang berdasarkan prinsip misalnya mol,campuran, larutan.
5. Konsep yang melibatkan pengambaran simbol, misalnya lambang unsur, rumus
kimia.
6. Konsep yang menyatakan suatu sifat misalnya elektronegatif.
7. Konsep yang menunjukan atribut ukuran meliputi kg, g (ukuran massa), M, m,
pH ( ukuran kosentrasi), C (ukuran muatanlistrik).
Analisis konsep pada materi koloid disajikan dalam tabel 2 berikut ini.
19
Tabel 2. Analisis Konsep Koloid
No
(1)
1
Label
Konsep
(2)
Campuran
Definisi Konsep
(3)
Campuran merupakan
gabungan dari dua zat
atau lebih yang tidak
mempunyai komposisi
yang tetap dan dapat
dipisahkan secara fisika.
2.
Suspensi
Suspensi merupakan
campuran heterogen
yang terdiri dari dua
fasa dan dapat
dibedakan antara zat
terlarut dengan zat
pelarut.
3.
Larutan
Campuran homogen
yang terdiri dari satu
fasa dan tidak dapat
dibedakan antara zat
terlarut dengan zat
pelarut.
(1)
(2)
(3)
Jenis
Atribut Konsep
Konsep
Konsep
Kritis
Variabel Superordinat Koordinat
Subordinat
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
Konsep Gabungan dari
Partikel
Materi
Unsur,
larutan
Konkret
dua zat atau lebih
Zat
Senyawa koloid
zat.
suspensi
Campuran
homogen/
campuran
heterogen, dapat
berupa
larutan,koloid
suspensi.
Konsep Suspensi
Partikel
sistem
larutan
konkret Campuran heterogen zat
dispersi
koloid
Zat terlarut dan zat
pelarut dapat
dibedakan
Konsep
konkret
(4)
larutan
campuran homogen
zat terlarut dan
pelarut tidak dapat
dibedakan
(5)
partikel
zat
(6)
sistem
dispersi
(7)
suspensi
koloid
(8)
Contoh
(10)
(11)
Campuran air Pasir,gula
dengan pasir,
,garam , dll.
Campuran air
dengan garam,
Campuran air
dengan susu.
Campuran air
dengan pasir
,campuran
minyak
dengan
air,Campuran
kopi dengan
air.
Larutan
Larutan gula,
elektrolit dan larutan garam
non
elektrolit
Larutan
asam basa
(9)
Non contoh
(10)
Santan, susu
campuran air dan
pasir,campuran
minyak dan
air,Campuran
kopi dan air.
(11)
18
20
Koloid adalah suatu
bentuk campuran yang
keadaanya terletak
antara larutan dan
Suspensi (campuran
kasar)
Aerosol merupakan
sistem koloid zat padat
atau zat cair yang
terdispersi dalam gas.
Konsep
abstrak
contoh
konkret
Koloid
Campuran yang
terletak antara
suspensi dan larutan
Partikel
zat
sistem
dispersi
larutan
suspensi
sol
emulsi
buih
aerosol
gel
Susu, santan
,cat ,tinta,dll
Campuran air
dengan minyak,
campuran pasir
dengan air
Konsep
abstrak
contoh
konkret
aerosol
koloid dari partikel
padat/cair yang
terdispersi dalam gas
partikel
zat
jenis-jenis
koloid
sol
emulsi
buih
gel
Aerosol
padat
Aerosol
cair
Awan,kabut,
Asap, debu,
jelagadalam
udara
Air sungai, cat
sol
Sol merupakan system
koloid zat padat yang
terdispersi dalam zat
cair
Konsep
abstrak
contoh
konkret
partikel
zat
jenis-jenis
koloid
Sol cair
Sol padat
Tinta,koloide
mas,paduanlog
am.
Santan, susu,
mayonaise
Emulsi
Emulsi merupakan
sistem koloid zat cair
yang terdispersi dalam
zat cair ( sistem koloid
cair-cair) .
Buih merupakan sistem
koloid yang terdiri dari
gas yang terdispersi
dalam zat cair
Konsep
abstrak
contoh
konkret
partikel
zat
jenis-jenis
koloid
aerosol
sol
buih
gel
Emulsi
padat
Emulsi
cair
Susu,santan,
jeli,mentega,
keju
Kabut, awan
Partikel
zat
jenis-jenis
koloid
aerosol
sol
emulsi
gel
Buih cair
Buih padat
Buih sabun,
karet busa batu
apung
susu, santan, jeli
Gel merupakan sistem
koloid zat cair yang
terdispersi dalam
medium padat.
Konsep
abstrak
contoh
konkret
Sol
jenis koloid dari
partikel padat
terdispersi dalam zat
cair
Emulsi
terdiri dari fase
terdispersi cair dan
medium pendispersi
cair
buih
Terdiri dari fase
terdispersi gas dan
medium pendispersi
padat/cair
Gel
koloid yang
setengah padat dan
cair
partikel
zat
jenis-jenis
koloid
aerosol
sol
Gel silika,
Sabun, karet busa,
awan
4.
Koloid
5.
Aerosol
6.
7
8.
Buih
9.
Gel
Konsep
abstrak
contoh
konkret
aerosol
emulsi
buih
gel
19
20
F. Kerangka Berfikir
Model pembelajaran merupakan salah satu faktor pendukung pencapaian tujuan
pembelajaran. Kemampuan guru untuk memilih dan menerapkan model pembelajaran yang tepat akan menentukan sejauh mana siswa dapat mengembangkan
keterampilan proses sains siswa dalam pembelajaran IPA, khususnya mata
pelajaran kimia. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk
meningkatkan keterampilan proses sains siswa adalah dengan model LC 6E.
Model LC 6E merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi
sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang
harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperanan aktif.
Model LC 6E terdiri dari enam fase yaitu fase (engagement, exploration
explaination, echo, extension dan evaluation. Fase pertama dalam model LC 6E adalah Engagement yang bertujuan mempersiapkan diri siswa agar terkondisi
dalam menempuh fase berikutnya dengan jalan menggali pengetahuan awal siswa
dan ide-ide mereka serta untuk mengetahui kemungkinan terjadinya miskonsepsi
pada pembelajaran sebelumnya. Dalam fase ini minat dan keingintahuan siswa
tentang topik yang akan diajarkan berusaha dibangkitkan. Pada fase ini pula
siswa diajak membuat prediksi-prediksi tentang fenomena yang akan dipelajari
dan dibuktikan dalam tahap eksplorasi. Fase kedua adalah Exploration, siswa
diberi kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil tanpa
pengajaran langsung dari guru untuk menguji prediksi, melakukan dan mencatat
pengamatan serta ide-ide melalui kegiatan-kegiatan seperti praktikum dan telaah
literatur. Fase ketiga adalah Explaination , siswa menjelaskan konsep dengan
21
kalimat mereka sendiri. Fase keempat adalah Echo, siswa mengadakan latihan
dan penguatan hasil belajar utama yang dilakukan pada fase exploration. Fase
kelima adalah Extend, siswa menerapkan konsep dan keterampilan dalam situasi
baru. Fase terakhir dalam model LC 6E adalah Evaluation, untuk mengetahui
efektivitas fase-fase sebelumnya dan juga evaluasi terhadap pengetahuan dan
pemahaman konsep siswa.
Dengan fase-fase dalam model LC 6E tersebut, pembelajaran kimia dapat memberikan pengalaman belajar pada siswa sebagai proses dengan menggunakan sikap
ilmiah agar mampu memiliki pemahaman melalui fakta-fakta yang mereka temukan sendiri, sehingga mereka dapat menemukan konsep, dan teori, serta dapat
menghubungkan dan menerapkan pada kehidupan. Sehingga dari uraian di atas
terlihat bahwa model LC 6E sangat mendukung siswa untuk mengembangkan
keterampilan proses sains yang dimilikinya terutama keterampilan prediksi dan
penguasaan konsep.
G. Anggapan Dasar
Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:
1. Siswa-siswa kelas XI IPA semester genap SMA YP Unila Bandar Lampung TP
2012/2013 yang menjadi subjek penelitian mempunyai kemampuan dasar yang
sama dalam hal keterampilan prediksi dan penguasaan konsep.
2. Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi peningkatan keterampilan
prediksi dan penguasaan konsep pada materi koloid diabaikan.
22
H. Hipotesis Umum
Hipotesis dalam penelitian ini adalah model LC 6E efektif dalam meningkatkan
keterampilan prediksi dan penguasaan konsep koloid.
23
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA YP Unila
Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 238 siswa dan tersebar dalam enam kelas. Dari populasi tersebut diambil 2 kelas yang akan dijadikan sampel penelitian. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive
sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifatsifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya, yaitu yang mempuyai kemampuan kognitif yang sama atau hampir sama, dan diperolehlah kelas XI IPA2 dan XI
IPA4 sebagai sampel penelitian. Kelas XI IPA2 sebagai kelas eksperimen yang
mengalami pembelajaran dengan menggunakan model LC 6E, sedangkan kelas
XI IPA4 sebagai kelas kontrol yang mengalami pembelajaran konvensional.
B. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang bersifat
kuantitatif yang berupa data hasil tes keterampilan prediksi dan penguasaan
konsep sebelum penerapan pembelajaran (pretest) dan data hasil tes keterampilan
prediksi dan penguasaan konsep setelah penerapan pembelajaran (posttest).
24
Sumber data dibagi menjadi dua kelompok yaitu :
1. Data hasil pretest dan posttest yang bersumber dari kelas kontrol ; dan
2. Data hasil pretest dan posttest yang bersumber dari kelas eksperimen
Adapun data pendukung yang bersifat kualitatif, yaitu lembar aktivitas siswa, dan
lembar observasi kinerja guru.
C. Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan menggunakan
Non-Equivalent Control Group Design (Creswell, 1997). Desain penelitian ini
melihat perbedaan pretest maupun posttest antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol, dengan rancangan seperti pada tabel berikut ini
Tabel 3. Desain penelitian
Pretest
Perlakuan
Posttest
Kelas eksperimen
O1
X
O2
Kelas kontrol
O1
-
O2
Keterangan:
X :
Perlakuan berupa penerapan model Learning Cycle 6E.
O1:
Pretes yang diberikan sebelum perlakuan.
O2:
Postes yang diberikan setelah perlakuan.
D. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Sebagai
variabel bebas adalah model pembelajaran yang digunakan, yaitu model LC 6E
dan pembelajaran konvensional. Sebagai variabel terikat adalah keterampilan
25
prediksi dan penguasaan konsep pada materi koloid siswa kelas XI SMA YP
Unila Bandar Lampung.
E. Instrumen Penelitian dan Validitasnya
1. Instrumen.
Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan berupa pemetaan SK-KD, silabus,
RPP, lembar kerja siswa (LKS), kisi-kisi soal, serta soal-soal pretest dan posttest
keterampilan prediksi dan penguasaan konsep dalam bentuk soal pilihan jamak
dan uraian, lembar aktivitas siswa dan lembar observasi kinerja guru
2. Validitas
Instrumen penelitian ini menggunakan validitas isi. Adapun pengujian kevalidan
isi ini dilakukan dengan cara judgment yaitu dengan pertimbangan seorang ahli,
yang dalam hal ini dilakukan oleh dosen pembimbing penelitian.
F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Langkah-langkah yang digunakan penelitian ini adalah:
1. Tahap prapenelitian
a. Membuat surat izin pendahuluan penelitian ke sekolah.
b. Meminta izin kepada kepala sekolah SMA YP Unila Bandar Lampung dan
menyampaikan surat izin penelitian yang telah dibuat.
c. Mengadakan observasi ke sekolah untuk mendapatkan informasi tentang
keadaan sekolah, data siswa, data nilai, jadwal dan tata tertib sekolah, serta
sarana prasarana di sekolah.
26
d. Menentukan dua kelas yang akan dijadikan sampel penelitian.
2. Tahap pelaksanaan penelitian
Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari beberapa tahap, yaitu:
a. Tahap persiapan
Peneliti menyusun silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
Lembar Kerja Siswa (LKS) dan instrumen tes (soal pretest dan posttest).
b. Tahap penelitian
Prosedur pelaksanaan di kelas dikelompokkan menjadi dua yaitu penerapan
pembelajaran dengan model LC 6E dan pembelajaran konvensional. Pada
kelas XI IPA2 diterapkan model pembelajaran LC 6E , sedangkan untuk
kelas XI IPA4 diterapkan pembelajaran konvensional. Prosedur
pelaksanaannya sebagai berikut:
a. melakukan pretest dengan soal yang sama pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol.
b. melaksanakan pembelajaran materi koloid sesuai model pembelajaran
yang ditetapkan pada masing-masing kelas.
c. melakukan posttest dengan soal yang sama pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol.
d. melakukan tabulasi dan analisis data.
e. penulisan pembahasan dan simpulan
27
Pada penelitian ini dikembangkan alur penelitian dengan langkah-langkah
penelitian seperti pada gambar berikut :
Observasi
Menentukan populasi dan sampel
Pembuatan instrumen dan perangkat pembelajaran
Validasi instrumen
Kelas kontrol
Pembelajaran
konvensional
(Pretes)
Kelas eksperimen
(Postes)
Pembelajaran
model LC 6E
Analisis data
Pembahasan
Kesimpulan
Gambar 2 Alur penelitian
28
G. Hipotesis Statistik
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik., hipotesis
dirumuskan dalam bentuk pasangan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif
(H1). Adapun hipotesisnya yaitu :
1. Hipotesis pertama ( keterampilan prediksi)
H0 : µ 1x≤ µ2x : Rata-rata N-gain keterampilan prediksi siswa di kelas yang
diterapkan model LC 6E lebih rendah atau sama dengan
keterampilan prediksi siswa dikelas yang diterapkan
pembelajaran konvensional.
H1 : µ 1x> µ 2x : Rata-rata N-gain keterampilan prediksi siswa dikelas yang
diterapkan model LC 6E lebih tinggi daripada keterampilan
prediksi siswa dikelas yang diterapkan pembelajaran
konvensional.
2. Hipotesis kedua (penguasaan konsep)
H0 : µ 1y≤ µ2y : Rata-rata N-gain penguasaan konsep siswa di kelas yang
diterapkan model LC 6E lebih rendah atau sama dengan
penguasaan konsep siswa dikelas yang diterapkan
pembelajaran konvensional.
H1 : µ 1y> µ 2y : Rata-rata N-gain penguasaan konsep siswa di kelas yang
diterapkan model LC 6E lebih tinggi dari pada penguasaan
konsep siswa dikelas yang diterapkan pembelajaran
konvensional.
29
Keterangan :
µ 1 = rata-rata N-gain keterampilan prediksi dan penguasaan konsep kelas
eksperimen
µ 2 = rata-rata N-gain keterampilan prediksi dan penguasaan konsep kelas
kontrol
x
= keterampilan prediksi
y
= penguasaan konsep
H. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
1. Analisis data
Tujuan analisis data adalah untuk memberikan makna atau arti yang digunakan
untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah, tujuan, dan
hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.
a. Nilai siswa
Nilai pretes dan postes pada penilaian keterampilan prediksi dan penguasaan
konsep siswa dirumuskan sebagai berikut:
Nilai siswa =
ℎ
ℎ
�
�
�
ℎ
x 100 ................................. (1)
Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menghitung N-gain yang
selanjutnya digunakan untuk menguji hipotesis.
b. Gain ternormalisasi (N-gain)
Untuk mengetahui efektivitas model LC 6E dapat meningkatkan keterampilan prediksi dan penguasaan konsep koloid, maka dilakukan analisis nilai
gain ternormalisasi (N-gain).
30
Adapun rumus N-gain menurut Hake (1999) adalah sebagai berikut :
N-gain (g) =
−
(
(
)
−
)
...................................... (2)
Tabel 4. Klasifikasi N-gain ( g )
Besarnya N-gain (g)
g > 0,7
0,3 < g ≤ 0,7
g ≤ 0,3
Interpretasi
Tinggi
Sedang
Rendah
Data gain ternormalisasi yang diperoleh diuji normalitas dan homogenitasnya kemudan digunakan sebagai dasar dalam menguji hipotesis penelitian.
2. Pengujian Hipotesis
a. Uji normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah dua kelompok sampel
berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Hipotesis untuk uji
normalitas :
H0 = data penelitian berdistribusi normal
H1 = data penelitian berdistribusi tidak normal
Untuk uji normalitas data, digunakan rumus yang terdapat dalam
Sudjana (2005) :
χ� = ∑
(O i −E i )2
Keterangan : χ2
Kriteria
........................................... (3)
Ei
= uji Chi- kuadrat
Oi
= frekuensi observasi
Ei
= frekuensi harapan
: Terima H0 jika χ2hitung χ2tabel
31
b. Uji homogenitas dua varians
Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah data yang dibandingkan memiliki
nilai rata-rata dan varians yang sama atau tidak. Hipotesis untuk uji
Homogenitas :
Ho
: 12 22 = data penelitian mempunyai variansi yang homogen
H1
: 12 22 = data penelitian mempunyai variansi yang tidak homogen
Keterangan :
varians skor kelompok I
varians skor kelompok II
Untuk menguji homogenitas kedua varians kelas sampel, digunakan uji
kesamaan dua varians, dengan rumusan statistik :
...................................... (4)
Keterangan :
varians terbesar
varians terkecil
Dengan kriteria uji
Terima H0 jika Fhitung < Ftabel, dan tolak sebaliknya (Sudjana, 2005).
c. Uji perbedaan dua rata-rata.
Jika data yang diperoleh berdistribusi normal dan homogen, maka pengujian
hipotesis menggunakan uji statistik parametrik, yaitu menggunakan uji
perbedaan dua rata-rata (uji-t).
