Analisis Data Proses Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam melalui

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 173 Pada setiap akhir pertemuan, peneliti memberikan bintang sebagai bentuk reward atas partisispasi konseli maupun santri agar lebih aktif dalam mengikuti proses Islamic storytelling. Selain pemberian bintang, peneliti juga menjelaskan hikmah yang terkandung dalam cerita, sehingga konseli lebih memahami isi cerita tersebut. Peneliti juga memberikan beberapa hadiah kepada santri yang mendapatkan bintang terbanyak dan kepada kelima santri yang berperilaku maladaptif. Pemberian hadiah tersebut dilakukan pada saat pertemuan terakhir sebagai bentuk penghargaan dari peneliti. Setelah pemberian hadiah, konseli dan seluruh santri diajak untuk merenungkan perbuatan-perbuatan yang telah dilakukan terhadap orang tua, ustadz ustadzah, dan teman. Peneliti juga mendapati konseli menangis saat dilakukan renungan. Hal itu sebagai bukti bahwa renungan yang disampaikan telah mengena dalam diri konseli. 5. Evaluasi atau follow up Langkah ini dimaksudkan untuk menilai atau mengetahui sampai sejauh mana hasil yang dicapai dalam melakukan langkah terapi. Evaluasi dan follow up dilakukan peneliti dengan cara mewawancarai ustadz ustadzah dan observasi terhadap aktivitas maupun tingkah laku konseli. Alhamdulillah dari hasil wawancara dan observasi diketahui terdapat perubahan sikap dan tingkah laku pada diri konseli setelah dilakukan proses terapi melalui Islamic storytelling yaitu lebih tertib saat berdo’a, jarang bertengkar dengan teman, tidak terlihat menjaili teman, digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 174 tidak terdengar cara memanggil teman dengan sebutan orang tua, jarang terdengar konseli berkata kotor dan mengumpat, dan konseli lebih menghormati ustadz ustadzah. C. Analisis Tingkat Keberhasilan Bimbingan dan Konseling Islam melalui Islamic Storytelling dalam Menangani Perilaku Maladaptif Santri di TPA Fastabiqul Khairaat Siwalankerto Surabaya Setelah konseli mendapatkan bimbingan dan konseling Islam melalui teknik Islamic storytelling, terjadi perubahan pada perilaku konseli. Berdasarkan tabel pada peyajian data, dapat diketahui bahwa konseli mengalami penurunan gejala perilaku maladaptif. Hal tersebut dilihat dari hasil observasi yang dilakukan peneliti terhadap aktivitas dan perilaku konseli sebelum, pada saat, dan sesudah dilakukan Islamic storytelling. Meskipun perubahan perilaku konseli tidak 100 , namun telah membuahkan hasil adanya perubahan perilaku sesuai yang diharapkan peneliti. Dalam kesehariannya setelah dilaksanakan teknik Islamic storytelling, terlihat bahwa perilaku konseli ada yang stabil yakni masih dilakukan dan ada pula yang berkurang yakni konseli sudah mampu menunjukkan perlaku adaptif dari pada sebelumnya. Konseli Veri sudah bisa mengikuti pembacaan do’a dengan tertib dan tidak terdengar menyelewengkan do’a dan perilakunya terhadap ustadz ustadzah juga lebih baik hormat, seperti ketika ingin ke toilet, ia selalu izin. Veri masih tergolong sebagai anak yang mudah diarahkan. Ia sudah tidak terlihat mencari gara-gara kepada temannya apalagi sampai bertengkar digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 175 bertengkar. Namun, Veri masih sering bergurau dengan temannya pada saat mengerjakan tugas, terlebih ketika ia duduk di bangku barisan tengah maupun belakang. Veri terlihat tenang, jika ia selalu diperhatikan dan diawasi oleh ustadzah nya. Konseli Pras bisa mengikuti proses belajar dengan baik. Saat di kelas, sudah tidak terlihat aktivitas melempar-lempar kertas yang dilakukan oleh Pras, apalagi sampai bertengkar dan berkata kotor. Pras lebih memperhatikan ustadzhah ketika duduknya di bangku barisan depan. Konseli Aan jarang mengucapkan kata-kata kotor, mengumpat, dan memanggil temannya dengan nama orang tua. Ia lebih sopan saat meminjam sesuatu kepada temannya. Ia selalu meminta izin kepada ustadz nya ketika keluar kelas dan tidak menunda maju saat mengaji privat. Akan tetapi Aan masih terlihat mangganggu temannya saat berdo’a dan mengerjakan tugas dengan mengajaknya berbicara. Aan lebih mudah dikendalikan pada saat ustadz nya bersifat tegas kepadanya tanpa harus membentak. Konseli Trisna sudah bersedia duduk di barisan depan dan bisa mengerjakan tugas tepat waktu. Ia tidak pernah bertengkar dan berkata kotor kepada temannya. Trisna juga memperhatikan ustadzah nya ketika diberi nasihat, diminta untuk menulis, dan dipanggil untuk mengaji privat. Trisna adalah anak yang paling aktif bertanya pada saat penyampaian Islamic storytelling dan ia senang ketika diminta maju untuk me-retell isi cerita. Konseli Rio bisa berbicara lebih sopan kepada temannya ketika meminjam barang. Ia tampak lebih tertib pada saat mengikuti proses digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 176 pembelajaran mengaji dan tidak berjalan-jalan ke kelas lain. Hampir tidak terdengar perkataan Rio yang kurang sopan, mengumpat, atau memanggil temannya dengan sebutan orang tua. Sifat Rio yang sering menguasai kelas juga berkurang sedikit demi sedikit dengan pembiasaan mengucapkan kata tolong dan terima kasih kepada temannya pada saat ia membutuhkan sesuatu. Kelima konseli selalu hadir pada saat pelaksanaan Islamic storytelling. Mereka juga aktif ketika adanya tindakan dari storyteller setelah penyampaian Islamic storytelling, seperti: menyususn puzzle, permainan mencocokkan jawaban, menuangkan cerita dalam bentuk gambar, me-retell isi cerita, dan menempelkan bintang keberhasilan. Dari kegiatan tersebut, Veri berhasil mendapatkan satu bintang, Pras mendapatkan dua bintang, Aan mendapatkan satu bintang, Trisna mendapatkan tiga bintang, dan Rio mendapatkan dua bintang. Dari perolehan bintang tersebut menunjukkan adanya keikutsertaan dan perhatian konseli selama pelaksanaan Islamic storytelling. Dari hasil analisa terkait faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku maladaptif konseli, analisa proses pelaksanaan Islamic storytelling, serta analisa tingkat keberhasilan proses pelaksanaan Islamic storytelling, peneliti dapat menganalisa mekanisme perubahan yang terjadi pada kelima konseli setelah penyampaian Islamic storytelling berdasarkan aspek-aspek perkembangan anak, yaitu: a. Konseli Veri, perubahan awal melalui afeksi berupa kasih sayang, perhatian, dan do’a dari orang tua dan ustadz ustadzah. Setelah afeksi digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 177 terpenuhi, emosi Veri bisa diubah dengan memberikan contoh-contoh perilaku yang baik dan diterapkan atau dibiasakan dalam kegiatan sehari-hari seperti sifat memaafakan. Ketika emosi baik sudah mulai terbentuk sedikit demi sedikit, Veri selalu diajarkan perilaku baik antar sesama melalui pengajaran di rumah, sekolah, maupun TPA. Karena usianya yang masih anak-anak awal, Veri akan cenderung menirukan apa yang dilihat dan didengarnya. Pentingnya orang tua dan ustadz ustadzah dalam memaknai setiap perilaku yang diajarkan akan membuat kognitifnya mulai berperan. Ia selalu memperhatikan dan memikirkan “bagaimana saya bertindak” dan “mengapa saya harus seperti itu”. Dengan demikian, muncul perilaku behavior yang lebih baik dalam diri Veri. b. Konseli Pras, perubahan awal melalui afeksi berupa kasih sayang, perhatian, dan do’a dari orang tua dan ustadz ustadzah, serta melalui aspek sosial berupa pergaulan Pras dengan teman yang lebih baik. Setelah afeksi dan sosial terpenuhi, emosi Pras bisa diubah dengan memberikan contoh-contoh perilaku yang baik dan diterapkan atau dibiasakan dalam kegiatan sehari-hari seperti sifat menghargai sesama. Ketika emosi baik sudah mulai terbentuk sedikit demi sedikit, Pras selalu diajarkan perilaku menghargai orag tua dan teman melalui pengajaran di rumah, sekolah, maupun TPA. Karena usianya yang masih anak-anak awal, Pras akan cenderung menirukan apa yang dilihat dan didengarnya. Pentingnya orang tua dan ustadz ustadzah dalam memaknai setiap digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 178 perilaku yang diajarkan akan membuat peran kognitifnya mulai muncul. Ia akan selalu memperhatikan dan memikirkan “bagaimana saya bertindak” dan “mengapa saya harus seperti itu”. Dengan demikian, terbentuk perilaku behavior yang lebih baik dalam diri Pras. c. Konseli Aan. perubahan awal melalui afeksi berupa kasih sayang, perhatian, dan do’a dari orang tua dan ustadz ustadzah. Setelah afeksi terpenuhi, emosi Aan bisa diubah dengan memberikan contoh-contoh perilaku yang baik dan diterapkan atau dibiasakan dalam kegiatan sehari-hari seperti menghormati orang tua dan guru, serta menghargai sesama. Ketika emosi baik sudah mulai terbentuk sedikit demi sedikit, Aan selalu diajarkan perilaku menghargai orag tua dan teman melalui pengajaran di rumah, sekolah, maupun TPA. Karena usianya yang sudah tergolong masa anak-anak akhir, Aan sudah mulai bisa berpikir secara logis. Pentingnya orang tua dan ustadz ustadzah dalam memaknai setiap perilaku yang diajarkan akan membuat peran kognitifnya mulai muncul. Ia akan selalu memperhatikan dan memikirkan “apa yang harus saya lakuakan” dan “ternyata benar atau salah apa yang dikatakan oleh orang itu, berarti saya harus seperti ini”. Dengan demikian, terbentuk perilaku behavior yang lebih baik dalam diri Aan. d. Konseli Trisna, perubahan awal melalui afeksi berupa kasih sayang, perhatian, dan do’a dari orang tua dan ustadz ustadzah. Setelah afeksi terpenuhi, Trisna selalu diajarkan dan dicontohkan dengan perilaku yang baik. Trisna lebih suka diajarkan hal baru melalui praktik maupun tebak- digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 179 tebakan, sehingga memicu adanya dorongan untuk bisa berpikir secara logis. Ketika apa yang menjadi pertanyaan dalam dirinya tentang sesuatu yang baru tersebut sudah terjawab, ia akan bisa menyesuaikan dengan emosinya. Dan setelah emosi dalam dirinya bisa dikendalikan karena ia telah menerima dan memahami apa yang diajarkan oleh orang lain, maka terbentuk perilaku behavior yang lebih baik dalam diri Trisna. e. Konseli Rio, perubahan awal melalui afeksi berupa kasih sayang, perhatian, dan do’a dari orang tua dan ustadz ustadzah, serta melalui aspek sosial berupa pergaulan Rio dengan teman yang lebih baik. Setelah afeksi dan sosial terpenuhi, emosi Rio bisa diubah dengan memberikan contoh-contoh perilaku yang baik dan diterapkan atau dibiasakan dalam kegiatan sehari-hari seperti sifat menghargai sesama dan sopan santun terhadap orang yang lebih tua. Ketika emosi baik sudah mulai terbentuk sedikit demi sedikit, Pras selalu diajarkan perilaku positif melalui pengajaran di rumah, sekolah, maupun TPA. Karena usianya yang sudah termasuk masa anak-anak akhir, Rio sudah mulai bisa berpikir secara logis. Pentingnya orang tua dan ustadz ustadzah dalam memaknai setiap perilaku yang diajarkan akan membuat peran kognitifnya mulai muncul. Ia akan selalu memperhatikan dan memikirkan “apa yang harus saya lakuakan” dan “ternyata benar atau salah apa yang dikatakan oleh orang itu, berarti saya harus seperti ini”. Dengan demikian, terbentuk perilaku behavior yang lebih baik dalam diri Rio. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 180 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan beserta data yang diperoleh terkait Bimbingan dan konseling Islam melalui teknik Islamic storytelling dalam menangani perilaku maladaptif santri di TPA Fastabiqul Khairaat Siwalankerto Surabaya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Faktor-faktor yang menyebabkan perilaku maladaptif santri di TPA Fastabiqul Khairaat Sialankerto Surabaya terbagi menjadi dua, yakni faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intriksik adalah hal-hal yang berasal dari dalam diri konseli, yaitu faktor usia, jenis kelamin, dan kedudukan anak dalam keluarga. Sedangkan faktor ekstrinsik adalah hal- hal yang berpengaruh dari luar diri konseli, seperti: faktor keluarga, faktor pendidikan dan sekolah, pergaulan anak dan masyarakat, dan mass media. 2. Proses pelaksanaan bimbingan dan konseling Islam melalui teknik Islamic storytelling dalam menangani perilaku maladaptif santri dilakukan dengan berbagai persiapan seperti: mengucapkan salam, mengatur posisi duduk santri, dan pengkondisian kelas. Agar Islamic storytelling terkesan lebih menari, peneliti menggunakan media pendukung seperti: boneka, kertas warna, dan papan. Pada setiap pelaksanaannya, peneliti memberikan peran aktif pada konseli melalui digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 181 penugasan dan beberapa pertanyaan. Dan tak lupa pula penyampaian hikmah cerita serta pemberian hadiah diberikan pada akhir pertemuan. 3. Adapun tingkat keberhasilan bimbingan dan konseling Islam melalui teknik Islamic storytelling dalam menangani perilaku maladaptif santri di TPA Fastabiqul Khairaat Siwalankerto Surabaya dapat dibuktikan dengan adanya perubahan perilaku pada diri konseli yang tampak lebih baik serta adanya penurunan gejala perilaku maladaptif setelah dilaksanakan proses bimbingan dan konseling Islam melalui teknik Islamic storytelling tersebut.

B. Saran

Berdasarkan hasil yang disimpulkan di atas, terdapat beberapa hal yang menjadi catatan atau saran bagi pihak-pihak terkait antara lain: 1. Bagi Konseli Hendaknya konseli mempunyai niat dan tekad yang kuat untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik. Konseli yang sudah berubah, hendaknya tetap berperilaku adaptif agar proses belajar bisa berjalan dengan baik serta ilmu yang didapatkan menjadi bermanfaat dan barokah. Aamiin. 2. Bagi Ustadz Ustadzah Metode pembelajaran di TPA sudah banyak jenisnya. Oleh karena itu, seyogyanya ustadz ustadzah dapat menggunakan berbagai metode atau teknik dalam menangani perilaku santri yang bermacam-macam, salah satunya melalui Islamic storytelling. Mengingat masa anak-anak digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 182 merupakan masa yang fundamental bagi tumbuh kembangnya. Anak lebih suka bermain, berimajinasi, meniru, dan melakukan hal-hal yang sesuai dengan dunianya. Ketika anak selalu dibentak dan diberi hukuman saat melakukan kesalahan, kemungkinan anak tersebut menjadi pribadi yang minder atau justru semakin memberontak dan melawan. Begitupun sebaliknya, ketika anak selalu dituruti kemauannya, kemungkinan ia menjadi anak yang manja. Dan anak yang manja biasanya akan berbuat delinquent nakal pada saat keinginannya tidak dipenuhi. Ustadz ustadzah harus bersikap tegas saat di kelas, sehingga dapat mengatur santri bukan malah diatur santri. Selain itu ustadz ustadzah juga sebisa mungkin menjadikan proses belajar di kelas lebih menarik dan lebih sering melibatkan santri agar mereka tidak mempunyai waktu luang terlalu banyak untuk bermain sendiri dan mengganggu kelas lain. 3. Bagi Orang Tua Keluarga merupakan suatu unsur yang paling menentukan perkembangan diri anak. Ketika orang tua menginginkan buah hatinya menjadi anak yang baik dan sholeh, maka orang tua harus memberikan do’a, perhatian, kasih sayang, dan pengawasan kepada anak. Bukan hanya dilihat dari segi materi saja, melainkan dari segi psikologi dan spiritua anak. Orang tua juga harus bisa mengontrol waktu sang anak, seperti: waktu sekolah, mengaji, bermain, makan, istirahat, dan berkumpul dengan keluarga. Jangan sampai anak dibiarkan bermain atau digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 183 belajar terus tanpa batas, melainkan disesuaikan dengan tingkat kebutuhan anak. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Pada saat penelitian hendaknya lebih menguasai teknik yang digunakan. Bukan hanya dari segi pemahaman materi saja, melainkan dari segi penerapannya. Seperti halnya dalam penggunaan teknik-teknik yang lain, belajar teknik Islamic storytelling tidak cukup satu atau dua kali saja. Butuh evaluasi dan pembenahan, agar materi cerita yang disampaikan lebih mengena. Begitu pula pada saat penggalian datan konseli, peneliti hendaknya melakukan home visit lebih dari satu kali. Hal ini dimaksudkan agar mendapatkan hasil yang lebih baik. Dan sebelum menentukan terapi apa yang akan diberikan pada konseli yang mempunyai permasalahan di kelas seperti: perilaku maladaptif, peneliti hendaknya mengetahui lebih awal bagaiman gaya belajar konseli, sehingga ada kesesuaian antara teknik terapi yang diberikan dengan keadaan diri konseli. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 184 DAFTAR PUSTAKA A., Hallen. 2005. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Quantum Teaching. Adi, Kukuh Jumi. 2013. Esensial Konseling: Pendekatan Trait and Factor dan Client Centered. Yogyakarta: Garudhawaca. Adz-Dzaky, Hamdani Bakran. 1998. Psikoterapi Konseling Islam. Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru. Aisyah, Laili. 2013. Skripsi Bimbingan dan Konseling Islam dengan Pendekatan Dinamika Kelompok dalam Menangani perilaku Maladaptif Santri di TPA Baitul Hamid Wonocolo Surabaya. Surabaya: UIN Sunan Ampel. Al-Qaththan, Manna’ Khalil. tt. Mabahits fi Ulumul Qur’an. Masyurah al-Asyr. Amin, Samsul Munir. 2010. Bimbingan dan Konseling Islam. Jakarta: Amzah. An-Naisaburi, Abu Ishaq Ahmad Bin Muhammad Ibn Ibrahim. tt. Qisas Anbiya’. Beirut: Dar al-Fikr. Anwar, Rosihon. 2006. Ilmu Tafsir. Bandung: Pustaka Setia. Arikunto, Suharismi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan dan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Arikunto, Suharismi. 2013. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Asfandiyar, Andi Yudha. 2012. Creative Parenting Today. Bandung: Kaifa. Aswadi. 2009. Iyadah dan Ta’ziyah Perspektif Bimbingan Konseling Islam. Surabaya: Dakwah Digital Press. Az-Zahrani, Musfir bin Said. 2005. Konseling Terapi. Jakarta: Gema Insani Press. Bungin, Burhan. 2001. Metode Penelitian Sosial. Surabaya: Airlangga University Press. Chirjin, Muhammad. 1998. Al-Qur’an dan Ulumul Qur’an. Yogyakarta: Dana Bakti Prima Yasa. Christina, Ani. 2013. Sekolah menjadi Orang Tua. Sidoarjo: Filla Press. Delphie, Bandi. 2005. Bimbingan Konseling untuk Perilaku Non-Adaptif. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.

Dokumen yang terkait

BIMBINGAN KONSELING ISLAM UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SANTRI PONDOK PESANTREN ASSALAFI AL FITHRAH SURABAYA.

1 4 114

PERSPEKTIF BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM TENTANG PENGALAMAN ORANG TUA DALAM MENANGANI ANAKNYA YANG AUTIS DI WONOREJO RUNGKUT SURABAYA.

0 7 103

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN HYPNOSLEEP UNTUK MENANGANI PERILAKU NEGATIF SEORANG ANAK DI DESA GADUNG KECAMATAN DRIYOREJO KABUPATEN GRESIK.

0 0 135

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR THERAPY DALAM MENANGANI KETERASINGAN SEORANG LESBI DI SEMOLOWARU SURABAYA.

0 4 112

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI REALITAS UNTUK MENANGANI MIDDLE CHILD SYNDROME DI PONDOK PESANTREN SAFINATUL HUDA RUNGKUT SURABAYA.

0 0 108

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI RASIONAL EMOTIF DALAM MENANGANI KEBENCIAN ANAK PADA AYAH DI WONOCOLO SURABAYA.

0 2 109

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN TEKNIK MODELLING MELALUI SIKAP PEDULI DALAM MENANGANI PERILAKU AGRESIF ANAK DI DESA KETEGAN TANGGULANGIN - SIDOARJO.

0 0 146

PERANAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENANGANI PESERTA DIDIK

0 0 14

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DALAM MENANGANI RASA FRUSTASI SEORANG PENDERITA GAGAL GINJAL DI KELURAHAN KARANG PILANG SURABAYA

0 0 16

BAB II LANDASAN TEORI PENERAPAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM OLEH BP4 DALAM MENANGANI KASUS PERCERAIAN A. Deskripsi Teori 1. Bimbingan dan Konseling Islam - PENERAPAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM OLEH BP4 KECAMATAN MEJOBO DALAM MENANGANI KASUS PERCERAIAN DI KEC

0 0 36