15
Selanjutnya fungsi pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah a pengembangan, yaitu pengembangan potensi peserta didik untuk menjadi pribadi
berperilaku baik; ini bagi peserta didik yang telah memiliki sikap dan perilaku yang mencerminkan budaya dan karakter bangsa;
b perbaikan, yaitu memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk bertanggung jawab dalam
pengembangan potensi peserta didik yang lebih bermartabat; dan c penyaring, yaitu untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa lain yang tidak
sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang bermartabat Puskur, 2011: 7. Dalam Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter Badan Penelitian dan
Pengembangan Pusat Kurikulum dan Perbukuan 2011: 3 Pendidikan karakter dilakukan melalui berbagai media yaitu keluarga, satuan pendidikan, masyarakat,
pemerintah, dunia usaha, dan media massa.
4. Ranah Pendidikan Karakter
Dalam
¬ ®¯°
± ²
si
³
n Pendidikan Karakter Kementrian Pendidikan Nasional 2010: 3, pendidikan karakter didefinisikan sebagai suatu proses pembudayaan
dan pemberdayaan peserta didik agar memiliki nilai-nilai luhur dan perilaku berkarakter, yang meliputi ranah olah pikir, olah hati, olah raga kinesthetik, dan
olah rasa. Model dalam pendidikan karakter yang mencakup empat ranah ini adalah
mengacu pada karakter kepribadian atau akhlak rasululloh Muhammad S.A.W, yang mencakup:
´®µ ¶· ¯® ¶
cerdas, sebagai hasil dari olah pikir,
¸ ¹°° ¹º
jujur, sebagai hasil dari olah hati,
® » ®¯® ¶
bertanggung jawab, sebagai hasil dari olah kinestetik, dan t
®¼½ ¹ ³¶
peduli sebagai hasil dari olah rasa.
16
Secara rinci, ruang lingkup model pendidikan karakter tersebut di atas mencakup: a olah pikir, untuk mengembangkan kecerdasan intelektual fathonah
atau sm
¾¿ À
, b olah hati untuk mengasah kecerdasan spiritual, sehingga membentuk karakter yang jujur siddiq, c olah raga untuk melatih kecerdasan
sosial, dan kebiasaan hidup yang sehat serta bersih, dan d olah rasa untuk mengembangkan kecerdasan emosional, dan mengasah karakter yang peduli
Á¾¿ Â
Mulyasa, 2011: 5. Sementara itu, Megawangi dalam Mulyasa, 2011: 5 menyatakan bahwa
ranah pendidikan karakter paling tidak harus mencakup sembilan pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur universal manusia, yang meliputi:
a. Cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya; b. Kemandirian dan tanggungjawab;
c. Kejujuranamanah, d. Hormat dan santun;
e. Dermawan, suka tolong-menolong dan gotong royongkerjasama; f.
Percaya diri dan pekerja keras; g. Kepemimpinan dan keadilan;
h. Baik dan rendah hati, dan; i.
Toleransi, kedamaian, dan kesatuan. Dalam hal yang senada, Suparlan 2010: 11, mengelompokkan ruang
lingkup pendidikan karakter ke dalam sembilan pilar yang saling kait-mengait, yaitu:
a.
¿ Â Ã ÄÅÆÃ
Ç È Ç ÉÇ
ty tanggung jawab;
17
b.
Ê ËÌ Í
ËÎ
t rasa hormat; c.
ÏÐÑ Ê ÒË
ss keadilan; d.
ÎÓÔ Ê ÐÕ
Ë
keberanian; e.
Ö ÓÒË
sty kejujuran; f.
Î Ñ
t
Ñ × Ë
Ò Ì ÖÑ Í
kewarganegaraan; g.
Ì ËØ ÏÙÚÑ Ì
ÎÑ ÍØÑÒË
disiplin diri; h.
Î ÐÊ ÑÒ Õ
peduli, dan i.
Í Ë Ê
Ì Ë
v
ËÊ Ð Ò ÎË
ketekunan. Kesembilan pilar pendidikan karakter tersebut dapat digambarkan pada
Gambar 1 berikut ini:
Gambar 1. Pilar Penddikan Karakter
Sumber: www
Û Õ
ÓÓ ÕØ Ë
Û ÎÓ
Ü
Suparlan, 2010
18
Sementara itu, ranah pendidikan karakter menurut Westwood Suparlan, 2010: 13 lebih memprioritaskan pengembangan enam pilar karakter sebagai
berikut: a.
Ý
ru stw
Þß àá âãä
ss rasa percaya diri
b.
å äæ çäè
t rasa hormat c.
å äæ çÞãæ
â éâ êâ
ty rasa tanggung jawab d.
ëì ß âã í
rasa kepedulian e.
ë â
t
â î äãæ áâç
rasa kebangsaan f.
ïì â ß
ãä
ss rasa keadilan. Di sisi lain, model pendidikan karakter yang lain lebih menekankan
pentingnya pengembangan karakter pada tujuh pilar karakter, sebagaimana dinyatakan bahwa
è á ì
ß ìè
t
ä
r
äðñ èìà â Þã
âã ò Þ ê
v
ä
s t
ä ìè áâã í
è áâ
ê ðß äã
ì éÞñ à
é ì æ âè
áñ óì ã
v
ìêñä
s
â ã èê ñðâ ã í
áÞãä
s ty
ô õ
â ãðãä æ æ
ô í
äã ä
r
Þæ â
ty
ô è
Þñß ìí ä ô
öß ääðÞ óô
ä÷ ñ ìêâ
ty
ô ì
ãð ß ä
æ çä è
t
á à
t
ç ø
www . ascd.org. Definisi pendidikan karakter ini lebih menekankan pentingnya tujuh pilar karakter sebagai berikut:
a. honesty ketulusan, kejujuran b. kindness rasa sayang
c. generosity kedermawanan d. courage keberanian
e. freedom kebebasan f.
equality persamaan, dan g. respect hormat
19
Berkaitan dengan kenyataan di atas, maka definisi dan ruang lingkup pendidikan karakter kemungkinan besar dapat berbeda baik dalam jumlah maupun
jenis pilar karakter mana yang akan lebih menjadi penekanan. Jumlah dan jenis pilar yang dipilih tentu akan dapat berbeda antara satu daerah atau sekolah yang
satu dengan yang lain, tergantung urgensi dan kondisinya masing-masing. Sebagai contoh, pada saat ini pilar toleransi, kedamaian, dan kesatuan dipandang menjadi
sangat penting untuk lebih ditonjolkan karena potensi kemajemukan bangsa dan Negara yang telah ada akhir-akhir ini banyak menimbulkan kerawanan. Tawuran
antarwarga, tawuran antar-etnis, dan bahkan tawuran antar mahasiswa, masih menjadi fenomena yang terjadi dalam kehidupan. Selain itu, perbedaan jumlah
dan jenis pilar karakter tersebut juga dapat terjadi karena pandangan dan pemahaman yang berbeda terhadap pilar-pilar tersebut. Sebagai contoh, pilar cinta
Tuhan dan segenap ciptaan-Nya boleh tidak ditonjolkan, karena ada pandangan dan pemahaman bahwa pilar tersebut telah tercermin ke dalam pilar-pilar yang
lainnya.
5. Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah