terhadap squamous cell carcinoma rongga mulut dan keganasan di kepala dan leher, apalagi memiliki kebiasaan menghisap tembakau dan mengonsumsi
alkohol. Menurut
Leurenco et al. 2011, pada orang-orang yang terinfeksi HIV
positif dan sebelum diberikan obat anti retrovirus membuktikan tingginya insiden untuk terjadinya lesi di rongga mulut.
2.4.13. Onkogen dan Tumor Suppresor Genes
Onkogen dan tumor supresor gen adalah komponen-kromosom yang bisa teraktivasi oleh berbagai agen penyebab. Apabila teraktivasi mereka akan
menstimulasi produksi material-material genetik dalam jumlah yang besar melalui amplification atau over expression pada gen terkait. Onkogen ini mungkin akan
mengalami progresi pada berbagai macam neoplasma termasuk squamous cell carsinoma rongga mulut.
Di lain pihak, tumor supresor gen bisa memproduksi tumor secara tidak langsung ketika mereka dalam keadaan inaktivasi atau mutasi. Beberapa contoh
abnormalitas dari ras, myc, c-erbb, p53, pRb, dan E-cadherin sudah teridentifikasi pada kanker rongga mulut walaupun hubungan sebab dan akibatnya belum bisa
dibuktikan. Menurut
Chu et al. 2012 dalam studinya membuktikan adanya hubungan
pada gen miRNA499 polimorfisme dengan proses terjadinya kanker mulut dan interaksi dari gen miRNA499 dengan lingkungan dengan tingginya risiko kanker
mulut meningkatkan kejadian kanker rongga mulut pada masyarakat di Taiwan.
2.5. Klasifikasi Kanker Rongga Mulut
Menurut Regezi
et al. 2008 Berdasarkan lokasinya kanker rongga mulut dibagi atas beberapa lokasi, yaitu :
1. Karsinoma di bibir, sebanyak 25-30 pada kanker rongga mulut dan
tersering di bibir bawah. Menurut Neville et al. 2002 hampir 90 lesi terdapat di bibir bawah.
2. Karsinoma di lidah, insiden ini sebanyak 25-40 dan menurut Neville et
al. 2002, karsinoma ini merupakan lokasi tersering pada kejadian kanker rongga mulut yang biasanya terletak di bagian postero-lateral, permukaan
Universitas Sumatera Utara
ventral lidah 20 dan 4 di dorsal. Kejadian karsinoma lidah sebanyak lebih dari 50 dari kanker rongga mulut di Amerika Serikat.
3. Karsinoma di dasar lidah, karsinoma ini menduduki urutan kedua tersering
pada karsinoma rongga mulut sebanyak 15-20 dan menurut Neville et al. 2002, dasar lidah paling sering di jumpai pada laki-laki, dan dewasa
ini meningkat juga pada perempuan. Karsinoma di dasar lidah memiliki jumlah 35 pada bagian dalam rongga mulut, dan lokasi terseringnya di
garis tengah lidah dekat dengan frenulum 4.
Karsinoma di mukosa bukal dan gingiva, lesi mukosa bukal bersamaan dengan lesi gingiva memiliki insiden 10 pada squamous cell carcinoma
rongga mulut. 5.
Karsinoma di gingiva, lesi mukosa bukal bersamaan dengan lesi gingiva memiliki insiden 10 pada squamous cell carcinoma rongga mulut.
6. Karsinoma di palatum, kanker ini memiliki insiden sebanyak 10-20 pada
karsinoma rongga mulut. Namun, kejadian kanker di palatum durum masih sangat jarang dibanding palatum molle.
2.6. Gejala Klinis Kanker Rongga Mulut
Lesi dapat menimbulkan nyeri lokal atau kesulitan menelan tetapi banyak yang asimtomatik sehingga lesi diabaikan. Akibatnya banyak yang terdiagnosis
sampai tahap lanjut yang tidak dapat diobati lagi Kumar et al., 2012. Menurut Wood dan Sawyer 1997, gejala kanker rongga mulut sebagai
berikut: Plak
Eritroplakia merah Leukoplakia putih
Eritroleukoplakia merah dan putih Eksofitik
Merah Putih
Merah jambu
Universitas Sumatera Utara
Kombinasi banyak warna Ulserasi
Non-ulserasi Krusta
Lesi hitam atau kecoklatan Blep
Permukaan yang kasar Nyeri atau tidak nyeri
Perdarahan Maloklusi
Bengkak di leher Susah menelan
Perubahan rasa kecap Perubahan suara
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian
3.2. Variabel
Variabel dalam penelitian ini adalah: a. Variabel bebas independent
: Merokok, mengunyah tembakau, menyirih, dan minuman alkohol.
b. Variabel tergantung Dependent : Kanker rongga mulut
3.3. Definisi Operasional
3.3.1. Merokok Merokok adalah membakar tembakau yang kemudian di hisap asapnya
baik menggunakan rokok maupun menggunakan pipa. Pada penelitian ini, pertanyaannya mengenai ada atau tidak merokok serta mencakup lama
pajanan, jenis rokok yang dikonsumsi, dan jumlah konsumsi rokok setiap harinya.
3.3.2. Mengunyah tembakau
Mengunyah tembakau adalah salah satu metode penggunaan tembakau oleh seseorang dengan cara dikunyah tanpa ditelan. Pertanyaan dalam
penelitian ini mengenai ada atau tidak nya mengunyah tembakau serta mencakup sudah berapa lama, frekuensi mengunyah tembakau setiap hari
nya, dan durasi saat mengunyah tembakau. Kanker
Rongga Mulut Mengunyah tembakau
Menyirih Merokok
Minuman beralkohol
Universitas Sumatera Utara
3.3.3. Menyirih Menyirih merupakan suatu proses meramu campuran dari bahan-bahan
seperti daun sirih, pinang, gambir, kapur, dan tembakau. Pertanyaan dalam penelitian ini mengenai ada atau tidak nya menyirih serta mencakup sejak
kapan menyirih, frekuensi mengunyah tembakau setiap hari nya, dan durasi saat menyirih.
3.3.4. Minuman Beralkohol Minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung etanol yang
dapat menyebabkan penurunan kesadaran, dapat berupa tuak ataupun bir. Pertanyaan dalam penelitian ini mengenai ada atau tidak nya meminum
alkohol serta mencakup sejak kapan dimulai, jenis minuman alkohol, frekuensi meminum alkohol setiap hari nya dalam ukuran gelas.
Cara Ukur : Wawancara
Alat Ukur : Kuisioner
Kategori : Ada atau tidak adanya faktor risiko
Skala pengukuran : Nominal
3.3.5. Kanker rongga mulut Adalah pasien yang telah terdiagnosis oleh dokter menderita kanker
rongga mulut yang tercatat dalam rekam medis. Cara Ukur
: Melihat atau mengobservasi rekam medik Alat Ukur
: Rekam Medik Kategori
: Kanker rongga mulut atau bukan kanker rongga mulut Skala pengukuran
: Nominal
Universitas Sumatera Utara
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan desain cross sectional. Jenis penelitian yang dipilih berupa deskriptif karena
peneliti ingin mengetahui gambaran pasien yang mengalami kanker rongga mulut yang memiliki faktor risiko berupa merokok, mengunyah tembakau, menyirih,
dan minuman beralkohol. Penelitian deskriptif dengan desain cross sectional ini dilakukan terhadap sekumpulan data dalam jangka waktu tertentu yang memiliki
tujuan utama untuk melihat ada atau tidaknya faktor risiko pada penderita kanker rongga mulut di Rumah Sakit H. Adam Malik.
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian