HUBUNGAN KOHESIVITAS TERHADAP PRESTASI TIM SEPAKBOLA PADA PERTANDINGAN ANTAR KELAS DI SMP NEGERI 11 KOTABUMI LAMPUNG UTARA

(1)

ii

HUBUNGAN KOHESIVITAS TERHADAP PRESTASI TIM SEPAKBOLA PADA PERTANDINGAN ANTAR KELAS DI SMP NEGERI 11

KOTABUMI LAMPUNG UTARA

Oleh Imam Mustopa

Penelitian ini bertujuan untuk melihat sumbangan atas hubungan antara kohesivitas dengan hasil prestasi tim sepakbola pada pertandingan antar kelas di SMP Negeri 11 Kotabumi Lampung Utara.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei dengan analisis data menggunakan korelasional. Pengumpulan data menggunakan angket. Penelitian ini merupakan penelitian populasi yaitu seluruh kelas yang ada di SMP Negeri 11 Kotabumi Lampung Utara yang berjumlah 12 kelas (tim).

Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor kohesivitas memiliki hubungan yang cukup signifikan dengan hasil prestasi tim sepakbola sebesar 0,597. Artinya kohesivitas memiliki hubungan yang ‘kuat’ dengan prestasi tim sepakbola pada pertandingan antar kelas di SMP Negeri 11 Kotabumi Lampung Utara.

Kesimpulan penelitian ini menunjukan bahwa kohesivitas tim memiliki hubungan yang sangat kuat dengan prestasi tim sepakbola pada pertandingan antar kelas di SMP Negeri 11 Kotabumi Lampung Utara.


(2)

HUBUNGAN KOHESIVITAS TERHADAP PRESTASI TIM SEPAKBOLA PADA PERTANDINGAN ANTAR KELAS DI SMP NEGERI 11

KOTABUMI LAMPUNG UTARA

Oleh

IMAM MUSTOPA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapatkan Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2015


(3)

(4)

(5)

(6)

vii

RIWAYAT HIDUP

Kemudian masuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 11 Kotabumi pada tahun 2005 dan lulus pada tahun 2008. Kemudian masuk Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Kotabumi pada tahun 2008 dan selesai pada tahun 2011.

Pada tahun 2011, penulis diterima sebagai mahasiswa pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung pada Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Sebelum aktif dalam pengerjaan skripsi penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata Kependidikan Terintegrasi (KKN KT) selama 3 bulan di desa Kebuayan

Kecamatan Karya Penggawa Kabupaten Pesisir Barat, semasa KKN KT penulis juga melaksanakan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) di SD Negeri 1 Kebuayan Kecamatan Karya Penggawa Pesisir Barat.

Demikianlah riwayat hidup penulis, supaya bermanfaat bagi pembaca.

Penulis bernama lengkap Imam Mustofa, dilahirkan di Prokimal pada tanggal 1 Mei 1993 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara. Penulis dilahirkan dari pasangan Bapak Samingan dan Ibu Kamsini.

Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis antara lain:

Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 4 Madukoro dan selesai pada tahun 2005.


(7)

ix

PERSEMBAHAN

Puji syukur penulis ucapakan kepada Allah SWT atas semua anugerah yang telah diberikan kepadaku, karya tulis sederhana ini kupersembahkan kepada:

Ayahandaku Samingan dan Ibundaku Kamsini serta ninek-ninekku yang penulis sayangi, yang telah memberikan do’a dan dukungan kepada penulis serta kasih sayang dan kesabaran.

Untuk adik-adikku Rahmat Taufik dan Rifky Kurniawan yang selalu ku sayangi dan ku banggakan.

Untuk kesayanganku Suci Trisna Putri yang selalu memberikan dukungan dan semangat, untuk sahabat yang telah menjadi keluarga Aal cilik dan Thomas Wahyu yang telah memberikan bantuan dan motivasi, serta seluruh keluarga besar PENJASKES UNILA 2011

atas perjuangan yang telah sama-sama kita lalui.

Para guru dan dosen yang telah membimbingku dan mengajariku akan arti kehidupan Almamater –ku Tercinta FKIP UNILA,

Tempat yang telah mendewasakan penulis


(8)

viii

MOTO

”Kekayaan tidak dilihat dari melimpahnya harta tetapi dari perasaan berpuas diri” (Nabi Muhammad SAW)

“Kita adalah apa yang kita kerjakan berulang kali, dengan demikian kecemerlangan bukanlah tindakan tetapi kebiasaan”

(Aristoteles)

“Pada saat kemampuan bertemu dengan kesempatan itulah keberuntungan” (Imam Mustofa)

“Lihatlah langit untuk memotivasi hidup, lihatlah bumi untuk kita selalu bersyukur” (Imam Mustofa)

”Sebuah garis berawal dari sebuah titik” (Imam Mustofa)


(9)

x

SANWACANA

Puji Syukur penulis haturkan kepada ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan skripsi yang berjudul “Hubungan Kohesivitas Terhadap Prestasi Tim Sepakbola Pada Pertandingan Antar Kelas Di Smp Negeri 11 Kotabumi Lampung Utara tahun 2014/2015” yang dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung. Dalam proses penulisan skripsi ini terjadi banyak hambatan baik yang datang dari luar dan dari dalam diri penulis.

Penulisan skripsi ini pun tidak lepas dari bimbingan dan bantuan serta petunjuk dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Dr. Riswanti Rini, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan dan segenap dosen dan karyawan FKIP Universitas Lampung.

3. Drs.Frans Nurseto, M.Psi, selaku pembimbing I dalam penulisan skripsi ini yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis.

4. Drs. Ade Jubaedi, M.Pd., selaku pembimbing II sebagai Ketua Program Studi Penjaskes dalam penulisan skripsi ini yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis.


(10)

xi

5. Dr.Marta Dinata, M.Pd.,selaku Pembahas atas kesediaanya untuk memberikan bimbingan, waktu, saran dan kritik kepada penulis dalam proses penyesesaian skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Penjaskes FKIP Unila yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan keteladanan selama penulis menjalani studi.

7. Bapak dan Ibu di staf Tata Usaha FKIP Unila yang telah membantu proses terselesaikannya skripsi ini.

8. Kepala SMP Negeri 11 Kotabumi beserta dewan guru yang telah membantu penulis dalam penyelesaian penelitian ini.

9. Kepada keluargaku tersayang ayah dan ibu serta ninek atas dukungan, doa, dan keringat yang telah selama ini diberikan, adik-adikku Taufik dan Rifky yang selalu mendoakan kesuksesanku kelak. Pakde, bude, paman, bibi, dan keluarga besar Alm. Mbah Madjumadi dan keluarga besar Alm. Mbah Sanawi yang telah banyak mendukung, serta mas Didi yang banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini.

10. Kepada sahabatku, Aal, Sofyan, Thomas, Chandra, Dodi, Reza, Roy, Binar, umam, Riris, Satrya, Rahmat, Doni, Boy, Ruli, Windy, Yandri, Eno, Janter, Agung, Erlita, Dewi, dan keluarga besar Penjas 2011 yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang selalu menemani penulis dalam menyelesaikan skripsi.

11. Kepada teman teman PPL/KKN Muharrom, Ira, Umay, Lala, Mona, Enjen, Etik, Mbak Nur, Gusti, Septa dan Panca yang selalu memberikan dukungan kepada penulis.


(11)

xii

Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan akan tetapi penulis berharap semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, Maret 2014 Penulis


(12)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... ii

HALAMAN JUDUL ... iii

PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

PERNYATAAN ... vi

RIWAYAT HIDUP ... vii

MOTTO ... viii

PERSEMBAHAN... . ix

SANWACANA ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6


(13)

xiv

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA FIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Sepakbola... ... 8

B. Prestasi ... 17

C. Kohesivitas ... 18

D. Kelompok Dan Tim... 19

E. Kohesivitas Kelompok... 24

F. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kohesivitas... 25

G . Pentingnya Kohesivitas Pada Olahraga Beregu ... 29

H. Kerangka Pikir ... 30

I. Hipotesis ... 31

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 33

B. Populasi dan Sampel ... 34

C. Variabel Penelitian ... 35

D. Teknik Pengumpulan Data... 36

E. Instrument Penelitian ... 37

F. Nilai Prestasi Tim... ... 40

G. Teknik Analisis Data ... 41

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 42

B. Pembahasan ... 48

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 53

B. Saran ... 54 DAFTAR PUSTAKA


(14)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Jumlah Sampel Penelitian... 34

2. Nilai Prestasi Tim... ... 40

3. Data Hasil Angket Kelas VII1 ... 61

4. Data Hasil Angket Kelas VII2 ... 62

5. Data Hasil Angket Kelas VII3... ... 63

6. Data Hasil Angket Kelas VII4... 64

7. Data Hasil Angket Kelas VIII1... 65

8. Data Hasil Angket Kelas VIII2... 66

9. Data Hasil Angket Kelas VIII3... 67

10. Data Hasil Angket Kelas VIII4... 68

11. Data Hasil Angket Kelas IX1... 69

12. Data Hasil Angket Kelas IX2... 70

13. Data Hasil Angket Kelas IX3... 71

14. Data Hasil Angket Kelas IX4... 72

15. Tabel Kerja Row Score Prestasi Tim... . 73

16. Tabel Kerja Row Score Angket Kohesivitas... 74

17. Data Data Yang Diubah T Score... ... 75


(15)

xvi


(16)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Angket Kohesivitas ... 57