32
Berikut adalah rumus untuk uji perbedaan dua rata-rata (uji-t).
hitung
=
�1 − �2
�
1
1
+
...................................... (5)
1
2
dengan
2
�
=
1 −1
2
2
1 +( 2 −1) 2
1 + 2 −2
.
...................................... (6)
Keterangan :
thitung = Koefisien t
X 1 = Gain rata-rata kelas eksperimen
X 2 = Gain rata-rata kelas kontrol
sg2 = Varians
n1 = Jumlah siswa kelas eksperimen
n2 = Jumlah siswa kelas kontrol
s12 = Varians kelas eksperimen
s 22 = Varians kelas kontrol
Dengan kriteria pengujian: terima H0 jika thitung < t1-α dan tolak sebaliknya,
d(k) = n1 + n2 – 2 dan tolak H0 untuk harga t lainnya. Dengan menentukan
taraf signifikan α = 5% peluang (1- α ).
63
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
1. Model Learning Cycle 6E pada materi koloid efektif dalam meningkatkan
keterampilan prediksi. Keterampilan prediksi dilatihkan pada fase extention
2. Model Learning Cycle 6E pada materi koloid efektif dalam meningkatkan
penguasaan konsep.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan:
1. Bagi calon peneliti lain yang tertarik melakukan penelitian agar lebih
memperhatikan pengelolaan kelas dalam proses pembelajaran sehingga
pembelajaran terlaksana dengan maksimal.
2. Bagi guru dan calon peneliti diharapkan lebih memperhatikan alat dan bahan
untuk praktikum, agar hasil pengamatan yang diharapkan sama dengan apa
yang ditemukan siswa pada fase eksplorasi.
DAFTAR PUSTAKA
Andriani, Y. 2012. Efektivitas Model Pembelajaran Problem Solving Dalam
Meningkatkan Keterampilan Mengelompokkan dan Penguasaan Konsep
Pada Materi Koloid. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.
BSNP. 2006. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Kimia SMA/MA. Depdiknas.
Jakarta.
Cartono. 2007. Profil Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Program
Pendidikan Jarak Jauh S1 PGSD Universitas Sriwijaya. FKIP Universitas
Sriwijaya. Palembang. Proceeding of The First International Seminar on
Science Education.ISBN: 979-25-0599-7.
Creswell, J.W. 1997. Research Design Qualitative & Quantitative Approaches.
Thousand Oaks-London-New. New Delhi. Sage Publications.
Dahar, R.W. 1996. Teor-teori Belajar. Erlangga. Jakarta.
Dimyati dan Moedjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta.
Jakarta.
Djamarah, S. dan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.
Fadiawati, N. 2011. Perkembangan Konsepsi Pembelajaran Tentang Struktur
Atom Dari SMA Hingga Perguruan Tinggi. Disertasi. Perpustakaan
Universitas Pendidikan Indonesia.
Fajaroh, F. , Dasna, I Wayan. 6 Januari 2008. Pembelajaran dengan Model Siklus
Belajar (Learning Cycle). Diakses 15 Maret 2013(online)
http://massofa.wordpress.com/2008/01/06/pembelajaran-dengan-model-siklusbelajar-learning-cycle/.
MENINGKATKAN KETERAMPILAN PREDIKSI
DAN PENGUASAAN KONSEP KOLOID
Oleh
KADEK YULIYA DEWI ASTUTI
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Kimia
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2013
ii
ABSTRAK
EFEKTIVITAS MODEL LEARNING CYCLE 6E DALAM
MENINGKATKAN KETERAMPILAN PREDIKSI
DAN PENGUASAAN KONSEP KOLOID
Oleh
KADEK YULIYA DEWI ASTUTI
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas model Learning Cycle
6E dalam meningkatkan keterampilan prediksi dan penguasaan konsep koloid.
Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen dengan Non-Equivalent
Control Group Design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas
XI IPA SMA YP Unila Bandar Lampung, dengan kelas XI IPA2 dan kelas XI
IPA4 sebagai sampel. Efektivitas model Learning Cycle 6E diukur berdasarkan
perbedaan N-gain yang signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen serta
dengan uji perbedaan dua rata-rata (uji t). Hasil penelitian menunjukkan rata-rata
N-gain keterampilan prediksi untuk kelas kontrol dan kelas eksperimen yaitu 0,56
dan 0,65; sedangkan rata-rata N-gain penguasaan konsep untuk kelas kontrol dan
kelas eksperimen yaitu 0,58 dan 0,73. Berdasarkan pengujian hipotesis dengan
menggunakan uji-t, didapat kesimpulan bahwa model Learning Cycle 6E efektif
dalam meningkatkan keterampilan prediksi dan penguasaan konsep koloid.
Kata kunci : model Learning Cycle 6E, keterampilan prediksi, dan penguasaan
konsep
xii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xv
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 4
E. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Belajar Konstruktivisme ............................................................... 6
B. Model Pembelajaran LC 6E ................................................................... 8
C. Keterampilan Proses Sains .................................................................... 11
D. Penguasaan Konsep ................................................................................ 14
E. Analisis Konsep ..................................................................................... 16
F. Kerangka Pemikiran ............................................................................... 20
G. Anggapan Dasar ..................................................................................... 21
H. Hipotesis Umum ..................................................................................... 22
xiii
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel Penelitian ........................................................... 23
B. Jenis dan Sumber Data ....................................................................... 23
C. Metode dan Desain Penelitian ............................................................. 24
D. Variabel Penelitian ............................................................................... 24
E. Instrumen Penelitian dan Validitasnya ................................................. 25
F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian .......................................................... 25
G. Hipotesis Statistik ................................................................................. 28
H. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ................................... 29
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .................................................................................... 33
B. Pembahasan .......................................................................................... 39
V. SIMPULAN DAN SARAN
C. Simpulan............................................................................................... 57
D. Saran ..................................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
Pemetaan SK-KD ................................................................................. 61
Silabus ................................................................................................. 67
RPP ....................................................................................................... 77
Lembar Kerja Siswa ........................................................................... 107
Kisi-Kisi Soal Pretest ......................................................................... 143
Soal Pretest ........................................................................................ 145
Rubrik Penskoran Pretest ................................................................... 150
Kisi-Kisi Soal Posttest ....................................................................... 155
Soal Posttest ....................................................................................... 157
Rubrik Penskoran Posttest ................................................................. 164
Skor serta nilai Keterampilan Prediksi dan Penguasaan Konsep ....... 171
Perhitungan ......................................................................................... 174
Lembar Aktivitas Siswa ..................................................................... 196
Lembar Kinerja Guru ......................................................................... 204
Surat Izin Penelitian ........................................................................... 212
Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian ...................................... 213
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis,
sehingga IPA bukan hanya berupa fakta-fakta, konsep-konsep, dan prinsipprinsip saja tetapi merupakan suatu proses penemuan. Kimia merupakan ilmu
yang termasuk rumpun IPA, oleh karenanya kimia memiliki karakteristik
sama dengan IPA. Karakteristik tersebut adalah objek ilmu kimia, cara memperoleh serta kegunaannya.
Pada awalnya ilmu kimia diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan namun pada perkembangan selanjutnya kimia juga diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori. Ada tiga hal yang berkaitan dengan kimia
yaitu, kimia sebagai produk yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan
teori; kimia sebagai proses atau kerja ilmiah; dan kimia sebagai sikap. Oleh
sebab itu pembelajaran kimia harus memperhatikan karakteristik kimia
sebagai produk, proses, dan sikap (BSNP.2006).
Faktanya, pembelajaran kimia yang diterapkan oleh sebagian guru di sekolah
cenderung hanya menghadirkan konsep-konsep, hukum-hukum, dan teoriteori saja, tanpa memperhatikan bagaimana proses ditemukannya konsep,
2
hukum, dan teori tersebut, sehingga tidak tumbuh sikap ilmiah dalam diri
siswa. Pembelajaran kimia di SMA cenderug hanya menghafal konsep dan
kurang mampu menggunakan konsep tersebut jika menemui masalah dalam
kehidupan nyata yang berhubungan dengan konsep yang dimiliki, sehingga
siswa kurang merasakan manfaat dari pembelajaran tersebut.
Hal ini diperkuat dari hasil wawancara dengan guru bidang studi kimia di
SMA YP Unila Bandar Lampung, yang diperoleh informasi bahwa selama ini
proses pembelajaran di kelas cenderung menggunakan metode ceramah,
diskusi, dan presentasi (dengan menggunakan media pembelajaran power
point) serta tidak dilakukan praktikum. Contohnya pada materi koloid yang
pembelajarannya menggunakan metode diskusi tanpa adanya praktikum.
Siswa hanya memperoleh informasi dari berbagai sumber tanpa dilibatkan
langsung dalam menemukan konsep dari materi tersebut, sehingga tidak
tumbuh sikap ilmiah dalam diri siswa yang menyebabkan KPS siswa kurang
berkembang. Oleh karena itu, pada materi koloid diperlukan suatu model
pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif dan terlibat dalam menemukan
konsep serta dapat melatih KPS siswa.
Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk melatihkan KPS
siswa pada materi koloid adalah model learning cycle 6E (LC 6E). Learning
cycle 6E (LC 6E) adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa.
LC 6E merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi
sedemikian rupa sehingga siswa dapat berperan aktif dan menguasai
kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran.
3
LC 6E terdiri dari 6 fase yaitu fase pendahuluan (engagement), fase
eksplorasi (exploration), fase penjelasan (explaination), fase penguatan
(echo), fase penerapan konsep (extension) dan fase evaluasi (evaluation).
KPS yang dapat dilatihkan pada materi koloid adalah keterampilan prediksi.
Keterampilan prediksi memiliki dua indikator, yaitu (1) kemampuan memprediksikan dengan menggunakan pola-pola hasil pengamatan, dan (2) kemampuan mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan yang
belum diamati. Keterampilan prediksi ini menuntut siswa agar dapat menemukan suatu konsep atau meramalkan pola hasil pengamatan yang ada dan
meramalkan yang mungkin terjadi disekitar mereka, yang selama ini belum
mereka kuasai seutuhnya (Dimyati dan Moedjiono, 2002). Misalnya pada
materi koloid siswa dapat memprediksikan muatan partikel koloid dari suatu
koloid yang di uji dengan tabung U berdasarkan pola hasil pengamatan yang
ada. Keterampilan ini dapat dilatihkan pada tahap extend.
Menurut studi pustaka yang mengkaji tentang model pembelajaran LC 6E
yaitu hasil penelitian Siregar (2012) yang meneliti tentang Pengaruh Keterampilan Proses Sains melalui Model Pembelajaran Learning Cycle 6E
terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Fluida Statis, menunjukan bahwa
adanya peningkatan hasil belajar siswa dengan digunakannya keterampilan
proses sains dalam model LC 6E pada pembelajaran fisika.
Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut, maka dilakukan penelitian
yang berjudul “Efektivitas Model Learning Cycle 6E Dalam Meningkatkan Keterampilan Prediksi dan Penguasaan Konsep Koloid”.
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana efektivitas model LC 6E dalam meningkatkan keterampilan
prediksi pada materi koloid?
2. Bagaimana efektivitas model LC 6E dalam meningkatkan penguasaan
konsep pada materi koloid?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan, maka tujuan penelitian ini
adalah mendeskripsikan efektivitas model LC 6E dalam meningkatkan keterampilan prediksi dan penguasaan konsep koloid.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, yaitu:
1. Siswa
Dengan diterapkannya pembelajaran menggunakan model LC 6E dapat
memberikan pengalaman belajar secara langsung kepada siswa serta
melatih keterampilan prediksi dan penguasaan konsep siswa pada materi
koloid.
2. Guru dan calon guru
Memberikan inspirasi bagi guru dalam menerapkan model LC 6E dan
memberi refrensi sebagai model pembelajaran alternatif pada materi
koloid.
5
3. Sekolah.
Dengan diterapkannya pembelajaran menggunakan model LC 6E diharapkan dapat dijadikan masukan dalam usaha meningkatkan mutu proses
pembelajaran dan hasil belajar dalam mata pelajaran Kimia di sekolah.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah :
1. Pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan keterampilan prediksi dan
penguasaan konsep apabila secara statistik menunjukkan perbedaan N-gain
yang signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen.
2. Model pembelajaran yang diterapkan adalah model LC 6E, yang terdiri
dari 6 fase yaitu ( Engagement, Exploration, Explaination ,Echo, Extend,
Evaluation ).
3. Keterampilan proses sains yang diteliti dalam penelitian ini adalah keterampilan prediksi, yang memiliki dua Indikator yaitu (1) kemampuan
memprediksikan dengan menggunakan pola-pola hasil pengamatan, dan
(2) kemampuan mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan
yang belum diamati.
4. Penguasaan konsep berupa nilai siswa yang diperoleh melalui pretest dan
posttest .
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Belajar Konstruktivisme
Teori-teori baru dalam psikologi pendidikan dikelompokkan dalam teori pembelajaran kontruktivis (contruktivist theories of learning ). Teori kontruktivis ini
menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan
informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan
merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai.
Menurut teori kontruktivis ini, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi
pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan
kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya.
Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberikan ide-ide
mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan
strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi siswa anak tangga
yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa
sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut (Slavin dalam Nur,2002).
Menurut Von Glasersfeld (Sardiman, 2008) konstruktivisme adalah salah satu
filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi
(bentukan) kita sendiri. Pengetahuan bukanlah suatu imitasi dari kenyataan
7
(realitas), pengetahuan kita merupakan kontruksi dari kita yang mengetahui
sesuatu sehingga ilmu yang diperoleh diharapkan dapat bertahan lama. Von
Glasersfeld menegaskan bahwa pengetahuan bukanlah suatu tiruan atau gambaran
dari kenyataan yang ada, tetapi pengetahuan merupakan akibat dari suatu
konstruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang. Pengetahuan itu
bukanlah suatu fakta yang tinggal ditemukan, melainkan suatu perumusan yang
diciptakan orang yang sedang mempelajarinya.
Teori konstruktivisme lahir dari ide Piaget dan Vygotsky. Konstruktivisme Piaget
menekankan pada perkembangan kognitif anak sedangkan konstruktivisme
Vygotsky menekankan pada perkembangan sosial anak. Piaget menyatakan
bahwa ilmu pengetahuan dibangun dalam pikiran seorang anak dengan kegiatan
asimilasi dan akomodasi sesuai dengan skemata yang dimilikinya. Proses tersebut
meliputi:
1. Skema/skemata adalah struktur kognitif yang dengannya seseorang beradaptasi
dan terus mengalami perkembangan mental dalam interaksinya dengan
lingkungan. Skema juga berfungsi sebagai kategori-kategori untuk mengidentifikasi rangsangan yang datang dan terus berkembang.
2. Asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan persepsi,
konsep ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada
dalam pikirannya. Asimilasi dipandang sebagai suatu proses kognitif yang
menempatkan dan mengklasifikasikan kejadian atau rangsangan baru dalam
skema yang telah ada. Proses asimilasi ini berjalan terus. Asimilasi tidak akan
menyebabkan perubahan/pergantian skemata melainkan perkembangan
8
skemata. Asimilasi adalah salah satu proses individu dalam mengadaptasikan
dan mengorganisasikan diri dengan lingkungan baru sehingga pemahaman
orang itu berkembang.
3. Akomodasi adalah proses pembentukan skema karena konsep awal sudah tidak
cocok lagi. Dalam menghadapi rangsangan atau pengalaman baru seseorang
tidak dapat mengasimilasikan pengalaman yang baru dengan skemata yang
telah dimiliki. Pengalaman yang baru itu bisa jadi sama sekali tidak cocok
dengan skema yang telah ada. Dalam keadaan demikian orang akan mengadakan akomodasi. Akomodasi terjadi untuk membentuk skema baru yang cocok
dengan rangsangan yang baru atau memodifikasi skema yang telah ada
sehingga cocok dengan rangsangan itu.
4. Equilibrasi adalah keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi sehingga
seseorang dapat menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamnya
(skemata). Proses perkembangan intelek seseorang berjalan dari disequilibrium menuju equilibrium melalui asimilasi dan akomodasi (Trianto, 2011).
Teori Vigotsky lebih menekankan pada aspek sosial dari pembelajaran. Vigotsky
yakin bahwa fungsi mental yang lebih tinggi pada umunya muncul dalam percakapan dan kerjasama antar individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap ke dalam individu tersebut. (Nur dan Wikandari, 2000).
B. Model Pembelajaran Learning Cycle 6E
Karplus dalam Wena (2009) menyatakan bahwa pembelajaran siklus merupakan
salah satu model pembelajaran yang dilandasi oleh filsafat konstruktivisme.
9
Model learning cycle dikembangkan dari teori belajar Piaget. Model pembelajaran ini menyarankan agar proses pembelajaran dapat melibatkan siswa dalam
kegiatan belajar yang aktif sehingga terjadi proses skema, asimilasi, akomodasi
dan organisasi dalam struktur kognitif siswa. Bila terjadi proses konstruksi
pengetahuan dengan baik maka siswa akan dapat meningkatkan pemahamannya
terhadap materi yang dipelajari. Lebih lanjut Renner dalam Fajaroh dan Dasna
(2008) mengungkapkan bahwa:
Siklus belajar (Learning Cycle) adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Learning Cycle merupakan rangkaian
tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga pembelajar dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam
pembelajaran dengan jalan berperanan aktif.
LC pada mulanya terdiri dari tiga fase, yaitu fase eksplorasi (exploration),
pengenalan konsep (concept introduction), dan aplikasi konsep (concept
application). LC tiga fase saat ini telah dikembangkan dan disempurnakan
menjadi 5 dan 6 fase, bahkan ada pula yang mengembangkan menjadi 7 fase.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan model LC 6 fase (Engagement,
Exploration, Explaination, Echo, Extend, dan Evaluation), dan sering disebut
Learning Cycle 6E (LC 6E). Tahap dari LC 6E dapat dilihat pada Gambar 1
Gambar 1. Fase pelaksanaan pembelajaran menggunakan model LC 6E
10
Menurut Scheuermann dan Duran (2009) pada LC 6E ditambahkan fase echo
setelah fase explain. Pada fase echo siswa memperkuat konsep yang diperoleh
pada fase exploration. Peran guru pada fase echo mengkonfirmasi konsep siswa
dan memberikan dukungan atau informasi tambahan jika diperlukan. Adapun
penjelasan tahap-tahap dari LC6E adalah sebagai berikut:
1. Engagement
Pada fase engagement , bertujuan mempersiapkan diri siswa agar terkondisi
dalam menempuh fase berikutnya dengan jalan mengeksplorasi pengetahuan
awal dan ide-ide mereka serta untuk mengetahui kemungkinan terjadinya
miskonsepsi pada pembelajaran sebelumnya. Dalam fase engagement ini
minat dan keingintahuan (curiosity) siswa tentang topik yang akan diajarkan
berusaha dibangkitkan. Pada fase ini pula siswa diajak membuat prediksiprediksi tentang fenomena yang akan dipelajari dan dibuktikan dalam tahap
eksplorasi.
2. Exploration (Eksplorasi).
Pada fase exploration, siswa diberi kesempatan untuk bekerja sama dalam
kelompok-kelompok kecil tanpa pengajaran langsung dari guru untuk menguji
prediksi, melakukan dan mencatat pengamatan serta ide-ide melalui kegiatankegiatan seperti praktikum dan telaah literatur
3. Explaination (Penjelasan Konsep).
Pada fase explanation, guru harus mendorong siswa untuk menjelaskan konsep
dengan kalimat mereka sendiri, meminta bukti dan klarifikasi dari penjelasan
mereka, dan mengarahkan kegiatan diskusi. Pada tahap ini siswa menemukan
istilah-istilah dari konsep yang dipelajari
11
4. Echo (Penguatan Konsep)
Siswa mengadakan latihan dan penguatan hasil belajar utama yang dilakukan
pada fase exploration. Peran guru dalam fase ini adalah mengkonfirmasi
konsep siswa dan memberi tambahan dukungan atau informasi jika diperlukan.
5. Extend, (Penerapan Konsep ).
Siswa menerapkan konsep dan keterampilan dalam situasi baru melalui
kegiatan-kegiatan seperti praktikum lanjutan dan problem solving.
6. Evaluation (Evaluasi)
Pada tahap akhir, evaluation, dilakukan evaluasi terhadap efektifitas fase-fase
sebelumnya dan juga evaluasi terhadap pengetahuan, pemahaman konsep, atau
kompetensi siswa melalui problem solving dalam konteks baru yang kadangkadang mendorong siswa melakukan investigasi lebih lanjut
C. Keterampilan Proses Sains
Prosedur yang dilakukan para ilmuwan untuk melakukan penyelidikan dalam
usaha mendapatkan pengetahuan tentang alam dikenal dengan istilah metode
ilmiah. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh para ilmuwan untuk mendapatkan atau menemukan suatu ilmu pengetahuan membutuhkan kecakapan dan keterampilan dasar untuk melakukan kegiatan ilmiah tersebut. Kemampuan dasar
tersebut dikenal dengan istilah keterampilan proses IPA/ sains. Untuk mengenalkan alam pada siswa, perlu diajarkan bagaimana pengetahuan alam tersebut didapat, dengan melatihkan keterampilan proses sains pada siswa. Keterampilan
proses sains siswa dapat berkembang pada diri siswa bila diberi kesempatan untuk
berlatih mengembangkannya.
12
Menurut Hariwibowo dalam Fitriani (2009) mengemukakan bahwa:
Keterampilan proses adalah keterampilan yang diperoleh dari latihan kemampuan-kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai
penggerak kemampuan-kemampuan yang lebih tinggi. Kemampuankemampuan mendasar yang telah dikembangkan dan telah terlatih lamakelamaan akan menjadi suatu keterampilan.
Menurut Gagne dalam Dahar (1996) keterampilan proses sains sangat dibutuhkan
untuk menggunakan dan memahami sains, karena keterampilan proses merupakan
keterampilan yang khas yang digunakan oleh semua ilmuwan, serta dapat digunakan untuk memahami fenomena apapun juga.
Lebih lanjut, Hartono (Fitriani, 2009) mengemukakan:
Untuk dapat memahami hakikat IPA secara utuh, yakni IPA sebagai proses,
produk dan aplikasi, siswa harus memiliki KPS. Dalam pembelajaran IPA,
aspek proses perlu ditekankan bukan hanya pada hasil akhir dan berpikir
benar lebih penting dari pada memperoleh jawaban yang benar. KPS adalah
semua keterampilan yang terlibat pada saat berlangsungnya proses sains.
KPS terdiri dari beberapa keterampilan yang satu sama lain berkaitan dan
sebagai prasyarat. Namun pada setiap jenis keterampilan proses ada penekanan khusus pada masing-masing jenjang pendidikan.
Ada berbagai keterampilan dalam keterampilan proses sains, seperti yang dikemukakan Cartono (2007) keterampilan proses sains terdiri dari keterampilan
proses tingkat dasar yang terdiri dari keterampilan mengamati (observasi),
inferensi, mengelompokkan (klasifikasi), menafsirkan (interpretasi), meramalkan
(prediksi), dan mengkomunikasikan, dan keterampilan proses terpadu yang terdiri
dari menentukan variabel, menyusun tabel data, membuat grafik, menghubungkan
antar variabel, memproses data, menganalisis penyelidikan, menyusun hipotesis,
menentukan variabel, merencanakan penyelidikkan, dan bereksperimen. Adapun
penjelasan dari keterampilan proses sains dasar disajikan pada tabel berikut.
13
Tabel 1. Indikator Keterampilan Proses Sains Dasar
Keterampilan
Dasar
Mengamati
(observing)
Indikator
Mampu menggunakan semua indera untuk mengamati,
mengidentifikasi, dan menamai sifat benda dan kejadian secara
teliti dari hasil pengamatan.
Inferensi
(inferring)
Mampu membuat suatu kesimpulan tentang suatu benda atau
fenomena setelah mengumpulkan, menginterpretasi data dan
informasi.
Klasifikasi
(classifying)
Mampu menentukan perbedaan, mengontraskan
ciri-ciri, mencari kesamaan, membandingkan dan menentukan
dasar penggolongan terhadap suatu obyek.
Menafsirkan
(predicting)
Mampu mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang belum terjadi
berdasarkan fakta dan yang menunjukkan suatu, misalkan
memprediksi kecenderungan atau pola yang sudah ada
menggunakan grafik untuk menginterpolasi dan mengekstrapolasi
dugaan.
Meramalkan
(prediksi)
Menggunakan pola/pola hasil pengamatan, mengemukakan apa
yang mungkin terjadi pada keadaan yang belum diamati.
Berkomunikasi
(Communicating)
Memberikan/menggambarkan data empiris hasil percobaan atau
pengamatan dengan grafik/ tabel/ diagram, menyusun dan
menyampaikan laporan secara sistematis, menjelaskan hasil
percobaan atau penelitian, membaca grafik/ tabel/ diagram,
mendiskusikan hasil kegiatan suatu masalah atau suatu peristiwa.
Keterampilan proses sains yang ingin ditingkatkan pada penelitian ini adalah keterampilan prediksi. Prediksi merupakan suatu ramalan dari apa yang kemudian
hari mungkin dapat diamati. Untuk dapat membuat prediksi yang dapat dipercaya
tentang objek atau peristiwa, maka dapat dilakukan dengan memperhitungkan
penentuan secara tepat perilaku terhadap lingkungan kita. Keteraturan dalam
lingkungan kita mengizinkan untuk mengenal pola-pola dan untuk memprediksi
terhadap pola-pola apa yang mungkin dapat diamati kemudian hari. Memprediksi
14
dapat diartikan sebagai mengantisipasi atau membuat ramalan tentang segala hal
yang akan terjadi pada waktu mendatang, berdasarkan perkiraan pada pola atau
kecenderungan tertentu, atau hubungan antara fakta, konsep, dan prinsip dalam
ilmu pengetahuan
Menurut (Dimyati dan Moedjiono, 2002) keterampilan Prediksi terdiri dari dua
indikator yaitu :(1). kemampuan memprediksikan dengan menggunakan pola-pola
hasil pengamatan dan (2). mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan
yang belum diamati. Terkait dengan indikator tersebut, Dahar (1996) menjelaskan bahwa jika siswa dapat menggunakan pola-pola hasil pengamatan dan
mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan yang belum diamati,
maka siswa memiliki keterampilan proses prediksi.
