Latar Belakang Faktor Risiko Kanker Rongga Mulut di Divisi Bedah Onkologi RSUP Haji Adam Malik Medan

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kanker adalah massa abnormal jaringan yang pertumbuhannya berlebihan dan tidak terkontrol dengan pertumbuhan jaringan secara terus menerus walaupun rangsangan yang memicu perubahan tersebut telah berhenti Kumar et al., 2012. Kanker termasuk salah satu masalah kesehatan yang menjadi pusat perhatian baik di negara maju maupun negara berkembang. Menurut laporan World Cancer Statistik tahun 2012, terhitung sebanyak 14,1 juta kasus kanker di seluruh dunia, di antaranya 7,4 juta kasus pada laki-laki dan 6,7 juta pada perempuan. Kanker mulut termasuk dalam perhitungan tersebut. Berdasarkan data Globocan oleh International Agency for Research on Cancer IARC tahun 2012, terhitung kasus baru kanker rongga mulut sebanyak 300 juta jiwa di seluruh dunia atau 2,1 dari jumlah total kanker lainnya. Insiden pada laki-laki lebih tinggi dibanding perempuan yaitu sekitar 2.7 . Sementara itu, insiden kanker rongga mulut di negara maju lebih tinggi dibanding negara berkembang, yaitu 4,7 per 100.000 jiwa sedangkan di negara berkembang 3,7 per 100.000 jiwa. Ini disebabkan karena kombinasi kebiasaan mengonsumsi alkohol dan merokok oleh masyarakat negara maju yang dapat meningkatkan faktor risiko terjadinya kanker rongga mulut Neville et al., 2002. Data statistik oleh American Institute for Cancer Research 2009 menyebutkan jumlah kasus baru kanker di sekitar rongga mulut sebanyak 38. 960 tiap tahunnya di Amerika Serikat. Sedangkan American Cancer Society ACS memberikan estimasi sekitar 37.000 jiwa menderita kanker rongga mulut di Amerika Serikat pada tahun 2014 dan sebanyak 7.300 di antaranya mengalami kematian karena kanker. Sementara itu, di benua Eropa, khususnya di Negara Inggris, kanker ini masih termasuk jarang. Cancer Research in UK, tahun 2010, menyebutkan kanker rongga mulut menduduki urutan ke -15 dari keseluruhan Universitas Sumatera Utara kanker di Negara Inggris. Sedangkan di Benua Asia, menurut data Indian Cancer Society , India menduduki urutan pertama mengenai prevalensi kejadian kanker rongga mulut di dunia tahun 2013, yaitu 20 per 100.000 jiwa. Lebih dari 50 penderitanya adalah laki-laki. Insidensi kanker rongga mulut di Indonesia belum diketahui secara pasti, yaitu dengan frekuensi relatif sebesar 1,5-5 dari keseluruhan kanker Maulani et al., 2011. Di Pulau Jawa, salah satunya di Rumah Sakit dr. Hasan Sadikin, kasus kanker rongga mulut sebanyak 4,61 dari keseluruhan kanker. Menurut Jelita 2010, dalam penelitiannya menyebutkan di RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung terdapat 110 kasus karsinoma rongga mulut pada periode Januari 2006 – Desember 2010. Sementara itu, di Pulau Sumatera, di Provinsi Sumatera Utara, Kota Medan, khususnya di RSUP H. Adam Malik, terdapat lebih kurang 104 kasus kanker rongga mulut pada periode Januari 2008 – Desember 2013 yang memiliki peningkatan 1,1 tiap tahunnya. Kematian akibat kanker sebanyak 43 disebabkan penggunaan tembakau, konsumsi alkohol, diet tak sehat, aktivitas fisik yang minim, dan infeksi WHO, 2008. Termasuk kanker rongga mulut, sebanyak 90 penderitanya memiliki kebiasaan menggunakan tembakau dan konsumsi alkohol secara berlebihan. Oleh karena itu, kebiasaan ini tidak menutup kemungkinan dapat meningkatkan angka kematian penderita kanker rongga mulut. Terdapat perbedaan kebiasaanbudaya di negara barat dengan negara di Asia Selatan India, Bangladesh, Sri Lanka dan Asia Tenggara termasuk Indonesia yang menjadi faktor risiko terjadinya kanker rongga mulut. Menurut Cancer Research UK tahun 2012, konsumsi alkohol secara berlebihan dan menghisap tembakau atau merokok adalah dua faktor risiko terbesar kanker rongga mulut di Inggris. Sementara itu, mengunyah tembakau dan menyirih menjadi faktor risiko terbanyak yang menyebabkan kanker mulut di Asia Selatan dan Asia Tenggara. Selain itu, faktor risiko lainnya adalah kebersihan gigi dan mulut yang buruk dan infeksi Human Papilloma Virus HPV Andrew et al., 2009. Diantara faktor risiko kanker rongga mulut, yaitu merokok, mengunyah tembakau, menyirih, dan minuman beralkohol merupakan faktor prilaku Universitas Sumatera Utara masyarakat terbanyak. Khususnya di Indonesia, prevalensi merokok dan mengunyah tembakau dari tahun 2007-2013 mengalami peningkatan hingga menjadi 36,3 Depkes, 2013. Di Provinsi Sumatera Utara, menurut data Riskesdas tahun 2013, prevalensi perokok setiap hari yaitu 24 dari jumlah penduduk dan rerata mengonsumsi rokok 15 batang per hari nya. Jumlah ini di atas rata-rata jumlah perokok dan batang rokok yang dikonsumsi rakyat Indonesia. Sementara itu, prevalensi penduduk yang mengunyah tembakau setiap hari di Sumatera Utara juga di atas rata-rata yaitu sebanyak 3,1 pada tahun 2013. Hal yang sama terjadi pada kebiasaan minuman beralkohol, provinsi ini memiliki prevalensi di atas rata-rata pada tahun 2007 yaitu sebanyak 6,1 Depkes, 2007. Sedangkan untuk prevalensi menyirih, provinsi ini masih belum memiliki data yang pasti. Beberapa penelitian sebelumnya, di antaranya Hasibuan 2003 meneliti bahwa sebagian besar penduduk di Tanah Karo, Sumatera Utara, masih melakukan kebiasaan menyirih, tetapi hanya terbatas pada wanita. Sedangkan Lim 2007 meneliti prevalensi kebiasaan menyirih pada masyarakat Batak Karo Kecamatan Pancur Batu yaitu 32. Penelitian sebelumnya hanya menghitung kebiasaan menyirih pada penduduk setempat tanpa mempertimbangkan penyakit yang menjadi efek, khususnya kanker rongga mulut. Sementara itu, belum ada penelitian tentang faktor risiko baik menyirih, merokok, mengunyah tembakau, dan minuman beralkohol yang khusus pada penderita yang sudah terdiagnosa kanker rongga mulut di Provinsi Sumatera Utara khususnya pasien di RSUP. H. Adam Malik. Oleh karena itu, penulis ingin meneliti tentang Faktor Risiko Kanker Rongga Mulut di Divisi Bedah Onkologi RSUP H. Adam Malik Medan.

1.2. Rumusan Masalah