2. Data Hasil Angket Kelas VII1 ... 61

3. Data Hasil Angket Kelas VII2 ... 62

4. Data Hasil Angket Kelas VII3... ... 63

5. Data Hasil Angket Kelas VII4... 64

6. Data Hasil Angket Kelas VIII1... 65

7. Data Hasil Angket Kelas VIII2... 66

8. Data Hasil Angket Kelas VIII3... 67

9. Data Hasil Angket Kelas VIII4... 68

10. Data Hasil Angket Kelas IX1... 69

11. Data Hasil Angket Kelas IX2... 70

12. Data Hasil Angket Kelas IX3... 71

13. Data Hasil Angket Kelas IX4... 72

14. Tabel Kerja Row Score Prestasi Tim... 73

15. Tabel Kerja Row Score Angket Kohesivitas... 74

16. Data Data Yang Diubah T Score... ... 75

17. Tabel Kerja Hubungan Kohesivitas Dengan Prestasi... 76


(17)

xix

19. Dokumentasi... ... 79 20. Surat-surat... ... 87


(18)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Faktor Yang Mempengaruhi Kohesivitas... 25 2. Faktor Determinan dan Konsekuensi dari Kohesivitas Tim... 26 3. Diagram Kohesivitas ... 46


(19)

1

1. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Manusia diciptakan Tuhan tidak hanya sebagai mahkluk individu akan tetapi sebagai mahkluk sosial juga. Sebagai mahkluk individu, manusia bertanggung jawab atas dirinya sendiri terutama saat berhubungan dengan kepentingan pribadinya sendiri, misalnya saat beribadah kepada pencipta-Nya atau orang muslim sering mengistilahkan dengan kata Habnuminallah. Sedangkan manusia sebagai mahkluk sosial berarti bahwa sebagai manusia tidak dapat hidup tanpa kehadiran ataupun bantuan dari manusia yang lainnya atau orang lain. Itu artinya manusia memerlukan bantuan manusia lain untuk memenuhi kebutuhannya. Untuk itu manusia perlu berinteraksi atau berhubungan dengan manusia lainnya untuk bekerja sama saling memenuhi kebutuhan hidupnya (Habnuminannas).

Begitu pula halnya dalam olahraga, baik atlet, pelatih, official, maupun orang yang terlibat dalam olahraga semuanya saling berinteraksi, berhubungan, berkomunikasi dan bekerja sama karena dalam olahraga semua saling berhubungan dan saling membutuhkan serta saling mempengaruhi terutama pada olahraga berkelompok. Kelompok itu sendiri bisa di artikan dua atau


(20)

2

lebih individu yang memiliki motivasi, saling berinteraksi, tiap orang menyadari keanggotaannya dalam kelompok dan keberadaan orang lain serta setiap anggota menyadari saling ketergantungan dalam mencapai tujuan bersama. Kekompakan, kerja sama setiap orang yang berkecimpung

dalam dunia olahraga sangat penting. Bakat seorang pemain dapat memenangkan sebuah pertandingan, tetapi kerjasama sebuah tim akan dapat memenangkan sebuah kejuaraan (Jordan 1994 dalam Nurseto : 2011 ). Dari pendapat tersebut bisa disimpulkan bahwa bakat seseorang hanya dapat memenangkan tim hanya dalam sebuah pertandingan, akan tetapi kerjasama yang kompak dalam sebuah tim akan memenangkan sebuah kejuaraan.

Kohesivitas, yang secara sederhana diartikan sebagai kekompakan, dapat didefinisikan sebagai proses dinamis yang tercermin dalarn kecenderungan untuk menjalin dan mengembangkan kebersamaan yang padu untuk mencapai suatu tujuan.

Kekompakan menjadi hal pokok bagi sebuah tim untuk mencapai prestasi maksimal. Kekompakan sendiri secara umum dapat didefinisikan sebagai tingkatan dimana anggota suatu kelompok atau tim merasa saling terikat pada kelompoknya. Agar dapat terciptanya kekompakan, kerjasama yang baik, kebersamaan, diperlukan pengertian, komitmen untuk mau berkorban oleh setiap anggota tim, guna mencapai prestasi yang terbaik.

Di Indonesia Super League (ISL) 2014, kita bisa lihat secara komposisi pemain Arema Chronus dan Persipura Jayapura memiliki kemampuan individu jauh lebih baik dari pemain-pemain Persib Bandung, namun Persib Bandung


(21)

3

mempunyai kekompakan yang luar biasa sehingga Persib mampu menjadi juara pada turnamen tersebut.

Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap terbentuknya kekompakan tim menurut Carron’s (dalam Husdarta, 2010:106) ialah faktor individu, faktor tim, faktor kepemimpinan dan faktor lingkungan. Sedangkan yang menjadi goal nya ialah meliputi individu (sasaran utamanya tingkah laku) dan tim (kestabilan tim).

Apabila kohesi kelompok sudah terjalin dengan sangat baik, maka yang terjadi selanjutnya ialah akan terbentuk yang namanya kekuatan kelompok. Cartwright dan Zander (dalam Husdarta, 2010:106) mengungkapkan “kohesi kelompok yang tinggi mampu menumbuhkan loyalitas terhadap kelompok dan hal ini bisa menumbuhkan kekuatan kelompok.” Agar menjadi sebuah kelompok yang mempunyai kekuatan, maka dalam kelompok tersebut harus mempunyai kohesivitas yang tinggi.

Kita jarang menyaksikan tim sepakbola, bolavoli, dan bolabasket maupun cabang olahraga beregu lainnya mengibarkan Bendera Merah-Putih di arena olahraga internasional. Dalam sepakbola misalnya, kesebelasan Indonesia hampir selalu gugur di putaran pertama Pra Piala Dunia. Jangankan di tingkat piala dunia, di kawasan Asia Tenggara saja, kesebelasan Indonesia belum mampu menunjukkan prestasi yang diharapkan.


(22)

4

Timnas usia dibawah 19 tahun yang digadang-gadang mempunyai kekompakan yang cukup bagus harus pulang lebih awal di ajang AFC U-19 Championship setelah kalah dari Uzbekistan dan Australia.

Pertanyaan yang kemudian muncul adalah apakah kita tidak mempunyai potensi di cabang olahraga beregu? Apakah pembinaan cabang olahraga beregu yang selama ini berjalan kurang efisien dan efektif? Apakah memang tidak mampu membentuk dan mengembangkan cabang olahraga beregu yang baik sehingga menjadi sebuah tim yang solid dan andal untuk berprestasi? Segala per-tanyaan bisa saja diungkapkan dan sudah barang tentu memerlukan jawaban yang kongkrit dan komprehensif yang tidak mungkin diungkapkan hanya melalui satu penelitian.

Satu asumsi yang mungkin perlu dipahami adalah bahwa perilaku sebuah kelompok (tim) sangat berbeda dari jumlah total dari perilaku individu yang membentuk tim. Dari asumsi tersebut dapat ditarik suatu pemahaman bahwa sangat mungkin terjadi sebuah tim yang didukung oleh pemain-pemain handal tidak mampu menghasilkan tampilan (performance) yang diharapkan ketika membentuk sebuah tim. Sebaliknya, sebuah tim yang didukung oleh pemain-pemain dengan kemampuan "biasa" setelah tergabung dalam satu tim menjadi tim yang mempunyai kekuatan baru, emosi baru, dan semangat baru serta memiliki tampilan (performance) yang relatif lebih baik.

Kekompakan tim memang sangat dibutuhkan dalam permainan sepakbola namun kemampuan individu terkadang tidak kalah penting didalam permainan sepakbola.


(23)

5

Pertandingan antar kelas (class meeting ) yang merupakan ajang pertandingan olahraga antar kelas ditingkat sekolah juga timbul masalah yang serupa. Seperti halnya sekolah pada umumnya Pertandingan antar kelas di SMP N 11 Kotabumi biasanya diadakan setelah ujian semester sebagai wadah untuk menunjukkan bakat dan potensi yang masih terpendam yang dimiliki oleh peserta didik, dan salah satu olahraga yang di pertandingkan adalah sepakbola.

Di ajang Pertandingan antar kelas SMP N 11 kotabumi cabang sepakbola ada kelas yang diisi oleh pemain-pemain yang mempunyai skill bagus namun tidak menjadi juara diajang tersebut, tetapi kelas yang diisi oleh pemain yang biasa-biasa saja yang menjadi juara. Menurut hasil pengamatan dan observasi di SMP N 11 kotabumi dengan melihat kondisi tim sepakbola kelas yang berbeda-beda maka penulis bermaksud mengadakan penelitian tentang “Hubungan kohesivitas terhadap prestasi tim sepakbola pada turnamen Pertandingan antar kelas di SMP N 11 Kotabumi”.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang maslah tersebut, yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

1. Kohesivitas dalam permainan sepakbola memang hal yang harus dimiliki setiap tim sepakbola.


(24)

6

3. Kemampuan individu cukup berperan dalam tim sepakbola dalam memenangkan pertandingan.

4. Tingkat kohesivitas tim berhubungan dalam tim sepakbola untuk bisa menjuarai turnamen sepakbola.

5. Faktor-faktor yang berhubungan tingkat kohesivitas tim.

C.Batasan Masalah

Dari banyaknya masalah yang muncul, maka perlu diadakan pembatasan masalah, agar penelitian ini lebih mendalam pengkajiannya, adapun pembatasan masalahnya yaitu :

1. Kohesivitas tim yang berhubungan terhadap prestasi tim pada Pertandingan antar kelas di SMP N 11 Kotabumi.

D.Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang dikemukakan, maka dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. “Seberapa besar hubungan kohesivitas tim terhadap prestasi tim pada turnamen Pertandingan antar kelas di SMP N 11 Kotabumi ?”.

E.Tujuan Penelitian

Sesuai dengan masalah yang dirumuskan, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :


(25)

7

“Seberapa besar hubungan kohesivitas tim terhadap prestasi tim pada turnamen Pertandingan antar kelas di SMP N 11 Kotabumi”.

F. Manfaat Penelitian

Dengan penelitian ini penulis berharap antara lain : 1. Bagi atlet

Meningkatkan pengetahuan atlet dalam hal kohesivitas tim. 2. Bagi pelatih atau guru penjas

Sebagai acuan untuk bisa meningkatkan kohesivitas pada tim sepakbola. 3. Bagi peneliti

Peneliti dapat mengetahui kohesivitas merupakan hal yang berpengaruh bagi prestasi tim dan mampu mengetahu upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kohesivitas.

4. Bagi Program Studi

Sebagai informasi dan pengembangan ilmu bagi pihak yang ingin melaksanakan penelitian.


(26)

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Sepakbola

Sepakbola adalah permainan beregu yang menggunakan bola sepak dari dua kelompok yang berlawanan yang masing-masing terdiri atas sebelas pemain. Depdiknas (dalam KBBI, 2003:918). Menurut Soedjono (1985: 16 ) Pada dasarnya Sepakbola ialah suatu permainan beregu ,oleh karena itu kerjasama regu merupakan tututan permaian sepakbola yang harus dipenuhi oleh setiap kesebelasa yang menginginkan kemenangan. Seperti yang dikemukakan oleh Alan Gibbon dan John Cartwright ( dalam Soedjono 1985:7), sepakbola adalah suatu permainan passing dan running dari pola yang sukar diramalkan dan selalu berubah-rubah,menuntut kesadaran yang tinggi dari pemain – pemain dan menuntut suatu kemampuan untuk membuat keputusan yang cepat dan bertindak cepat tanpa menunda – nunda.

Menurut Mielke (2007:2) permainan sepakbola adalah suatu cabang olahraga yang masing – masing tim berjumlah 11 pemain dengan tujuan permainan menciptakan goal sebanyak - banyaknya. Dan dapat disimpulkan bahwa sepak bola adalah suatu permainan olahraga yang bertujuan memasukan bola sebanyak-banyaknya ke gawang lawan. Menurut Soekatamsi (1997:34) teknik-teknik sepakbola dibagi menjadi dua golongan, yaitu teknik-teknik dasar dengan bola


(27)

9

dan teknik dasar tanpa bola. Penerapan dan penguasaan gerak dasar merupakan salah satu landasan yang sangat penting agar dapat meningkatkan prestasi dalam bermain sepakbola.

Sepakbola merupakan permainan beregu, masing-masing regu terdiri dari sebelas pemain, dan salah satunya penjaga gawang. Permainan ini hampir seluruhnya dimainkan dengan menggunakan tungkai kecuali penjaga gawang yang diperbolehkan menggunakan lengannya didaerah tendangan hukumannya. Dalam perkembangannya permainan ini dapat dimainkan di luar lapangan (outdoor) dan di dalam ruangan tertutup (indoor).Lebih lanjut dikatakan bahwa sepakbola adalah aktivitas jasmani atau latihan fisik, berisikan gerakan lari, lompat, loncat, menendang, menghentakkan dan menangkap bola bagi penjaga gawang. Semua gerakan tersebut terangkai dalam suatu pola gerak yang diperlukan pemain dalam menjalankan tugasnya bermain sepakbola. Pengertian sepakbola dalam penelitian ini adalah sepakbola outdoor atau sepakbola yang dimainkan di luar ruangan. Selain untuk mengenalkan bagaimana cara-cara bermain sepakbola dengan teknik yang bagus, seorang guru juga mengenalkan aturan-aturan yang tertuang dalam peraturan PSSI supaya seorang siswa bisa mengenal peraturan yang ada.

1. Menendang Bola

Menendang bola merupakan teknik dasar bermain sepakbola yang paling banyak digunakan dalam permainan sepakbola. Maka teknik dasar menendang bola merupakan dasar dalam permainan sepakbola. Seorang pemain sepakbola yang tidak mengusai teknik menendang bola dengan


(28)

10

sempurna tidak mungkin menjadi pemain yang baik (Soekatamsi, 2001: 238).

Cepat disini diartikan pemain harus menguasai semua gerakan-gerakan. bagian-bagian dan teknik dasar bermain sepakbola dan terampil memainkan bola dalam segala situasi dan posisi di setiap permainan, tidak melakukan gerakan- gerakan yang tidak perlu, kecuali memperlambat gerakan juga akan membuang waktu dan tenaga. Tepat diartikan pemain sepakbola memiliki keterampilan menendang bola, tendangan operan kepada teman yang bergerak untuk mendapatkan posisi luang mudah menerima bola dan tanpa mendapatkan rintangan dan lawan maupun tendangan ke sasaran tempat luang ke mulut gawang lawan, tanpa mendapatkan rintangan dan penjaga gawang. Cermat diartikan juga dengan seksama, teliti dalam memberikan bola kepada teman dengan mempergunakan jalan yang sependek-pendeknya dan mudah diterima teman. Cermat juga dapat berarti kesanggupan seseorang pemain mengontrol bola pada tempat yang sempit, dan kesanggupan mengontrol bola hanya dengan satu sentuhan dengan cepat memainkan bola seperti yang dikehendaki. (Soekatamsi, 2001).

Guna menunjang hasil tendangan yang baik, maka perlu menguasai prinsip-prinsip teknik menendang bola. Soekatamsi (2001: 239) Mempunyai pandangan yang sama tentang prinsip-prinsip menendang bola yang terdiri dari: (a) pandangan mata, b) kaki tumpu, (c) kaki yang menendang, (d) bagian bola yang ditendang, (e) sikap badan.


(29)

11

a) Pandangan mata

Pandangan mata terutama untuk mengamati situasi atau keadaan

permainan. Pada waktu akan menendang bola, pandangan mata ke arah sasaran kemana bola akan, kemudian pandangan jalannya arah bola. b) Kaki tumpu

Kaki tumpu adalah kaki yang menumpu pada tanah pada persiapan akan menendang bola dan kaki tumpu merupakan letak titik berat badan. Posisi kaki tumpu atau dimana harus meletakkan kaki tumpu terhadap bola, posisi kaki tumpu terhadap letak bola akan menentukan arah lintasan bola dan tinggi rendahnya lambungan bola. Lutut kaki tumpu sedikit ditekuk dan pada waktu menendang lutut di luruskan merupakan kekuatan mendorong ke depan.

c) Kaki yang menendang

Kaki yang menendang adalah kaki yang dipergunakan untuk menendang bola. Pergelangan kaki yang untuk menendang bola pada saat akan menendang bola dikuatkan atau ditegangkan, tidak boleh bergerak. Tungkai kaki yang menendang diangkat ke belakang kemudian diayunkan ke depan sehingga bagian kaki yang digunakan untuk menendang mengenai bagian bola yang ditendang. Kemudian dilanjutkan dengan gerakan lanjutan ke depan dan seterusnya bergerak untuk mencari posisi.

d) Bagian bola yang ditendang

Bagian bola yang ditendang merupakan bagian bola yang disebelah mana yang ditendang, ini akan menentukan arah jalannya bola dan tinggi


(30)

12

rendahya lambungan bola. e) Sikap badan

Sikap badan pada waktu menendang bola sangat dipengaruhi oleh posisi atau letak kaki tumpu terhadap bola. Posisi kaki tumpu tepat disamping bola maka pada saat menendang bola badan berada tepat diatas bola dan sikap badan akan sedikit condong ke depan, sikap badan ini untuk tendangan bola menggulir rendah atau sedikit melambung sedang. Posisi kaki tumpu berada di samping belakang bola, maka badan berada di atas bola hingga sikap badan condong ke belakang, maka hasil tendangan bola melambung tinggi (Soekatamsi, 2001: 239-240)

2. Menghentikan Bola

Menurut Soekatamsi (1997:34) Menghentikan bola merupakan salah satu teknik dasar dalam permainan sepakbola yang penggunaannya bersamaan dengan teknik menendang bola. Tujuan menghentikan bola untuk mengontrol bola yang termasuk di dalamnya untuk mengatur tempo permainan, mengalihkan laju permainan, dan memudahkan untuk passing. Dilihat dari perkenaan bagian badan yang pada umumnya digunakan untuk menghentikan bola adalah kaki, paha dan dada. Bagian kaki yang biasanya digunakan untuk menghentikan bola adalah kaki bagian dalam, kaki bagian luar, punggung kaki dan telapak kaki

Luxbacher (2004:2) ” kiper diperbolehkan untuk mengontrol bola dengan tanganya di dalam daerah pinalti, pemain lainnya tidak diperbolehkan


(31)

13

mengguakan tangan atau lengan untuk mengontrol bola, tetapi menggunakan kaki, tungkai atau kepala”

3. Menggiring Bola

Menurut Soekatamsi (2001:33) Menggiring bola adalah seni menggunakan bagian-bagian kaki menyentuh atau menggulingkan bola terus menerus di tanah sambil berdiri. Pada dasarnya menggiring bola adalah menendang terputus-putus atau pelan-pelan, oleh karena itu bagian kaki yang dipergunakan dalam menggiring bola sama dengan bagian kaki yang dipergunakan untuk menendang bola. Menggiring bola bertujuan antara lain untuk mendekati jarak ke sasaran, melewati lawan, dan menghambat permainan.

Sepakbola modern dilakukan dengan keterampilan lari dan operan bola dilakukan dengan gerakan-gerakan yang sederhana, dengan kecepatan dan ketepatan.Menggiring bola diartikan dengan gerakan kaki menggunakan bagian kaki mendorong bola agar bergulir terus-menerus di atas tanah. Menggiring bola hanya dilakukan pada saat menguntungkan saja, yaitu bebas dari lawan. Pada dasarnya menggiring bola adalah menendang terputus-putus atau pelan-pelan (Soekatamsi, 2001:34). Oleh karena itu bagian kaki yang digunakan dalam menggiring bola sama dengan bagian kaki yang digunakan untuk menendang bola. Menggiring bola bertujuan antara lain untuk mendekati jarak sasaran, melewati lawan dan menghambat permainan. Pemain dapat terkenal oleh karena memiliki kemampuan


(32)

14

menggiring bola yang baik, seperti Diego Armando Maradona dari Argentina.

Prinsip teknik menggiring bola meliputi : (1). Bola didalam penguasaan pemain, bola selalu dekat dengan kaki, badan pemain terletak diantara bola dan lawan, supaya lawan tidak mudah untuk merebut bola (2). Di depan pemain terdapat daerah kosong, bebas dan lawan, (3). Bola digiring dengan kaki kanan atau kaki kiri, mendorong bola ke depan, jadi bola didorong bukan ditendang, irama sentuhan kaki pada bola tidak mengubah irama langkah kaki, (4). Pada waktu menggiring bola pandangan mata tidak boleh selalu pada bola saja, tetapi harus pula memperhatikan atau mengamati situasi sekitar dan lapangan atau posisi lawan maupun posisi kawan, (5). Badan agak condong ke depan, gerakan tangan bebas seperti lari biasa (Soekatamsi, 2001:36). Kegunaan teknik menggiring bola antara lain : (1) Untuk melewati lawan, (2) Untuk mencari kesempatan memberikan bola umpan kepada teman dengan tepat, (3) Untuk menahan bola agar tetap dalam penguasaan, menyelamatkan bola apabila tidak terdapat kemungkinan atau kesempatan untuk dengan segera memberikan operan kepada teman (Soekatamsi,2001 : 36 )

4. Menyundul Bola

Menurut Mielke (2007:51) ” menyundul bola harus memakai dahi dan usahakan mata harus selalu tertuju pada bola”. Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa menyundul bola harus dilakukan dengan tepat


(33)

15

menggunakan dahi dan mata harus selalu terbuka. Menurut Soekatamsi, menyudul bola adalah meneruskan bola dengan mempergunakan dahi yaitu daerah kepala di atas kening di bawah rambut (2001: 118). Ini sesuai dengan yang dikatakan oleh, Soedjono (1985:32) bahwa menyundul adalah memainkan bola dengan kepala. Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa menyundul bola adalah mengarahkan bola menggunakan bagian kepala.

Prinsip-prinsip teknik menyundul bola : 1) Lari menjemput arah datangnya bola, pandangan mata tertuju ke arah bola, 2) Otot-otot leher dikuatkan, dikeraskan dan difleksasi dagu ditarik merapat pada leher, 3) Untuk menyundul bola digunakan dahi yaitu daerah kepala di atas kedua kening di bawah rambut kepala, 4) badan ditarik ke belakang melengkung pada daerah pinggang, kemudian dengan gerakan seluruh tubuh yaitu kekuatan otot perut, kekuata dorongan panggul dan kekuatan kedua lutut kaki bengkok diluruskan, badan diayunkan dan dihentakkan ke depan sehingga dahi dapat mengenai bola, 5)Pada waktu menyundul bola mata tetap terbuka dan tidak boleh dipejamkan, dan selalu mengikuti arah datangnya bola dan mengikuti kemana bola diarahkan dan selanjutnya diikuti dengan gerak lanjutan untuk segera lari mencari posisi (Soekatamsi 2001:120 )

Menurut Timo (2008:51) dasar-dasar teknik menyundul bola yaitu :

A.Bagian kepala yang dipakai untuk heading adalah dahi bagian tengah. Untuk memastikan bagian kepala yang benar yang membentur bola, saat melakukan heading mata jangan ditutup. Hindari pemakaian bagian kepala lainnya untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.


(34)

16

B.Saat menanduk bola, kuatkan leher dan pundak lalu ayunkan leher, kepala, dan pundak sacara bersamaan dari belakang ke depan sehingga heading memiliki power.

C.Untuk defensive heading atau tandukan yang bersifat menghalau bola, sebisa mungkin tanduk bola dari bawah ke atas dan ke samping kiri atau kanan.

D.Untuk offensive heading atau tandukan dengan tujuan mencetak gol, sebisa mungkin tanduk bola dari atas ke bawah.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa teknik menyundul bola merupakan rangkaian gerak yang terkoordinasi dengan baik mulai dari gerakan kaki, badan, otot-otot leher, kepala (dahi), mata tetap terbuka, mengantisipasi dan menjemput datangnya bola serta mengarahkan sundulannya pada sasaran yang diinginkan.

5. Memasukkan bola

Berdasarkan cara pelaksanaannya, memasukkan bola pada sepakbola dibedakan menjadi dua yaitu shooting menyusur tanah (underland shoot) dan shooting mendatar (overland shoot). Memasukkan bola merupakan bentuk teknik yang sederhana dan tujuan shooting pada biasanya hanya sekedar memerikan seraangan ke daerah permainan lawan. Shooting menyusur tanah kurang memiliki efektivitas untuk melakukan serangan, jika dibandingkan dengan shooting mendatar .Hal ini karena, shooting menyusur


(35)

17

tanah tidak mungkin dapat mempercepat laju bola, sehingga lawan mudah untuk menerimanya.

Keberhasilan shooting pada tidak terlepas dari penguasaan teknik yang baik dan benar. Teknik yang benar akan menghasilkan tendangan shooting yang baik dan efektif. Sedangkan kesalahan teknik shooting adalah sebuah kegagalan, sehingga akan sia - sia. Berkaitan dengan teknik shooting pada, Mielke (2007: 68) mengelompokkan teknik shooting pada terdiri tiga bagian yaitu, “(1) sikap permulaan, (2) gerakan pelaksanaan dan (3) gerak lanjut”.Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, teknik shooting pada sepakbola terdiri tiga bagian yaitu sikap permulaan, gerakan pelaksanaan dan gerak lanjut

B.Prestasi

Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individu maupun secara kelompok (Djamarah, 1994:19). Sedangkan menurut Mas’ud Hasan Abdul Dahar dalam Djamarah (1994:21) bahwa prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja.

Jika berdasarkan istilah atau tata bahasa yang benar atau EYD atau menurut Depdiknas (dalam KBBI, 2003:186) “ Definisi Prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan dan sebagainya)”.


(36)

18

C.Kohesivitas

Kohesivitas tim atau kohesi tim seperti dipaparkan R.H Cok 1985 dalam Husdarta (2010:103) “a dinamic process that is reflected I the tendendy of a

group to remain united in the persuit of its goals and objectives”. Jadi kohesi kelompok mencerminkan rasa kesatuan anggota kelompok untuk tetap terikat/menyatu atau tetap tinggal dalam kelompok, dan mencegahnya meninggalkan kelompok.

Mikalachki (dalam Husdarta 2010:105) memberikan defenisi bahwa “kekompakan adalah bekerja sama secara teratur dan rapi, bersatu padu dalam menghadapi suatu pekerjaan yang biasanya ditandai adanya saling

ketergantungan.” Selanjutnya Williams dan Hacker menyatakan bahwa

“kekompakan (cohesiveness) adalah tingkat solidaritas dan perasaan positif yang ada dalam diri seseorang terhadap kelompoknya (dalam Husdarta 2010:105).” Dari penjelasan di atas jelaslah bahwa kohesivines merupakan suatu keadaan dari sekumpulan individu-individu yang menggambarkan keeratan hubungan diantara mereka di dalam sebuah tim atau kelompok.

Festinger, et al., (dalam Walgito 2010:47) memberikan definisi tentang kohesi yaitu: “cohesiveness was viewed as the sum of forces that cause members to remain in the group”. Dalam konsep tersebut kohesi dipandang sebagai

sejumlah tenaga yang menyebabkan anggotanya betah tetap tinggal dalam kelompoknya. Gross dan Martin 1951 (dalam Walgito 2010:47) mengemukakan kohesi merupakan kebalikan dari definsi sebelumnya:


(37)

19

“cohesiveness dipandang sebagai sesuatu penolakan terhadap kekuatan yang akan mengganggu/mengacaukan kelompok atau tim.

Lebih lanjut Carron (1982) (dalam Walgito 2010:48) mengatakan: “cohesiveness is the dynamic process which is reflected in the tendency for a group to stick together and remain united in the pursuit of its goals and objectives”. Kohesi merupakan proses dinamis yang direfleksikan dalam kecenderungan kelompok untuk tetap bersama dan menyatu dalam mencapai tujuan. Dalam definisi tersebut, ada dua aspek yang perlu digarisbawahi: Pertama, dinamis merupakan sebuah pengakuan terhadap cara anggota kelompok secara individu yang merasakan orang lain dan kelompok beserta tujuannya yang berubah-ubah sepanjang waktu. Umumnya semakin lama tinggal bersama dalam kelompok, semakin kuat pertalian yang terjalin. Tetapi

cohesiveness tidak statis, ia berkembang dan menurun sedikit-sedikit, kemudian memperbaharui diri kembali dan meningkat lagi, dan menurun kembali sedikit-demi sedikit. Pola ini berulang-ulang sepanjang arah keberadaan kelompok. Kedua, tujuan kelompok, tujuan ini sangat kompleks dan beragam, sehingga kohesi mempunyai banyak dimensi.

D.Kelompok Dan Tim

1. Kelompok

Para ahli tidak memiliki kata sepakat mengenai pengertian atau definisi kelompok. Hal diatas bukan hal yang aneh karena masing-masing ahli mempunyai sudut pandang yang berbeda satu dengan


(38)

20

yang lain. Para ahli mendifinisikan kelompok dari berbagai sudut pandang.

Dari segi persepsi Smith (1945) (dalam Walgito 2010:6) kelompok didefinisikan :

We may define social group as a unit consisting of a plurar number separate organism (agent) who have collective perception of their unity and who have the ability to act or are acting in a unitary manner toward their environment.

Dalam hal ini smith menggunakan social gruop sebagai suatu unit yang terdiri atas beberapa anggota yang mempunyai persepsi bersama tentang persatuan mereka.

Pengertian yang didasarkan pada motivasi dikemukakan oleh Bass (dalam J.Leavitt, Harlot diterjemahkan oleh Zakrkasi 1986:59).

“we define group as a collection of individuals whose existence as a collection is rewarding to the individuals.”

Titik berat pengertian lebih pada adanya rewarding (manfaat) dari kelompok terhadap individu-individu yang ada dalam kelompok.

Pengertian kelompok atas dasar tujuan dikemukakan oleh Mills (dalam Walgito 2010:7) menyatakan:

“Just what are these small group we are reffering to? To put is simply, they unit composed of two or more persons who come into contact for a purpose and who consider the contact meaningfull”.


(39)

21

Dari apa yang dipaparkan oleh Mills, kesimpulannya adalah titik berat dari pengertian kelompok dilihat dari adanya purpose atau tujuan dan memandang kontak dalam kelompok sangatlah berarti.

Pengertian kelompok atas dasar struktur seperti yang dikemukakan Sherif dan Sherif (dalam Walgito 2010:7) adalah:

A group is the social unit which consist a number of individuals who stand in (more or less) definite status and roles relationships to one another and which possesses a set of values or norms of its own regulating the behavior of individual members, at least in matter of consequence to the group.

Pengertian dari pendapat diatas tertuju pada aturan dalam kelompok itu sendiri, maksudnya setiap kelompok itu mempunyai norma atau aturan sendiri untuk mengatur setiap anggota dalam kelompok tersebut.

2. Tim

Dalam keadaan sehari-hari orang sering menjumpai kata tim, misalnya tim sepakbola, tim bulu tangkis, dan sebagainya. Kata tim memang cukup populer, lebih-lebih pada waktu ini. Tim merupakan sebuah kelompok dengan ciri-ciri tertentu. Tim adalah „a set of interpersonal

interaction structured to achieve established goal‟s (Johnson dan Johnson, dalam Walgito 2010:70)


(40)

22

Jadi maksud dari pendapat tersebut adalah tim adalah sekelompok dari susunan interaksi antar personal untuk mencapai suatu tujuan.

Selanjutnya, secara specifik tim mempunyai ciri-ciri:

a. Masing-masing anggota menyadari interdependensi yang positif untuk mencapai tujuan bersama.

b. Sementara itu, mereka mengadakan interaksi.

c. Menyadari siapa yang masuk disalam tim dan siapa yang tidak masuk.

d. Mempunyai peran dan fungsi spesifik.

Proses untuk menjadi sebuah kelompok/tim yang kompak dan berpeluang untuk tampil optimal memang tidak serta merta melainkan melalui tahapan. Ada empat tahap yang biasanya terjadi, yaitu: (1) forming, (2) storming, (3) norming, dan (4) performing

(Nurseto 2011:70).

Pada tahap forming, anggota tim masih melakukan orientasi. Penampilan atlet masih diselimuti keraguan dan kebingungan. Tingkahlaku atlet juga tampak tidak terkoordinasi dan ego individual pun masih menonjol. Akibatnya, kesalahpahaman yang berujung pada pertikaian menjadi tak terhindarkan. Jika itu terjadi, maka kelompok telah bergerak menuju tahap storming, yang dicirikan dengan adanya pertikaian dan pertentangan di dalam tim, bisa jadi antara pemain dengan pemain atau pemain dengan pelatih.


(41)

23

Seiring berjalannya waktu, anggota tim berusaha memahami dan menemukan perannya dan peran anggota tim yang lain untuk kemudian berpadu dan bekersama mencapai tujuan. Ini berarti perkembangan tim telah memasuki tahap norming. Pada tahap inilah, kekompakan tim mulai terbentuk. Selanjutnya, ketika peran anggota tim telah mantap, konflik dapat dimenej, hubungan personal telah stabil, dan seluruh energi anggota tim dicurahkan untuk mencapai tujuan bersama, maka di situ tim telah memasuki tahap performing. Kekompakan tim yang berujung pada kesuksesan dan kepuasan anggota tim menjadi ciri utama tahap ini.

Dalam Nurseto (2011: 75) Ivan Steiner, seorang ahli psikologi sosial telah lama melakukan pengkajian terhadap produktivitas dalam suatu kelompok. Dari studi yang dilakukan ia berkesimpulan bahwa :

Formula tersebut menggambarkan bahwa performance anggotanya. Sebuah tim sepak bola misalnya, dengan materi pemain yang secara individual berkualitas – baik dari segi fisik, teknik, taktik, maupun pengalaman – seyogyanya bisa tampil labih baik. Akan tetapi, dan ini yang sering terjadi, penampilan yang disuguhkan (actual productivity) lebih rendah dari yang diharapkan (potential

Produktivitas Nyata = Produktivitas Potensial Kerugian-Kerugian


(42)

24

productivity). Jika mengacu pada kesimpulan Steiner di atas, maka hal itu terjadi karena kesalahan proses kelompok. Mungkin sekali, koordinasi di antara pemain kurang; bisa jadi, peran setiap pemain tidak jelas dalam tim; dan bisa juga, ada hambatan-hambatan psikologis yang mempengaruhi motivasi mereka.

E.Kohesivitas Kelompok (Tim)

Kohesivitas, yang secara sederhana diartikan sebagai kekompakan, dapat didefinisikan sebagai proses dinamis yang tercermin dalarn kecenderungan untuk menjalin dan mengembangkan kebersamaan yang padu untuk mencapai suatu tujuan. Ada dua dimensi penting dalam kekompakan, yaitu

social cohesion dan task cohesion. Social cohesion adalah dimensi kekompakan yang terkait dengan kesukaan antar anggota kelompok dan kesenangan antara anggota kelompok dengan kelompok yang dimiliki.

Dimensi ini lebih bersifat ketertarikan interpersonal (interpersonal attraction). Sedangkan task cohesion adalah dimensi kekompakan yang tercermin pada kerjasama anggota kelompok untuk melaksanakan tugas tertentu yang spesifik. Dimensi ini biasanya terkait dengan tujuan atau sasaran yang telah ditentukan.

Kedua dimensi tersebut harus berjalan seimbang untuk dapat menghasilkan kekompakan yang optimal. Penonjolan atau kepincangan di satu dimensi pada gilirannya akan menyebabkan produktivitas tim terganggu. Sebuah tim yang semata-mata memfokuskan pada tugas, akan mudah menimbulkan


(43)

25

kejenuhan bagi anggotanya. Demikian sebaliknya, jika sebuah tim lebih banyak menonjolkan dimensi sosial, maka sulit dibayangkan tim tersebut menunjukkan kinerja yang optimal.

F. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kohesivitas

Sebagai sebuah konsep, kekompakkan dalam kehadirannya dipengaruhi oleh beberapa factor. Faktor apa saja yang mempengaruhi kekompakkan tim? Ada empat faktor utama yang mempengaruhi kekompakkan tim, yaitu (1) factor lingkungan, (2) faktor personal, (3) faktor tim, dan (4) faktor kepemimpinan (lihat gambar 1).

gambar 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kekompakan Tim ( Nurseto, 2011 : 63)

Faktor Lingkungan

Faktor Kepemimpinan Faktor Personal

Faktor Tim


(44)

26

Faktor pertama adalah lingkungan. Lingkungan bisa berarti mikrosistem, yaitu lingkungan yang bersentuhan dan mempengaruhi langsung seperti offisial dan sesama tim yang lain; pun bisa juga lingkungan makrosistem, yaitu lingkungan yang secara tidak langsung mempengaruhi seperti nilai -nilai budaya. Sistem -nilai budaya, pada tataran tertentu akan mempengaruhi bagaimana seorang anggota tim berinteraksi dengan yang lain, tetapi untuk sampai pada produktivitas, masih dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.

Kedua, adalah faktor personal/individu dari anggota tim. Faktor ini bisa berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan dari setiap anggota tim. Sebuah tim yang terdiri dari atlet-atlet yang memiliki kualitas personal yang unggul, sangat berpeluang untuk menghasilkan

performance tim yang optimal. Faktor personal juga bisa berhubungan dengan motivasi setiap atlet, apakah berorientasi pada tugas (task motivation) atau berorientasi pada afiliasi (affiliation motivation).

Motivasi tugas berhubungan dengan kekompokkan dalam melaksanakan tugas, sementara itu, motivasi afiliasi berhubungan dengan kekompakkan secara sosial. Selain itu, ciri kepribadian juga diyakini sebagai faktor yang berpengaruh. Ciri kepribadian seperti sociability, initiative, openness, dan

flexibility diduga berpengaruh positif terhadap kekompakkan. Sementara itu, cirri kepribadian seperti authoritarianism dan dominance diduga bersifat negatif terhadap kekompakkan tim.


(45)

27

Ketiga adalah faktor kepemimpinan. Kepemimpinan menjadi faktor penting dalam kekompakan tim. Bagaimana seorang pelatih membangun komunikasi dan berinteraksi dengan para atlet menjadi kata kunci. Karena itu, keterampilan komunikasi seperti berbicara, mendengarkan, berargumentasi, membela, dan negosiasi menjadi penting bagi pelatih, dan kesemuanya itu akan mempengaruhi kekompakan tim.

Keempat adalah faktor tim. Faktor tim bisa berhubungan dengan hal-hal seperti motivasi tim untuk sukses, stabilitas tim, dan homogenitas tim. Terkait dengan faktor tim ini. terdapat model determinants dan

consequences seperti yang tampak pada garnbar 2.

Gambar 2. Faktor Determinan dan Konsekuensi dari Kohesivitas Tim ( Nurseto, 2011 : 63)

DETERMINAN

1. Kerjasama 2. Stabilitas 3. Homogenitas 4. Besar Tim

KONSEKUENSI

1. Tampilan 2. Kepuasan 3. Sukses

KOHESIVITAS TIM


(46)

28

Faktor pertama adalah kerjasama (cooperation). Kerjasama diantara anggota tim untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan adalah salah satu contoh dari task cohesion.

Beberapa literatur terutama dalam psikologi olahraga menjelaskan dengan cara membandingkan performance yang dihasilkan, jika dalam suatu tim terdapat kerjasama dan kompetisi antar anggota tim. Sebuah tim akan lebih berhasil jika mengembangkan kerjasama ant ar anggota tim dari pada menonjolkan kompetensi antar anggotanya. Demikian juga anggota tim yang menjalin kerjasama untuk mencapai kesuksesan daripada tim yang anggota timnya cenderung mengedepankan tujuan individual.

Faktor kedua dari kekompakan adalah stabilitas tim (team satability). Apabila suatu tim sering mengalami suatu perubahan baik komposisi, pemain, ataupun offisialnya. Telah terbukti secara empiris bagaimana homogenitas tim (team homogeinity) juga merupakan faktor yang menentukan kekompakan. Homogenitas dari perspektif latar belakang budaya, latar belakang etnis, status sosioeconomi, dan agarna.

Faktor lain yang juga menentukan kekompakan adalah besarnya tim (team size). Pemain yang tergabung dalam tim yang besar dan cukup prestisius akan merasa bangga yang pada akhirnya menimbulkan apresiasi yang positip terhadap sebuah tim.


(47)

29

G.Pentingnya Kohesivitas Pada Olahraga Beregu

Bila kita menyimak perjalanan prestasi olahraga Indonesia di tingkat regional maupun internasional, olahraga beregu (tim) kurang memiliki catatan yang menggembirakan dibandingkan dengan olahraga perorangan. Kita pernah mendengar bagaimana pemain bulutangkis, pemanah, dan lifter Indonesia berjaya di arena internasional. Dalam bulutangkis misalnya, satu momentum yang mungkin tidak akan pernah terlupakan adalah ketika Susi Susanti dan Alan Budikusumah mengukir sejarah baru dengan meraih medali emas di arena Olimpiade Barcelona 1992.

Demikian juga prestasi pemanah putri Indonesia yang telah berhasil rnerail medali perak dalam Olimpiade Seoul 1988 dan kemudian dicabang angkat besi, khususnya putri, telah berhasil melampaui 6 rekor dunia yunior.

Sementara itu, kita jarang menyaksikan tim sepakbola, bolovoli, dan bolabasket maupun cabang olahraga beregu lainnya mengibarkan Bendera Merah-Putih di arena olahraga internasional. Dalam sepakbola misalnya, kesebelasan Indonesia hampir selalu gugur di putaran pertama Pra Piala Dunia. Jangankan di tingkat piala dunia, di kawasan Asia Tenggara saja, kesebelasan Indonesia belum mampu menunjukkan prestasi yang diharapkan.

Pertanyaan yang kemudian muncul adalah apakah kita tidak mempunyai potensi di cabang olahraga beregu? Apakah pembinaan cabang olahraga beregu yang selama ini berjalan kurang efisien dan efektif? Apakah memang tidak mampu membentuk dan mengembangkan cabang olahraga


(48)

30

beregu yang baik sehingga menjadi sebuah tim yang solid dan andal untuk berprestasi? Segala per-tanyaan bisa saja diungkapkan dan sudah barang tentu memerlukan jawaban yang kongkrit dan komprehensif yang tidak nnmgkin diungkapkan hanya melalui satu penelitian.

Satu asumsi yang mungkin perlu dipahami adalah bahwa perilaku sebuah kelompok (tim) sangat berbeda dari jumlah total dari perilaku individu yang membentuk tim (Wittig & Belkin dalam Singer et al., 1993) dalam Nurseto (2011:66).

Dari asumsi tersebut dapat ditarik suatu pemahaman bahwa sangat mungkin terjadi sebuah tim yang didukung oleh pemain-pemain andal tidak mampu menghasilkan tampilan (performance) yang diharapkan ketika membentuk sebuah tim. Sebaliknya, sebuah tim yang didukung oleh pemain-pemain dengan kemampuan "biasa" setelah tergabung dalam satu tim menjadi tim yang mempunyai kekuatan baru, emosi baru, dan semangat baru serta memiliki tampilan (performance) yang relatif lebih baik.

H.Kerangka Pikir

Dengan melihat uraian dari kajian teori diatas dapat disusun kerangka pemikiran sebagai berikut:

Didalam tim sepakbola tentunya ada salah seorang pemain yang mempunyai kemampuan individu yang baik, namun kemampuan individu itu tidak menjamin sebuah tim dapat memenangkan sebuah kejuaraan. Permainan


(49)

31

kolektifitas timlah yang sangat dibutuhkan dalam olahraga beregu salah satunya adalah sepakbola. Untuk menuju permainan tim tentunya dibutuhkan yang namanya kohesivitas tim.

Kohesivitas atau secara sederhana dapat diartikan sebagai kekompakan di dalam permainan sepak bola sangatlah dibutuhkan, sebab permainan sepakbola merupakan olahraga beregu yang didalamnya dibutuhkan keterpaduan satu dengan yang lainnya.

Dengan demikian semakin tinggi tingkat kohesivitas tim maka semakin berpeluang dalam menjuarai sebuah kejuaraan.

I. Hipotesis

Untuk dapat dipakai sebagai pegangan dalam penelitian ini, maka perlu menentukan suatu penafsiran sebelumnya tentang hipotesis yang akan dibuktikan kebenarannya. Hipotesis adalah pernyataan yang masih lemah kebenarannya dan masih perlu dibuktikan kebenarannya, jika hipotesis telah dibuktikan kebenarannya namanya bukan lagi hipotesis melainkan tessa (Hadi, 2004 : 257).

Menurut Suharsimi Arikunto (2006 : 62) hipotesis adalah jawaban sementara suatu masalah penelitian oleh karena itu suatu hipotesis perlu di uji guna mengetahui apakah hipoesis tersebut terdukung oleh data yang menunjukan kebenarannya atau tidak. Jadi intinya hipotesis harus dibuktikan kebenarannya dengan cara penelitian.


(50)

32

Atas dasar kerangka berpikir, maka hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

H0 : Tidak terdapat hubungan antara kohesivitas tim terhadap prestasi tim

sepakbola pada pertandingan antar kelas di SMP N 11 Kotabumi.

H1 : Terdapat hubungan antara kohesivitas tim terhadap prestasi tim


(51)

33

III. METODOLOGI PENELITIAN

A.Metode Penelitian

Suatu penelitian yang dilakukan dengan baik pada dasarnya ada tiga hal pokok yang harus diperhatikan yaitu dilaksanakan secara sistematis, berencana dan mengikuti konsep ilmiah (Arikunto, 1997:12).

Syarat mutlak dalam penelitian adalah metodologi penelitian, berbobot atau tidaknya penelitian tergantung pada pertanggung jawaban metodologi penelitian sebagaimana kita kenal sekarang memberikan garis-garis yang cermat dan mengajukan syarat-syarat yang keras, maksudnya adalah untuk menjaga pengetahuan yang dicapai dari suatu penulisan dapat mempunyai harga ilmiah yang setinggi-tingginya (Hadi, 2000:4)

Dalam suatu penelitian penggunaan metodologi penelitian harus dapat mengarah pada tujuan penelitian, agar hasil yang diperoleh sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

Jenis metodologi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian korelasi. Menurut (Arikunto, 2010:4) penelitian korelasi adalah penelitian yang digunakan oleh peneliti untuk mengetahui tingkat hubungan antara dua


(52)

34

variabel atau lebih, tanpa melakukan perubahan, tambahan atau manipulasi terhadap data yang memang sudah ada.

Dalam penelitian ini variabel bebas dihubungkan dengan veriabel terikat. Selanjutnya dilihat pengaruhnya, yaitu pengaruh tingkat kohesivitas tim (variabel bebas) terhadap prestasi tim (variabel terikat)

B. .Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam suatu penelitian merupakan kumpulan individu atau obyek yang mempunyai sifat-sifat umum. Menurut (Hadi, 2000:6), “Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitng ataupun pengukuran kuantitatif kualitatif, mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan lengkap dan jelas, yang ingin dipelajari sifat-sifatnya”. Menurut Arikunto (2006:130) Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Maka populasi dalam penelitian ini adalah seluruh tim yang mengikuti pertandingan antar kelas cabang olahraga sepakbola di SMP Negeri 11 Kotabumi, yaitu 12 tim.

KELAS JUMLAH

VII 4 Kelas (Tim)


(53)

35

IX 4 Kelas (Tim)

Jumlah: 12 Kelas (Tim)

Sumber: Dokumen SMP N 11 Kotabumi 2014/2015

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akn diteliti (Arikunto 2006:131). Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. menurut Suharsimi Arikunto di dalam pengambilan sampel apabila subyeknya kurang dari 100 diambil semua sehingga penelitian merupakan penelitian populasi. Dalam penelitian ini merupakan penilitian populasi karena seluruh objek penelitian diteliti, yaitu seluruh kelas (tim) yang mengikuti pertandingan antar kelas cabang olahraga sepakbola di SMP N 11 Kotabumi yang berjumlah 12 tim.

C.Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang akan menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2006:118). Dalam penelitian ini, menggunakan satu variabel bebas dan variabel terikat :

1. Variabel bebas (X) : Tingkat kohesivitas tim 2. Variabel terikat (Y): Prestasi tim


(54)

36

D.Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini digunakan metode yang sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu ingin melihat pengaruh kohesivitas tim terhadap prestasi tim sepakbola pada pertandingan antar kelas di SMP Negeri 11 Kotabumi.

Di bawah ini beberapa teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini :

1. Kuisioner, untuk mengumpulkan data primer dengan cara memberikan kuesioner kepada siswa dan menyediakan alternatif jawaban. Dalam penelitian ini teknik angket yang digunakan adalah angket yang bersifat tertutup dan ditujukan langsung pada responden sehingga responden dapat dengan mudah menjawabnya.

2. Dokumentasi, untuk mengumpulkan data sekunder dari berbagai referensi seperti buku literatur, surat kabar, arsip dan dokumen yang berhubungan dengan penelitian.

Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang berarti barang tertulis, metode dokumentasi berarti cara pengumpulan data dengan mencatat data-data yang sudah ada. Metode dokumentasi adalah mencari data-data mengenai hal-hal yang berupa cacatan buku, surat, transkip, majalah, agenda dan sebagainya.

Teknik atau studi dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui peninggalan arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat,


(55)

37

teori, dalil-dalil, atau hukum-hukum dan lain-lain berhubungan dengan masalah penelitian.

3. Observasi, dilakukan memperoleh gambaran mengenai kohesivitas dari setiap tim yang mengikuti ajang class meeting di SMP N 11 Kotabumi. Sebagai metode ilmiah observasi dapat diartikan sebagai pengamatan, meliputi pemusatan perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indra. Jadi observasi merupakan suatu penyelidikan yang dilakukan secara sistematik dan sengaja diadakan dengan menggunakan alat indra terutama mata terhadap kejadian yang berlangsung dan dapat dianalisa pada waktu kejadian itu terjadi.

Metode observasi lebih obyektif. Metode ini dilakukan dengan cara melakukan pengamatan secara langsung terhadap fenomena yang akan diteliti. Dimana dilakukan pengamatan atau pemusatan perhatian terhadap obyek dengan menggunakan seluruh alat indra, jadi mengobservasi dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba dan pengecap. Dalam penelitian ini diteliti secara langsung bagaimana pengaruh kohesivitas tim terhadap prestasi tim.

E.Instrumen Penelitian

(Arikunto 2006:151) Angket adalah sejumlah pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal yang ia ketahui. Jenis angket yang digunakan


(56)

38

dalam penelitian ini adalah angket tertutup, yaitu telah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih. Kuesioner ini juga disebut sebagai angket di mana dalam kuesioner tersebut terdapat beberapa macam pertanyaan yang berhubungan erat dengan mesalah penelitian yang hendak dipecahkan, disusun, dan disebarkan keresponden untuk memperoleh informasi di lapangan

(Hadi, 2000:76). Alasan peneliti menggunakan angket sebagai metode pengumpulan data adalah:

1. Tidak memerlukan hadirnya peneliti.

2. Dapat dibagikan sesentak kepada responden.

3. Dapat dijawab oleh responden sesuai kecepatannya masing masing dan menurut waktu senggang responden.

4. Dapat dibuat anonim sehingga responden bebas jujur dan tidak malu-malu menjawab.

5. Dapat dibuat terstandar sehingga responden dapat diberikan pernyataan sama.

Angket dalam penelitian ini menggunakan GEQ. GEQ (Group Environment Questionnaire) adalah sebuah instrumen dalam bentuk kuesioner yang mengungkap perasaan dan pendapat atlet dalam kaitannya dengan tim tempat ia bergabung (Nurseto, 2011:68). Sebagai alat ukur kohesivitas tim, GEQ dianggap paling relevan dibanding alat ukur kohesivitas tim lainnya yang telah ada, misalnya: SCQ (Sports


(57)

39

MGCI (Multidimensional Group Cohesion In strument) dari Yukelson, Weinberg, dan Jackson (1984).

Sebagian besar penelitian Mengenai GEQ dalam 10 terakhir, menyatakan bahwa GEQ adalah instrumen yanag valid dan konsisten secara internal (lebih dari 30 publikasi penelitian ilmiah mendukung validitasnya)(cf. Carron et al., 1998 dalam Paskevich, David M.; Brawly, lawrence R.; Dorsch, Kim D.; Widmeyer, W. Neil, 1999). Nilai cronbach’s alpha tiap dimensi bernilai antara 6,5 dan 8,5 (cf. Carron et al., 1998 dalam Paskevich, David M.; Brawly, lawrence R.; Dorsch, Kim D.; Widmeyer, W. Neil, 1999)( dalam skripsi Kory Prismadia “Hubungan Antara ciri kepribadian terhadap kohesivitas tim UI : 2008).

GEQ terdiri dari 18 pernyataan yang dikelompokkan ke dalam 4 subskala, yaitu: ketertarikan individu pada tim secara sosial berjumlah 5 butir, ketertarikan individu pada tim secara tugas berjumlah 4 butir, keterpaduan tim secara sosial beijumlah 4 butir, dan keterpaduan tim secara tugas berjumlah 5 butir.

Alat ukur ini menggunakan model Likert dan diasumsikan memiliki interval. Taraf mendukung atau tidak mendukung terhadap setiap pernyataan digambarkan dalam skala yang bergerak dari angka 1 (sangat setuju) sampai dengan 9 (sangat tidak setuju). Semakin ke kiri semakin setuju, semakin ke kanan semakin tidak setuju, dan angka ditengah menunjukkan pendapat yang netral.


(58)

40

Perlu dikemukakan pula disini bahwa dari 18 pernyataan yang ada dalam kuesioner tersebut, terdapat 12 pernyataan yang bersifat negatif

(unfavorable) dan 6 pernyataan yang bersifat positif (favorable).

Pernyataan favorabel adalah pernyataan yang mendukung indikator, memihak, atau menunjukkan adanya ciri atribut yang diukur. Sedangkan pernyataan unfavorabel adalah pernyataan yang bersifat tidak mendukung, memihak, atau menggambarkan ciri atribut yang diukur. Untuk setiap pernyataan, responden diberi skor sesuai dengan nilai skala kategori jawaban yang diberikan. Skor responden pada tiap pernyataan kemudian dijumlahkan sehingga menjadi skor responden pada skala kohesivitas tim.

.

F. Nilai Prestasi Tim

Didalam penelitian ini bahwa setiap tim akan mendapatkan skor atau nilai berdasarkan prestasi(peringkat) yang dicapai pada pertandingan antar kelas di SMP N 11 Kotabumi sebagai berikut:

JUARA/PERINGKAT NILAI

1 dan 2 120

3 dan 4 100

5,6,7 dan 8 80


(59)

41

G.Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan untuk melihat pengaruh kohesivitas tim terhadap prestasi tim adalah dengan menggunakan korelasi product moment dari Karl Pearson.

Rumus :

=

Keterangan :

rxy = koefisien korelasi variabel x dengan variabel y.

xy = jumlah hasil perkalian antara variabel x dengan variabel y. x = nilai ariabel x

y = nilai variabel y

N = jumlah subyek penelitian.

xy r

 

  

 

 

2 2 2 2

Y

Y

N

X

X

N

Y

X

XY

N


(60)

54

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan analisa data dan pembahasan hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan bahwa :

1. Terdapat hubungan yang signifikan antara kohesivitas dengan prestasi tim sepakbola pada pertandingan antar kelas SMP Negeri 11 Kotabumi.

Maka hipotesis yang peneliti ajukan diterima, yaitu terdapat hubungan antara kohesivitas dengan prestasi tim sepakbola pada pertandingan antar kelas SMP Negeri 11 Kotabumi Lampung Utara.

B.Saran

Berdasarkan pembahasan, kesimpulan dan implikasi hasil penelitian, maka ada beberapa pandangan penelitian yang kiranya dianggap sebagai saran yang dikemukakan sebagai berikut:

1. Bagi atlet diharapkan dapat dijadikan acuan dan pengetahuan dalam memahami kohesivitas serta memahami perilaku-perilaku yang menunjang kohesivitas tim.


(61)

54

2. Bagi guru penjas atau pelatih diharapkan dapat digunakan sebagai pegangan untuk memahami faktor-faktor kohesivitas untuk meningkatkan kohesivitas tim guna menunjang prestasi tim sepakbola di sekolah tersebut.

3. Bagi para peneliti, sebaiknya dikembangkan penelitian serupa mengenai faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi kohesivitas khususnya terhadap prestasi tim.


(62)

55

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1997.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan. Jakarta : PT.Rineka Cipta

________________. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta : PT. Rineka Cipta. ________________. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Depdiknas. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai pustaka Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain.1994. Strategi Belajar Mengajar.

Jakarta : Rineka Cipta

J.Leavitt, Harlot. 1978. Psikologi Manajemen. Terjemahan Muslichah Zakrkasi (1986). Jakarta: Erlangga

Hadi, Sutrisno. 2000. Metodologi Research Jilid 2. Yogyakarta : Andi Offset Husdarta. 2010. Psikologi Olahraga. Bandung : Alfabeta

Luxbacher, Joseph A. 2004. Sepakbola. Jakarta : PT Raja Grafindo Mielke, Danny dkk. 2007. Dasar-dasar Sepakbola. Klaten : Pakar Raya

Muhajir. 2006. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Bandung : Erlangga

Nurhasan. 2001. Buku Materi Pokok Tes dan Pengukuran. Jakarta : Karunia Nurseto, Frans. 2011. Psikologi Olahraga Kunci Sukses Mencapai

Prestasi. Bandar Lampung : Universitas Lampung

Prismadia, Kory : 2008 Hubungan Antara ciri kepribadian terhadap kohesivitas tim. (Skripsi). FPSI. Universitas Indonesia


(63)

56

Soedjono.1985. Sepak Bola Taktik dan Kerja Sama. Yogyakarta : PT Balai Pustaka

Soekatamsi. 1997. Permainan Besar I Sepakbola, Jakarta : Universitas Terbuka _________ . 2001. Permainan Besar I Sepakbola, Jakarta : Universitas Terbuka Subardjah, Herman. 2000. Psikologi Olahraga. Jakarta: Depdiknas

Sugiyanto dan Agus Mahendra. 1998. Dasar–Dasar Belajar Gerak. Depdikbud: Jakarta

Timo, Scheunemann. 2008. Dasar Sepak Bola Modern. Malang : DIOMA Universitas Lampung . 2012. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas

Lampung. Bandar Lampung : Universitas Lampung


(1)

Perlu dikemukakan pula disini bahwa dari 18 pernyataan yang ada dalam kuesioner tersebut, terdapat 12 pernyataan yang bersifat negatif (unfavorable) dan 6 pernyataan yang bersifat positif (favorable). Pernyataan favorabel adalah pernyataan yang mendukung indikator, memihak, atau menunjukkan adanya ciri atribut yang diukur. Sedangkan pernyataan unfavorabel adalah pernyataan yang bersifat tidak mendukung, memihak, atau menggambarkan ciri atribut yang diukur. Untuk setiap pernyataan, responden diberi skor sesuai dengan nilai skala kategori jawaban yang diberikan. Skor responden pada tiap pernyataan kemudian dijumlahkan sehingga menjadi skor responden pada skala kohesivitas tim.

.

F. Nilai Prestasi Tim

Didalam penelitian ini bahwa setiap tim akan mendapatkan skor atau nilai berdasarkan prestasi(peringkat) yang dicapai pada pertandingan antar kelas di SMP N 11 Kotabumi sebagai berikut:

JUARA/PERINGKAT NILAI

1 dan 2 120

3 dan 4 100

5,6,7 dan 8 80


(2)

G.Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan untuk melihat pengaruh kohesivitas tim terhadap prestasi tim adalah dengan menggunakan korelasi product moment dari Karl Pearson.

Rumus :

=

Keterangan :

rxy = koefisien korelasi variabel x dengan variabel y.

xy = jumlah hasil perkalian antara variabel x dengan variabel y. x = nilai ariabel x

y = nilai variabel y

N = jumlah subyek penelitian. xy r

 

  

 

 

2 2 2 2

Y

Y

N

X

X

N

Y

X

XY

N


(3)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan analisa data dan pembahasan hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan bahwa :

1. Terdapat hubungan yang signifikan antara kohesivitas dengan prestasi tim sepakbola pada pertandingan antar kelas SMP Negeri 11 Kotabumi.

Maka hipotesis yang peneliti ajukan diterima, yaitu terdapat hubungan antara kohesivitas dengan prestasi tim sepakbola pada pertandingan antar kelas SMP Negeri 11 Kotabumi Lampung Utara.

B.Saran

Berdasarkan pembahasan, kesimpulan dan implikasi hasil penelitian, maka ada beberapa pandangan penelitian yang kiranya dianggap sebagai saran yang dikemukakan sebagai berikut:

1. Bagi atlet diharapkan dapat dijadikan acuan dan pengetahuan dalam memahami kohesivitas serta memahami perilaku-perilaku yang menunjang kohesivitas tim.


(4)

2. Bagi guru penjas atau pelatih diharapkan dapat digunakan sebagai pegangan untuk memahami faktor-faktor kohesivitas untuk meningkatkan kohesivitas tim guna menunjang prestasi tim sepakbola di sekolah tersebut.

3. Bagi para peneliti, sebaiknya dikembangkan penelitian serupa mengenai faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi kohesivitas khususnya terhadap prestasi tim.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1997.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan. Jakarta : PT.Rineka Cipta

________________. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta : PT. Rineka Cipta. ________________. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Depdiknas. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai pustaka Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain.1994. Strategi Belajar Mengajar.

Jakarta : Rineka Cipta

J.Leavitt, Harlot. 1978. Psikologi Manajemen. Terjemahan Muslichah Zakrkasi (1986). Jakarta: Erlangga

Hadi, Sutrisno. 2000. Metodologi Research Jilid 2. Yogyakarta : Andi Offset Husdarta. 2010. Psikologi Olahraga. Bandung : Alfabeta

Luxbacher, Joseph A. 2004. Sepakbola. Jakarta : PT Raja Grafindo Mielke, Danny dkk. 2007. Dasar-dasar Sepakbola. Klaten : Pakar Raya Muhajir. 2006. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Bandung :

Erlangga

Nurhasan. 2001. Buku Materi Pokok Tes dan Pengukuran. Jakarta : Karunia Nurseto, Frans. 2011. Psikologi Olahraga Kunci Sukses Mencapai

Prestasi. Bandar Lampung : Universitas Lampung

Prismadia, Kory : 2008 Hubungan Antara ciri kepribadian terhadap kohesivitas tim. (Skripsi). FPSI. Universitas Indonesia


(6)

Soedjono.1985. Sepak Bola Taktik dan Kerja Sama. Yogyakarta : PT Balai Pustaka

Soekatamsi. 1997. Permainan Besar I Sepakbola, Jakarta : Universitas Terbuka _________ . 2001. Permainan Besar I Sepakbola, Jakarta : Universitas Terbuka Subardjah, Herman. 2000. Psikologi Olahraga. Jakarta: Depdiknas

Sugiyanto dan Agus Mahendra. 1998. Dasar–Dasar Belajar Gerak. Depdikbud: Jakarta

Timo, Scheunemann. 2008. Dasar Sepak Bola Modern. Malang : DIOMA Universitas Lampung . 2012. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. Bandar Lampung : Universitas Lampung


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DAN KESIAPAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KOTABUMI LAMPUNG UTARA TAHUN PELAJARAN 2011-2012

0 14 72

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR, LINGKUNGAN BELAJAR DAN PERSEPSI SISWA TENTANG MEDIA PEMBELAJARAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI SMAN 4 KOTABUMI LAMPUNG UTARA

2 18 85

HUBUNGAN ANTARA GAYA BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA SMP DI KOTABUMI LAMPUNG UTARA (Studi Korelasi Pada Siswa SMP Kelas VII Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)

2 18 52

HUBUNGAN POLA ASUH ORANGTUA OTORITER DENGAN PERILAKU BULLYING SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 ABUNG SELATAN KOTABUMI LAMPUNG UTARA TAHUN PELAJARAN 2013/2014

11 73 78

STUDI KASUS SISWA UNDERACHIEVER DI SMP NEGERI I KOTABUMI LAMPUNG UTARA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

4 46 95

PENGARUH LATIHAN OUTBOND DENGAN PERMAINAN SEPAKBOLA TERHADAP PENINGKATAN KOHESIVITAS KELAS VIII SMP NEGERI 2 JATI AGUNG LAMPUNG SELATAN

1 12 65

HUBUNGAN ANTARA KOHESIVITAS KELOMPOK FUTSAL Hubungan Antara Kohesivitas Kelompok Futsal Dengan Kecemasan Menghadapi Pertandingan.

0 3 16

HUBUNGAN ANTARA KOHESIVITAS KELOMPOK FUTSAL DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI PERTANDINGAN Hubungan Antara Kohesivitas Kelompok Futsal Dengan Kecemasan Menghadapi Pertandingan.

1 4 16

PENGARUH KOHESIVITAS KELOMPOK KERJA TERHADAP SEMANGAT KERJA KARYAWAN PT NAKAU KOTABUMI LAMPUNG UTARA

0 0 2

DI SDIT INSAN RABBANI KOTABUMI LAMPUNG UTARA ( Studi kasus pada sekolah SD IT Insan Rabbani Kotabumi Lampung Utara ) - Raden Intan Repository

1 3 104