D. Penguasaan Konsep
Menurut Uno (2007), konsep merupakan simbol berfikir. Hal ini diperoleh dari
hasil tafsiran terhadap suatu fakta atau realita dan hubungan antara berbagai fakta.
Suatu konsep dapat diklasifikasikan berdasarkan ciri-ciri tertentu, misalnya pada
materi penelitian ini yaitu konsep tentang jenis-jenis koloid. Kompetensi dasar
materi pokok koloid yaitu mengelompokkan sifat-sifat koloid dan penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari serta membuat berbagai sistem koloid dengan bahanbahan yang ada disekitarnya. Indikator kognitif produk pada materi koloid yaitu
mengidentifikasi pengertian koloid, memberikan contoh-contoh koloid yang ada
dalam kehidupan sehari-hari, menjelaskan hasil pengamatan berupa tabel ataupun
gambar tentang efek Tyndall, gerak Brown, dialisis, koagulasi, adsorpsi, dan
elektroforesis serta memberikan contoh-contohnya dalam kehidupan sehari-hari,
15
menjelaskan peristiwa terjadinya muatan listrik pada partikel koloid , mendefinisikan koloid liofil dan liofob serta perbedaan keduanya dengan contoh yang ada di
lingkungan, serta menjelaskan cara pembuatan koloid dengan cara kondensasi dan
dispersi.
Penguasaan konsep akan mempengaruhi ketercapaian hasil belajar siswa. Suatu
proses dikatakan berhasil apabila hasil belajar yang didapatkan meningkat atau
mengalami perubahan setelah siswa melakukan aktivitas belajar, pendapat ini
didukung oleh Djamarah dan Zain (2002) yang mengatakan bahwa belajar pada
hakikatnya adalah perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar. Proses belajar seseorang sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah pembelajaran yang digunakan
guru dalam kelas, selain itu dalam belajar juga dituntut adanya suatu aktivitas
yang harus dilakukan siswa sebagai usaha untuk meningkatkan penguasaan
konsep.
Penguasaan terhadap suatu konsep akan lebih baik jika siswa terus belajar,
sehingga siswa dapat mengetahui banyak materi pembelajaran. Sebagian besar
materi pembelajaran yang dipelajari di sekolah terdiri dari berbagai konsep.
Semakin banyak konsep yang dimiliki siswa, maka alternatif yang dapat dipilih
dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya akan bertambah banyak.
Menurut Sagala (2003) definisi konsep adalah :
Konsep merupakan buah pemikiran seseorang atau sekelompok orang yang
dinyatakan dalam definisi sehingga menghasilkan produk pengetahu-an yang
meliputi prinsip, hukum, dan teori. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa,
pengalaman, melalui generalisasi dan berpikir abstrak.
16
Konsep merupakan pokok utama yang mendasari keseluruhan sebagai hasil berpikir abstrak manusia terhadap benda, peristiwa, dan fakta yang menerangkan
banyak pengalaman. Pemahaman dan penguasaan konsep akan memberikan suatu
aplikasi dari konsep tersebut, yaitu membebaskan suatu stimulus yang spesifik
sehingga dapat digunakan dalam segala situasi dan stimulus yang mengandung
konsep tersebut.
E. Analisis Konsep
Penguasaan konsep merupakan dasar dari penguasaan prinsip-prinsip dan teoriteori, artinya untuk dapat menguasai prinsip dan teori harus dikuasai terlebih
dahulu konsep-konsep yang menyusun prinsip dan teori yang bersangkutan.
Penguasaan konsep yang baik akan membantu pemakaian konsep-konsep yang
lebih komplek.
Herron et al. dalam Fadiawati (2011) berpendapat bahwa belum ada definisi
tentang konsep yang diterima atau disepakati oleh para ahli, biasanya konsep
disamakan dengan ide. Markle dan Tieman dalam Fadiawati (2011) mendefinisikan konsep sebagai sesuatu yang sungguh-sungguh ada. Mungkin tidak ada satupun definisi yang dapat mengungkapkan arti dari konsep. Untuk itu diperlukan
suatu analisis konsep yang memungkinkan kita dapat mendefinisikan konsep,
sekaligus menghubungkan dengan konsep-konsep lain yang berhubungan.
Lebih lanjut lagi, Herron et al. (1977) dalam Fadiawati (2011) mengemukakan
bahwa analisis konsep merupakan suatu prosedur yang dikembangkan untuk
menolong guru dalam merencanakan urutan-urutan pengajaran bagi pencapaian
17
konsep. Analisis konsep dilakukan melalui tujuh langkah, yaitu menentukan
nama atau label konsep, definisi konsep, jenis konsep, atribut kritis, atribut
variabel, posisi konsep, contoh dan non contoh.
Menurut Suyanti (2010) analisis konsep dimaksudkan untuk mengidentifikasikan
konsep-konsep esensial dalam topik-topik yang diajarkan, menyusun konsep
secara rinci serta mengenali sifat, mengenali atribut, kedudukan, contoh dan non
contoh. Konsep-konsep esensial yang sudah diidentifikasi dalam satu pokok
bahasan dapat dilihat keterkaitannya melelui peta konsep. Konsep-konsep kimia
dapat dikelompokan berdasarkan atribut-atribut konsep menjadi 7 kelompok yaitu
sebagai berikut :
1. Konsep konkrit, yaitu konsep yang contohnya dapat dilihat.
2. Konsep abstrak, yaitu konsep yang contohnya tidak dapat dilihat, misalnya
atom, molekul.
3. Konsep dengan atribut kritis yang abstrak tetapi contohnya dapat dilihat
misalnya unsur,senyawa.
4. Konsep yang berdasarkan prinsip misalnya mol,campuran, larutan.
5. Konsep yang melibatkan pengambaran simbol, misalnya lambang unsur, rumus
kimia.
6. Konsep yang menyatakan suatu sifat misalnya elektronegatif.
7. Konsep yang menunjukan atribut ukuran meliputi kg, g (ukuran massa), M, m,
pH ( ukuran kosentrasi), C (ukuran muatanlistrik).
Analisis konsep pada materi koloid disajikan dalam tabel 2 berikut ini.
19
Tabel 2. Analisis Konsep Koloid
No
(1)
1
Label
Konsep
(2)
Campuran
Definisi Konsep
(3)
Campuran merupakan
gabungan dari dua zat
atau lebih yang tidak
mempunyai komposisi
yang tetap dan dapat
dipisahkan secara fisika.
2.
Suspensi
Suspensi merupakan
campuran heterogen
yang terdiri dari dua
fasa dan dapat
dibedakan antara zat
terlarut dengan zat
pelarut.
3.
Larutan
Campuran homogen
yang terdiri dari satu
fasa dan tidak dapat
dibedakan antara zat
terlarut dengan zat
pelarut.
(1)
(2)
(3)
Jenis
Atribut Konsep
Konsep
Konsep
Kritis
Variabel Superordinat Koordinat
Subordinat
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
Konsep Gabungan dari
Partikel
Materi
Unsur,
larutan
Konkret
dua zat atau lebih
Zat
Senyawa koloid
zat.
suspensi
Campuran
homogen/
campuran
heterogen, dapat
berupa
larutan,koloid
suspensi.
Konsep Suspensi
Partikel
sistem
larutan
konkret Campuran heterogen zat
dispersi
koloid
Zat terlarut dan zat
pelarut dapat
dibedakan
Konsep
konkret
(4)
larutan
campuran homogen
zat terlarut dan
pelarut tidak dapat
dibedakan
(5)
partikel
zat
(6)
sistem
dispersi
(7)
suspensi
koloid
(8)
Contoh
(10)
(11)
Campuran air Pasir,gula
dengan pasir,
,garam , dll.
Campuran air
dengan garam,
Campuran air
dengan susu.
Campuran air
dengan pasir
,campuran
minyak
dengan
air,Campuran
kopi dengan
air.
Larutan
Larutan gula,
elektrolit dan larutan garam
non
elektrolit
Larutan
asam basa
(9)
Non contoh
(10)
Santan, susu
campuran air dan
pasir,campuran
minyak dan
air,Campuran
kopi dan air.
(11)
18
20
Koloid adalah suatu
bentuk campuran yang
keadaanya terletak
antara larutan dan
Suspensi (campuran
kasar)
Aerosol merupakan
sistem koloid zat padat
atau zat cair yang
terdispersi dalam gas.
