HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN KEMATANGAN KARIR PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 5 PANGKALPINANG TAHUN AJARAN 2015/2016.

(1)

i

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN KEMATANGAN KARIR PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 5 PANGKALPINANG

TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Fauzan Rishadi NIM 10104241026

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v MOTTO

“It’s better to try and fail than fail to try” -Samih Toukan-

“If you born poor it’s not your mistake, But if you die poor it’s your mistake” -Bill Gates-

Hidup bukan untuk dikeluhkan tetapi untuk diperjuangkan -Penulis-


(6)

vi

PERSEMBAHAN

Puji Syukur kehadirat ALLAH SWT atas kesehatan, kemudahan, dan nikmat ilmu yang telah diberikan.

Karya Sederhana ini saya persembahkan untuk: Keluarga Besar

Seluruh keluarga besar yang ada di Pangkalpinang Ayah M. Zen Idris dan Ibu Solbiah (almh)

Ngah, Cik, Cu, Om, Ayuk, Akak, Adik, serta semua keponakan-keponakan yang selalu memberi semangat dan selalu mendoakan

ALMAMATERKU

Prodi Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta


(7)

vii

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN KEMATANGAN KARIR PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 5 PANGKALPINANG

TAHUN AJARAN 2015/2016 Oleh

Fauzan Rishadi NIM 10104241026

ABSTRAK

Penelitian ini beranjak dari fenomena banyaknya siswa yang masuk ke SMK Negeri 5 Pangkalpinang yang merupakan SMK yang baru berdiri tahun 2011 dengan jurusan Farmasi pertama di Pangkalpinang tanpa menimbang kemampuan dan minat yang dimiliki siswa yang merupakan aspek dari efikasi diri, hal ini diasumsikan sebagai salah satu hal yang mempengaruhi kematangangan karir pada siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara efikasi diri dengan kematangan karir pada siswa kelas XI SMK Negeri 5 Pangkalpinang.

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan jenis korelasional. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMK Negeri 5 Pangkalpinang tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah 84 orang. Sampel diambil dari populasi yang berjumlah 107 siswa dengan menggunakan teknik random sampling. Alat pengumpulan data yang digunakan yaitu skala efikasi diri dan skala kematangan karir. Reliabilitas skala diuji menggunakan Alpha Cronbach dengan koefisien efikasi diri sebesar 0,759 dan pada variabel kematangan karir sebesar 0,898. Analisis data dengan menggunakan korelasi product moment dari Pearson dengan menggunakan SPSS versi. 23.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara efikasi diri dengan kematangan karir siswa kelas XI SMK Negeri 5 Pangkalpinang dengan koefisien korelasi sebesar 0,453 dengan taraf signifikansi 0,000. Tanda positif menunjukkan bahwa semakin tinggi efikasi diri siswa, maka semakin tinggi kematangan karirnya, dan semakin rendah efikasi diri siswa maka semakin rendah kematangan karirnya. Berdasarkan perhitungan dapat ditunjukkan bahwa sumbangan efektif efikasi diri terhadap kematangan karir adalah sebesar 20,6% dan 79,4% berasal dari faktor lain.


(8)

viii

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmannirrahim.

Alhamdulillah, tiada kata yang pantas terucap kecuali Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat serta karunia yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan antara efikasi diri dengan kematangan karir pada siswa kelas XI SMK Negeri 5 Pangkalpinang Tahun ajaran 2015/2016”.

Selanjutnya, dengan kerendahan hati penulis ingin menghaturkan penghargaan dan rasa terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan partisipasi berbagai pihak, skripsi ini tidak dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk kuliah dan menyelesaikan tugas akhir skripsi.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin penelitian tugas akhir skripsi.

3. Bapak Fathur Rahman, M. Si. selaku Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan yang telah mendukung secara akademik maupun administrasi untuk penyelesaian skripsi.

4. Bapak Sugiyatno, M. Pd. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing penulis dengan penuh perhatian dan kesabaran.

5. Kepada keluarga saya yang selalu memberikan perhatian, kasih sayang, dan nasehat dalam pengerjaan skripsi ini.


(9)

(10)

x DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Batasan Masalah ... 9

D. Rumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 9

G. Batasan Istilah ... 10

BAB II KAJIAN TEORI A. Efikasi Diri ... 12

1. Pengertian Efikasi Diri ... 12

2. Aspek Efikasi Diri ... 14

3. Faktor yang Mempengaruhi Efikasi Diri ... 17

4. Ciri-Ciri Efikasi Diri Tinggi dan Rendah ... 20


(11)

xi

B. Kematangan Karir ... 23

1. Pengertian Kematangan Karir ... 23

2. Aspek-Aspek Kematangan Karir ... 24

3. Tahap-Tahap Perkembangan Karir ... 27

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kematangan Karir ... 29

5. Tipe-Tipe Kepribadian Karir ... 33

C. Kerangka Berpikir ... 34

D. Hipotesis ... 38

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 39

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 40

C. Variabel Penelitian ... 40

D. Definisi Operasional ... 41

E. Populasi dan Sampel Penelitian ... 41

1. Populasi ... 41

2. Sampel ... 43

3. Teknik Sampling ... 43

F. Teknik Pengumpulan Data ... 44

G. Instrumen Penelitian ... 45

H. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 48

1. Uji Validitas ... 48

2. Uji Reliabilitas ... 53

I. Teknik Analisis Data ... 54

1. Uji Prasayarat Analis ... 56

2. Uji Hipotesis ... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 59

1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 59

2. Deskripsi Waktu Penelitian ... 59


(12)

xii

a. Deskripsi Subjek Penelitian ... 60

b. Hasil Penelitian ... 60

c. Pengujian Prasyarat Analisis ... 68

B. Pembahasan ... 73

C. Implikasi keterkaitan korelasi Efikasi Diri dengan Kematangan Karir pada Layanan BK ... 78

D. Keterbatasan Penelitian ... 79

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 80

B. Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 82


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Keadaan Populasi Subyek Penelitian ... 42

Tabel 2. Sebaran Sampel Penelitian ... 44

Tabel 3. Kisi-kisi Skala Efikasi Diri Sebelum Uji Coba ... 46

Tabel 4. Kisi-kisi Skala Kematangan Karir Sebelum Uji Coba ... 47

Tabel 5. Kisi-kisi Skala Efikasi Diri Setelah Uji Coba ... 51

Tabel 6. Kisi-kisi Skala Kematangan Karir Setelah Uji Coba ... 52

Tabel 7. Interpretasi Koefisien Korelasi ... 54

Tabel 8. Batasan Distribusi Kategori Efikasi Diri dengan Kematangan Karir ... 56

Tabel 9. Deskripsi Penilaian Data Efikasi Diri ... 61

Tabel 10. Distribusi Frekuensi Kategorisasi Efikasi Diri ... 62

Tabel 11. Deskripsi Penilaian Data Kematangan Karir ... 64

Tabel 12. Distribusi Frekuensi Kategorisasi Kematangan Karir ... 65

Tabel 13. Hasil Uji Normalitas Skala Efikasi Diri dan Skala Kematangan Karir ... 69

Tabel 14. Hasil Uji Linearitas Skala Efikasi Diri dan Skala Kematangan Karir ... 70

Tabel 15. Koefisien Korelasi Efikasi Diri dengan Kematangan Karir ... 71


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

hal Gambar 1. Kerangka Berfikir ... 38 Gambar 2. Grafik Distribusi Frekuensi Kategori Efikasi Diri ... 62 Gambar 3. Grafik Distribusi Frekuensi Kategori Kematangan Karir ... 66


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Skala Efikasi Diri Sebelum Uji Coba ... 86

Lampiran 2. Skala Kematangan Karir Sebelum Uji Coba ... 93

Lampiran 3. Data Hasil Uji Coba Skala Efikasi Diri ... 100

Lampiran 4. Data Hasil Uji Coba Skala Kematangan Karir ... 102

Lampiran 5. Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Efikasi Diri Uji Coba ... 104

Lampiran 6. Uji Validitas dan Reliabilitas Kematangan Karir Uji Coba .... 106

Lampiran 7. Skala Efikasi Diri Setelah Uji Coba ... 109

Lampiran 8. Skala Kematangan Karir Setelah Uji Coba ... 115

Lampiran 9. Hasil Penelitian Skala Efikasi Diri ... 121

Lampiran 10. Hasil Penelitian Skala Kematangan Karir ... 125

Lampiran 11. Deskripsi Penilaian Data Hasil Penelitian ... 128

Lampiran 12. Kategorisasi Skala Efikasi Diri dan Kematangan Karir ... 131

Lampiran 13. Hasil Persyaratan Analisis dan Uji Hipotesis ... 135


(16)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Menurut Mapiare (Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, 2005: 9) masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Rentang usia remaja ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12/13 tahun sampai dengan 17/18 tahun adalah remaja awal, dan usia 17/18 tahun sampai dengan 21/22 tahun adalah remaja akhir. Remaja sebetulnya tidak memiliki tempat yang jelas. Mereka sudah tidak termasuk golongan anak-anak, tetapi belum juga dapat diterima secara penuh untuk masuk ke golongan orang dewasa. Remaja di antara anak dan orang dewasa. Oleh karena itu, remaja seringkali dikenal dengan fase mencari jati diri.

Menurut Ginzberg (dalam Santrock, 2007: 171) antara usia 11 hingga 17 tahun, perkembangan karir remaja berada di tahap tentatif, yang merupakan suatu masa transisi dari tahap fantasi masa kanak-kanak menuju tahap pengambilan keputusan yang realistis di masa dewasa muda. Remaja mengalami kemajuan dari tahap mengevaluasi minat mereka (11 hingga 12 tahun) ke tahap mengevaluasi kapasitas mereka (13 hingga 14 tahun) ke mengevaluasi nilai-nilai mereka (15 hingga 16 tahun). Sekitar usia 17 hingga 18 tahun, pemikiran mereka mengalami peralihan dari pilihan karir yang lebih bersifat subjektif ke pilihan karir yang lebih realistis. Selama remaja memfokuskan pada sebuah karir tertentu, dan akhirnya memilih pekerjaan spesifik dalam karir tersebut.


(17)

2

Salah satu tugas perkembangan remaja adalah memilih dan menyiapkan karir di masa yang akan datang. Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) berkisar pada rentang usia 15-19 tahun, masa ini tergolong dalam rentang usia masa remaja. Pada siswa SMK, perkembangan karir mereka memasuki tahap perencanaan yaitu terutama bersifat kognitif dengan meninjau diri sendiri dan situasi hidupnya. Pada masa ini para siswa diharapkan sudah mampu bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri, baik secara pribadi, sosial maupun karir. Siswa yang bersekolah di SMK seharusnya sudah mengetahui tujuan karir yang akan ditempuh pada masa yang akan datang, karena dengan masuk sekolah kejuruan, orientasi karir sudah terfokus pada satu jurusan. Sekolah Menengah Kejuruan dipersiapkan untuk menghasilkan lulusan yang siap kerja setelah lulus, berbeda halnya dengan siswa SMA yang orientasi setelah lulus adalah melanjutkan ke perguruan tinggi. Dengan kata lain siswa SMK seharusnya sudah memiliki perencanaan karir yang matang dan seharusnya memiliki kematangan karir yang tinggi.

Menurut Donald Super (dalam W.S Winkel dan M.M. Sri Hastuti, 2006: 633) kematangan karir menunjuk pada keberhasilan seseorang menyelesaian tugas-tugas perkembangan karir yang khas bagi tahap perkembangan tertentu. Seseorang yang memiliki kematang karir yang tinggi dapat menyesuaikan tindakannya dengan tujuan karir yang ingin dicapai di masa yang akan datang. Menurut Seligman (Tekad Wahyono, 2001: 4) kematangan karir yang positif secara umum ditandai oleh suatu urutan proses yang salah satunya meliputi meningkatnya sikap yang berhubungan dengan karir (orientasi prestasi, kemandirian, perencanaan komitmen, motivasi dan


(18)

3

efikasi diri). Kematangan karir seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satu faktor yang mempengaruhi kematangan karir adalah efikasi diri.

Bandura (dalam Sandi Prasetyaning Tyas, 2012: 86) telah melakukan penelitian terhadap remaja yang hasilnya menunjukkan bahwa efikasi diri pada individu memiliki pengaruh yang tinggi pada perkembangan karirnya. Semakin tinggi keyakinan diri individu akan pendidikan dan pekerjaan, maka semakin banyak pilihan karir yang dipertimbangkan dan semakin tinggi pula ketertarikannya pada berbagai karir tersebut, sehingga persiapan pendidikannya akan lebih baik. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa efikasi diri memiliki peranan yang penting bagi individu dalam melakukan pilihan karir diantaranya dengan melakukan persiapan terutama dalam bidang pendidikan. Individu yang memiliki keyakinan diri yang tinggi pada karirnya akan mulai mempersiapkan diri melalui pendidikan yang relevan dan sesuai bidang karir yang dipilih. Sekolah Menengah Kejuruaan merupakan salah satu tempat untuk mempersiapkan pilihan karir siswa di masa yang akan datang.

Permasalahan yang terjadi menunjukkan bahwa tidak semua siswa SMK memiliki efikasi diri dan kematangan karir yang tinggi. Salah satu SMK yang ada di Pangkalpinang yang menjadi tempat penelitian adalah SMK Negeri 5 Pangkalpinang. SMK ini merupakan SMK farmasi pertama yang ada di Bangka Belitung. SMK ini berdiri pada tahun 2011. Fenomena yang terjadi di SMK N 5 ini berdasarkan observasi yaitu banyak dari orangtua murid berbondong-bondong mendaftarkan anak mereka ke SMK ini dengan alasan bahwa SMK ini merupakan SMK Farmasi pertama di Bangka Belitung dan mereka memiliki pendapat bahwa akan mudah mencari pekerjaan karena merupakan jurusan baru. Berdasarkan wawancara tanggal 25 Juni


(19)

4

2015 dengan beberapa calon wali murid yang mendaftar di SMK Negeri 5 Pangkalpinang, orientasi para calon wali murid adalah pada pekerjaan anak mereka setelah lulus. Para calon wali murid beranggapan bahwa dengan masuk sekolah kejuruan farmasi pertama yang ada di Bangka Belitung, anak mereka akan memiliki peluang yang tinggi diterima untuk bekerja setelah lulus. Masalah minat dan kemampuan anak tidak terlalu dipertimbangkan karena bisa diperoleh di sekolah setelah belajar di sana nantinya.

Wawancara yang dilakukan dengan salah satu calon murid SMK Negeri 5 Pangkalpinang pada hari yang sama mengatakan bahwa alasan ia masuk SMK N 5 yang utama adalah karena telah diarahkan orangtua untuk bersekolah di SMK N 5, siswa hanya pasrah mengikuti kehendak orangtua. Berdasarkan data observasi yang dilakukan peneliti tanggal 25 Juni 2015, minat para calon siswa untuk masuk SMK Negeri 5 Pangkalpinang ini tergolong tinggi, pada hari ketiga pendaftaran dengan kuota sebanyak 113 siswa telah melebihi batas kuota. Padahal masih tersisa 3 hari pendaftaran. Ini menunjukkan minat calon siswa yang tinggi untuk masuk sekolah kejuruan khususnya jurusan farmasi.

Hasil wawancara lain dengan siswa kelas XI pada tanggal 28 juli 2015 tentang keyakinan akan kemampuan diri sendiri dan kesiapan kerja setelah lulus, ia menyatakan bahwa masih harus lebih memperdalam ilmu farmasi di kelas XI karena merasa belum yakin akan kemampuan dirinya. Siswa tersebut masih ragu-ragu dalam mengungkapkan rencana karir dirinya setelah lulus karena belum yakin akan kemampuan yang didapat selama bersekolah. Lowongan pekerjaan yang terbatas juga merupakan faktor yang menjadi penghambat untuk langsung bekerja setelah lulus


(20)

5

SMK. Berdasarkan data observasi yang didapatkan, siswa cendrung kurang antusias membicarakan tentang peluang kerja serta masih bingung untuk memilih pekerjaan setelah lulus dan masih banyak yang pesimis akan kemampuan yang di dapat selama bersekolah.

Permasalahan yang dialami siswa diperkuat oleh pernyataan guru BK di sekolah tersebut. Berdasarkan wawancara dengan salah satu guru BK di SMK N 5 pangkalpinang, Windi Garini, S.Pd, tanggal 28 juli 2015, siswa-siswi masih banyak yang belum benar-benar yakin akan kemampuan yang didapat selama belajar di sekolah, terutama siswa kelas XI. Para siswa merasa bingung akan meneruskan studi atau langsung bekerja. Keinginan untuk langsung bekerja setelah tamat SMK tidak didukung oleh lowongan pekerjaan yang tersedia di daerah asal. Selain itu, siswa merasa keberatan jika harus bekerja di luar daerah asal. Para siswa banyak pesimis akan kemampuan diri sendiri untuk bersaing dengan pencari kerja dari daerah lain. Para alumni setelah lulus banyak yang bekerja tidak sesuai dengan bidangnya, dan alumni yang tidak bekerja setelah lulus SMK melanjutkan studi lebih lanjut ke jenjang universitas, tetapi disayangkan bahwa jurusan yang diambil banyak yang menyimpang dari jurusan yang dipelajari di SMK walaupun terdapat sebagian alumni yang bekerja pada bidangnya walaupun sedikit jumlahnya.

Berdasarkan data studi dokumen yang didapatkan dari guru BK tentang data alumni lulusan tahun 2015, menunjukkan masih banyak alumni SMK Negeri 5 yang tidak melanjutkan studi dan tidak bekerja setelah lulus. SMK Negeri 5 pangkalpinang baru memiliki satu angkatan alumni yang terdiri dari 3 kelas. Pada kelas Farmasi 1 yang berjumlah 30 siswa, 10 siswa melanjutkan untuk bekerja, 7 siswa melanjutkan


(21)

6

untuk kuliah, dan 13 siswa lainnya masih belum bekerja maupun kuliah. Artinya terdapat 43% siswa yang masih belum bekerja maupun kuliah. Pada kelas Farmasi 2 yang berjumlah 32 siswa, 11 siswa sudah bekerja, 11 siswa sudah melanjutkan studi, dan 10 siswa masih belum bekerja atau kuliah. Artinya terdapat 31% siswa yang menganggur. Pada kelas Farmasi 3 dari 30 siswa 12 sudah bekerja, 10 siswa melanjutkan kuliah dan 8 siswa masih belum bekerja atau kuliah. Setidaknya terdapat 26% siswa yang masih mengaggur. Secara keseluruhan alumni tahun 2015 yang masih belum bekerja ataupun melanjutkan kuliah dari 92 alumni terdapat 31 alumni atau sebanyak 35%. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak alumni SMK 5 Pangkalpinang yang menganggur dan jurusan farmasi pertama di Bangka Belitung juga belum tentu memberikan kemudahan dalam bekerja atau melanjutkan studi setelah lulus.

Peran guru BK juga masih sangat minim dalam bimbingan karir, dari hasil observasi yang dilakukan minimnya brosur-brosur, pamplet, poster, dan lainnya tentang bimbingan karir maupun tentang lowongan pekerjaan yang tertempel di mading sekolah maupun di sekitar kawasan sekolah sangat sedikit terlihat. Layanan bimbingan karir pun masih minim dilakukan. Hal itu dikarenakan belum adanya jam masuk kelas bagi guru BK untuk berinteraksi secara langsung dalam proses belajar mengajar di kelas. Guru BK menyatakan masih belum ada penelitian tentang kematangan karir yang dilakukan di SMK 5 ini, selain itu penyebaran angket minat karir belum pernah dilakukan.

Permasalahan yang dialami oleh para siswa SMK Negeri 5 Pangkalpinang sesuai dengan pernyataan Santrock (2003: 485) yang mengatakan bahwa remaja


(22)

7

sering memandang eksplorasi karir dan pengambilan keputusan dengan disertai kebimbangan, ketidakpastian, dan stress. Banyak remaja yang tidak cukup banyak mengeksplorasi pilihan karir sendiri dan juga menerima terlalu sedikit bimbingan karir dari pembimbing di sekolah mereka. Kebingungan dan kecemasan siswa dalam mempersiapkan karir kedepan salah satunya dipengaruhi rendahnya efikasi diri yang dimiliki para siswa.

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh I Nyoman Agus Putra Nurjaya (2013) tentang pengaruh efikasi diri dan pengalaman berorganisasi terhadap kematangan karir siswa SMK menunjukkan hasil bahwa tidak terdapat pengaruh antara efikasi diri terhadap kematangan karir siswa SMK Otomotif dan adanya pengaruh pengalaman berorganisasi terhadap kematangan karir siswa SMK Otomotif. Penelitian lain yang dilakukan oleh Siska Fitria Anggeraini (2012) tentang hubungan antara efikasi diri terhadap karir dengan kematangan karir pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Depok Yogyakarta menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara efikasi diri terhadap karir dengan kematangan karir. Efikasi diri memberikan sumbangan secara efektif sebesar 62,3% terhadap kematangan karir dan 37,7 % disebabkan oleh variabel lain.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, peneliti ingin meneliti lebih dalam tentang hubungan antara efikasi diri dengan kematangan karir siswa di SMK Negeri 5 Pangkalpinang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara efikasi diri dengan kematangan karir pada siswa kelas XI di SMK Negeri 5 Pangkalpinang. Dengan mengetahui hubungan antara efikasi diri


(23)

8

dengan kematangan karir pada siswa, diharapkan dapat membantu sekolah untuk meningkatkan layanan bimbingan, terutama layanan bimbingan karir.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi permasalah yang terjadi yang akan dicari pemecahannya melalui penelitian. Adapun permasalah yang ada pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Kebanyakan calon wali murid mendaftarkan calon siswa ke SMK Negeri 5 Pangkalpinang tanpa mempertimbangkan minat dan kemampuan siswa berdasarkan wawancara.

2. Sebagian Siswa merasa kurang yakin terhadap kemampuan yang didapat selama bersekolah berdasarkan wawancara.

3. Siswa kebanyakan masuk SMK Negeri 5 Pangkalpinang karena tuntutan orang tua berdasarkan wawancara.

4. Masih minimnya pengetahuan sebagian siswa SMK Negeri 5 Pangkalpinang mengenai informasi dunia kerja setelah lulus SMK berdasarkan wawancara. 5. Masih minimnya bimbingan karir dari guru BK di SMK Negeri 5

Pangkalpinang, baik berupa pamplet, poster, ataupun informasi seputar pilihan karir berdasarkan observasi.

6. Belum pernah diadakan penelitian tentang kematangan karir di SMK Negeri 5 Pangkalpinang berdasarkan wawancara.


(24)

9 C. Batasan Masalah

Pembatasan masalah dalam penelitian ini dimaksudkan untuk lebih memfokuskan permasalahan yang akan dibahas untuk mendapat tingkat kedalaman penelitian secara maksimal. Penelitian ini dibatasi pada hubungan antara efikasi diri dengan kematangan karir siswa kelas XI di SMK Negeri 5 Pangkalpinang.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka penulis merumuskan permasalahan dalam penelitian ini yaitu apakah ada hubungan antara efikasi diri terhadap kematangan karir pada siswa kelas XI di SMK Negeri 5 Pangkalpinang?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan efikasi diri dengan kematangan karir siswa kelas XI di SMK Negeri 5 Pangkalpinang.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini: 1. Manfaat Teoritis

Dari sisi teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan bagi para akademis dalam pengetahuan Bimbingan dan Konseling. Selain itu penelitian ini dapat memperkaya kajian mengenai hubungan efikasi diri dengan kematangan karir


(25)

10 2. Manfaat Praktis

a. Bagi guru BK

Data yang disajikan dalam penelitian ini dapat digunakan untuk membantu menghadapi permasalahan tentang efikasi diri dan kematangan karir siswa.

b. Bagi Peneliti

Memberikan pengalaman serta menambah wawasan tentang efikasi diri dan kematangan karir siswa serta bagaimana hubungan antara efikasi diri dengan kematangan karir.

c. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini dapat menjadi bahan informasi serta kajian penelitian selanjutnya.

d. Bagi Siswa

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi tentang perencanaan karir siswa di masa depan.

G. Batasan Istilah

Penjelasan istilah dalam penelitian ini diperlukan agar tidak menimbulkan adanya perbedaan pengertian. Batasan istilah yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:


(26)

11 1. Efikasi Diri

Efikasi diri adalah suatu keyakinan tentang bagaimana suatu kemampuan seseorang akan bisa digunakan untuk menyesuaikan perilaku sesuai dengan situasi atau masalah yang dihadapi.

2. Kematangan Karir

Kematangan karir merupakan keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan karir yang terdapat pada tahap perkembangan tertentu seperti mampu mengeksplorasi kemampuan diri dan pada akhirnya mampu membuat keputusan karir pada usianya.


(27)

12 BAB II KAJIAN TEORI

A. Efikasi Diri

1. Pengertian Efikasi Diri

Jika membicarakan efikasi diri maka tidak akan terlepas dari Albert Bandura. Menurut Bandura (dalam Friedman dan Miriam, 2009: 247) efikasi diri adalah suatu harapan atau keyakinan tentang bagaimana suatu kompetensi atau kemampuan seseorang akan bisa digunakan untuk menyesuaikan perilaku pada situasi tertentu. Selain itu menurut Bandura (dalam Feist dan Feist, 2008: 415) mendefinisikan efikasi diri sebagai keyakinan manusia pada kemampuan mereka untuk melatih sejumlah ukuran pengendalian terhadap fungsi diri mereka dan kejadian di lingkungannya. Berdasarkan pendapat Bandura di atas, beliau menekankan efikasi diri pada kemampuan manusia secara sadar untuk mengetahui dan menganalisis batasan kemampuan yang dimiliki untuk menghadapi berbagai permasalahan yang terjadi sehingga menimbulkan keyakinan pada diri seseorang.

Pendapat lain dari Feist & Feist (2010: 211) menyatakan bahwa efikasi diri merupakan keyakinan individu akan merasa mampu atau tidak mampu melakukan suatu perilaku yang diperlukan untuk menghasilkan pencapaian yang diinginkan dalam suatu situasi. Pokok pikiran penting dalam teori di atas menyebutkan bahwa efikasi diri bukan hanya merasa yakin atas kemampuan diri sendiri dalam menghadapi suatu masalah tetapi juga bisa menganalisis kemampuan diri sendiri bahwa seseorang tidak


(28)

13

mampu dalam menyelesaikan masalah yang ada yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki seseorang tersebut. Santrock (2007: 263) mendefinisikan efikasi diri yaitu keyakinan dan kepercayaan akan kemampuan diri dalam menguasai suatu situasi dan menghasilkan akhir yang baik. Pendapat Alwisol, (2011: 288) mendefinisikan efikasi diri adalah penilaian diri, apakah dapat melakukan tindakan yang baik atau buruk, tepat atau salah, bisa atau tidak bisa mengerjakan sesuai dengan yang dipersyaratkan. Individu yang memiliki efikasi diri akan mampu dapat melakukan sesuatu, memiliki potensi untuk mengubah kejadian-kejadian di lingkungannya, lebih suka bertindak, dan lebih dekat pada kesuksesan.

Dari pendapat beberapa ahli yang telah dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa efikasi diri adalah suatu proses mengukur kemampuan yang ada dalam diri seseorang untuk menghadapi suatu permasalahan yang terjadi sehingga individu tersebut dapat merasa yakin terhadap kemampuannya dan dapat merencanakan tindakan yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai ataupun bisa mencari jalan penyelesaian lain demi mencapai tujan yang diharapkan dengan sebaik-baiknya.


(29)

14 2. Aspek Efikasi Diri

Bandura (1997: 42-43) menyebutkan bahwa efikasi diri terdiri atas tiga aspek, diantaranya sebagai berikut

a. Tingkat kesulitan (Level)

Tingkat kesulitan pada teori ini adalah tingkat kesulitan tugas yang dihadapi oleh individu. Apabila individu menghadapi tugas-tugas yang disusun menurut tingkat kesulitannya, maka efikasi diri individu akan cenderung terbatas pada tugas-tugas mudah, sedang atau bahkan sulit sesuai dengan batas kemampuan yang dimiliki individu tersebut. Semakin tinggi tingkat kesulitan tugas maka semakin tinggi pula tuntutan efikasi dirinya. Sehingga seorang dengan efikasi diri yang rendah akan cenderung untuk menghindari tugas-tugas yang memiliki tingkat kesulitan yang tinggi.

b. Generalisasi (Generality)

Generalisasi berkaitan dengan luas cakupan bidang tugas yang akan membuat individu merasa yakin pada kemampuannya. Apakah individu dapat merasa yakin pada kemampuannya hanya terbatas pada tugas atau situasi tertentu ataukah pada tugas atau situasi yang bervariasi. Pengalaman dalam menyelesaikan tugas dapat menimbulkan penguasaan pada bidang tersebut dan meningkatkan keyakinan untuk dapat menyelesaikan tugas yang mirip atau lebih luas lagi.

c. Tingkat kekuatan (Strength)

Tingkat kekuatan merupakan aspek efikasi diri yang berkaitan dengan tingkat kekuatan dari keyakinan atau pengharapan individu terhadap


(30)

15

kemampuannya. Keyakinan yang kuat akan mendorong individu untuk terus berupaya mencapai tujuannya meskipun mendapatkan pengalaman yang tidak menyenangkan. Sebaliknya jika keyakinan yang dimiliki individu tersebut lemah akan membuat individu tersebut mudah goyah oleh pengalaman-pengalaman yangtidak menyenangkan.

Corsini (dalam Hartono, 2005: 20-21) membagi aspek-aspek efikasi diri menjadi empat yaitu:

a. Aspek Kognisi

Kemampuan seseorang memikatkan cara-cara yang digunakan dan merancang tindakan yang akan digunakan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan tiap orang mempersiapkan diri dengan pemikiran-pemikiran terdepan, sehingga dapat dilakukan tindakan yang tepat. Fungsi utama berfikir memungkinkan seseorang untuk memprediksi kejadian sehari-hari yang akan berakibat pada masa depan. Asumsi timbul pada aspek kognisi adalah semakin efektif kemampuan seseorang dalam analisis berfikir dan dalam berlatih mengungkapkan ide-ide atau gagasan pribadi maka akan mendukung seseorang bertindak dengan cepat mencapai tujuan yang diharapkan.

b. Aspek Motivasi

Kemampuan seseorang memotivasi diri melalui pemikirannya untuk melakukan suatu tindakan dan keputusan untuk melakukan suatu tindakan dan keputusan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Motivasi seseorang timbul dari pemikiran optimis dari dalam dirinya untuk mewujudkan tujuan yang


(31)

16

diharapkan. Setiap orang berusaha memotivasi diri dengan menetapkan keyakinan pada tindakan yang akan dilakukan dan merencanakan tindakan yang akan direalisasikan. Motivasi dalam Self efficacy digunakan untuk memprediksi kesuksesan dan kegagalan seseorang.

c. Aspek Afeksi

Kemampuan mengatasi perasaan emosi yang timbul pada diri sendiri untuk mencapai tujuan yang diharapkannya. Afeksi terjadi secara alami dalam diri seseorang dan berperan dalam menentukan intensitas pengalaman emosional. Afeksi ditunjukkan dengan mengontrol kecemasan dan perasaan depresi yang menghalangi pola pikir yang benar untuk mencapai tujuan. d. Aspek Seleksi

Kemampuan seseorang untuk menyeleksi tingkah laku dan lingkungan yang tepat sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Seleksi tingkah laku ini dapat mempengaruhi perkembangan personal. Asumsi yang timbul pada aspek ini yaitu ketidakmampuan individu dalam melakukan seleksi tingkah laku sehingga membuat perasaan tidak percaya diri, bingung, dan mudah menyerah ketika menghadapi situasi yang sulit.

