Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menghadapi era globalisasi dan peluang kerja di masa depan, memilih sekolah memerlukan kecermatan dan ketelitian. Jumlah sekolah semakin banyak, baik negeri maupun swasta, tetapi peluang kerja di masa depan semakin terbatas dengan tingkat kompetitif yang tinggi. Oleh karena itu, sungguh sangat bijak apabila memilih sekolah lanjutan yang mempunyai prospek lapangan kerja global, termasuk sekolah lanjutan bagi para lulusan SMP. Namun demikian, memilih sekolah lanjutan yang tepat tidaklah mudah dan kadang kala kebingungan dan kesibukan memilih sekolah lanjutan dialami oleh siswa, tidak hanya para lulusan SMA tetapi juga siswa lulusan SMP serta para orang tua. Siswa lulusan SMA bingung mau melanjutkan ke perguruan tinggi mana atau bekerja di mana. Demikian pula siswa lulusan SMP bingung mau melanjutkan sekolah ke mana, SMA atau SMK, negeri atau swasta? Selain itu, dari wawancara dengan salah satu guru BK pada saat pra penelitian di SMP N 1 Bobotsari Purbalingga diperoleh informasi bahwa ada kalanya siswa mengalami kesulitan untuk mengambil keputusan dalam menentukan alternatif mana yang seyogyanya dipilih. Salah satunya adalah kesulitan dalam pengambilan keputusan yang berkenaan dengan rencana- rencana karir yang akan dipilihnya kelak. Siswa dihadapkan dengan sejumlah 2 pilihan dan permasalahan tentang rencana karirnya. Dari wawancara beberapa siswa diperoleh informasi bahwa diantara siswa ada yang belum mengetahui bakat yang dimiliki untuk menunjang kelanjutan studinya. Menurut penuturan salah seorang guru BK di SMP N 1 Bobotsari Purbalingga, banyak siswa yang merasa cemas apabila tidak dapat melanjutkan ke sekolah yang diinginkan. Selain itu, wawancara dengan siswa juga diketahui masalah siswa dalam pilihan karir. Siswa mengaku mengalami kebingungan untuk memilih sekolah lanjutan, apa di SLTA negeri atau swasta bahkan juga bingung melanjutkan ke madrasah. Kondisi semacam itu sebenarnya tidak perlu terjadi jika hal ini diperhatikan sejak dini oleh siswa dengan memiliki self efikasi. Menurut Baronn dan Byrne 2003: 51 Individu yang memiliki efikasi diri tinggi akan mengarah pada prestasi yang lebih baik dalam berbagai bidang karena efikasi tersebut mengaktifkan perubahan psikologis untuk mengurangi rasa sakit dan membuat stres lebih dapat ditoleransi. Efikasi diri merupakan bagian dari self concept yakni keyakinan seseorang akan kemampuannya untuk menangani masalah. Efikasi diri merupakan penilaian seseorang tentang bagaimana dirinya dapat mengelola dan memutuskan tindakan yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya dengan baik. Efikasi diri seseorang berkaitan dengan persepsi dan tindakan yang akan dilakukan sebagai suatu reaksi dari lingkungan yang dihadapinya Bandura, 1993: 117. Menurut Bandura 1993: 120-124 orang yang memiliki efikasi diri rendah pada umumnya dihinggapi 3 perasaan gagal, akhirnya menuju kepada hasil yang kurang memuaskan dan menjadikan kepercayaan dirinya rendah. Siswa dengan efikasi diri yang rendah akan mempengaruhi dan membentuk persepsi yang negatif terhadap kemampuan dirinya akan suatu hal yang berhubungan dengan pekerjaan. Ia merasa bahwa dirinya tidak mampu untuk merencanakan dan mengambil keputusan dalam memilih suatu pekerjaan. Sebaliknya, siswa dengan efikasi diri yang tinggi akan membentuk persepsi yang positif terhadap kemampuan dirinya yang berhubungan dengan pekerjaan, karena dirinya merasa yakin dan mampu untuk merencanakan, mengambil keputusan bahkan mengeksplorasi dalam hal memilih pekerjaan. Dalam dunia pendidikan, efikasi diri memiliki peran penting. Banyaknya pilihan sekolah-sekolah yang favorit dengan standar mutu yang tinggi membuat banyak siswa merasa ragu pada kemampuannya untuk mencapai standar yang diharuskan. Efikasi diri mempengaruhi cara berpikir individu dalam menghadapi masalah, berpikir secara optimis atau pesimis. Efikasi diri menentukan bagaimana hambatan dan tantangan akan dihadapi. Individu dengan efikasi diri yang rendah akan mudah menyerah saat menghadapi kesulitan. Sedangkan individu dengan efikasi diri yang tinggi akan bertahan dalam menghadapi kesulitan, dianggapnya sebagai tantangan dan mencoba mengatasinya hingga tuntas. Siswa Sekolah Menengah Pertama SMP berada pada rentang usia 10-14 tahun Desmita, 2009: 36. Pada rentangan usia tersebut seorang individu berada pada tahap perkembangan masa remaja awal yang dalam 4 perkembangannya dihadapkan pada berbagai permasalahan. Ada empat macam masalah yang sering dialami oleh siswa sekolah menengah atas adalah keputusan meninggalkan sekolah, persoalan-persoalan belajar, pengambilan keputusan ke pendidikan yang lebih tinggi dan problem sosial siswa sekolah menengah atas. Keempat permasalahan tersebut, salah satunya dihadapi oleh siswa SMP adalah pengambilan keputusan ke pendidikan yang lebih tinggi, di mana seorang siswa yang telah lulus SMP dihadapkan pada pilihan-pilihan sulit. Seorang siswa dalam kehidupannya akan dihadapkan dengan sejumlah alternatif, baik yang berhubungan dengan kehidupan pribadi, sosial, belajar maupun karirnya. Ada kalanya siswa mengalami kesulitan untuk mengambil keputusan dalam menentukan alternatif mana yang sebaiknya dipilih. Para siswa SMP yang akan melanjutkan pendidikannya tidak begitu saja dapat melakukannya melainkan melalui suatu proses pilihan karir yang tepat. Alfi Purnamasari 2006: 40 mengemukakan pilihan karir adalah suatu tingkat perkembangan karir dimana individu telah mempunyai tingkat kejelasan pilihan bidang minat karir berdasarkan berbagai macam pertimbangan kondisi pribadi dan kondisi bidang minat karir. Kesulitan-kesulitan untuk mengambil keputusan karir akan dapat dihindari mana kala siswa memiliki sejumlah informasi yang memadai tentang hal-hal yang berhubungan dengan dunia karirnya. Oleh karenanya seorang siswa membutuhkan bantuan bimbingan dari guru pembimbing yang ada di sekolah, guna memperoleh pengetahuan dan pemahaman yang 5 memadai tentang berbagai kondisi dan karakteristik diri. Kekurangtahuan dan kekurangpahaman tersebut sering membuat mereka kehilangan kesempatan, salah pilih sekolah dan tidak dapat meraih kesempatan dengan baik sesuai dengan cita-cita, bakat, minat, berbagai kekuatan serta kelemahan yang ada dalam diri individu tersebut. Banyak siswa yang mengalami kekurangan informasi tentang studi lanjut sehingga cenderung menjadi salah satu hambatan dalam menentukan arah pilih studi lanjut ataupun arah pilih karirnya. Hal ini salah satunya disebabkan oleh kurang intensifnya pelaksanaan layanan informasi di sekolah. Siswa hanya memiliki informasi tentang sekolah negeri yang diminati, sedangkan kurang pengetahuan tentang sekolah swasta. Siswa masih bingung menentukan alternatif pilihan sekolah swasta dikarenakan banyaknya jenis- jenis sekolah swasta tersebut. Pemberian informasi studi lanjut, baik yang diperoleh dari guru pembimbing maupun dari sumber-sumber informasi yang lain diharapkan siswa dapat memperoleh gambaran tentang studi lanjut yang akan dipilih dan ditempuhnya, sehingga memudahkan siswa dalam mengambil keputusan ke mana ia akan melanjutkan pendidikannya pasca SMP. Layanan informasi ini bertujuan memberikan informasi secara lengkap tentang studi lanjut, dengan harapan agar siswa dapat menentukan pilihan kairnya secara tepat dan mantap sesuai dengan potensi yang dimiliki. Penelitian Anita Zulkaida, dkk 2007 Pengaruh Locus Of Control dan Efikasi Diri Terhadap Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas 6 SMA menyimpulkan ada pengaruh yang signifikan dari Efikasi Diri Pemilihan Karir dan Locus of Control terhadap Kematangan Karir siswa SMA. Secara sendiri-sendiri Efikasi Diri Pemilihan Karir tidak memiliki pengaruh yang signifikan, sedangkan Locus of Control memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Kematangan Karir. Demikian pula penelitian Dian Ratna Sawitri 2009 Pengaruh Status Identitas dan Efikasi Diri Keputusan Karir terhadap Keraguan Mengambil Keputusan Karir pada Mahasiswa Tahun Pertama di Universitas Diponegoro, menyimpulkan bahwa efikasi diri keputusan karir memiliki pengaruh langsung yang negatif dan bermakna terhadap keraguan mengambil keputusan karir. Berdasarkan uraian di atas maka diasumsikan bahwa dengan adanya efikasi diri maka siswa dapat bertahan dan berusaha lebih kuat untuk mengatasi kesulitan yang dihadapinya dalam menentukan pilihan karirnya ke sekolah lanjutan. Oleh karena itu, efikasi diri penting untuk dimiliki oleh setiap individu. Pentingnya efikasi diri dalam pemilihan sekolah lanjutan membuat efikasi diri menarik dan penting untuk diteliti. Kesulitan-kesulitan untuk mengambil keputusan karir akan dapat dihindari manakala siswa memiliki sejumlah informasi yang memadai tentang hal-hal yang berhubungan dengan dunia karirnya maka seorang siswa membutuhkan bantuan bimbingan dari guru pembimbing yang ada di sekolah, guna memperoleh pengetahuan dan pemahaman yang memadai tentang berbagai kondisi dan karakteristik diri. Kekurangtahuan dan kekurangpahaman tersebut sering membuat mereka kehilangan kesempatan, 7 salah pilih jurusan, salah pilih pekerjaan dan tidak dapat meraih kesempatan dengan baik sesuai dengan cita-cita, bakat, minat, berbagai kekuatan serta kelemahan yang ada dalam diri individu tersebut. Agar terhindarkan dari permasalahan tersebut maka para siswa perlu dibekali dengan informasi yang cukup dan akurat. Pemberian layanan informasi studi lanjut bertujuan membantu peserta didik agar dapat memahami diri dan lingkungannya. Sehingga pada akhirnya siswa dapat membuat atau mengambil keputusan secara tepat dan terbaik bagi masa depannya terutama berkaitan dengan rencana karir yang akan ditempuhnya kelak. Siswa kelas IX SMP Negeri 1 Bobotsari Purbalingga masih banyak yang mengalami kesulitan untuk mengambil keputusan dalam menentukan pilihan karirnya. Salah satunya kesulitan dalam pengambilan keputusan yang berkenaan dengan kelanjutan studi mereka setelah lulus dari SMP. Kondisi seperti itu sebenarnya tidak perlu terjadi jika siswa dapat memahami kondisi dan karakteristik diri mereka sendiri. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan antara Efikasi Diri dengan Pilihan Karir pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 1 Bobotsari Purbalingga. 8

B. Identifikasi Masalah