Konsep
abstrak
contoh
konkret
Koloid
Campuran yang
terletak antara
suspensi dan larutan
Partikel
zat
sistem
dispersi
larutan
suspensi
sol
emulsi
buih
aerosol
gel
Susu, santan
,cat ,tinta,dll
Campuran air
dengan minyak,
campuran pasir
dengan air
Konsep
abstrak
contoh
konkret
aerosol
koloid dari partikel
padat/cair yang
terdispersi dalam gas
partikel
zat
jenis-jenis
koloid
sol
emulsi
buih
gel
Aerosol
padat
Aerosol
cair
Awan,kabut,
Asap, debu,
jelagadalam
udara
Air sungai, cat
sol
Sol merupakan system
koloid zat padat yang
terdispersi dalam zat
cair
Konsep
abstrak
contoh
konkret
partikel
zat
jenis-jenis
koloid
Sol cair
Sol padat
Tinta,koloide
mas,paduanlog
am.
Santan, susu,
mayonaise
Emulsi
Emulsi merupakan
sistem koloid zat cair
yang terdispersi dalam
zat cair ( sistem koloid
cair-cair) .
Buih merupakan sistem
koloid yang terdiri dari
gas yang terdispersi
dalam zat cair
Konsep
abstrak
contoh
konkret
partikel
zat
jenis-jenis
koloid
aerosol
sol
buih
gel
Emulsi
padat
Emulsi
cair
Susu,santan,
jeli,mentega,
keju
Kabut, awan
Partikel
zat
jenis-jenis
koloid
aerosol
sol
emulsi
gel
Buih cair
Buih padat
Buih sabun,
karet busa batu
apung
susu, santan, jeli
Gel merupakan sistem
koloid zat cair yang
terdispersi dalam
medium padat.
Konsep
abstrak
contoh
konkret
Sol
jenis koloid dari
partikel padat
terdispersi dalam zat
cair
Emulsi
terdiri dari fase
terdispersi cair dan
medium pendispersi
cair
buih
Terdiri dari fase
terdispersi gas dan
medium pendispersi
padat/cair
Gel
koloid yang
setengah padat dan
cair
partikel
zat
jenis-jenis
koloid
aerosol
sol
Gel silika,
Sabun, karet busa,
awan
4.
Koloid
5.
Aerosol
6.
7
8.
Buih
9.
Gel
Konsep
abstrak
contoh
konkret
aerosol
emulsi
buih
gel
19
20
F. Kerangka Berfikir
Model pembelajaran merupakan salah satu faktor pendukung pencapaian tujuan
pembelajaran. Kemampuan guru untuk memilih dan menerapkan model pembelajaran yang tepat akan menentukan sejauh mana siswa dapat mengembangkan
keterampilan proses sains siswa dalam pembelajaran IPA, khususnya mata
pelajaran kimia. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk
meningkatkan keterampilan proses sains siswa adalah dengan model LC 6E.
Model LC 6E merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi
sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang
harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperanan aktif.
Model LC 6E terdiri dari enam fase yaitu fase (engagement, exploration
explaination, echo, extension dan evaluation. Fase pertama dalam model LC 6E adalah Engagement yang bertujuan mempersiapkan diri siswa agar terkondisi
dalam menempuh fase berikutnya dengan jalan menggali pengetahuan awal siswa
dan ide-ide mereka serta untuk mengetahui kemungkinan terjadinya miskonsepsi
pada pembelajaran sebelumnya. Dalam fase ini minat dan keingintahuan siswa
tentang topik yang akan diajarkan berusaha dibangkitkan. Pada fase ini pula
siswa diajak membuat prediksi-prediksi tentang fenomena yang akan dipelajari
dan dibuktikan dalam tahap eksplorasi. Fase kedua adalah Exploration, siswa
diberi kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil tanpa
pengajaran langsung dari guru untuk menguji prediksi, melakukan dan mencatat
pengamatan serta ide-ide melalui kegiatan-kegiatan seperti praktikum dan telaah
literatur. Fase ketiga adalah Explaination , siswa menjelaskan konsep dengan
21
kalimat mereka sendiri. Fase keempat adalah Echo, siswa mengadakan latihan
dan penguatan hasil belajar utama yang dilakukan pada fase exploration. Fase
kelima adalah Extend, siswa menerapkan konsep dan keterampilan dalam situasi
baru. Fase terakhir dalam model LC 6E adalah Evaluation, untuk mengetahui
efektivitas fase-fase sebelumnya dan juga evaluasi terhadap pengetahuan dan
pemahaman konsep siswa.
Dengan fase-fase dalam model LC 6E tersebut, pembelajaran kimia dapat memberikan pengalaman belajar pada siswa sebagai proses dengan menggunakan sikap
ilmiah agar mampu memiliki pemahaman melalui fakta-fakta yang mereka temukan sendiri, sehingga mereka dapat menemukan konsep, dan teori, serta dapat
menghubungkan dan menerapkan pada kehidupan. Sehingga dari uraian di atas
terlihat bahwa model LC 6E sangat mendukung siswa untuk mengembangkan
keterampilan proses sains yang dimilikinya terutama keterampilan prediksi dan
penguasaan konsep.
G. Anggapan Dasar
Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:
1. Siswa-siswa kelas XI IPA semester genap SMA YP Unila Bandar Lampung TP
2012/2013 yang menjadi subjek penelitian mempunyai kemampuan dasar yang
sama dalam hal keterampilan prediksi dan penguasaan konsep.
2. Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi peningkatan keterampilan
prediksi dan penguasaan konsep pada materi koloid diabaikan.
22
H. Hipotesis Umum
Hipotesis dalam penelitian ini adalah model LC 6E efektif dalam meningkatkan
keterampilan prediksi dan penguasaan konsep koloid.
23
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA YP Unila
Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 238 siswa dan tersebar dalam enam kelas. Dari populasi tersebut diambil 2 kelas yang akan dijadikan sampel penelitian. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive
sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifatsifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya, yaitu yang mempuyai kemampuan kognitif yang sama atau hampir sama, dan diperolehlah kelas XI IPA2 dan XI
IPA4 sebagai sampel penelitian. Kelas XI IPA2 sebagai kelas eksperimen yang
mengalami pembelajaran dengan menggunakan model LC 6E, sedangkan kelas
XI IPA4 sebagai kelas kontrol yang mengalami pembelajaran konvensional.
B. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang bersifat
kuantitatif yang berupa data hasil tes keterampilan prediksi dan penguasaan
konsep sebelum penerapan pembelajaran (pretest) dan data hasil tes keterampilan
prediksi dan penguasaan konsep setelah penerapan pembelajaran (posttest).
24
Sumber data dibagi menjadi dua kelompok yaitu :
1. Data hasil pretest dan posttest yang bersumber dari kelas kontrol ; dan
2. Data hasil pretest dan posttest yang bersumber dari kelas eksperimen
Adapun data pendukung yang bersifat kualitatif, yaitu lembar aktivitas siswa, dan
lembar observasi kinerja guru.
C. Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan menggunakan
Non-Equivalent Control Group Design (Creswell, 1997). Desain penelitian ini
melihat perbedaan pretest maupun posttest antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol, dengan rancangan seperti pada tabel berikut ini
Tabel 3. Desain penelitian
Pretest
Perlakuan
Posttest
Kelas eksperimen
O1
X
O2
Kelas kontrol
O1
-
O2
Keterangan:
X :
Perlakuan berupa penerapan model Learning Cycle 6E.
O1:
Pretes yang diberikan sebelum perlakuan.
O2:
Postes yang diberikan setelah perlakuan.
D. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Sebagai
variabel bebas adalah model pembelajaran yang digunakan, yaitu model LC 6E
dan pembelajaran konvensional. Sebagai variabel terikat adalah keterampilan
25
prediksi dan penguasaan konsep pada materi koloid siswa kelas XI SMA YP
Unila Bandar Lampung.
E. Instrumen Penelitian dan Validitasnya
1. Instrumen.
Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan berupa pemetaan SK-KD, silabus,
RPP, lembar kerja siswa (LKS), kisi-kisi soal, serta soal-soal pretest dan posttest
keterampilan prediksi dan penguasaan konsep dalam bentuk soal pilihan jamak
dan uraian, lembar aktivitas siswa dan lembar observasi kinerja guru
2. Validitas
Instrumen penelitian ini menggunakan validitas isi. Adapun pengujian kevalidan
isi ini dilakukan dengan cara judgment yaitu dengan pertimbangan seorang ahli,
yang dalam hal ini dilakukan oleh dosen pembimbing penelitian.
F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Langkah-langkah yang digunakan penelitian ini adalah:
1. Tahap prapenelitian
a. Membuat surat izin pendahuluan penelitian ke sekolah.
b. Meminta izin kepada kepala sekolah SMA YP Unila Bandar Lampung dan
menyampaikan surat izin penelitian yang telah dibuat.
c. Mengadakan observasi ke sekolah untuk mendapatkan informasi tentang
keadaan sekolah, data siswa, data nilai, jadwal dan tata tertib sekolah, serta
sarana prasarana di sekolah.
26
d. Menentukan dua kelas yang akan dijadikan sampel penelitian.
2. Tahap pelaksanaan penelitian
Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari beberapa tahap, yaitu:
a. Tahap persiapan
Peneliti menyusun silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
Lembar Kerja Siswa (LKS) dan instrumen tes (soal pretest dan posttest).
b. Tahap penelitian
Prosedur pelaksanaan di kelas dikelompokkan menjadi dua yaitu penerapan
pembelajaran dengan model LC 6E dan pembelajaran konvensional. Pada
kelas XI IPA2 diterapkan model pembelajaran LC 6E , sedangkan untuk
kelas XI IPA4 diterapkan pembelajaran konvensional. Prosedur
pelaksanaannya sebagai berikut:
a. melakukan pretest dengan soal yang sama pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol.
b. melaksanakan pembelajaran materi koloid sesuai model pembelajaran
yang ditetapkan pada masing-masing kelas.
c. melakukan posttest dengan soal yang sama pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol.
d. melakukan tabulasi dan analisis data.
e. penulisan pembahasan dan simpulan
27
Pada penelitian ini dikembangkan alur penelitian dengan langkah-langkah
penelitian seperti pada gambar berikut :
Observasi
Menentukan populasi dan sampel
Pembuatan instrumen dan perangkat pembelajaran
Validasi instrumen
Kelas kontrol
Pembelajaran
konvensional
(Pretes)
Kelas eksperimen
(Postes)
Pembelajaran
model LC 6E
Analisis data
Pembahasan
Kesimpulan
Gambar 2 Alur penelitian
28
G. Hipotesis Statistik
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik., hipotesis
dirumuskan dalam bentuk pasangan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif
(H1). Adapun hipotesisnya yaitu :
1. Hipotesis pertama ( keterampilan prediksi)
H0 : µ 1x≤ µ2x : Rata-rata N-gain keterampilan prediksi siswa di kelas yang
diterapkan model LC 6E lebih rendah atau sama dengan
keterampilan prediksi siswa dikelas yang diterapkan
pembelajaran konvensional.
H1 : µ 1x> µ 2x : Rata-rata N-gain keterampilan prediksi siswa dikelas yang
diterapkan model LC 6E lebih tinggi daripada keterampilan
prediksi siswa dikelas yang diterapkan pembelajaran
konvensional.
2. Hipotesis kedua (penguasaan konsep)
H0 : µ 1y≤ µ2y : Rata-rata N-gain penguasaan konsep siswa di kelas yang
diterapkan model LC 6E lebih rendah atau sama dengan
penguasaan konsep siswa dikelas yang diterapkan
pembelajaran konvensional.
H1 : µ 1y> µ 2y : Rata-rata N-gain penguasaan konsep siswa di kelas yang
diterapkan model LC 6E lebih tinggi dari pada penguasaan
konsep siswa dikelas yang diterapkan pembelajaran
konvensional.
29
Keterangan :
µ 1 = rata-rata N-gain keterampilan prediksi dan penguasaan konsep kelas
eksperimen
µ 2 = rata-rata N-gain keterampilan prediksi dan penguasaan konsep kelas
kontrol
x
= keterampilan prediksi
y
= penguasaan konsep
H. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
1. Analisis data
Tujuan analisis data adalah untuk memberikan makna atau arti yang digunakan
untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah, tujuan, dan
hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.
a. Nilai siswa
Nilai pretes dan postes pada penilaian keterampilan prediksi dan penguasaan
konsep siswa dirumuskan sebagai berikut:
Nilai siswa =
ℎ
ℎ
�
�
�
ℎ
x 100 ................................. (1)
Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menghitung N-gain yang
selanjutnya digunakan untuk menguji hipotesis.
b. Gain ternormalisasi (N-gain)
Untuk mengetahui efektivitas model LC 6E dapat meningkatkan keterampilan prediksi dan penguasaan konsep koloid, maka dilakukan analisis nilai
gain ternormalisasi (N-gain).
30
Adapun rumus N-gain menurut Hake (1999) adalah sebagai berikut :
N-gain (g) =
−
(
(
)
−
)
...................................... (2)
Tabel 4. Klasifikasi N-gain ( g )
Besarnya N-gain (g)
g > 0,7
0,3 < g ≤ 0,7
g ≤ 0,3
Interpretasi
Tinggi
Sedang
Rendah
Data gain ternormalisasi yang diperoleh diuji normalitas dan homogenitasnya kemudan digunakan sebagai dasar dalam menguji hipotesis penelitian.
2. Pengujian Hipotesis
a. Uji normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah dua kelompok sampel
berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Hipotesis untuk uji
normalitas :
H0 = data penelitian berdistribusi normal
H1 = data penelitian berdistribusi tidak normal
Untuk uji normalitas data, digunakan rumus yang terdapat dalam
Sudjana (2005) :
χ� = ∑
(O i −E i )2
Keterangan : χ2
Kriteria
........................................... (3)
Ei
= uji Chi- kuadrat
Oi
= frekuensi observasi
Ei
= frekuensi harapan
: Terima H0 jika χ2hitung χ2tabel
31
b. Uji homogenitas dua varians
Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah data yang dibandingkan memiliki
nilai rata-rata dan varians yang sama atau tidak. Hipotesis untuk uji
Homogenitas :
Ho
: 12 22 = data penelitian mempunyai variansi yang homogen
H1
: 12 22 = data penelitian mempunyai variansi yang tidak homogen
Keterangan :
varians skor kelompok I
varians skor kelompok II
Untuk menguji homogenitas kedua varians kelas sampel, digunakan uji
kesamaan dua varians, dengan rumusan statistik :
...................................... (4)
Keterangan :
varians terbesar
varians terkecil
Dengan kriteria uji
Terima H0 jika Fhitung < Ftabel, dan tolak sebaliknya (Sudjana, 2005).
c. Uji perbedaan dua rata-rata.
Jika data yang diperoleh berdistribusi normal dan homogen, maka pengujian
hipotesis menggunakan uji statistik parametrik, yaitu menggunakan uji
perbedaan dua rata-rata (uji-t).
32
Berikut adalah rumus untuk uji perbedaan dua rata-rata (uji-t).
hitung
=
�1 − �2
�
1
1
+
...................................... (5)
1
2
dengan
2
�
=
1 −1
2
2
1 +( 2 −1) 2
1 + 2 −2
.
...................................... (6)
Keterangan :
thitung = Koefisien t
X 1 = Gain rata-rata kelas eksperimen
X 2 = Gain rata-rata kelas kontrol
sg2 = Varians
n1 = Jumlah siswa kelas eksperimen
n2 = Jumlah siswa kelas kontrol
s12 = Varians kelas eksperimen
s 22 = Varians kelas kontrol
Dengan kriteria pengujian: terima H0 jika thitung < t1-α dan tolak sebaliknya,
d(k) = n1 + n2 – 2 dan tolak H0 untuk harga t lainnya. Dengan menentukan
taraf signifikan α = 5% peluang (1- α ).
63
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
1. Model Learning Cycle 6E pada materi koloid efektif dalam meningkatkan
keterampilan prediksi. Keterampilan prediksi dilatihkan pada fase extention
2. Model Learning Cycle 6E pada materi koloid efektif dalam meningkatkan
penguasaan konsep.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan:
1. Bagi calon peneliti lain yang tertarik melakukan penelitian agar lebih
memperhatikan pengelolaan kelas dalam proses pembelajaran sehingga
pembelajaran terlaksana dengan maksimal.
2. Bagi guru dan calon peneliti diharapkan lebih memperhatikan alat dan bahan
untuk praktikum, agar hasil pengamatan yang diharapkan sama dengan apa
yang ditemukan siswa pada fase eksplorasi.
DAFTAR PUSTAKA
Andriani, Y. 2012. Efektivitas Model Pembelajaran Problem Solving Dalam
Meningkatkan Keterampilan Mengelompokkan dan Penguasaan Konsep
Pada Materi Koloid. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.
BSNP. 2006. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Kimia SMA/MA. Depdiknas.
Jakarta.
Cartono. 2007. Profil Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Program
Pendidikan Jarak Jauh S1 PGSD Universitas Sriwijaya. FKIP Universitas
Sriwijaya. Palembang. Proceeding of The First International Seminar on
Science Education.ISBN: 979-25-0599-7.
Creswell, J.W. 1997. Research Design Qualitative & Quantitative Approaches.
Thousand Oaks-London-New. New Delhi. Sage Publications.
Dahar, R.W. 1996. Teor-teori Belajar. Erlangga. Jakarta.
Dimyati dan Moedjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta.
Jakarta.
Djamarah, S. dan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.
Fadiawati, N. 2011. Perkembangan Konsepsi Pembelajaran Tentang Struktur
Atom Dari SMA Hingga Perguruan Tinggi. Disertasi. Perpustakaan
Universitas Pendidikan Indonesia.
Fajaroh, F. , Dasna, I Wayan. 6 Januari 2008. Pembelajaran dengan Model Siklus
Belajar (Learning Cycle). Diakses 15 Maret 2013(online)
http://massofa.wordpress.com/2008/01/06/pembelajaran-dengan-model-siklusbelajar-learning-cycle/.