Dari pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa aspek dalam efikasi diri adalah yang berhubungan dengan kesulitan tugas yang dihadapi, luas cakupan tugas yang dihadapi serta kekuatan atau keyakinan individu terhadap diri sendiri dalam menghadapi tugas tertentu.


(32)

17

3. Faktor yang Mempengaruhi Efikasi Diri

Menurut Friedman dan Miriam (2009: 247), efikasi diri adalah hasil dari empat jenis informasi, yaitu:

a. Prestasi Kinerja

Prestasi kinerja menjadi sumber efikasi diri yang sangat berpengaruh sebab hal ini berdasarkan pengalaman seseorang dalam melakukan sesuatu perilaku yang diharapkan. Kesuksesan dalam melakukan perilaku yang diharapkan dapat meningkatkan keyakinan seseorang, sedangkan kegagalan yang berulang dalam melakukan perilaku yang diharapkan dapat merendahkan keyakinan seseorang.

b. Pengalaman dari orang lain

Pengamatan terhadap keberhasilan orang lain yang memiliki kemampuan yang mirip atau sebanding dengan individu dalam mengerjakan suatu tugas biasanya akan meningkatkan efikasi diri seseorang dalam mengerjakan tugas yang sama. Begitu juga sebaliknya, pengamatan terhadap kegagalan orang lain tersebut akan menurunkan penilaian individu terhadap kemampuan yang dimilikinya dan akan mengurangi usaha yang dilakukan.

c. Persuasi verbal

Pada persuasi verbal, individu diarahkan dengan saran, nasihat dan bimbingan sehingga dapat meningkatkan keyakinannya tentang kemampuan yang dimilikinya yang dapat membantu mencapai tujuan


(33)

18

yang diinginkan. Individu yang yakin secara verbal cenderung akan berusaha lebih keras untuk mencapai suatu keberhasilan.

d. Reaksi emosional

Reaksi emosi dapat berpengaruh terhadap keyakinan diri seseorang dalam situasi yang mengancam. Reaksi emosi yang tinggi biasanya melemahkan kinerja, individu cenderung mengharapkan kesuksesan ketika mereka tidak dilanda oleh rekasi-reaksi yang mengancam.

Pendapat lain dari Feist dan Feist (2010: 213) menyebutkan bahwa perkembangan efikasi diri pada seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu sebagai berikut:

a. Pengalaman menguasai sesuatu (mastery experiences)

Menurut Bandura (dalam Feist dan Feist, 2010: 214) pengalaman menguasai sesuatu adalah faktor yang paling mempengaruhi efikasi diri pada diri seseorang. Keberhasilan akan mampu meningkatkan ekspektasi tentang kemampuan, sedangkan kegagalan cendrung menurunkan hal tersebut.

b. Pemodelan sosial (social modelling)

Kesuksesan atau kegagalan orang lain sering digunakan sebagai pengukur kemampuan dari diri seseorang. Efikasi diri dapat meningkat saat mengobservasi keberhasilan seseorang yang mempunyai kompetensi setara, namun efikasi diri dapat berkurang ketika melihat orang lain yang setara gagal. Secara umum, pemodelan sosial tidak memberikan dampak yang besar dalam peningkatan efikasi diri


(34)

19

seseorang, tetapi pemodelan sosial dapat memberikan dampak yang besar dalam penurunan efikasi diri, bahkan mungkin bisa berdampak lama.

c. Persuasi sosial (social persuasion)

Dampak dari persuasi sosial terhadap meningkatnya atau menurunnya efikasi diri cukup terbatas dan harus pada kondisi yang tepat. Kondisi tersebut adalah bahwa seseorang haruslah mempercayai pihak yang melakukan persuasi karena kata-kata dari pihak yang terpercaya lebih efektif daripada kata-kata dari pihak yang tidak terpercaya. Persuasi sosial paling efektif ketika dikombinasikan dengan performa yang sukses. Persuasi mampu meyakinkan seseorang untuk berusaha jika performa yang dilakukan terbukti sukses.

d. Kondisi fisik dan emosional

Ketika seseorang mengalami ketakutan, kecemasan yang kuat dan stress yang tinggi memungkinkan seseorang akan memiliki efikasi diri yang rendah sehingga emosi yang kuat cenderung untuk mengurangi performa seseorang.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi efikasi diri seseorang berasal dari dalam diri sendiri dan dari luar diri sendiri. Factor dari dalam diri sendiri meliputi kondisi fisik dan emosi dan pengalaman kerja yang dimiliki. Sedangkan faktor dari luar seperti kondisi orang lain, ajakan verbal orang lain serta melihat pemgalaman yang dialami oleh orang lain.


(35)

20

4. Ciri-ciri Efikasi Diri Tinggi dan Rendah

Berdasarkan teori Bandura (dalam Feist dan Feist, 2010: 213) memaparkan mengenai perbedaan ciri-ciri orang yang efikasi diri yang tinggi dan efikasi yang rendah yaitu:

a. Orang yang memiliki efikasi diri rendah akan merasa ragu-ragu terhadap kemampuannya, apatis, pasrah, merasa tidak mampu, adapun ciri-cirinya yaitu sering menjauhi tugas-tugas sulit, berhenti dengan cepat bila menemui kesulitan, berfokus pada akibat yang buruk apabila gagal, cenderung mengurangi usaha karena lambat memperbaiki keadaan dari kegagalan yang dialami, mudah mengalami stress dan depresi.

b. Orang yang memiliki efikasi diri tinggi merasa percaya bahwa ia dapat mengerjakan sesuai dengan tuntutan situasi, memperkirakan hasil sesuai dengan kemampuan diri, bekerja keras, dan bertahan mengerjakan tugas sampai selesai, adapun ciri-cirinya yaitu mereka cenderung mendekati tugas-tugas yang sulit sebagai tantangan untuk dimenangkan, tetap tenang dan tidak cemas ketika menghadapi tugas, menyusun tujuan-tujuan yang menantang dan memelihara komitmen untuk menyelesaikan tugas-tugas, mempunyai usaha yang tinggi atau gigih, memiliki pemikiran strategis, berpikir bahwa kegagalan yang dialami karena usaha yang tidak cukup sehingga diperlukan usaha yang cukup untuk mengatasi kesulitan, cepat memperbaiki keadaan setelah mengalami kegagalan, dan mampu mengurangi stress.


(36)

21

Menurut Bandura (dalam Feist dan Feist, 2010: 213) efikasi diri yang rendah dan tinggi berkombinasi dengan lingkungan yang responsif untuk menghasilkan empat variabel yang prediktif. Ketika efikasi diri tinggi dan lingkungan responsif, hasilnya kemungkinan besar akan tercapai. Saat efikasi diri rendah berkombinasi dengan lingkungan yang responsif, manusia mungkin akan merasa depresi karena mengamati orang lain dapat berhasil melakukan suatu tugas yang terlalu sulit untuknya. Saat seseorang dengan efikasi diri yang tinggi menemui situasi lingkungan yang tidak responsif, biasanya akan meningkatkan usahanya mengubah lingkungan. Saat efikasi diri yang rendah dipadukan dengan lingkungan yang tidak responsif, orang akan merasa apatis, segan dan tidak percaya.

Dari pendapat di atas disimpulkan bahwa orangyang memiliki efikasi diri yang tinggi cenderung tidak akan mudah menyerah walaupun dihadapkan dengan masalah yang sulit, lebih senang dengan pekerjaan yang menantang. Sedangkan orang yang memiliki efikasi diri yang rendah cenderung banyak mengeluh dan mudah putus asa, mereka selalu menghindari tugas-tugas yang dirasa berat untuk dikerjakan.

5. Dampak Efikasi Diri

Menurut Bandura (dalam Cervone & Parvin, 2012: 257) efikasi diri memiliki beberapa dampak terhadap pengalaman dan tindakan, melalui cara berikut:


(37)

22 a. Seleksi

Keyakinan terhadap efikasi diri mempengaruhi individu dalam memilih tujuan, seseorang yang memiliki efikasi diri tinggi diyakini akan memilih tujuan yang lebih sulit, menantang, dibandingkan dengan mereka yang memiliki efikasi diri yang rendah.

b. Upaya, ketekunan, dan pencapaian

Individu dengan kepercayaan terhadap efikasi diri yang tinggi menunjukkan upaya dan ketekunan yang lebih besar, dan menampilkan sikap yang lebih baik dibandingkan individu dengan efikasi diri yang rendah.

c. Emosi

Individu yang memiliki efikasi diri tinggi menghadapi tugas dengan suasana hati yang lebih baik (sedikit kecmasan dan depresi) dibandingkan individu yang memiliki efikasi diri rendah.

d. Penanganan

Individu yang memiliki efikasi diri tinggi lebih mampu mengatasi stress dan kekecewaan daripada individu dengan efikasi diri rendah. Bandura (dalam Daniel & Lawrenc A, 2012: 257) merangkum bukti tentang efek keyakinan efikasi diri pada motivasi dalam pencapaian sebagai berikut: “Manusia mengalami kemajuan karena lebih mampu bertahan alih-alih pesimis. Kepercayaan diri tidak menjamin keberhasilan, tetapi ketidakpercayaan diri pasti menghasilkan kegagalan”.


(38)

23

Dari pendapat di atas disimpulkan bahwa efikasi diri berdampak pada pilihan karir individu, individu akan menyeleksi pilihan karir berdasarkan efikasi diri yang dimilikinya. Ketekunan yang tinggi juga menunjukan dampak dari efikasi diri yang tinggi pada diri seseorang. Dalam hal emosi, orang yang memiliki efikasi diri yang tinggi cenderung stabil secara emosi dan mereka lebih bisa menangani tekanan yang diterima dalam melakukan suatu pekerjaan.

B. Kematangan Karir

1. Pengertian Kematangan Karir

Menurut Donald Super (dalam W.S Winkel dan Sri Hastuti, 2006: 633) kematangan karir menunjuk pada keberhasilan seseorang menyelesaian tugas-tugas perkembangan karir yang khas bagi tahap perkembangan tertentu. Indikasi yang menyebutkan dari kematangan karir misalnya, kemampuan untuk membuat rencana, kerelaan untuk memikul tanggung jawab, serta kesadaran akan segala faktor internal dan eksternal yang harus dipertimbangkan dalam membuat pilihan karir atau memantapkan diri dalam suatu jabatan.

Dhillon dan Kaur (2005: 71) menjelaskan bahwa kematangan karir merupakan istilah untuk menunjukkan suatu tingkat pencapaian individu dalam rangkaian perkembangan karir dari tahap eksplorasi karir sampai pada tahap kemunduran karir atau sampai karir terhenti. Pernyataan tersebut senada dengan pendapat Amadi, dkk. (2007: 257) yang menyatakan bahwa


(39)

24

kematangan karir merupakan kemampuan individu untuk memilih jenis pekerjaan yang diminati. Pendapat ini didukung oleh Savickas (2001: 53) yang menyatakan bahwa kematangan karir adalah kesiapan individu dalam membuat keputusan karir dan mengatasi tugas perkembangan karirnya.

Gonzalez (2008: 752) yang menyatakan bahwa kematangan karir merupakan perilaku yang ditampilkan individu dengan maksud untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan karir sesuai dengan tahap perkembangan karir yang sedang dilalui individu. Perkembangan karir merupakan salah satu proses perkembangan individu yang berlangsung secara terus-menerus di sepanjang kehidupan. Salah satu periode dalam rentang perkembangan individu adalah masa remaja.

Dari pendapat beberapa ahli di atas, disimpulkan bahwa kematangan karir adalah kemampuan individu menyelesaikan tugas-tugas perkembangan karir yang sesuai dengan usia perkembangannya sehingga mampu merencanakan dan menjalankan perkembangan karir secara benar.

2. Aspek-aspek Kematangan Karir

Super (dalam Gonzalez, 2008: 754) menyatakan bahwa kematangan karir pada remaja terdiri atas lima aspek, yaitu:

a. Perencanaan

Perencanaan merupakan kesadaran individu bahwa dirinya harus membuat pilihan pendidikan dan karir, serta mempersiapkan diri untuk memasuki karir tertentu. Perencanaan berfokus pada proses untuk merencanakan masa depan.


(40)

25 b. Eksplorasi

Eksplorasi merupakan proses yang menunjukkan individu mengadakan penyelidikan atau menggali segala informasi mengenai dunia kerja yang diperlukannya dari berbagai sumber yang ada, antara lain orangtua, teman, guru, konselor, buku, dan film. Eksplorasi berfokus pada tindakan untuk menggunakan sumber-sumber yang ada.

c. Informasi

Informasi menilai pengetahuan tentang pendidikan dan informasi pekerjaan atau karir. Individu membutuhkan informasi tentang lingkungan, pilihan pendidikan akademik yang berbeda, pilihan profesi atau karir, dan pilihan jabatan. Hal ini tidak hanya pada masalah pemberian informasi, tetapi lebih kepada pengetahuan remaja tentang bagaimana hal tersebut, kapan, dan di mana remaja dapat menemukan serta menggunakan informasi tersebut.

d. Pengambilan keputusan

Individu mengetahui segala sesuatu yang harus dipertimbangkan dalam membuat pilihan pendidikan dan karir, kemudian membuat pilihan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya. Individu seharusnya mempersiapkan periode formatif untuk mencari keputusan yang efektif. Hal ini dibutuhkan individu untuk menggunakan pemikiran atau refleksi diri dengan orang lain dan dengan lingkungan sekitar.

e. Realitas Orientasi

Individu mengetahui orientasi tentang pilihan karir yang akan dipilih sehingga berusaha meningkatkan kemampuan diri agar sesuai dengan karir yang telah


(41)

26

dipilih. Hal ini akan membuat pengalaman karir individu menjadi lebih matang dan konsisten dalam menghadapi masalah yang akan dihadapi kedepannya.

Menurut Sharf (2002: 155-159), menyatakan bahwa kematangan karir remaja dapat diukur dengan aspek-aspek sebagai berikut:

a. Perencanaan karir (career planning) aspek perencanaan karir merupakan aktivitas pencarian informasi dan seberapa besar keterlibatan individu dalam proses tersebut. Kondisi tersebut didukung oleh pengetahuan tentang macam-macam unsur-unsur pada setiap pekerjaan. Indikator ini adalah menyadari wawasan dan persiapan karir, memahami pertimbangan alternatif pilihan karir dan memiliki perencanaan karir di masa depan.

b. Eksplorasi karir (career exploration), merupakan kemampuan individu untuk melakukan pencarian informasi karir dari berbagai sumber karir, seperti kepada orang tua, saudara, kerabat, teman, guru bidang studi, konselor sekolah, dan sebagainya. Aspek eksplorasi karir berhubungan dengan seberapa banyak informasi karir yang diperoleh siswa dari berbagai sumber. Indikator aspek ini adalah mengumpulkan informasi karir dari berbagai sumber dan memanfaatkan informasi karir yang telah diperoleh.

c. Pengetahuan tentang membuat keputusan karir (decision making), adalah kemampuan siswa dalam menggunakan pengetahuan dan pemikiran dalam membuat keputusan karir, dengan asumsi apabila siswa mengetahui bagaimana orang lain membuat keputusan karir maka diharapkan mereka juga mampu membuat keputusan karir yang tepat bagi dirinya.


(42)

27

d. Pengetahuan tentang dunia kerja (world of work information), yakni individu harus tahu minat dan kemampuan diri, mengetahui cara orang lain mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan dan mengetahui alasan orang berganti pekerjaan. Komponen kedua adalah mengetahui tugas-tugas pekerjaan dalam suatu jabatan dan perilaku-perilaku dalam bekerja.

e. Pengetahuan tentang kelompok pekerjaan yang lebih disukai (knowledge of preferred occupational group), siswa diberi kesempatan untuk memilih satu dari beberapa pilihan pekerjaan, dan kemudian ditanyai mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan tersebut. Indikator aspek ini adalah pemahaman mengenai tugas dari pekerjaan yang dinginkan, memahami persyaratan dari pekerjaan yang diinginkan, mengetahui factor alasan yang mempengaruhi pilihan pekerjaan yang diminati dan mampu mengidentifikasi resiko-resiko yang mngkin muncul dari pekerjaan yang diminati.

f. Realisasi keputusan karir (realization), adalah perbandingan antara kemampuan individu dengan pilihan karir pekerjaan secara realistis. Siswa memiliki pemahaman yang baik tentang kekuatan dan kelemahan diri berhubungan dengan pekerjaan yang diinginkan, mampu melihat faktor-faktor yang mendukung dan menghambat karir yang diinginkan, mampu mengambil manfaat membuat keputusan karir yang realistik.

3. Tahap-tahap Perkembangan Karir

Menurut Ginzberg (dalam Agoes Dariyo, 2004: 66) tahap perkembangan karier meliputi hal-hal berikut:


(43)

28

1. Fantasi, yaitu individu membayangkan dirinya kelak akan menjadi/memasuki dunia pekerjaan yang menurutnya dianggap sangat menguntungkan dari segi material, popular, maupun penghargaan. Umumnya, mereka melakukan permainan peran sesuai dengan keinginan dan bayangan saat itu. Masa ini banyak ditemukan pada anak-anak awal dan anak-anak menengah berkisar usia 3-9 tahun. Misalnya permainan anak yang memerankan sebagai dokter, tentara, ayah-ibu, dan sebagainya.

2. Tentatif yaitu individu akan mencoba-coba untuk menyesuaikan minat/bakat dan nilai-nilai sosial masyarakat, dalam memilih suatu bidang karier pekerjan. Tahap ini dicapai pada masa awal remaja, usia 11-13 tahun.

3. Realistik, yakni individu merencanakan pendidikan sesuai dengan kebutuhan karier mereka. Mereka sudah memantapkan diri untuk memasuki dunia pekerjaan, sesuai dengan kondisi kemampuan sendiri (taraf pendidikan), sosial ekonomi orang tua maupun keadaan sosial masyarakat. Tahap ini dicapai pada masa remaja akhir dan dewasa muda usia 18-25 tahun.

Teori lain dari Super (dalam M. T. Manrihu, 1992: 19), membagi tahap perkembangan karir menjadi lima tahapan yaitu:

1. Tahap perkembangan (Growth) dari lahir sampai usia kurang lebih 14 tahun, yakni anak mengembangkan berbagai potensi, minat, dan kebutuhan yang dipadukan dalam struktur konsep diri.

2. Tahap eksplorasi (Exploration) dari usia 15 sampai 24 tahun, yakni ketika individu memikirkan berbagai alternatif karir, tetapi belum mengambil keputusan yang mengikat.


(44)

29

3. Tahap pemantapan (Establishment) dari usia 25 sampai 44 tahun, dengan ciri berusaha memantapkan diri melalui pengalaman selama menjalani karir tertentu.

4. Tahap pemeliharann (Maintenance) dari usia 45 sampai 64 tahun yakni orang yang sudah dewasa menyesuaikan diri menikmati dan memaknai karir yang sedang dijalaninya.

5. Tahap kemunduran (Decline) dari usia 65 tahun ke atas, yakni memasuki masa pension dan harus menemukan pola hidup baru sesudah melepaskan jabatannya.

Donald Super (dalam Agoes Dariyo, 2004: 69) mengemukakan teori bagaimana proses perkembangan pemilihan karier bagi individu. Menurut Super, perkembangan pemilihan karier pekerjaan dibagi menjadi lima tahap, yaitu 1. Masa kristalisasi (cristalization), 2. spesifikasi (specification), 3. Implementasi (implementation), 4. Stabilisasi (stabilization), dan 5. Konsolidasi (consolidation).

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kematangan Karir

Super (dalam Savickas, 2001: 53) menyebutkan kematangan karir dalam perkembangannya banyak dipengaruhi oleh faktor dari dalam maupun luar diri remaja, diantaranya sebagai berikut:

a. Faktor Internal

1. Intelegensi merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang secara menyeluruh, salah satunya kemampuan dalam pengambilan keputusan.


(45)

30

Dalam hal ini intelegensi turut berperan aktif dalam menentukan keberhasilan individu menentukan pilihan dan keputusan karirnya. 2. Bakat, dalam perkembangan karir, individu dapat mengetahui bahwa

dirinya cocok di suatu bidang dari faktor bawaan atau potensi yang dimilikinya.

3. Minat, merupakan kecendrungan pada sesuatu yang menarik hati. Begitu juga jika disangkutkan dengan karir, tentu saja individu memainkan peran minat dalam keterkaitannya terhadap pemilihan suatu jurusan atau pekerjaan, dengan minat sesuatu akan menjadi lebih baik untuk dikerjakan.

4. Kepribadian, karakteristik seseorang merupakan factor pendukung seseorang dikatakan berhasil dalam menyelesaikan tugas perkembangan karirnya, misalnya dari tes kepribadianlah seseorang dapat mengetahui kategori pekerjaan yang sesuai dengan kepribadiannya.

5. Harga diri dan efikasi diri merupakan factor yang penting dalam menentukan keberhasilan karir individu, karena dalam menilai sejauh mana dirinya merasa pantas pada sebuah jabatan, individu melihat dari perilaku yang telah dilakukan sendiri, tetapi juga dipengaruhi oleh hasil interaksinya dengan orang-orang penting dilingkungannya serta dari sikap penerimaan, penghargaan, keyakinan pada kemampuan dan perlakuan orang lain terhadap dirinya.

6. Nilai, seseorang beranggapan suatu jabatan itu bernilai tinggi atau rendah tergantung penilaiannya dalam memandang suatu ekerjan yang


(46)

31

ingin dicapaina. Oleh karena itu nilai dapat menjadi factor yang penting dalam memilih suatu pekerjaan.

b. Faktor Eksternal

1. Keluarga, dari lingkungan keluargalah individu dapat menentukan keberhasilan karirnya, karena ada beberapa orang disana yang dapat menjadi inspirasi ataupun didikan yang mengembangkan dirinya untuk dapat menentukan pilihan karirnya.

2. Latar belakang sosial ekonomi, latar belakang sosial mempengaruhi remaja dalam mengambil keputusan. Begitu juga dalam penentuan karirnya, latar belakang sosial ekonomi turut menjadi bahan pertimbangan seseorang dalam menentukan keputusan karirnya. Namun, tidak jarang semua orang yang dari latar belakang ekonominya tinggi juga sukses dikehidupan masa depannya, namun tidak menutup kemngkinan seseorang yang berlatar belakang ekonominya rendah dapat hidup sukses di masa depannya, jika individu itu mau berusaha dan berperilaku maju.

3. Gender, terkadang dalam memandang sebuah jurusan atau pekerjaan, beberapa factor dari individu melihatnya dari sudut pandang gender yang mengkualifikasikan pekerjan mana yang lebih pantas dikerjakan oleh laki-laki dan mana yang pantas dikerjakan oleh seorang perempuan. 4. Teman sebaya, lingkungan teman sebaya juga mempengaruhi individu dalam penentuan pilihan karirnya, tidak jarang orang yang labil mudah terpengaruh dengan bujukan teman sebayanya untuk mengikuti jejaknya


(47)

32

atau menjadi pilihan yang tepat karena ia merasa nyaman dengan lingkungan yang lebih banyak teman seumurannya ataupun sebaliknya. 5. Lingkungan sekolah, dari sekolah siswa dapat mengetahui segala

informasi pendidikan yang diberikan oleh guru dan patut untuk dikembangkan dalam kehidupan di masa depan.

6. Faktor Realitas, adalah berbagai hal yang ada di luar pikiran dan yang seharusnya kita jalani dalam diri kita. Tidak jarang banyak orang berimajinasi secara berlebihan, sehingga tidak menggunakan logika dan faktual dalam memandangnya, sehingga persepsi yang seperti inilah yang menimbulkan kesalahan dalam menentukan jenjang karir. Padahal faktor realitas lah yang harus kita gunakan dalam penentuan jenjang karir, dengan melihat kenyataan dimana kemampuan kita ynag sebenarnya.

7. Proses Pendidikan, merupakan proses pembelajaran seseorang dalam menilai sesuatu yang bernialai positif untuk bekal di masa depannya. Oleh karena itu proses pendidikan merupakan factor penting dalam keberhasilan individu menyelesaikan tugas perkembangan karirnya.

Pendapat lain yang tidak jauh berbeda dari Sherzer dan Stone (dalam W. S. Winkel dan Sri Hastuti, 2004: 647-655) menguraikan faktor yang mempengarui kematangan karir yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi, nilai-nilai kehidupan, taraf intelegensi, bakat khusus, minat, sifat-sifat, pengetahuan. Sedangkan faktor eksternal mencakup masyarakat, status sosial ekonomi keluarga, pengaruh dari


(48)

33

keluarga, pendidikan sekolah, pergaulan dengan teman sebaya, dan tuntutan pada jabatan. Sedangkan menurut Berk (dalam Agoes Dariyo, 2004: 67) menyatakan bahwa penentuan dan pemilihan karier seseorang remaja ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya: orang tua, teman-teman, gender, karekteristik diri sendiri.

5. Tipe-Tipe Kepribadian Karir

Holand (dalam Agoes Dariyo, 2004: 72) mengemukakan enam jenis kepribadian yang mempengaruhi perkembangan karier seseorang, yaitu : a. Realistis. Tipe realistisk adalah kelaki-lakian, tidak sosial, emosi yang

mantap (kestabilan emosi), bersifat materialistik, dan berorientasi pada apa yang ada sekarang. Mereka paling cocok bekerja seperti pemimpin tukang las, fotografer, ahli mesin, operator stasiun tenaga listrik, pilot, montir, dan lainnya.

b. Investigative. Orang-orang ini menyukai pekerjaan yang berhubungan dengan gagasan/ide dan pemikiran ketimbang pekerjaan fisik. Mereka senang mencari tahu fakta dan memecahkan masalah secara mental ketimbang membujuk atau mengarahkan orang lain. Orang-orang intelektual lebih suka pendidikan, latihan atau bekerja dalam pekerjaan seperti ilmu fisika, ahli bedah, ahli astronomi, penemu, ahli psikologis eksperimental dan lain-lain.

c. Social. Orang-orang ini menguasai lingkungannya dengan memilih tujuan, nilai-nilai, dan tugas-tugas dimana ia dapat menggunakan


(49)

34

kecakapannya demi kepentingan orang lain. Mereka paling mungkin dipersiapkan untuk masuk profesi yang berhubungan dengan orang banyak, seperti mengajar, menjadi pekerja sosial, dalam konseling, dan lain-lain.

d. Konvensional. Orang-orang ini memperlihatkan ketidaksenangannya terhadap kegiatan yang tidak teratur dan rapi. Mereka paling cocok menjadi bawahan seperti teller bank, atau pekerja administrasi lainnya. e. Enterprising. Pribadi yang bersifat seperti pengusaha ini menyukai

pekerjaan yang berhubungan dengan memulai dan melakukan proyek terutama usaha. Mereka senang membujuk dan memimpin orang serta membuat keputusan. Mereka senang mengambil resiko demi keuntungan. Kepribadian ini menyukai aksi ketimbang berfikir. Mereka paling cocok memiliki karir yang berhubungan dengan penjualan, sales, politikus, atau manajemen.

f. Artistic. Mereka adalah orang yang lebih suka berinteraksi dengan dunia melalui ekspresi seni, menghindari situasi interpersonal serta konvensional dalam banyak kasus. Para remaja tipe ini sebaiknya diarahkan ke karir seni atau penulisan.

C. Kerangka Berfikir

Salah satu tugas perkembangan di masa remaja adalah memepersiapkan diri untuk jenjang akrir di masa depan. Pemilihan dan kematangan karir individu salah satunya dipengaruhi oleh efikasi diri individu tersebut terhadap


(50)

35

kemampuannya. Efikasi diri yang dimiliki seseorang akan dapat menumbuhkan sikap optimis serta komitmen yang kuat dalam diri individu untuk mencapai karir yang diinginkan di masa depan. Menurut Bandura (dalam Friedman dan Miriam, 2009: 247) efikasi diri adalah suatu harapan atau keyakinan tentang bagaimana suatu kompetensi atau kemampuan seseorang akan bisa digunakan untuk menyesuaikan perilaku pada situasi tertentu. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa efikasi diri mempengaruhi keyakinan seseorang bagaimana harus bertingkahlaku dalam menghadapi suatu situasi tertentu, salah satunya adalah situasi dalam pemilihan karir.

Fase remaja SMK adalah fase eksplorasi yakni ketika individu memikirkan berbagai alternatif karir, tetapi belum mengambil keputusan yang mengikat. Situasi ini harus ditunjang dengan efikasi diri yang tinggi pada diri siswa untuk dapat menyesuaikan tingkah laku yang sesuai dengan minat karir yang ingin dicapai. Super (dalam Gonzalez, 2008: 754) menyebutkan dalam menentukan arah pilihan jabatan perlu digunakan pengetahuan akan diri sendiri. Hal ini berarti efikasi diri seseorang turut mempengaruhi individu dalam menentukan arah pemilihan karir yang sesuai dengan kemampuan dan minat diri sendiri. Individu akan melakukan evaluasi terhadap kemampuan yang dimiliki untuk selanjtnya disesuaikan dengan bidang karir yang akan dipilih. Oleh karena itu, individu akan memiliki karir yang sesuai dengan keyakinan dan kemampuannya.

Bandura (dalam Sandi Prasetyaning Tyas, 2012: 86) telah melakukan penelitian terhadap remaja yang hasilnya menunjukkan bahwa efikasi diri pada


(51)

36

individu memiliki pengaruh yang tinggi pada perkembangan karirnya. Semakin tinggi efikasi diri individu akan pendidikan dan pekerjaan, maka semakin banyak pilihan karir yang dipertimbangkan dan semakin tinggi pula ketertarikannya pada berbagai pilihan karir tersebut, sehingga persiapan pendidikannya akan lebih baik. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa efikasi diri memiliki peranan yang penting bagi individu dalam melakukan pilihan karir diantaranya dengan melakukan persiapan terutama dalam bidang pendidikan. Individu yang memiliki efikasi diri yang tinggi pada karirnya akan mulai mempersiapkan diri melalui pendidikan yang relevan dan sesuai dengan bidang karir yang dipilih.

Pendapat Bandura di atas di perkuat oleh pendapat Daniel Cervone dan Lawrence A. Pervin (2012: 298) yang menyatakan bahwa orang dengan efikasi diri yang rendah terancam secara potensial dengan tingginya rasa cemas, termasuk terancam dalam karir di masa depan. Perasaan tidak yakin mampu mengatasi hal merupakan kecemasan yang berlebih yang dimiliki oleh orang dengan efikasi diri yang rendah. Penelitian menunjukkan bahwa orang-orang yang percaya mereka tidak mampu menangani kejadian-kejadian yang mengancam mengalami stress yang besar. Mereka dapat juga mengembangkan disfungsional kognitif lebih lanjut seperti sebuah kenikmatan dengan apa yang akan terjadi. Dengan kata lain orang yang cemas memfokuskan perhatiannya pada bencana yang akan dihadapi, dan ketidakmampuannya untuk mengatasi hal tersebut, dibandingkan dengan fokus pada apa yang akan dilakukan untuk mengatasi situasi tersebut.


(52)

37

Winkel (1997) menjelaskan bahwa siswa sekolah menengah atas sudah mulai melihat kaitan antara nilai-nilai kehidupan, gaya hidup, dan memiliki suatu pekerjaan, serta mampu menangkap keterbatasan yang bersumber pada diri sendiri atau pada situasi hidupnya. Pendapat tersebut berarti bahwa siswa sekolah menengah atas sudah memiliki gambaran dan pengetahuan mengenai diri sendiri dan berbagai alternatif pekerjaan yang dapat ditekuni di masa depan. Siswa mulai dapat mengevaluasi hambatan-hambatan yang mungkin muncul dalam perencanaan karirnya untuk menghadapi masa depan. Hambatan yang tidak terlalu besar dipandang sebagai tantangan yang harus dihadapi dan diatasi. Sebaliknya, hambatan yang dipandang cukup besar perlu disikapi dengan cara-cara meninjau kembali pilihan karirnya, mengikuti pelatihan, dan meminta pendapat serta pertimbangan dari orang lain yang dipandang memiliki kompetensi pada bidang yang sama. Hal tersebut berarti siswa sekolah menengah atas sudah mampu mengevalusi kemampuannya pada suatu bidang pekerjaan tertentu dengan berdasar pada efikasi diri yang ada pada dirinya. Siswa sudah mlai berfikir tentang masa depannya terutama mengenai karir yang akan dijalani serta merencanakan karir yang tepat dan sesuai dengan kemampuannya.

