PENGARUH LATIHAN OUTBOND DENGAN PERMAINAN SEPAKBOLA TERHADAP PENINGKATAN KOHESIVITAS KELAS VIII SMP NEGERI 2 JATI AGUNG LAMPUNG SELATAN

(1)

ii ABSTRAK

PENGARUH LATIHAN OUTBOND DENGAN PERMAINAN SEPAKBOLA TERHADAP PENINGKATAN

KOHESIVITAS KELAS VIII SMP NEGERI 2 JATI AGUNG

LAMPUNG SELATAN

Oleh

DWI WALUYO BENI

Masalah dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh latihan outbond dengan permainan sepakbola terhadap peningkatan kohesivitas kelas VIII SMP Negeri 2 Jati Agung Lampung Selatan.

Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimenkomparatif atau eksperimen semu. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Jatiagung Lampung Selatan sebanyak 38 siswa. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik proporsional random sampling. Teknik analisis data menggunakan uji –t.

Hasil penelitian menunjukan: bahwa ada pengaruh outbond terhadap peningkatan kohesivitas Kelas VIII SMP Negeri 2 Jati Agung Lampung Selatan (t hitung =

14,302> ttabel = 2,101). Ada pengaruh permainan sepakbola terhadap peningkatan

kohesivitas Kelas VIII SMP Negeri 2 Jati Agung Lampung Selatan (t hitung = 8,976

> ttabel = 2,101). Ada perbedaan outbond dengan permainan sepakbola terhadap

peningkatan kohesivitas Kelas VIII SMP Negeri 2 Jati Agung Lampung Selatan (t

hitung= 4,864>2,028= t tabel).

Kesimpulan dari penelitian adalah outbond lebih berpengaruh dari paripada permainan sepakbola terhadap peningkatan kohesivitas kelas VIII SMP Negeri 2 Jati Agung Lampung Selatan.


(2)

PENGARUH LATIHAN OUTBOND DENGAN PERMAINAN SEPAKBOLA TERHADAP PENINGKATAN KOHESIVITAS KELAS VIII SMP

NEGERI 2 JATI AGUNG LAMPUNG SELATAN

Oleh

DWI WALUYO BENI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Jasmani Dan Kesehatan

Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(3)

PENGARUH LATIHAN OUTBOND DENGAN PERMAINAN SEPAKBOLA TERHADAP PENINGKATAN KOHESIVITAS KELAS VIII SMP

NEGERI 2 JATI AGUNG LAMPUNG SELATAN

(Skripsi)

OLEH

DWI WALUYO BENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kekompakan Tim ... 29 2. Faktor Determinan Dan Konsekuensi Dari Kohesivitas Tim ... 31 3. Perbedaan Hasil Tes Awal Dan Akhir Kelompok Outbond ... 49 4. Perbedaan Hasil Tes Awal Dan Akhir Kelompok Permainan

Sepakbola ... 49 5. Perbedaan Hasil Tes Awal Antar Kelompok ... 50 6. Perbedaan Hasil Tes Akhir Antar Kelompok ... 51


(5)

xii DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pematasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Kegunaan Penelitian ... 6

G. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hakekat Outbond ... 8

B. Klasifikasi Materi Outbound... 9

C. Tujuan dan Manfaat Outbound ... 10

D. Metodologi Pelatihan Outbound ... 14

E. Hakekat Permainan Sepakbola ... 16

F. Hakekat Menggiring Bola ... 18

G. Cara Melakukan Dan Melatih Dribbling ... 20

H. Kohesivitas ... 26

I. Penelitian Terdahulu ... 32

J. Kerangka Konseptual ... 33

K. Hipotesis ... 35

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 36


(6)

xiii

C. Variabel Penelitian ... 38

D. Teknik Pengumpulan Data ... 39

E. Teknik Analisis Data ... 42

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 48

1. Deskripsi Data ... 48

2. Analisis Data ... 51

B. Uji Hipotesis ... 53

C. Pembahasan ... 55

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 58

B. Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 59


(7)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Program Latihan ... 60 2. Angket Kohesivitas ... 66 3. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Kohesivitas ... 69 4. Pengukuran Tes Awal Kohesivitas Kelas VIII SMP Negeri 2 Jatiagung

Lampung Selatan ... 70 5. Pengukuran Tes Akhir Kohesivitas Kelas VIII SMP Negeri 2 Jatiagung

Lampung Selatan ... 71 6. Pembagian Kelompok Melalui Ordinal Paring ... 72 7. Perbandingan Tes Awal Dan Akhir Kelompok Outbond Dan

Kelompok Permainan Sepakbola ... 73 8. Normalitas Data Hasil Pengukuran Tes Awal Kelompok Outbond Dan

Kelompok Permainan Sepakbola ... 74 9. Uji Homogenitas Tes Awal Kelompok Metode Bagian Dan

Metode Keseluruhan . ... 75 10. Tabel Uji t Pengaruh Outbond Terhadap Peningkatan Kohesivitas

Kelas VIII SMP Negeri 2 Jatiagung Lampung Selatan. ... 76 11. Tabel Uji t Pengaruh Permainan Sepakbola Terhadap Peningkatan

Kohesivitas Kelas VIII SMP Negeri 2 Jatiagung Lampung Selatan. ... 77 12. Tabel Uji T Perbandingan Tes Awal Kelompok Outbond Dan

Kelompok Permainan Sepakbola ... 78 13. Tabel Uji T Perbandingan Tes Akhir Kelompok Outbond Dan

Kelompok Permainan Sepakbola ... 79 14. Tabel Uji t ... 80


(8)

xvii

15. Kritik dari r Product-Moment ... 81 16. Dokumentasi Penelitian ... 82


(9)

(10)

(11)

viii

MOTO

“When you have never made

a mistake,

it means you have not tried anything.”

“Ketika anda tidak pernah melakukan kesalahan, itu berarti anda tidak pernah mencoba hal apapun”.

“Our parents are the greatest gift in a life.”

“Orang tua kita adalah anugerah terbesar di dalam sebuah kehidupan”.

“K

eep steep to achieve success

“Teruslah melangkah untuk mencapai kesuksesan”

“R

emains confident just ignore the word of

others

“tetaplah percaya diri jangan hiraukan kata orang lain” (Dwi Waluyo Beni)


(12)

(13)

ix

PERSEMBAHAN

Puji syukur penulis persembahkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunianya, serta kepada Nabi Muhammad SAW atas cinta dan kasih sayang kepada seluruh umatnya.

Penulis persembahkan pula karya kecil ini kepada:

Ibundaku Yamini dan Ayahanda Sukirman tercinta yang telah membesarkan ku dengan penuh kasih sayang, menjaga dan melindungi ku meskipun nyawa sebagai taruhannya, susah payah demi menata kehidupan ku, terima kasih atas seluruh jasa dan pengorbanan mulia yang

telah kalian berikan untuk ku, dengan apapun tak akan mampu untuk ku membalasnya. Serta kakakku tercinta Eko Wahyudi yang selalu memberikan dorongan motivasi sampai skripsi ini terselesaikan dan seseorang yang sepesial yang terus mendampingi dari awal hingga

akhir.

Kepada teman-teman PPL/KKN Ridho, Farhan, Agus, Irul, Okta, Komang, Ipeh, Nurul, Anaria. yang selalu memberikan dukungan kepada penulis.

semua teman seperjuangan keluarga besar Penjaskesrek 2011 tanpa terkecuali. Kalian telah mengajarkanku tentang arti persahabatan sesungguhnya.

Semua pihak yang terlibat di dalam penulisan karya ini serta almamaterku tercinta

Universitas Lampung.


(14)

vii

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Tanjung Senang Bandar Lampung Provinsi Lampung, pada tanggal 31 januari 1993. Anak kedua dari dua bersaudara pasangan dari Sukirman dan Yamini. Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah Sekolah Dasar Negeri 1 Gedung Agung Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan.tamat pada tahun 2005,

kemudian menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Jati Agung Lampung Selatan tamat pada tahun 2008 dan melanjutkan pendidikan Sekolah Menangah Atas Gajah Mada Bandar Lampung dan tamat pada tahun 2011.

Kemudian melanjutkan di perguruan tinggi negeri dan di terima di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung pada program studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan yang ditempuh melalui jalur SNMPTN.

Sebelum aktif dalam pengerjaan skripsi penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata Kependidikan Terintegrasi selama 3 bulan di Pekon Pugung Penengahan Kec. Lemong Kabupaten Pesisir Barat, semasa KKN KT penulis juga melaksanakan Praktek Pengalaman Lapangan di SMAN 1 Lemong Kabupaten Pesisir Barat.


(15)

x

SANWACANA

Puji Syukur penulis haturkan kepada ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh Latihan Outbond Dengan Permainan Sepakbola Terhadap Peningkatan Kohesivitas Kelas VIII SMP Negeri 2 Jati Agung Lampung Selatan” yang dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung. Dalam proses penulisan skripsi ini terjadi banyak hambatan baik yang datang dari luar dan dari dalam diri penulis. Penulisan skripsi ini pun tidak lepas dari bimbingan dan bantuan serta petunjuk dari

berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Lampung.

2. Dr. Riswanti Rini, M.Psi., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan dan segenap dosen dan karyawan FKIP Universitas Lampung.

3. Drs.Frans Nurseto, M.Psi, selaku pembimbing I dalam penulisan skripsi ini yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis.

4. Drs. Suranto, M.Kes. selaku pembimbing II dalam penulisan skripsi ini yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis.


(16)

xi

5. Drs. Ade Jubaedi, M.Pd. selaku Pembahas sekaligus Ketua Program Studi Penjaskes atas kesediaanya untuk memberikan bimbingan, waktu, saran dan kritik kepada penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Penjaskes FKIP Unila yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan keteladanan selama penulis menjalani studi.

7. Bapak dan Ibu di staf Tata Usaha FKIP Unila yang telah membantu proses terselesaikannya skripsi ini.

8. Kepala SMP Negeri 2 Jati Agung beserta dewan guru yang telah membantu penulis dalam penyelesaian penelitian ini.

9. Kepada sahabatku, ziko, gatot, oki, cici, andre, rahmat, dewi, yuliani, dan keluarga besar Penjas 2011 yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang selalu menemani penulis dalam menyelesaikan skripsi.

Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan akan tetapi penulis berharap semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, 15 Oktober 2015 Penulis


(17)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam Pembangunan Negara. Bahkan dapat dikatakan bahwa dalam batas-batas tertentu keadaan pendidikan di suatu negara, merupakan indikator bagi kemajuan masyarakat negara tersebut. Melalui pendidikan orang dapat menjadi pandai, cerdas, rasional, kritis dan mempunyai kepribadian yang mantap serta cepat beradaptasi, toleransi dan terbuka (Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional).

Perubahan bisa terjadi dimana-mana dan setiap saat. Ketika seseorang berbicara tentang perubahan maka akan terjadi beberapa pandangan dan gagasan dimana antara yang satu dengan yang lainnya memiliki penekanan dan tujuan yang berbeda. Perubahan untuk menuju yang lebih baik perlu adanya daya dukung dari berbagai pihak yang berkompeten dalam sebuah sistem yang berjalan. Outbound sebagai salah satu bentuk perubahan model pembelajaran pendidikan non formal merupakan contoh dari evolusi dan reformasi tenaga pendidik dan kependidikan, dalam kegiatan tersebut terdapat unsur-unsur yang akan berpengaruh terhadap rasa percaya diri seorang pemimpin yang tangguh, kerjasama tim yang solid dan pengembangan rasa


(18)

2

percaya diri. Sedangkan sepakbola adalah Permainan sepak bola merupakan olahraga yang sangat digemari saat ini, terbukti hampir diseluruh dunia memainkan olahraga ini. Sepak bola adalah permainan yangdimainkan oleh regu yang dibagi menjadidua tim. Setiap tim terdiri atas 11 orang. Tim bertanding untuk memasukkan bola kegawang lawan (mencetak gol). Tim yang mencetak lebih banyak gol adalah pemenang (biasanya dalam jangka waktu 90 menit, tetapi ada cara lainnya untuk menentukan pemenang jika hasilnya seri).

Salah satu metode pembelajaran yang efektif adalah melalui aktivitas outbound dan sepak bola yang melibatkan kegiatan olah fisik atau permainan. Cara ini cukup efektif untuk memperlengkapi para pimpinan atau manajemen segala lini, dengan aktivitas pembangunan tim dan karakter (character and teamwork building) dan pengalaman kegiatan outdor yang bersifat mempertajam potensi kepemimpinan. Aktifitas outbound dapat menjaga otak agar terus bergerak dalam melaksanakan kegiatan.

Metode pelatihan dengan cara permainan di alam terbuka yang kemudian dikenal dengan outbound training juga dapat digunakan untuk kepentingan terapi kejiwaan. Aktivitas outbound training dilakukan menggunakan unsur olahraga dan permainan yang cenderung membuat peserta terlibat langsung secara kognitif (pikiran), afektif (emosi) dan psikomotorik (gerakan fisik motorik). Sehingga secara psikologis dapat dijumpai keterangsangan emosi dan fisik motorik pada diri peserta.


(19)

Outbound training bermanfaat dalam membangun kerjasama tim maupun pembentukan sifat sosial yang berperan dalam dukungan sosial. Dukungan sosial (social support) merupakan faktor lain yang dapat mempengaruhi motivasi dan daya tahan terhadap stres dalam pekerjaan, yaitu jalinan ikatan sosial dan kekeluargaan.

Kegiatan outbound mempunyai arti kegiatan di luar ruangan tersebut mengandung unsur permainan, edukasi, serta rekreasi. Melalui permainan-permainan ringan yang menarik, peserta dihadapkan pada suatu tantangan untuk dipecahkan secara bersama-sama dengan sejenak melepaskan atribut masing-masing. Sehingga diharapkan tercipta suasana keakraban, kebersamaan serta kerjasama tim yang nantinya bermanfaat dalam mengatasi permasalahan yang lebih besar.

Mahasiswa Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung sebagai salah satu calon-calon penerus dan generasi pembangunan dalam dunia pendidikan memerlukan jiwa kepemimpinan yang tangguh dalam menghadapi kemajuan dan teknologi yang semakin mengglobal. Sehingga nantinya akan melahirkan kembali jiwa-jiwa muda yang tangguh dan mempunyai daya juang yang tinggi.

Sebagai seorang calon pemimpin yang harus mampu mengatasi permasalahan dalam melaksanakan tugasnya mahasiswa Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung


(20)

4

tidak akan mampu menyelesaikan permasalahan secara individual dalam melaksanakan tugasnya.

Sebagai seorang calon pendidik harus mampu menciptakan teamwork yang efektif mengukur keberhasilan mahasiswa tidak dalam kondisi absolut di luar jangkauan organisasi seperti latar belakang ekonomi atau pendidikan orang tua, tapi dalam hal nilai tambah (value added) yang bisa diberikan lembaga bagi pengembangan kemampuan tim. Filosofi bahwa keberhasilan akademis yang rendah dan perilaku ganjil siswa sebagai bagian dari sekolah secara pasti merupakan masalah individual siswa atau keluarganya tidak bisa lagi diterima. Latar belakang ekonomi anggota yang lemah atau kemampuan bawaan mahasiswa yang minim tidak lagi relevan dijadikan alasan rendahnya prestasi mahasiswa. Justru di sinilah peran sesungguhnya sebuah pendidik yaitu membuat mereka menjadi manusia kreatif dan baik. Kualitas pendidikan bagi seseorang memiliki hubungan yang signifikan dengan indikator-indikator variabel persepsi dan pola pikir seseorang tentang pentingnya pendidikan. Oleh karena itu penulis mencoba menuangkannya dalam satu penelitian yang berjudul: Perbandinga outbond dengan permainan sepakbola terhadap peningkatan kohesivitas Kelas VIII SMP Negeri 2 Jatiagung Lampung Selatan

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maslah yang dapat diidentifikasi adalah: masih kurangnya penggunaan outbond dan permainan sepak bola


(21)

terhadap peningkatan kohesivitas Kelas VIII SMP Negeri 2 Jatiagung Lampung Selatan.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut, maka penelitia membatasi masalah dalam penelitian ini mengenai outbond dengan permainan sepakbola terhadap peningkatan kohesivitas Kelas VIII SMP Negeri 2 Jatiagung Lampung Selatan.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Seberapa besar pengaruh outbond terhadap peningkatan kohesivitas Kelas

VIII SMP Negeri 2 Jatiagung Lampung Selatan.

2. Seberapa besar pengaruh permainan sepakbola terhadap peningkatan kohesivitas Kelas VIII SMP Negeri 2 Jatiagung Lampung Selatan.

3. Apakah ada perbedaan outbond dengan permainan sepakbola terhadap peningkatan kohesivitas Kelas VIII SMP Negeri 2 Jatiagung Lampung Selatan.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui :

1. Untuk mengetahui besarnya pengaruh outbond terhadap peningkatan kohesivitas Kelas VIII SMP Negeri 2 Jatiagung Lampung Selatan.


(22)

6

2. Untuk mengetahui besarnya pengaruh permainan sepakbola terhadap peningkatan kohesivitas Kelas VIII SMP Negeri 2 Jatiagung Lampung Selatan.

3. Untuk mengetahui perbedaan outbond dengan permainan sepakbola terhadap peningkatan kohesivitas Kelas VIII SMP Negeri 2 Jatiagung Lampung Selatan.

F. Kegunaan Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak terkait antara lain:

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberi kegunaan yaitu sebagai bahan masukan bagi para pengajar dan pihak yang berkecimpung dalam dunia pendidikan khususnya yang berhubungan dengan perbandingan outbond dan permainan sepak bola terhadap peningkatan kohesivitas Kelas VIII SMP Negeri 2 Jatiagung Lampung Selatan.

b. Penelitian ini dapat bermanfaat bagi masyarakat khususnya dalam merubah pola pikir masyarakat terhadap pentingnya pendidikan.

G. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang lingkup ilmu

Perbandingan outbond dan permainan sepak bola terhadap peningkatan kohesivitas Kelas VIII SMP Negeri 2 Jatiagung Lampung Selatan termasuk kajian bidang ilmu atau pengetahuan pendidikan Penjaskes. 2. Ruang lingkup subyek penelitian


(23)

Subyek penelitian siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Jatiagung Lampung Selatan.

3. Ruang lingkup obyek penelitian

Obyek penelitian terdiri dari perbandingan outbond dan permainan sepak bola terhadap peningkatan kohesivitas

4. Ruang lingkup tempat/lokasi penelitian

Penelitian akan dilakukan di SMP Negeri 2 Jatiagung Lampung Selatan. 5. Ruang lingkup waktu penelitian

Ruang lingkup waktu dalam penelitian ini adalah sejak dikeluarkannya surat izin penelitian dari Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung pada bulan April 2015 sampai dengan selesai.


(24)

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Hakekat Outbond

Pada tahun 1933, Dr. Kurt Hahn melarikan diri ke Inggris karena berbeda pandangan politik dengan Hitler. Dengan bantuan Lawrence Holt, seorang pengusaha kapal niaga, ia mendirikan lembaga pendidikan outbound tersebut. Hahn memakai nama Outward Bound saat mendirikan sekolahan yang terletak di Aberdovey, Wales, pada tahun 1941 Sastrohadiwiryo, (2002). Di Indonesia, walau bukan berarti bahwa metode ini diketahui baru masuk pada tahun 1990 dengan nama outward Bound Indonesia. Outbound mulai dikenal sebagai metode pelatihan untuk pengembangan diri di dalam tim. Outbound merupakan metode pelatihan untuk pengembangan diri (personal development) dan tim (team development) dalam proses mencari pengalaman melalui kegiatan di alam terbuka. Outbound tidak hanya dapat dilakukan oleh orang dewasa atau hanya di dalam dunia pekerjaan. Tetapi di Indonesia sekarang outbound sudah lebih dikembangkan lagi dengan pembelajaran untuk anak anak yang masih belia. Diharapkan dengan outbound, maka akan „pecah‟ komunikasi karena anak merasakan adanya kehadiran orangtua dan orangtua sendiri merasa lebih dekat secara emosional dengan sang anak. Dalam outbound, anak akan diajak mengembangkan kemampuan ESQ


(25)

(emotional and spiritual quotient), disamping juga IQ (intellegent quotient). Dalam kegiatan outbound yang diikuti oleh anak, untuk sementara orangtua yang ikut outbound bersama anak pun ia harus menanggalkan peran dan statusnya untuk sementara agar lebih efektif Sastrohadiwiryo, (2002). B. Klasifikasi Materi Outbound

1. Low Impact, bentuk permainan:

a. Spider Net (Jaring Laba - laba), tujuan: 1) Kerjasama team dan partisipasi terpadu. 2) Membuat perencanaan yang matang. 3) Efesiensi waktu dan memacu produktifitas. 4) Menumbuhkan tanggung jawab.

b. Instalasi jembatan tali (High Roof), berjalan di atas jembatan yang terbuat dari tambang ataupun bilahan bambu, tujuan:

1) Melatih keberanian mengambil resiko. 2) Meningkatkan rasa percaya diri.

3) Melatih kegigihan dalam mencapai tujuan. 4) Kemandirian.

c. Truss fall, tujuan: Membangun rasa percaya terhadap rekan kerja dan diri sendiri

d. Flying Fox, tujuan:

1) Melatih keberanian mengambil resiko. 2) Meningkatkan rasa percaya diri. e. Rappeling.


(26)

10

f. Kayak yaitu mendayung sendiri perahu kecil (kayak), tujuannya : 1) Untuk melatih kemandirian

2) Yakin kepada diri sendiri

g. Panjat dinding yaitu memanjat dinding ataupun jalinan tambang yang dibentangkan dengan tegak seperti dinding, tujuannya :

1) Melatih keberanian 2) Melatih mental

3) Melatih kekuatan yang ada pada diri sendiri C. Tujuan dan Manfaat Outbound

Pengalaman dalam kegiatan outbound memberikan masukan yang positif dalam perkembangan kedewasaan seseorang. Pengalaman itu mulai dari pembentukan kelompok. Kemudian setiap kelompok akan menghadapi bagaimana cara bekerja sama. Bersama-sama mengambil keputusan dan keberanian untuk mengambil risiko. Setiap kelompok akan menghadapi tantangan dalam memikul tanggung jawab yang harus dilalui Sastrohadiwiryo (2002).

tujuan utama kegiatan pelaksanaan outbound adalah melatih para peserta untuk mampu menyesuaikan diri dengan perubahan yang ada dengan membentuk sikap professionalisme para peserta yang didasarkan pada perubahan dan perkembangan karakter, komitmen serta kinerja yang diharapkan akan semakin lebih baik Sikap dan perilaku profesionalisme Menurut Sastrohadiwiryo (2002) Ini meliputi :


(27)

1. Terbentuknya suatu komitmen yang utuh dari setiap peserta melalui 4C, yaitu :

a. Peningkatan kompetensi (competency),

b. Pembentukan kosepsi (conception) pemikiran yang komprehensif, c. Terjadinya hubungan (connection) yang semakin erat diantara para

bawahan dan atasan, serta

d. Munculnya keyakinan akan kepercayaan (confidence) diri akan kemampuan masing-masing pesera yang akan berpengaruh dalam membangun rasa memiliki dan bukan sekedar menjadi orang. Perubahan ini akan terlihat dari bertumbuh kembangnya rasa tanggung-jawab dalam melakukan tugas di unit kerjanya masing-masing.

2. Pola perilaku yang berkarakter dalam melakukan tugas-tugas kehidupan, berdisiplin, bertanggung jawab, berorientasi ke masa depan, mengutamakan tugas pengabdian, memiliki sikap, etika dan etos kerja yang tinggi.

3. Meningkatkan semangat kerja dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab masing-masing, serta meningkatkan keberanian peserta dalam mengambil setiap resiko (risk taking) dari setiap tantangan yang dihadapi.

4. Team building yang solid yang didasarkan pada saling pengertian, kerja sama, koordinasi, menghargai perbedaan, sikap mengutamakan tugas daripada


(28)

12

dari kerjasama dan kebersamaan.

6. Peningkatan kematangan Emotional Question (EQ) melalui program Olah Rasa yang menjadi porsi perhatian outbound bahkan perhatiannya kepada pengembangan Spiritual Quotion (SQ) akan sangat membantu peserta dalam meningkatkan kematangan kemampuan menghadapi berbagai tantangan dan hambatan dalam setiap penyelesaian tugas-tugas yang dihadapi.

Menurut Sastrohadiwiryo (2002) Adapun manfaat dari kegiatan pelatihan outbound secara umum adalah :

1. Manfaat psikologis, yaitu

a. Menumbuhkan rasa percaya diri

b. Meningkatkan pemahaman tentang konsep diri c. Meningkatkan harga diri

d. Meningkatkan kemampuan beradaptasi dengan lingkungan baru e. Meningkatkan keberanian untuk menguji kemampuan diri f. Memberikan sensasi positif saat mencoba hal baru

2. Manfaat sosiologis

a. Mengembangkan sikap peduli pada orang lain b. Mengembangkan kemampuan komunikasi c. Mengembangkan rasa memiliki

d. Mengembangkan kemapuan untuk memberi umpan balik positif e. Mengembangkan kemampuan untuk membangun persahabatan f. Mengembangkan kemampuan untuk mengendalikan diri 3. Manfaat edukasional


(29)

a. Mengembangkan pengetahuan tentang pendidikan outdoor b. Meningkatkan pengetahuan tentang konservasi alam

c. Meningkatkan kesadaran pentingnya daya dukung lingkungan dalam kehidupan

d. Meningkatkan tanggungjawab dalam melestarikan lingkungan e. Mengembangkan kemampuan dalam menyelesaikan masalah f. Mengembangkan penguasaan akademis

g. Meningkatkan kesadaran dan klarifikasi nilai kehidupan 4. Manfaat phisikal

a. Meningkatkan kesegaran jasmani

b. Mengembangkan ketrampilan organ tubuh c. Mengembangkan kekuatan tubuh

d. Melatih kemampuan koordinasi gerak tubuh e. Memberikan porsi latihan tambahan

f. Mengembangkan keseimbangan tubuh 5. Manfaat spiritual

a. Meningkatkan keinginan selalu berbuat sebaik mungkin pada diri sendiri maupun orang lain

b. Meningkatakn sikap berani, tangguh dan pantang menyerah dalam menghadapi setiap masalah yang ada

c. Selalu mempunyai kesadaran bahwa apapun kesuksesan yang didapatnya selalu karena atas keterlibatan dan kemurahan Tuhan


(30)

14

D. Metodologi Pelatihan Outbound

Dalam suatu kegiatan outbound training, ada beberapa tahapan yang biasa dilakukan. Agar pelatihan outbound training bisa berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan atau sasaran yang diinginkan. Setiap proses pembelajaran dalam outbound training yang efektif memerlukan tahapan berikut ini, yaitu :

a. Tahapan pembentukan pengalaman (experience)

Pada tahapan ini peserta dilibatkan alam suatu kegiatan atau permainan bersama orang lain. Kegiatan atau permainan outbound adalah salah satu bentuk pemberian pengalaman secara langsung kepada peserta pelatihan. Pengalaman langsung dalam outbound akan dijadikan wahana untuk menimbulkan pengalaman intelektual, pengalaman emosional dan pengalaman bersifat fisikal. Dengan adanya pengalaman tersebut setiap peserta siap untuk memasuki tahapan kegiatan berikutnya yang disebut dengan tahapan pencarian makna.

b. Tahapan perenungan pengalaman

Kegiatan perenungan bertujuan untuk memproses pengalaman yang diperoleh dari kegiatan outbound yang dilakukan. Setiap peserta outbound dalam tahapan ini melakukan perenungan tentang pengalaman pribadi yang dirasakan disaat kegiatan berlangsung. Apa yang dirasakan secara intelektual, emosional dan fisikal. Dalam tahapan ini, fasilitator berusaha untuk merangsang para peserta untuk menyampaikan pengalaman pribadi masing-masing setelah terlibat di dalam kegiatan outbound tahap pertama. Dalam kegiatan perenungan outbound, peserta


(31)

biasanya menceritakan pengalaman pribadinya masing-masing dalam berbagai tingkatan belajar.

c. Tahapan pembentukan konsep

Pada tahapan ini para peserta pelatihan outbound mencari makna dari pengalaman intelektual, pengalaman emosional dan pengalaman fisikal yang diperolehdari keterlibatan dalam kegiatan outbound. Pengalaman apakah yang ditangkap dalam suatu permainan outbound, dan apa arti permainan outbound tersebut bagi kehidupan pribadi maupun dalam hubungan dengan orang lain. Tahapan outbound ini dilakukan sebagai kelanjutan tahap perenungan, dengan menanyakan pada peserta pelatihan outbound apa hubungan antara kegiatan yang dilakukan dengan perilaku manajemen yang sesungguhnya.

d. Pengujian konsep

Pada tahapan ini, para peserta pelatihan outbound diajak untuk merenungkan dan mendiskusikan sejauh mana konsep yang telah terbentuk di dalam tahapan tiga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari hari, baik dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, maupun kehidupan dalam pekerjaan di kantor. Fasilitator membantu para peserta pelatihan outbound dengan cara mengajukanbeberapa pertanyaan yang menggiring peserta untuk melihat relevansi dari pengalaman selama pelatihan dengan kegiatan di dunia kerja sesungguhnya. Sastrohadiwiryo (2002).


(32)

16

E. Hakekat Permainan Sepakbola

Permainan sepakbola merupakan olahraga yang sangat digemari saat ini, terbukti hampir diseluruh dunia memainkan olahraga ini. Menurut Timo dkk (2010) Sepakbola adalah permainan yangdimainkan oleh regu yang dibagi menjadidua tim. Setiap tim terdiri atas 11 orang. Tim bertanding untuk memasukkan bola kegawang lawan (mencetak gol). Tim yang mencetak lebih banyak gol adalah pemenang (biasanya dalam jangka waktu 90 menit, tetapi ada cara lainnya untuk menentukan pemenang jika hasilnya seri).

Sepakbola merupakan permainan beregu. Jika ingin memenangkan suatu pertandingan setiap pemain harus bisa melakukan koordinasi dan kombinasi teknik-teknikdasar menendang, menghentikan, menggiring, mengumpan, menyundul sesuai dengan ruang gerak kebutuhannya. Timo (2010).

Sepakbola merupakan permainan yang dilakukan oleh dua regu/tim. Setiap tim terdiri atas 11 pemain. Permainan sepakbola membutuhkan kerja sama tim yang kompak. Di samping itu, variasi dan kombinasi teknik-teknik dasar juga diperlukan dalam permainan ini Menurut Soekatamsi (2010).

sepakbola termasuk permainan bola besar. Permainan ini dimainkan di tanah lapang. Terdapat 2 regu yang bertanding. Kemenangan dalam permainannya ditentukan oleh gol. Regu yang paling banyak mencetak gol dinyatakan sebagai pemenang Menurut Soedjono (2010).


(33)

Kebanyakan sepakbola dimainkan oleh pria. Meski demikian, saat ini sudah bermunculan pemain sepakbola wanita. Permainan ini dilakukan secara beregu. Tiap regu terdiri atas 11 pemain. Sepakbola memiliki lapangan khusus. Selain itu, sepakbola juga memiliki teknik dasar permainan. Menurut Soedjono (2010).

Berdasarkan hakikat permainan sepakbola yang dikemukakan oleh para ahli diatas, maka peneliti bisa memberikan kesimpulan yang dimana permainan sepakbola yaitu suatu permainan yang dimainkan oleh dua tim yang saling bertanding dengan menggunakan satu bola yang nantinya akan diperebutkan oleh kedua tim tersebut untuk saling memasukkan bola kegawang lawan mereka. Permainan sepakbola merupakan permainan beregu yang biasa disebut kesebelasan, karena tiap-tiap regu terdiri atas sebelas pemain dan salah satu gawang. Tujuan permainan sepakbola adalah pemaian dapat memasukan bola sebanyak-banyaknya kegawang lawan dan berusaha menjaga gawangnya sendiri , agar tidak kemasukan bola dari lawan. Kesebelasan sepak bola dinyatakan menang apabila dapat memasukkan bola terbanyak kegawang kesebelasan lawan. Akan tetapi, jika kedua kesebelasan memasukan bola dengan jumlah yang sama maka permainan ini dinyatakan seri atau draw.

Dalam sebuah permainan sepakbola, hal yang paling di tunggu adalah sebuah terciptanya gol, baik gol yang tercipta secara sederhana maupun gol yang tercipta secara fantastis dan spektakuler. Gol dapat membangkitkan semangat manakala gol itu tercipta, dan gol bisa menurunkan semangat ketika peluang


(34)

18

gol itu tidak bisa dimanfaatkan atau sia–sia. Pengertian sepakbola adalah cabang olahraga permainan beregu atau permainan tim. Maka suatu kesebelasan yang baik, kuat dan tangguh adalah kesebelasan yang terdiri atas pemain yang mampu menyelenggarakan permainan yang kompak, artinya mempunyai kerjasama yang baik. Untuk mencapai kerjasama tim yang baik diperlukan pemain-pemain yang dapat menguasai bagian macam-macam teknis dasar dan ketrampilan bermain sepakbola, sehingga dapat memainkan bola dalam posisi dan situasi yang tepat dan cepat artinya tidak membuang-buang energi dan waktu.

Salah satu faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi permainan sepak bola adalah penguasaan teknik dasar permainan sepakbola oleh para pemain. Oleh karena itu, seorang pemain sepakbola yang tidak menguasai teknik dasar sepakbola, tidak mungkin menjadi pemain yang baik. Semua pemain sepakbola yang baik harus menguasai teknik dasar permainan sepakbola. Adapun teknik-teknik dasar permainan sepakbola yaitu : (a). Menedang bola (passing), (b). Menghentikan bola (mengontrol), (c). Menggiring bola (dribbling), (d). Menyundul bola (heading), (e). Melempar bola (throw in) Husdarta (2010).

F. Hakekat Menggiring Bola

bahwa menggiring bola adalah metode menggerakan bola dari satu titik ke titik lain lapangan dengan menggunakan kaki. Bola harus selalu dekat dengan kaki anda agar mudah di kontrol. Pemain tidak boleh terus-menerus melihat bola. Mereka juga harus melihat ke sekeliling dengan kepala tegak agar dapat


(35)

mengamati situasi lapangan dan mengawasi gerak-gerik pemain lainnya Husdarta (2010).

Mengemukakan bahwa Menggiring bola adalah menendang (menyentuh, mendorong), bola secara perlahan sambil berjalan atau berlari. Menggiring merupakan ciri khas yang paling dominan dalam permainan sepakbola. Menggiring bola adalah berlari bersama bola atau membawa bola dengan kaki. Menggiring bola dilakukan untuk melewati atau mengecoh lawan. Menggiring bola dapat dengan menggunakan kaki bagian dalam atau kaki bagian luar. Menggiring sebaiknya menggunakan kaki sebelah kanan dan kiri secara bergantian. Soekatamsi (2010).

Menggiring bola (dribbling) dilakukan dengan cara melakukan sentuhan-sentuhan kaki terhadap bola. Teknik ini bertujuan mengarahkan bola ke arah yang kita inginkan. Karena itu, usahakan bola tidak jauh dari kaki. Setiap pemain sepakbola harus menguasai teknik menggiring bola. Karena, teknik ini berpengaruh terhadap penguasaan bola. Teknik dribbling berguna untuk menyerang maupun bertahan. Jika kalian mampu menggiring bola dengan baik, maka bola tidak akan mudah direbut pemain lawan Soedjono (2010). Menggiring bola adalah cara membawa bola dengan menggunakan kaki. Tujuannya agar jarak bola yang akan ditendang menjadi lebih dekat. Selain itu, menggiring bola adalah salah satu cara untuk menyelamatkan bola, bila tidak ada kemungkinan untuk segera dioperkan atau dimasukkan ke gawang. Menurut Soedjono (2010).


(36)

20

Setelah melihat dari teori-teori yang telah dikemukakan oleh para ahli disini penulis dapat menyimpulkan bahwa menggiring bola adalah menendang terputus-putus atau pelan-pelan, oleh karena itu bagian kaki yang dipergunakan dalam menggiring bola sama dengan bagian kaki yang dipergunakan untuk menendang bola. Tujuan menggiring bola antara lain untuk mendekati jarak ke sasaran, melewati lawan, dan menghambat permainan.

Adapun macam-macam dribbling (menggiring bola) terdiri dari beberapa macam yaitu : (a). Teknik dribbling dengan kaki bagian dalam, (b). Teknik dribbling dengan sisi kaki bagian luar, (c). Dribbling menggunakan kura-kura kaki (punggung kaki). Menggiring bola (dribbling) merupakan salah satu teknik yang sangat penting dalam permainan sepakbola, sebab menggiring bola (dribbling) memiliki beberapa kegunaan seperti : (a). Untuk melewati lawan, (b). Untuk mencari kesempatan memberikan bola umpan kepada teman dengan tepat, (c). Untuk menahan bola tetap dalam penguasaan, menyelamatkan bola apabila tidak terdapat kemungkinan atau kesempatan untuk dengan segera memberikan operan kepada teman, (d). Untuk bisa menggiring bola dengan harus terlebih dahulu bisa menendang dan mengontrol bola dengan bola.

G. Cara Melakukan dan Melatih Dribbling

Teknik dribbling (menggiring bola) terbagi menjadi tiga macam : a. Teknik dribbling dengan kaki bagian dalam.


(37)

pemain untuk menggunakan sebagian besar permukaan kaki sehingga kontrol terhadap bola akan semakin besar. Bagi pemain pemula latihan tehnik dribbling dengan kaki bagian dalam ini bisa dilakukan dengan cara menyentuh bola dengan kaki bagian dalam dengan posisi kaki tegak lurus terhadap bola. Tendanglah secara pelan untuk mempertahankan kontrol bola dan pusatkan kekuatan tendangan pada bagian tengah bola sehingga memudahkan untuk mengontrol arah bolanya, usahakan bola tetap berdekatan dengan kaki kira kira tidak lebih dari satu langkah dari kaki dan kepala tegak dan mata terpusat ke lapangan didepan dan jangan tepaku pada kaki. Lakukan gerakan tersebut berulang ulang kali untuk dapat menambah Felling terhadap bola yang akan memudahkan pemain melakukan dribbling tersebut.

b. Teknik dribbling sisi kaki bagian luar

Teknik menggiring bola dengan sisi kaki bagian luar ini paling banyak di gunakan dalam bermain karena bagian kaki yang bersentuhan dengan bola cukup luas, kemudian pemain dengan mudah dapat bergerak ke depan atau membelok, berputar, mengubah arah, setelah itu pemain dapat mengontrol atau menguasai bola dengan baik, dan pemain dengan cepat mudah memberikan bola kepada teman.

Pada dasarnya teknik ini seperti teknik menggiring bola dengan kaki bagian dalam yaitu setiap langkah secara teratur dengan kaki bagian luar kaki kanan atau kaki kiri mendorong bola bergulir ke depan, dan bola harus dekat dengan kaki sesuai dengan irama lari, dan pada saat menggiring bola kedua lutut sedikit di tekuk, waktu kaki menyentuh bola


(38)

22

pandangan pada bola dan selanjutnya melihat situasi lapangan, posisi lawan dan posisi teman.

c. Dribbling menggunakan kura-kura kaki (punggung kaki)

Menggiring bola dengan kura-kura kaki ini, pemain dapat membawa bola dengan cepat. Dan teknik ini hanya dapat digunakan apabila di depan pemain terdapat daerah bebas dari lawan cukup luas, sehingga jarak untuk menggiring bola cukup jauh.

Kelincahan adalah kemampuan mengubah secara tepat arah tubuh atau bagian tubuh tanpa gannguan keseimbangan.Dipengaruhi oleh tipe tubuh, usia, jenis kelamin, berat badan, dan kelelahan.Kelincahan adalah kemampuan tubuh atau bagian tubuh untuk mengubah arah gerakan secara mendadak dalam kecepatan yang tinggi Soedjono (2010)

.

Seorang siswa atau pemain dalam menguasai teknik dribbling tersebut tentunya tidaklah semudah dengan yang dibayangkan, dimana untuk melakukan hal tersebut memerlukan latihan yang cukup dan benar, dalam artian latihan yang dilakukan harus sesuai dengan bentuk-bentuk latihan yang mengembangkan agilitas. Dengan kata lain bentuk latihan yang mengharuskan orang untuk bergerak dengan cepat mengubah arah dengan tangkas dan menjaga keseimbangan. Latihan ini tentunya harus dilakukan dengan teratur dan sistematis.

Dalam penelitian ini peneliti tidak mengharuskan atau menetapkan menggunakan salah satu jenis atau cara menggiring bola melainkan siswa/pemain yang dijadikan sampel penelitian boleh menggunakan berbagai


(39)

jenis menggiring bola.

Menurut Koger adapun hal-hal yang harus diperhatikan oleh pemain ketika menggiring bola diantaranya : (a). Ketika menggiring bola, usahakan agar bola terus berada di dekat kaki.Jangan menendang terlalu keras, sebab bola akan bergulir terlalu jauh. (b). Giringlah bola dengan kepala tegak. Jangan memusatkan perhatian pada bola dan kaki anda. (c). Jika bergerak ke arah musuh, perhatikanlah pinggang dan arah kaki mereka. (d). Gunakan beberapa gerak tipu untuk mengecoh lawan misalnya, tubuh condong ke kanan tetapi dengan mendadak berbelok ke kiri.

Teknik menggiring bola mutlak harus dikuasai oleh seorang pemain sepakbola, karena menggiring bola dapat dipergunakan pada saat menerobos pertahanan lawan, mencari peluang dalam melakukan serangan, menyelamatkan bola daripihak lawan sebelum di oper kepada temannya. Sepakbola modern dilakukan dengan keterampilan lari dan operan bola dengan gerakan-gerakan yang sederhana disertai dengan kecepatan dan ketepatan. Aktivitas dalam permainan sepakbola tersebut dikenal dengan nama dribbling (menggiring bola). Adapun tujuan menggiring bola adalah : (a). Membawa bola ke arah gawang, (b). Melewati lawan, (c). Memperlambat atau mengatur irama permainan.

Menggiring bola merupakan gerakan lari sambil mendorong bola dengan kaki agar bola bergulir di atas tanah. Menggiring bola hanya dilakukan pada saat-saat menguntungkan saja, yaitu pada saat-saat bebas dari lawan. Saat


(40)

24

menggiring bola pemain harus menguasai teknik tersebut dengan baik, karena teknik menggiring sangat berpengaruh terhadap permainan terutama kepada para pemain.

Teknik menggiring bola dibagi menjadi 3 macam, yaitu : (a). Teknik menggiring bola dengan kaki bagian dalam, (b). Teknik menggiring bola dengan kaki bagian luar, (c). Teknik menggiring dengan punggung kaki. Pentingnya teknik dasar menggiring bola dapat dilihat dengan jelas pada sebuah pertandingan atau pertandingan sepakbola dimanapun. Para pemain lebih mudah menguasai bola dan juga untuk mengecoh lawan-lawannya hingga menuju ke daerah pertahanan lawan.

Menggiring bola (dribbling) bagian perkenaannya yaitu bagian tempat berada disamping. Manfaatnya yaitu bisa memberikan kekuatan dan kontrol pada saat menggiring bola. Kesalahan umum yang sering dilakukan oleh pemula adalah menggunakan ujung jari kaki. Tindakan ini tidak saja menyebabkan sakit pada ujung kaki saja. Rasa sakit akan bertambah apabila ada seseorang yang melakukan tackling keras kepadanya saat menendang bola. Tetapi tindakan ini juga akan sangat tidak akurat. Kelebihan dari kaki bagian dalam adalah dapat memberikan permukaan yang datar pada bola dan juga dapat membuat bola bergerak membelok dan menukik.

Pentingnya menggiring bola untuk dibawa menuju kearah pertahanan lawan untuk kemudian diumpan ke rekan satu tim maupun dilesakkan langsung kegawang. Menggiring bola dilakukan oleh seorang pemain untuk mengecoh pemain lawan yang menjaganya dan akan merebut bola yang


(41)

direbut tersebut. Menggiring bola dapat dilakukan dengan berbagai cara. Bagian kaki yang bersentuhan dengan bola saat pemain menggiring bolapun bervariasi. Pemain dapat menggunakan kaki bagian dalam, kaki bagian luar dan punggung kaki untuk menggiring bola. Seperti yang dijelaskan sebelumnya penggunaan bagian dari kaki tersebut dalam menggiring bola disesuaikan dengan kebutuhan pemain. Untuk pemain yang menggunakan kaki kanan, dia akan menggunakan kaki bagian dalam untuk mengecoh lawannya yang ada di sebelah kanannya. Sedangkan kaki bagian luar digunakan untuk mengecoh lawan yang coba menghadang dan merebut bola dari sebelah kirinya. Hal tersebut bertolak belakang dengan pemain yang menggunakan kaki kiri (pemain kidal). Pemain kidal akan menggunakan kaki bagian dalam saat menggiring bola untuk mengecoh lawan yang menghadang dari sebelah kirinya, sedangkan kaki bagian luar digunakan untuk melewati lawan yang merebut bola dari sebelah kanannya.

Ketika pemain telah menguasai teknik menggiring bola (dribbling) dengan menggunakan kaki bagian dalam secara efektif, sumbangan mereka pada saat di pertandingan akan sangat besar. Pada kebanyakan kasus, pemain pemula akan lebih memilih melakukan dribbling dengan menggunakan kaki bagian dalam. Namun perlu diingat penggiringan bola yang berlebihan tidak akan menghasilkan apapun. Yang mana jangan melakukan dribbling untuk mengalahkan lawan pada sepertiga daerah pertahananan di dekat gawang. Menggiring bola dilakukan dengan tujuan agar lebih mempercepat mendekati gawang lawan dengan langkah-langkah menggiring bola. Menurut Soekatamsi


(42)

26

(2010) sebagai berikut: a) Posisi kaki menggiring bola sama dengan posisi kaki menendang bola. b) Bola didorong kedepan secara perlahan. c) Saat menggiring bola, kaki melangkah pendek. d). Jarak bola dengan kaki harus dekat agar bola tetap dalam penguasaan. e) Kedua lutut harus ditekuk agar mudah menguasai bola. f) Pandangan melihat bola pada saat menyentuh bola, kemudian melihat situasi lapangan (posisi kawan maupun lawan). g) Kedua lengan disamping badan untuk keseimbangan dan badan berada diantara bola dan lawan.

Teknik Menggiring bola sangat di butuhkan dalam pertandingan sepakbola, terutama pada saat pertandingan berlangsung. Oleh karena itu, Agar supaya teknik menggiring bola dapat terlaksana dengan baik dan benar maka dibutuhkan unsur-unsur biomotorik yang menunjang pelaksanaan teknik menggiring bola tersebut, yaitu : Kelincahan, Kecepatan dan Koordinasi. Kelincahan yaitu kemampuan seseorang untuk melakukan suatu gerak dengan cepat dan tepat tanpa kehilangan keseimbangan. Kecepatan yaitu kemampuan seseorang untuk melakukan gerak atau serangkaian gerak secepat mungkin sebagai jawaban terhadap rangsang. Koordinasi yaitu Kemampuan seseorang untuk melakukan suatu rangkaian gerak tanpa kehilangan keseimbangan.

H. Kohesivitas

Kohesivitas tim atau kohesi tim seperti dipaparkan dalam Soekatamsi. (2010)

“a dinamic process that is reflected I the tendendy of a group to remain united in the persuit of its goals and objectives”. Jadi kohesi kelompok


(43)

mencerminkan rasa kesatuan anggota kelompok untuk tetap terikat/menyatu atau tetap tinggal dalam kelompok, dan mencegahnya meninggalkan kelompok.

Mikalachki dalam Soekatamsi (2010) memberikan defenisi bahwa “kekompakan adalah bekerja sama secara teratur dan rapi, bersatu padu dalam menghadapi suatu pekerjaan yang biasanya ditandai adanya saling

ketergantungan.” Selanjutnya Williams dan Hacker menyatakan bahwa

“kekompakan (cohesiveness) adalah tingkat solidaritas dan perasaan positif

yang ada dalam diri seseorang terhadap kelompoknya dalam Soekatamsi. (2010).” Dari penjelasan di atas jelaslah bahwa kohesivines merupakan suatu keadaan dari sekumpulan individu-individu yang menggambarkan keeratan hubungan diantara mereka di dalam sebuah tim atau kelompok.

Festinger, et al., dalam Hadi (2000) memberikan definisi tentang kohesi

yaitu: “cohesiveness was viewed as the sum of forces that cause members to

remain in the group”. Dalam konsep tersebut kohesi dipandang sebagai sejumlah tenaga yang menyebabkan anggotanya betah tetap tinggal dalam kelompoknya. Hadi (2000) mengemukakan kohesi merupakan kebalikan dari definsi sebelumnya: “cohesiveness dipandang sebagai sesuatu penolakan terhadap kekuatan yang akan mengganggu/mengacaukan kelompok atau tim. Lebih lanjut dalam Hadi (2000) mengatakan: “cohesiveness is the dynamic process which is reflected in the tendency for a group to stick together and remain united in the pursuit of its goals and objectives”. Kohesi merupakan proses dinamis yang direfleksikan dalam kecenderungan kelompok untuk


(44)

28

tetap bersama dan menyatu dalam mencapai tujuan. Dalam definisi tersebut, ada dua aspek yang perlu digarisbawahi: Pertama, dinamis merupakan sebuah pengakuan terhadap cara anggota kelompok secara individu yang merasakan orang lain dan kelompok beserta tujuannya yang berubah-ubah sepanjang waktu. Umumnya semakin lama tinggal bersama dalam kelompok, semakin kuat pertalian yang terjalin. Tetapi cohesiveness tidak statis, ia berkembang dan menurun sedikit-sedikit, kemudian memperbaharui diri kembali dan meningkat lagi, dan menurun kembali sedikit-demi sedikit. Pola ini berulang-ulang sepanjang arah keberadaan kelompok. Kedua, tujuan kelompok, tujuan ini sangat kompleks dan beragam, sehingga kohesi mempunyai banyak dimensi.

1. Kohesivitas Kelompok (Tim)

Kohesivitas, yang secara sederhana diartikan sebagai kekompakan, dapat didefinisikan sebagai proses dinamis yang tercermin dalarn kecenderungan untuk menjalin dan mengembangkan kebersamaan yang padu untuk mencapai suatu tujuan. Ada dua dimensi penting dalam kekompakan, yaitu social cohesion dan task cohesion. Social cohesion adalah dimensi kekompakan yang terkait dengan kesukaan antar anggota kelompok dan kesenangan antara anggota kelompok dengan kelompok yang dimiliki.

Dimensi ini lebih bersifat ketertarikan interpersonal (interpersonal attraction). Sedangkan task cohesion adalah dimensi kekompakan yang tercermin pada kerjasama anggota kelompok untuk melaksanakan


(45)

tugas tertentu yang spesifik. Dimensi ini biasanya terkait dengan tujuan atau sasaran yang telah ditentukan.

Kedua dimensi tersebut harus berjalan seimbang untuk dapat menghasilkan kekompakan yang optimal. Penonjolan atau kepincangan di satu dimensi pada gilirannya akan menyebabkan produktivitas tim terganggu. Sebuah tim yang semata-mata memfokuskan pada tugas, akan mudah menimbulkan kejenuhan bagi anggotanya. Demikian sebaliknya, jika sebuah tim lebih banyak menonjolkan dimensi sosial, maka sulit dibayangkan tim tersebut menunjukkan kinerja yang optimal.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kohesivitas

Sebagai sebuah konsep, kekompakkan dalam kehadirannya dipengaruhi oleh beberapa factor. Faktor apa saja yang mempengaruhi kekompakkan tim? Ada empat faktor utama yang mempengaruhi kekompakkan tim, yaitu (1) factor lingkungan, (2) faktor personal, (3) faktor tim, dan (4) faktor kepemimpinan (lihat gambar 1).

Gambar 1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kekompakan Tim (Muhajir 2006)

Faktor

Faktor Faktor

Faktor Tim KEKOMPA


(46)

30

Faktor pertama adalah lingkungan. Lingkungan bisa berarti mikrosistem, yaitu lingkungan yang bersentuhan dan mempengaruhi langsung seperti offisial dan sesama tim yang lain; pun bisa juga lingkungan makrosistem, yaitu lingkungan yang secara tidak langsung mempengaruhi seperti nilai-nilai budaya. Sistem nilai budaya, pada tataran tertentu akan mempengaruhi bagaimana seorang anggota tim berinteraksi dengan yang lain, tetapi untuk sampai pada produktivitas, masih dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.

Kedua, adalah faktor personal/individu dari anggota tim. Faktor ini bisa berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan dari setiap anggota tim. Sebuah tim yang terdiri dari atlet-atlet yang memiliki kualitas personal yang unggul, sangat berpeluang untuk menghasilkan performance tim yang optimal. Faktor personal juga bisa berhubungan dengan motivasi setiap atlet, apakah berorientasi pada tugas (task motivation) atau berorientasi pada afiliasi (affiliation motivation).

Motivasi tugas berhubungan dengan kekompokkan dalam melaksanakan tugas, sementara itu, motivasi afiliasi berhubungan dengan kekompakkan secara sosial. Selain itu, ciri kepribadian juga diyakini sebagai faktor yang berpengaruh. Ciri kepribadian seperti sociability, initiative, openness, dan flexibility diduga berpengaruh positif terhadap kekompakkan. Sementara itu, cirri kepribadian seperti


(47)

authoritarianism dan dominance diduga bersifat negatif terhadap kekompakkan tim.

Ketiga adalah faktor kepemimpinan. Kepemimpinan menjadi faktor penting dalam kekompakan tim. Bagaimana seorang pelatih membangun komunikasi dan berinteraksi dengan para atlet menjadi kata kunci. Karena itu, keterampilan komunikasi seperti berbicara, mendengarkan, berargumentasi, membela, dan negosiasi menjadi penting bagi pelatih, dan kesemuanya itu akan mempengaruhi kekompakan tim.

Keempat adalah faktor tim. Faktor tim bisa berhubungan dengan hal-hal seperti motivasi tim untuk sukses, stabilitas tim, dan homogenitas tim. Terkait dengan faktor tim ini. terdapat model determinants dan consequences seperti yang tampak pada garnbar 2.

Gambar 2. Faktor Determinan Dan Konsekuensi Dari Kohesivitas Tim Susanta (2008)

Faktor pertama adalah kerjasama (cooperation). Kerjasama diantara anggota tim untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan adalah salah satu contoh dari task cohesion.

DETERMIN AN

KONSEKU ENSI KOHESIVIT


(48)

32

Beberapa literatur terutama dalam psikologi olahraga menjelaskan dengan cara membandingkan performance yang dihasilkan, jika dalam suatu tim terdapat kerjasama dan kompetisi antar anggota tim. Sebuah tim akan lebih berhasil jika mengembangkan kerjasama antar anggota tim dari pada menonjolkan kompetensi antar anggotanya. Demikian juga anggota tim yang menjalin kerjasama untuk mencapai kesuksesan dari pada tim yang anggota timnya cenderung mengedepankan tujuan individual.

Faktor kedua dari kekompakan adalah stabilitas tim (team satability). Apabila suatu tim sering mengalami suatu perubahan baik komposisi, pemain, ataupun offisialnya. Telah terbukti secara empiris bagaimana homogenitas tim (team homogeinity) juga merupakan faktor yang menentukan kekompakan. Homogenitas dari perspektif latar belakang budaya, latar belakang etnis, status sosioeconomi, dan agarna.

Faktor lain yang juga menentukan kekompakan adalah besarnya tim (team size). Pemain yang tergabung dalam tim yang besar dan cukup prestisius akan merasa bangga yang pada akhirnya menimbulkan apresiasi yang positip terhadap sebuah tim.

I. Penelitian Terdahulu

Pengaruh Tim Kerja Terhadap Kualitas Kerja Orang pada PT Bank SUMUT Cabang Utama Medan, tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui adanya pengaruh kohesivitas terhadap kualitas orang pada PT.


(49)

Bank SUMUT canag utama Medan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kohesivitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas kerja orang sebesar 69,2% secara parsial.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Muhajir (2006) yaitu ” Pengaruh Pelaksanaan Out Bond Terhadap Efektivitas dan Tingkat Koordinasi Kerja Orang PT. Garuda Indonesia (Studi Kasus Pada Divisi Personalia), yang bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis Pengaruh Pelaksanaan Out Bond Terhadap Efektivitas dan Tingkat Koordinasi Kerja Orang PT. Garuda Indonesia (Studi Kasus Pada Divisi Personalia). Dari hasil kuesioner menunjukkan adanya pengaruh yang positif dan signifikan hanya variabel materi out bond (X2) terhadap efektivitas kerja orang PT. Garuda Indonesia

(Studi Kasus pada Divisi Personalia). Sedangkan variabel motivasi peserta out bond (X1), instruktur (X2), sarana dan prasarana (X4) tidak berpengaruh

signifikan terhadap efektivitas kerja orang PT. Garuda Indonesia (Studi Kasus pada Divisi Personalia).

J. Kerangka Konseptual

Menurut Sastrohadiwiryo (2002:199), pelatihan merupakan proses membantu para tenaga kerja untuk memperoleh efektivitas dalam pekerjaan mereka yang sekarang atau yang akan datang melalui pengembangan kebiasaan tentang pikiran, tindakan, kecakapan, pengetahuan dan sikap yang layak. Outbound merupakan salah satu program pelatihan untuk pengembangan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang.


(50)

34

Outbound berhubungan dengan efektivitas pekerjaan individu tenaga kerja dan hubungan antar tenaga kerja atau kerja sama Kohesivitas yang dikembangkan untuk memudahkan tujuan organisasi. Organisasi itu terdiri dari sejumlah manusia yang memiliki tingkat pengetahuan atau kerjasama tertentu. Dalam suatu organisasi, tingkat kerjsa sama Kohesivitas tentu menentukan pencapaian tujuan organisasi.

Menurut Soekatamsi (2010) Sepakbola adalah permainan yang dimainkan oleh regu yang dibagi menjadidua tim. Setiap tim terdiri atas 11 orang. Tim bertanding untuk memasukkan bola ke gawang lawan (mencetak gol). Tim yang mencetak lebih banyak gol adalah pemenang (biasanya dalam jangka waktu 90 menit, tetapi ada cara lainnya untuk menentukan pemenang jika hasilnya seri).

Soekatamsi (2010) memberikan defenisi bahwa “kekompakan adalah bekerja sama secara teratur dan rapi, bersatu padu dalam menghadapi suatu pekerjaan

yang biasanya ditandai adanya saling ketergantungan.” Selanjutnya Williams

dan Hacker menyatakan bahwa “kekompakan (cohesiveness) adalah tingkat solidaritas dan perasaan positif yang ada dalam diri seseorang terhadap kelompoknya dalam Soekatamsi. (2010).” Dari penjelasan di atas jelaslah bahwa kohesivines merupakan suatu keadaan dari sekumpulan individu-individu yang menggambarkan keeratan hubungan diantara mereka di dalam sebuah tim atau kelompok.

Berdasarkan teori-teori yang dikemukakan, maka dapat dirumuskan kerangka konseptual dari penelitian ini sebagai berikut :


(51)

Variabel Independen (X) Variabel dependen (Y)

K. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah:

H0 : Tidak ada pengaruh outbond terhadap peningkatan kohesivitas Kelas

VIII SMP Negeri 2 Jatiagung Lampung Selatan.

H1 : Ada pengaruh outbond terhadap peningkatan kohesivitas Kelas VIII

SMP Negeri 2 Jatiagung Lampung Selatan.

H0 : Tidak ada pengaruh permainan sepakbola terhadap peningkatan

kohesivitas Kelas VIII SMP Negeri 2 Jatiagung Lampung Selatan. H2 : Ada pengaruh permainan sepakbola terhadap peningkatan kohesivitas

Kelas VIII SMP Negeri 2 Jatiagung Lampung Selatan.

H0 : Tidak perbedaan outbond dengan permainan sepakbola terhadap

peningkatan kohesivitas Kelas VIII SMP Negeri 2 Jatiagung Lampung Selatan.

H3 : Ada perbedaan outbond dengan permainan sepakbola terhadap

peningkatan kohesivitas Kelas VIII SMP Negeri 2 Jatiagung Lampung Selatan.

1. Outbond

2. Permainan Sepak bola

Peningkatan Kohesivitas


(52)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara yang dugunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya, sedangkan instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah, dan hasilnya lebih baik,dalam arti lebih cermat,lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah Arikunto (2006). Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan, dan dikembangkan suatu pengetahuan sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah Sugiyono (2009).

Jadi dapat disimpulakan metode penelitian adalah cara atau teknik yang dilakukan oleh peneliti untuk mendapatkan data dan informasi yang akan diteliti. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen komparatif, dikarenankan dalam kedua kelompok ini tidak ada kelompok kontrol. Karena metode komparatif akan menemukan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan tentang benda, orang, prosedur kerja, ide, kritik terhadap seseorang, kelompok terhadap suatu ide atau prosedur kerja.


(53)

Penelitian komparatif bersifat membandingkan beberapa variabel pada sampel yang berbeda dan dengan waktu yang berbeda. Arikunto (2006). B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Pengertian populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan menurut Hadari Nawawi populasi adalah keseluruhan obyek yang dapat terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuhan, gejala-gejala, nilai test atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian. Berdasarkan pendapat di atas, maka populasi dalam penelitian ini adalah Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Jatiagung Lampung Selatan.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik dalam populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada di populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Sugiyono (2009).

Apabila subyek kurang dari 100, lebih baik di ambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah


(54)

38

subyeknya lebih besar dapat di ambil antara 10-15%, atau 20-25%, atau tergantung setidak-tidaknya dari:

a. Kemampuan penelitian di lihat dari segi waktu, kemampuan dan dana. b. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subyek, karena hal ini

menyangkut banyak setidaknya dana.

c. Besar kecilnya yang ditanggung oleh peneliti untuk penelitian yang resikonya besar, tentu saja jika sampel besar hasilnya akan lebih baik. Berdasarkan teori di atas maka sampel merupakan bagian dari populasi yang dijadikan sasaran dalam penelitian. Karena populasi dalam penelitian ini lebih dari 100 maka sampel di ambil sebanyak 10% dari 520 total populasi. Sehingga diperoleh sampel 38 siswa. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan tehnik proporsional random sampling, dikatakan proporsional karena sampelnya terdiri dari sub-sub populasi, dan dikatakan random karena dalam penelitian ini penentuan sampel dilakukan secara acak dan masing-masing individu diberikan hak yang sama untuk dipilih sebagai sampel

C. Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang terdiri dari:

1. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas adalah variabel yang berdiri sendiri artinya variabel tersebut dapat mempengaruhi variabel lainnya. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah outbond dan permainan sepakbola


(55)

2. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat adalah variabel yang dapat dipengaruhi oleh variabel lain, dalam hal ini adalah variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah peningkatan kohesivitas Kelas VIII SMP Negeri 2 Jatiagung Lampung Selatan.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik Pokok (Angket)

Teknik pokok yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik angket (kuesioner). Angket adalah kumpulan dari pertanyaan yang diajukan secara tertulis kepada seseorang/responden, dan cara menjawab juga dilakukan dengan cara tertulis. Arikunto (2006)

Berdasarkan pendapat di atas maka peneliti memilih teknik angket sebagai teknik pokok dalam penelitian ini. Angket yang digunakan dalam penelitian ini yaitu angket dengan 9 alternatif jawaban yang telah disediakan yaitu (a)-(i) yang mana disetiap jawaban diberikan nilai yang bervariasi.

2. Teknik Penunjang \

Penelitian ini memerlukan data yang lengkap dan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah kebenarannya, oleh karena itu peneliti membutuhkan teknik penunjang dalam pengumpulan data yaitu:


(56)

40

Teknik dokumentasi yaitu suatu teknik pengambilan data yang diperoleh dari informasi, keterangan maupun fakta-fakta yang berhubungan dengan objek penelitian.

b. Observasi

Observasi merupakan cara yang digunakan pada saat awal maupun dalam pelaksanaan penelitian dengan pengamatan langsung dilokasi penelitian dan langsung terhadap objek masalah yang diteliti sehingga mendapatkan data yang diperoleh lebih lengkap, yang nantinya dapat mendukung keberhasilan penelitian.

c. Wawancara

Teknik wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk mendapatkan informasi-informasi secara langsung pada objek penelitian untuk menunjang data penelitian. Pihak yang diwawancarai adalah sekretaris desa dan ketua lingkungan.

3. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

a. Uji Validitas

Suatu alat ukur yang baik harus memenuhi persyaratan validitas. “Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat- tingkat

kevalidan atau kesahihan suatu instrumen” Arikunto (2006). Untuk

menentukan tingkat validitas item, nilai koefisien korelasinya akan dibandingkan dengan nilai koefisien korelasi tabel dengan tingkat signifikasi 5 %.


(57)

Menguji validitas alat ukur, terlebih dahulu dicari harga korelasi antara bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir dengan rumus Pearson Product moment, ketentuan untuk uji validitas adalah bila rhitung > rtabel maka

instrumen valid dan apabila sebaliknya tidak valid. Uji validitas instrument dalam penelitian ini menggunakan software SPSS statistics 17 for windows

b. Uji Reliabilitas

Penelitian yang menggunakan uji coba angket, dalam pelaksanaannya memerlukan suatu alat pengumpulan data yang harus diuji reliabilitasnya. Uji reliabilitas merupakan instrument yang cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data, karena instrumen tersebut sudah cukup baik sehingga mampu mengungkapkan data yang dapat terpercaya. Arikunto (2006).

Uji reliabilitas dalam sebuah penelitian wajib dilakukan. Uji reliabilitas angket dapat ditempuh dengan:

1. Melakukan uji coba angket kepada 10 orang di luar responden 2. Hasil uji coba dikelompokkan dalam item ganjil dan item genap. 3. Hasil item ganjil dan genap dikorelasikan dengan product moment,

yaitu: =


(58)

42

Keterangan:

= koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y = produk dari gejala x dan y

= jumlah populasi Hadi (2000).

4. Kemudian untuk mengetahui reliabilitas seluruh quisioner digunakan rumus Spearman Brown sebagai berikut:

Hadi, 1989: 37).

5. Hasil analisa kemudian dibandingkan dengan tingkat reliabilitas, dengan kriteria sebagai berikut:

Antara 0,90 – 1,00 = tinggi Antara 0,50 – 0,89 = sedang Antara 0,00 – 0,49 = rendah (Suharsimi Arikunto, 2008: 78). E. Teknik Analisis Data

Sehubungan penelitian ini adalah penelitian sampel, maka diperlukan uji persyaratan untuk menentukan teknik analisis statistik yang digunakan. Uji persyaratan yang diperlukan adalah uji normalitas dan uji homogenitas. Secara


(59)

lebih jelas pengujian analisis data dari uji prasyarat hingga pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah uji untuk melihat apakah data penelitian yang diperoleh mempunyai distribusi atau sebaran normal atau tidak. Untuk pengujian normalitas ini adalah menggunakan uji Liliefors. Langkah pengujiannya mengikuti prosedur Sudjana (2005:466) yaitu :

a. Pengamatan X1,X2...,Xn dijadikan bilangan baku Z1,Z2,...Zn dengan

menggunakan rumus

Z1 =

Keterangan :

SD : Simpangan baku Z : Skor baku x : Row skor

: Rata-rata

b. Untuk tiap bilangan baku ini dengan menggunakan daftar distribusi normal. Kemudian di hitung peluang F(Z1) = P(Z  Z1)

c. Selanjutnya dihitung Z1,Z2,...,Zn yang lebih kecil atau sama dengan Zi

kalau proporsi ini dinyatakan dengan S(Zi) maka

S(Z

i

) =


(60)

44

e. Ambil harga paling besar di antara harga mutlak selisih tersebut. Sebutlah harga terbesar ini dengan L0. Setelah harga L0, nilai hasil

perhitungan tersebut dibandingkan dengan nilai kritis L0 untuk uji

Liliefors dengan taraf signifikan 0,05. Kaidah pengujian jika harga L0

Ltabel maka data tersebut berdistribusi normal sedangkan jika

L0 Ltabe, maka data tersebut tidak berdistribusi normal.

2. Uji Homogenetis

Uji homogenitis dilakukan untuk memperoleh informasi apakah kedua kelompok sampel memiliki varians yang homogen atau tidak. Menurut Sudjana (2005:250) untuk pengujian homogenitis digunakan rumus sebagai berikut:

F =

Membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel dengan rumus

Dk pembilang : n-1 (untuk varians terbesar) Dk penyebut : n-1 (untuk varians terkecil) Taraf signifikan (0,05) maka dicari pada tabel F. Didapat dari tabel F

Dengan kriteria pengujian

Jika : Fhitung ≥ Ftabel berarti tidak homogen


(61)

Pengujian homogen ini bila Fhitung lebih kecil (<) dari Ftabel maka data

tersebut mempunyai varians yang homogen. Tapi sebaliknya bila Fhitung >

Ftabel maka kedua kelompok mempunyai varians yang berbeda.

3. Uji t

Berdasarkan kenormalan atau tidaknya serta homogen atau tidaknya varians antara kedua keelompok sample maka analisis yang digunakan dapat dikemukakan beberapa alternative :

a. Data berdistribusi normal dan kedua kelompok mempunyai varians yang homogen ( 1 = 2) maka uji t – tes yang dipergunakan untuk

menguji hipotesis penelitian sebagai berikut:

T

hitung

=

Keterangan :

: rerata kelompok eksperimen A : rerata kelompok eksperimen B

1 : simpangan baku kelompok eksperimen A 2 : simpangan baku kelompok eksperimen B

1 : jumlah sampel kelompok eksperimen A

n2 : jumlah sampel kelompok eksperimen B

b. Salah satu data berdistribusi normal dan data yang lain tidak berdistribusi normal ( kedua kelompok sampel yang mempunyai varians yang homogen atau tidak homogen maka rumus yang digunakan:


(62)

46

t

hitung

=

keterangan :

: rerata kelompok eksperimen A : rerata kelompok eksperimen B

1 : simpangan baku kelompok eksperimen A 2 : simpangan baku kelompok eksperimen B

1 : jumlah sampel kelompok eksperimen A

n2 : jumlah sampel kelompok eksperimen B

c. Bila kedua data berdistribusi tidak normal, kedua kelompok sampel homogen atau tidak, maka rumus yang digunakan seperti yang dikemukakan Sanafiah Faisal, (2005) adalah :

Z =

U =

U =

Pengujian taraf signifikan perbedaan antara kelompok eksperimen A dan kelompok eksperimen B adalah bila Z hitung < dari Z tabel berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen A dan kelompok eksperimen B, sebaliknya bila Z hitung > dari Z tabel berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen A dan kelompok eksperimen B.


(63)

Tingkat kohesivitas siswa bukan hanya dikarenakan kedua treatment model pembelajaran kelompok dan berpasangan, karna faktor dari luarpun ikut mendukung misalkan latar belakang siswa memang atlit, lingkunganya dektat dengan sarana prasarana sepaktakraw atau siswa tersebut belatih sendiri diluar jadwal pemberian treatment.Jadi Tingkat Tingkat kohesivitas tidak murni hanya karna kedua tretment tersebut. 4. Analisis Uji Pengaruh

Berdasarkan kenormalan atau tidaknya serta homogen atau tidaknya varians antara kedua kelompok, maka analisis yang digunakan dapat dikemukakan berdasarkan alternatif. untuk menguji pengaruh penggunaan model pembelajaran kelompok dan berpasangan terhadap terhadap Tingkat kohesivitas adalah sebagai berikut :

T

hitung

=

Keterangan :

= Rata-rata selisih antara post test dan pretest

= simpangan baku selisih antara post test dan pretest = jumlah kelompok tingkat kohesivitas


(64)

61

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Ada pengaruh outbond terhadap peningkatan kohesivitas Kelas VIII SMP Negeri 2 Jatiagung Lampung Selatan.

2. Ada pengaruh permainan sepakbola terhadap peningkatan kohesivitas Kelas VIII SMP Negeri 2 Jatiagung Lampung Selatan

3. Ada perbedaan outbond dengan permainan sepakbola terhadap peningkatan kohesivitas Kelas VIII SMP Negeri 2 Jatiagung Lampung Selatan.

B. Saran

1. Peneliti lainnya, khususnya bagi mahasiswa Pendidikan Jasmani dan Kesehatan FKIP Unila dapat terus menerus memperbaiki penelitian dalam melakukan penelitian selanjutnya, dengan beberapa penyempurnaan.

2. Kepada para Mahasiswa dan Guru Pendidikan Jasmani diharapkan mencoba model-model latihan untuk meningkatkan kohesivitas siswa. 3. Guru/ pelatih dapat menggunakan outbond dengan permainan sepakbola


(65)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan. Jakarta: PT.Rineka Cipta

Fachmi. 2008. Progam Outbound Sebagai Salah Satu Penilaian Kreatifitas. Yogyakarta

Hadi, Sutrisno. 2000. Metodologi Research Jilid 2. Yogyakarta : Andi Offset Husdarta. 2010. Psikologi Olahraga. Bandung : Alfabeta

Muhajir. 2006. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Bandung : Erlangga

Nurhasan. 2001. Buku Materi Pokok Tes dan Pengukuran. Jakarta : Karunia Soedjono.2010. Sepak Bola Taktik dan Kerja Sama. Yogyakarta : PT Balai Pustaka

Soekatamsi. 1997. Permainan Besar I Sepakbola, Jakarta : Universitas Terbuka Subardjah, Herman. 2000. Psikologi Olahraga. Jakarta: Depdiknas

Sugiyono. 2009. Dasar–Dasar Belajar Gerak. Depdikbud: Jakarta

Susanta, Agustinus.2008. Merancang Outbound Training Profesional. Andi. Yogjakarta

Timo, Scheunemann. 2008. Dasar Sepak Bola Modern. Malang : DIOMA


(1)

e. Ambil harga paling besar di antara harga mutlak selisih tersebut. Sebutlah harga terbesar ini dengan L0. Setelah harga L0, nilai hasil perhitungan tersebut dibandingkan dengan nilai kritis L0 untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 0,05. Kaidah pengujian jika harga L0

Ltabel maka data tersebut berdistribusi normal sedangkan jika L0 Ltabe, maka data tersebut tidak berdistribusi normal.

2. Uji Homogenetis

Uji homogenitis dilakukan untuk memperoleh informasi apakah kedua kelompok sampel memiliki varians yang homogen atau tidak. Menurut Sudjana (2005:250) untuk pengujian homogenitis digunakan rumus sebagai berikut:

F =

Membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel dengan rumus Dk pembilang : n-1 (untuk varians terbesar)

Dk penyebut : n-1 (untuk varians terkecil) Taraf signifikan (0,05) maka dicari pada tabel F. Didapat dari tabel F

Dengan kriteria pengujian

Jika : Fhitung ≥ Ftabel berarti tidak homogen Fhitung ≤ Ftabel berarti homogen


(2)

Pengujian homogen ini bila Fhitung lebih kecil (<) dari Ftabel maka data tersebut mempunyai varians yang homogen. Tapi sebaliknya bila Fhitung > Ftabel maka kedua kelompok mempunyai varians yang berbeda.

3. Uji t

Berdasarkan kenormalan atau tidaknya serta homogen atau tidaknya varians antara kedua keelompok sample maka analisis yang digunakan dapat dikemukakan beberapa alternative :

a. Data berdistribusi normal dan kedua kelompok mempunyai varians yang homogen ( 1 = 2) maka uji t – tes yang dipergunakan untuk menguji hipotesis penelitian sebagai berikut:

T

hitung

=

Keterangan :

: rerata kelompok eksperimen A : rerata kelompok eksperimen B

1 : simpangan baku kelompok eksperimen A 2 : simpangan baku kelompok eksperimen B 1 : jumlah sampel kelompok eksperimen A n2 : jumlah sampel kelompok eksperimen B

b. Salah satu data berdistribusi normal dan data yang lain tidak berdistribusi normal ( kedua kelompok sampel yang mempunyai varians yang homogen atau tidak homogen maka rumus yang digunakan:


(3)

t

hitung

=

keterangan :

: rerata kelompok eksperimen A : rerata kelompok eksperimen B

1 : simpangan baku kelompok eksperimen A 2 : simpangan baku kelompok eksperimen B 1 : jumlah sampel kelompok eksperimen A n2 : jumlah sampel kelompok eksperimen B

c. Bila kedua data berdistribusi tidak normal, kedua kelompok sampel homogen atau tidak, maka rumus yang digunakan seperti yang dikemukakan Sanafiah Faisal, (2005) adalah :

Z =

U =

U =

Pengujian taraf signifikan perbedaan antara kelompok eksperimen A dan kelompok eksperimen B adalah bila Z hitung < dari Z tabel berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen A dan kelompok eksperimen B, sebaliknya bila Z hitung > dari Z tabel berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen A dan kelompok eksperimen B.


(4)

Tingkat kohesivitas siswa bukan hanya dikarenakan kedua treatment model pembelajaran kelompok dan berpasangan, karna faktor dari luarpun ikut mendukung misalkan latar belakang siswa memang atlit, lingkunganya dektat dengan sarana prasarana sepaktakraw atau siswa tersebut belatih sendiri diluar jadwal pemberian treatment.Jadi Tingkat Tingkat kohesivitas tidak murni hanya karna kedua tretment tersebut.

4. Analisis Uji Pengaruh

Berdasarkan kenormalan atau tidaknya serta homogen atau tidaknya varians antara kedua kelompok, maka analisis yang digunakan dapat dikemukakan berdasarkan alternatif. untuk menguji pengaruh penggunaan model pembelajaran kelompok dan berpasangan terhadap terhadap Tingkat kohesivitas adalah sebagai berikut :

T

hitung

=

Keterangan :

= Rata-rata selisih antara post test dan pretest

= simpangan baku selisih antara post test dan pretest = jumlah kelompok tingkat kohesivitas


(5)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Ada pengaruh outbond terhadap peningkatan kohesivitas Kelas VIII SMP Negeri 2 Jatiagung Lampung Selatan.

2. Ada pengaruh permainan sepakbola terhadap peningkatan kohesivitas Kelas VIII SMP Negeri 2 Jatiagung Lampung Selatan

3. Ada perbedaan outbond dengan permainan sepakbola terhadap peningkatan kohesivitas Kelas VIII SMP Negeri 2 Jatiagung Lampung Selatan.

B. Saran

1. Peneliti lainnya, khususnya bagi mahasiswa Pendidikan Jasmani dan Kesehatan FKIP Unila dapat terus menerus memperbaiki penelitian dalam melakukan penelitian selanjutnya, dengan beberapa penyempurnaan.

2. Kepada para Mahasiswa dan Guru Pendidikan Jasmani diharapkan mencoba model-model latihan untuk meningkatkan kohesivitas siswa. 3. Guru/ pelatih dapat menggunakan outbond dengan permainan sepakbola


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan. Jakarta: PT.Rineka Cipta

Fachmi. 2008. Progam Outbound Sebagai Salah Satu Penilaian Kreatifitas. Yogyakarta

Hadi, Sutrisno. 2000. Metodologi Research Jilid 2. Yogyakarta : Andi Offset Husdarta. 2010. Psikologi Olahraga. Bandung : Alfabeta

Muhajir. 2006. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Bandung : Erlangga

Nurhasan. 2001. Buku Materi Pokok Tes dan Pengukuran. Jakarta : Karunia Soedjono.2010. Sepak Bola Taktik dan Kerja Sama. Yogyakarta : PT Balai Pustaka

Soekatamsi. 1997. Permainan Besar I Sepakbola, Jakarta : Universitas Terbuka Subardjah, Herman. 2000. Psikologi Olahraga. Jakarta: Depdiknas

Sugiyono. 2009. Dasar–Dasar Belajar Gerak. Depdikbud: Jakarta

Susanta, Agustinus.2008. Merancang Outbound Training Profesional. Andi. Yogjakarta

Timo, Scheunemann. 2008. Dasar Sepak Bola Modern. Malang : DIOMA


Dokumen yang terkait

KEMAMPUAN MENULIS LAPORAN PERJALANAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 JATI AGUNG LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

4 28 79

UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI METODE INKUIRI PADA SISWA KELAS V SD NEGERI GEDUNG AGUNG KECAMATAN JATI AGUNG LAMPUNG SELATAN

0 5 44

PENGARUH PEMBERIAN PENGUATAN OLEH GURU TERHADAP HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 JATI AGUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TP 2012/2013

0 8 56

PENGARUH MEDIA VIDEO DENGAN MODEL KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) PADA MATERI POKOK GERAK PADA TUMBUHAN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 2 Jati Agung Lampung Selatan

0 5 52

HUBUNGAN KOHESIVITAS TERHADAP PRESTASI TIM SEPAKBOLA PADA PERTANDINGAN ANTAR KELAS DI SMP NEGERI 11 KOTABUMI LAMPUNG UTARA

3 25 63

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN TINGKAT KEBUGARAN JASAMANI SISWA PUTRA KELAS II DI SMP NEGERI 3 JATI AGUNG LAMPUNG SELATAN TAHUN AJARAN 2015/2016

0 10 76

PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN PLYOMETRIC DENGAN LATIHAN BEBAN TERHADAP PENINGKATAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI PADA SISWA SMA N 2 SUBANG DALAM PERMAINAN SEPAKBOLA.

1 3 3

PENGARUH LATIHAN BALL FEELING DAN AGILITY TERHADAP KETERAMPILAN MENGGIRING BOLA DALAM PERMAINAN SEPAKBOLA SISWA EKSTRAKURIKULER SEPAKBOLA DI SMP NEGERI 2 SEWON.

8 56 128

PERSEPSI SISWA KELAS VIII TERHADAP PROSES PEMBELAJARAN PERMAINAN SEPAKBOLA DI SMP NEGERI 1 BUAYAN KEBUMEN.

0 0 122

PERATURAN DALAM PERMAINAN SEPAKBOLA (1)

0 1 8