12
2.1.3. Karakter atau Sifat yang harus di miliki oleh Guru BK
Menurut S. A. Harmin dan B. P. Paulson Sukardi, 1983 mengenai karakter atau sifat yang harus dimiliki oleh seorang guru pembimbing, yaitu :
penuh pemahaman, sikap bersimpati, ramah-tamah, memiliki rasa humor Sense of Humor, stabil, sabar, objektif, tulus ikhlas, bijaksana, jujur, berpandangan luas,
baik hati, menyenangkan, tanggap terhadap situasi sosial dan bersikap tenang. Menurut Carleghuff dalam Sutrinah, 2004 menyebutkan juga bahwa ada
9 sifat kepribadian dalam sikap konselor yang dapat mengembangkan orang lain yaitu :
1. Empati, yaitu kemampuan seseorang untuk merasakan secara tepat apa yang dirasakan dan dialami oleh orang lain dan mengkomunikasikan persepsinya.
2. Respek, yaitu menunjukkan secara tidak langsung bahwa konselor menghargai martabat dan nilai konseli sebagai manusia. Artinya konselor menerima bahwa
setiap konseli memiliki hak memilih, memiliki kebiasaan kemauan, dan, mampu membuat keputusan sendiri.
3. KeaslianGenuinness, yaitu kemampuan konselor menyatakan dirinya secara bebas dan mendalam, tanpa ragu-ragu, tidak memainkan peranan, tidak
mempertahankan diri, dan tidak ada pertentangan antara apa yang ia katakan dan apa yang ia lakukan.
4. Konkrit Concretnass, yaitu pernyataan ekspresi khusus mengenai perasaan dan pengalaman orang lain. Konselor akan selalu memelihara keserasian
dalam hubungan dengan orang lain dan mencegah konseli untuk melarikan diri masalah yang ia hadapi.
5. Kofrontaasi Confrontation, yaitu dapat dilakukan jika terdapat kesenjangan antara apa yang dikatakan dengan apa yang dialami, atau antara apa yang ia
katakan pada suatu saat dengan apa yang ia katakan sebelumnya. 6. Membuka diri, adalah penampilan perasaan, sikap, pendapat, dan, pengalaman-
pengalaman pribadi konselor untuk kebaikan konseli. Pembukaan diri hendaknya dilaksanakan dalam waktu yang tepat dan pantas.
13 7. Kesanggupan Potency, merupakan suatu kharisma, suatu kekuatan yang
dinamis dan magnetis dari kekuatan pribadi konselor. Konselor yang memiliki potensi ini selalu menampakkan kekuatannya dalam penampilan
pribadi, mampu menguasai diri dan mampu menyalurkan patensinya dan memberi rasa aman pada konseli.
8. Kesiapan Immediacy, adalah suatu hubungan perasaan antara konseli dan konselor pada waktu ini dan saat ini. Tingkat Immediacy yang tinggi terjadi
pada saat diskusi dan analisis yang terbuka mengenai hubungan antara konseli dan konselor dalam situasi konseling.
9. Aktualisasi diri Self actualization, memiliki korelasi yang tinggi terhadap keberhasilan konseling. Aktualisasi diri menunjukkan secara tak langsung
bahwa orang dapat hidup dan memenuhi kebutuhannya secara langsung, karena ia mempunyai kekuatan untuk mencapai tujuan hidupnya.
Tetapi dalam kenyataan di lapangan, tidak sedikit para siswa yang tidak mau datang ke ruang bimbingan dan konseling, bukan karena guru BKnya yang kurang
keilmuannya dalam bidang bimbingan, tetapi karena mereka memiliki kesan bahwa pembimbing tersebut bersifat kaku atau kurang ramah sehingga siswa
merasa tidak dekat dengan guru BK. Terkadang muncul beberapa konsep negatif tentang ciri-ciri kepribadian guru
BK di sekolah. Hal ini diungkapkan oleh Mapiare 1984 sebagai berikut : 1.
Bimbingan merupakan bantuan kepada murid yang salah suai. Akibatnya bimbingan cenderung hanya bersifat penyembuhan saja dan mengabaikan
sifat pencegahan dan pengembangan. 2.
Bimbingan sama dengan pemberian nasehat. Pemberian nasehat berasal dari satu pihak saja, pelaksanaannya didominasi oleh pemberi nasehat dan
terdapat unsur penghargaan langsung yang cenderung bersifat paksaan. Di dalam bimbingan ada teknik pemberian nasehat tetapi porsinya sangat kecil.
3. Pembimbingan bukanlah obat mujarap bagi segala masalah pendidikan.
Guru mengirim siswa kepada konselor karena sering beranggapan bahwa pembimbing dapat memecahkan semua persoalan yang dialami oleh siswa.
14 4.
Pembimbing dicap sebagai hakim karena selalu memberikan sanksi terhadap kesalahan siswa.
5. Pembimbing dianggap sebagai pengawas karena pembimbing diberi beban
untuk mendisiplinkan siswa. Hal ini jika dilakukan oleh guru pembimbing maka akan mengurangi keakraban murid dengan guru pembimbing dan
mengaburkan peranan pembimbing dimata siswa. 6.
Pembimbing menuntut kepatuhan pihak yang dibimbing. 7.
Pembimbing dicap sebagai orang yang suka marah karena tak jarang dalam memberikan bimbingan selalu marah-marah terhadap siswa.
8. Pembimbing di pandang sebagai usaha penyembuhan penyakit jiwa.
2.1.4. Sikap-sikap yang Mesti Dimiliki Konselor Sekolah