Berkaitan dengan kemungkinan adanya hubungan antara efikasi diri dengan kematangan karir maka dapat dikatakan bahwa siswa yang memiliki efikasi diri yang tinggi akan mampu merencanakan karir di masa depan dengan sebaik-baiknya serta mampu membuat alternatif-alternatif rencana yang dapat memudahkan karir dirinya.


(53)

38

Kemungkinan adanya hubungan antara efikasi diri dengan kematangan karir maka dapa dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat efikasi diri yang dimiliki siswa, maka semakin tinggi juga tingkat kematangan karirnya. Sebaliknya jika semakin rendah tingkat efikasi diri siswa, maka semakin rendah juga tingkat kematangan karir yang dimilikinya.

Gambar 1. Kerangka Berfikir Keterangan :

X : Efikasi Diri H : Hubungan

Y : Kematangan Karir : Arah Hubungan

D. Hipotesis

Berdasarkan permasalahan yang ada dalam penelitian ini hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

“Ada hubungan positif antara efikasi diri dengan kematangan karir pada siswa kelas XI di SMK Negeri 5 Pangkalpinang”.

Hal ini berarti jika skor efikasi diri siswa tinggi maka tinggi juga skor tingkat kematangan karir siswa. Sebaliknya jika skor efikasi diri siswa rendah maka rendah pula skor kematangan karir yang dimiliki oleh siswa


(54)

39 BAB III

METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian

Penelitian yang digunakan dalam masalah ini adalah dengan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian korelasional. Suharsimi Arikunto (2010:12) mendefinisikan penelitian kuantitatif adalah “penelitian yang banyak menggunakan angka-angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data serta penampilan dari hasilnya”.

Suharsimi Arikunto (2010: 326) mengemukakan jenis dari pendekatan ini adalah pendekatan korelasional yaitu “penelitian yang menyelidiki ada tidak hubungan antara variabel (X) dan variabel (Y) yang akan diteliti”. Sukardi (2011:166) juga menjelaskan bahwa penelitian korelasi adalah suatu penelitian yang melibatkan tindakan pengumpulan data guna menentukan, apakah ada hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih.

Penelitian yang peneliti angkat mengenai “Hubungan antara efikasi diri dengan kematangan karir pada siswa kelas XI di SMK Negeri 5 Pangkalpinang” yang merupakan penelitian korelasional. Penelitian ini dilakukan untuk mencari hubungan antara variabel efikasi diri dan kematangan karir.


(55)

40 B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini berlokasi di SMK Negeri 5 Pangkalpinang. Pemilihan sekolah tersebut sebagai tempat penelitian karena ditemukan permasalahan tentang efikasi diri dan permasalahan tentang kematangan karir berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang didapat pada siswa kelas XI.

2. Waktu Penelitian

Waktu yang digunakan untuk pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan pada bulan juni 2015 – januari 2016.

C. Variabel Penelitian

Variabel adalah gejala yang dipersoalkan (Purwanto, 2008: 85). Gejala bersifat membedakan satu unsur populasi dengan unsur yang lain. Oleh karena variabel bersifat membedakan maka variabel harus mempunyai nilai yang bervariasi.

Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 119), variabel yang mempengaruhi disebut variabel penyebab, variabel bebas atau independen variabel (X), sedangkan variabel akibat disebut variabel tak bebas, variabel tergantung atau dependent variabel (Y). Dalam penelitian ini terdapat dua variabel dengan rincian sebagai berikut: variabel bebas yaitu efikasi diri (X) dan variabel tergantung yaitu kematangan karir (Y).


(56)

41 D. Definisi Operasional

Definisi operasional dari variabel terikat dan variabel bebas dalam penelitian ini yaitu :

1. Efikasi diri adalah suatu keyakinan tentang bagaimana suatu kemampuan seseorang akan bisa digunakan untuk menyesuaikan perilaku sesuai dengan situasi atau masalah yang dihadapi.

2. Kematangan karir merupakan keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan karir yang terdapat pada tahap perkembangan tertentu seperti mampu mengeksplorasi kemampuan diri dan pada akhirnya mampu membuat keputusan karir pada usianya.

E. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Menurut Saifuddin Azwar (2013: 77), Populasi merupakan kelompok subyek yang hendak dikenai generalisasi hasil penelitian. Selain itu, menurut Sugiyono (2011:215) populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi juga dibatasi sebagai himpunan individu, benda atau objek yang mempunyai sifat atau karakteristik yang sama dan dapat diamati serta dibedakan dari kelompok subjek yang lain (Saifuddin Azwar, 2013: 77). Karakteristik yang dimaksud dapat berupa usia, jenis kelamin, tingkat


(57)

42

pendidikan, dan wilayah tempat tinggal. Karakteristik subyek dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Siswa laki-laki dan perempuan.

b. Bersekolah di SMK Negeri 5 Pangkalpinang. c. Berada di kelas XI.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMK Negeri 5 Pangkalpinang tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah 107 siswa. siswa kelas XI terbagi dalam tiga kelas, yaitu kelas XI F1 berjumlah 35 siswa, XI F2 berjumlah 36 siswa dan XI F3 berjumlah 36 siswa. Alasan peneliti mengambil populasi kelas XI di SMK Negeri 5 Pangkalpinang karena siswa kelas XI mudah untuk diambil data dan secara pendalaman materi siswa kelas XI sudah beradaptasi dengan lingkungan di sekolah, berbeda halnya dengan kelas XII yang sedang dalam masa praktek kerja lapangan yang menyulitkan peneliti untuk pengambilan data serta siswa kelas X yang baru masuk sekolah di tahun pertama dan belum sepenuhnya bisa beradaptasi dengan lingkungan sekolah mereka yang baru.

Tabel 1. Keadaan Populasi Subyek Penelitian

No. Kelas Jumlah Siswa

1. XI F1 35

2. XI F2 36

3. XI F3 36


(58)

43 2. Sampel

Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 109), sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Subjek penelitian yang menjadi sampel harus mampu mewakli populasi. Oleh karena itu tidak seluruh subjek pada populasi yang diteliti, cukup diwakli oleh sampel.

3. Teknik Sampling

Sugiyono (2011: 81) menjelaskan teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel. Penelitian ini merupakan penelitian sampling. Teknik yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Random sampling. Random sampling adalah teknik pengambilan sampel yang dilakukan dengan cara mencampur subyek-subyek di dalam populasi sehingga semua subyek dianggap sama (Suharsimi Arikunto, 2006: 134).

Penentuan ukuran sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Slovin dengan tingkat eror 5%. Rumus Slovin adalah sebagai berikut:

� = + � � �2 Di mana:

n = Ukuran sampel N = Populasi

e = Presentase kelonggaran ketidakterikatan karena kesalahan pengambilan sampel yang masih diinginkan.


(59)

44

� = + � ,

� = + , � = ,

� = ,

� =

Berdasarkan rumus tersebut, diperoleh hasil 84,25 sehingga jumlah sample yang diambil dibulatkan menjadi 84 siswa.

Tabel 2. Sebaran Sampel Penelitian

No. Kelas Jumlah Siswa

1. XI F1 25

2. XI F2 27

3. XI F3 32

Jumlah 84

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara khusus yang dipergunakan untuk memperoleh data dalam penelitian. Data merupakan hal yang penting guna membuktikkan kebenaran dari hipotesis yang dirumuskan. Menurut Saifuddin Azwar (2000: 91) menjelaskan bahwa metode pengumpulan data dalam suatu penelitian mempunyai tujuan untuk mengungkap fakta mengenai variable yang akan diteliti. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode skala.

Skala merupakan sebuah instrumen pengumpul data yang bentuknya seperti daftar cocok tetapi alternatif yang disediakan merupakan sesuatu yang


(60)

45

berjenjang (Suharsimi Arikunto, 2005: 105). Metode skala digunakan oleh peneliti karena skala relevan digunakan untuk mengukur aspek-aspek kepribadian atau aspek-aspek kejiwaan yang lain.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model Skala. Skala digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2011:93). Dalam penelitian ini, Skala menggunakan empat alternatif jawaban. Alternatif jawaban yang digunakan yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS).

Butir-butir pertanyaan disajikan dalam 2 bentuk, yaitu pertanyaan positif dan pertanyaan negatif. Pertanyaan positif adalah pertanyaan yang mendukung gagasan, sedangkan pertanyaan negatif adalah pertanyaan yang tidak mendukung gagasan. Berikut ini pembobotan dari masing-masing alternatif jawaban menggunakan Skala. Untuk pertanyaan yang bersifat positif (SS = 4), (S = 3), (TS = 2), dan (STS = 1). Sedangkan, penilaian pertanyaan yang bersifat negatif yaitu (SS = 1), (S = 2), (TS = 3), dan (STS = 4).

G. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya (Suharsimi Arikunto, 2010:101). Menurut Eko Putro Widoyoko (2013: 53), instrumen adalah alat yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik. Instrumen yang digunakan untuk mengetahui efikasi diri dan


(61)

46

kematangan karir disusun berdasarkan indikator-indikator yang terkandung di dalam definisi operasional, variabel berdasarkan pengertian efikasi diri dan kematangan karir dapat dilihat pada kisi-kisi instrumen dalam tabel berikut ini:

Tabel 3. Kisi-kisi Skala Efikasi Diri sebelum Uji Coba

Variabel Aspek Indikator Butir Soal

(+) (-)

Efikasi diri

1.Tingkat kesulitan (Level)

Pandangan akan

kemampuan diri 8, 15 7, 20 4 Melakukan tugas sesuai

dengan kemampuan 1, 13 4, 10 4 2. Generalisasi

(luas cakupan bidang tugas)

Luas bidang tugas yang diyakini

5, 18,

14 3, 9 5

Yakin dalam

menghadapi berbagai

situasi 2, 16 22 3

3.Tingkat kekuatan (Strength)

Tetap bertahan dalam menghadapi hambatan

12, 21,

23 19 4

Tidak mudah menyerah dalam menghadapi

kegagalan 17, 11 6 3


(62)

47

Tabel 4. Kisi-kisi Skala Kematangan Karir sebelum Uji Coba

Variabel Aspek Indikator Butir Soal

(+) (-)

Kematangan karir

1. Perencanaan karir

Perencanaan karir di

masa depan 7, 24 38 3

Perencanaan karir di

masa sekarang 31,

19 3, 36 4 2.Eksplorasi

karir

Eksplorasi perencanaan

karir dengan orang lain 6, 14 26 3 Eksplorasi kemampuan

dan bakat diri 23, 37 10, 32 4 Eksplorasi kegiatan

yang mendukung karir

29 1, 35 3 3.Informasi

seputar karir Informasi tentang

Kelanjutan karir 15 4, 25 3 Informasi tentang

kondisi diri

22,

11 8, 30 4 Informasi tentang suatu

bidang pekerjaan 9, 13

18,

20 4

4.

Pengambila n keputusan

Pengambilan keputusan tentang pekerjaan dan

perencanaan karir 5, 27

33,

39 4

5.Realitas orientasi tentang suatu bidang pekerjaan

Mengetahui kapasitas diri sesuai dengan pekerjaan yang

dimintai 16

12,

21 3

Mencari informasi tentang suatu pekerjaan

yang diminati 2, 28

34,

17 4


(63)

48 H. Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen

Suatu instrumen penelitian dikatakan baik apabila memenuhi syarat valid dan reliabel. Oleh karena itu sebelum instrumen digunakan, perlu dilakukan validasi instrumen agar instrumen yang digunakan valid atau tepat mengukur apa yang harus diukur.

Menurut Hasan Iqbal (2006: 15) untuk memenuhi kriteria sebuah penelitian yang dianggap sebagai penelitian ilmiah, kecermatan pengukuran sangat diperlukan. Ada dua syarat utama yang harus dipenuhi oleh alat ukur untuk memperoleh suatu pengukuran yang cermat, yaitu Validitas dan Releabilitas. 1. Uji Validitas

Validitas suatu instrumen penelitian, tidak lain adalah derajat yang menunjukkan dimana suatu tes mengukur apa yang hendak diukur (Sukardi, 2011:122). Prinsip suatu tes adalah valid, tidak universal. Validitas suatu tes yang perlu diperhatikan oleh para peneliti adalah bahwa ia hanya valid untuk suatu tujuan tertentu saja. Menurut Sugiyono (2009:109) instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah.

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap dari data variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud.

Pengukuran kevalidan item meliputi validitas isi (content validity) dan validitas konstruk (construct validity). Validitas isi dilakukan dengan analisis


(64)

49

rasional, yaitu dengan cara mengkonsultasikan dengan penimbang ahli (expert judgement).

Untuk menguji validitas konstruk setiap item dalam indikatornya dilakukan uji coba instrumen. Setelah data diperoleh kemudian diuji validitasnya dengan menggunakan Corrected Item-Total Corelation dalam fasilitas program komputer SPSS forWindows 23 Version. Bila korelasi tiap faktor tersebut positif dan besarnya 0,3 keatas, maka faktor tersebut merupakan construct yang kuat dan dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut memiliki validitas yang baik (Sugiyono, 2011: 178).

Pengujian validitas logis pada penelitian ini dilakukan oleh seorang ahli yang menguasai bidang tersebut dengan baik, dan dalam penyusunan instrumen ini telah dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan merekomendasikan beberapa dosen yang memiliki ahli di bidang tersebut sebagai expert judgement.

Pengujian validitas logis pada instrument penelitian ini dilakukan oleh dosen yang menguasai bidang yang berhubungan dengan variable pada penelitian ini, yaitu Bapak Sugiyatno. Pengujian validitas butir item dilakukan terhadap seluruh item yang terdapat dalam skala efikasi diri dan kematangan karir.

Hasil dari expert judgement pada skala efikasi diri terdapat beberapa item yang kurang sesuai dengan indikator dari variable, seperti pada item no 1, 9 dan 16 sehingga peneliti perlu memperbaiki lagi item yang kurang berhubungan dengan indicator pada variable tersebut.


(65)

50

Pada skala kematangan karir, terdapat banyak kesalahan dalam hal penjabaran makna dari kematangan karir yang ada. Peneliti hanya memfokuskan kematangan karir dengan hal yang berhubungan dengan pekerjaan, padahal berdasarkan saran dari expert judgement, makna karir tidak hanya selalu berhubungan dengan pekerjaan, sehingga harus dilakukan perbaikan di hampir dari setiap item yang telah dibuat.

Setelah pengujian oleh expert judgement dilakukan, maka diteruskan dengan uji coba instrumen. Instrumen tersebut diuji cobakan terhadap siswa di sekolah SMK yang memiliki kesamaan dengan SMK tempat penelitian. SMK yang menjadi tempat uji coba instrument adalah SMK Indonesia Farmasi Yogyakarta. SMK ini memilik kesamaan dengan SMK yang akan dijadikan tempat penelitian. Kesamaan pertama yaitu sama dalam hal jurusan yang dipelajari, yaitu sama-sama mendalami jurusan farmasi, jadi dari segi bidang ilmu memiliki kesamaan. Kesamaan lainnya yaitu dari segi usia sama-sama berkisar pada rentang usia 15-18 tahun yang berarti memiliki kesama-samaan dalam hal tugas perkembangannya. Selain itu populasi dari SMK Indonesia farmasi ini juga hampir sama dengan sekolah yang akan dilakukan penelitian yaitu jumlah perkelas berkisar antara 30-35 siswa. Setelah data diperoleh kemudian diuji validitasnya dengan menggunakan program komputer SPSS seri 23. Bila korelasi tiap faktor tersebut positif dan besarnya 0,3 keatas, maka faktor tersebut merupakan construct yang kuat dan dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut memiliki validitas yang baik (Sugiyono, 2011 : 178).


(66)

51

Table berikut ini adalah item yang valid setelah dilakukan uji coba: Tabel 5. Kisi-kisi Skala Efikasi Diri setelah Uji Coba

Variabel Aspek Indikator Butir Soal

(+) (-)

Efikasi diri

1.Tingkat kesulitan (Level)

Pandangan akan

kemampuan diri 8, 15* 7, 20 4 Melakukan tugas

sesuai dengan

kemampuan 1, 13

4*,

10 4

2. Generalisasi (luas cakupan bidang tugas)

Luas bidang tugas yang diyakini

5, 18,

14 3, 9 5

Yakin dalam

menghadapi berbagai

situasi 2, 16* 22* 3

3.Tingkat kekuatan (Strength)

Tetap bertahan dalam menghadapi

hambatan

12, 21,

23* 19* 4

Tidak mudah

menyerah dalam menghadapi

kegagalan

17*,

11 6 3

Jumlah 14 9 23


(67)

52

Tabel 6. Kisi-kisi Skala Kematangan Karir setelah Uji Coba

Variabel Aspek Indikator Butir Soal

(+) (-)

Kematangan karir

1. Perencanaan karir

Perencanaan karir di

masa depan 7, 24 38 3

Perencanaan karir di

masa sekarang 31,

19 3, 36 4

2.Eksplorasi karir

Eksplorasi perencanaan

karir dengan orang lain 6, 14 26 3 Eksplorasi kemampuan

dan bakat diri 37* 23, 10*, 32* 4 Eksplorasi kegiatan

yang mendukung karir

29 1, 35* 3 3.Informasi

seputar karir Informasi tentang

Kelanjutan karir 15 4, 25 3

Informasi tentang kondisi diri

22*,

11 8, 30 4

Informasi tentang suatu

bidang pekerjaan 9, 13 18, 20 4 4.

Pengambila n keputusan

Pengambilan keputusan tentang pekerjaan dan perencanaan karir

5*, 27

33*,

39* 4

5.Realitas orientasi tentang suatu bidang pekerjaan

Mengetahui kapasitas diri sesuai dengan

pekerjaan yang dimintai 16 12*, 21 3 Mencari informasi

tentang suatu pekerjaan

yang diminati 2, 28 34, 17 4

Jumlah 19 20 39


(68)

53 2. Uji Reliabilitas

Syarat lainnya yang juga penting bagi seorang peneliti adalah reliabilitas. Reliabilitas sama dengan konsistensi atau keajekan (Sukardi, 2011:127). Suatu instrumen penelitian dikatakan mempunyai nilai reliabilitas yang tinggi, apabila tes yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur yang hendak diukur. Ini berarti semakin reliabel suatu test memiliki persyaratan maka semakin yakin kita dapat menyatakan bahwa dalam hasil suatu tes mempunyai hasil yang sama ketika dilakukan tes kembali.

Sebelum instrumen digunakan sebagai pengumpul data penelitian, terlebih dahulu harus diuji cobakan kepada sejumlah subjek yang mempunyai karakteristik yang cenderung sama dengan calon responden penelitian. Pelaksanaan uji coba instrumen dimaksudkan untuk mengetahui kesahihan butir (validitas) dan keterandalan (reliabilitas) instrumen, sehingga dapat menjaring data yang dibutuhkan untuk menjawab permasalahan.

Dalam mengkaji reliabilitas instrumen dilakukan uji coba instrumen pada siswa SMK Farmasi Indonesia Yogyakarta kelas XI sebanyak 29 siswa, karakteristik subjek yang diteliti dalam uji coba cenderung sama dengan karakteristik subjek yang akan diteliti dalam penelitian ini.

Berikut ini akan disajikan tabel menurut Sugiyono (2010: 257) sebagai pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi dari reliabilitas instrumen yang telah diketahui validitasnya. Interpretasi tersebut yaitu:


(69)

54 Tabel 7. Interpretasi Koefisien Korelasi

Reliabilitas item diuji dengan melihat Koefisien Alpha dengan melakukan Reliability Analysis dengan bantuan program komputer SPSS for Windows 23 Version. Uji reliabilitas dilihat pada nilai Alpha-Cronbach untuk reliabilitas keseluruhan item dalam satu variable, pada variable efikasi diri diperoleh koefisien efikasi di sekoah sebesar 0,759 dan pada variable kematangan karir sebesar 0,898 sehingga instrument dalam penelitian ini sudah reliabel.

I. Teknik Analisis Data

Menurut Hasan Iqbal (2006: 24), pengolahan data adalah suatu proses dalam memperoleh data ringkasan atau angka ringkasan dengan menggunakan cara-cara atau rumus-rumus tertentu. Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompakan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan (Sugiyono, 2011: 147).

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif karena data yang diperoleh pada penelitian ini berwujud angka (data

Interval koefisien rhitung Interpretasi

0,80 – 1,000 Reliabilitas sangat kuat

0,60 – 0,799 Reliabilitas kuat

0,40 – 0,599 Reliabilitas sedang

0,20 – 0,399 Reliabilitas rendah


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

AN ANALYSIS ON GRAMMATICAL ERROR IN WRITING MADE BY THE TENTH GRADE OF MULTIMEDIA CLASS IN SMK MUHAMMADIYAH 2 MALANG

26 336 20

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA REGULER DENGAN ADANYA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI GUGUS 4 SUMBERSARI MALANG

64 523 26

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25