PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR SISWA KELAS VII-B SMP TAMAN SISWA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR

SISWA KELAS VII-B SMP TAMAN SISWA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh : APRI YANI 1013106001

Penelitian Tindakan Kelas

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(2)

ABSTRAK

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR

SISWA KELAS VII-B SMP TAMAN SISWA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh APRI YANI

Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana meningkatkan kemampuan menulis puisi melalui pemanfaatan media gambar. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan peningkatan kemampuan siswa menulis puisi di kelas VII-B SMP Taman Siswa Gedong Tataan Tahun pelajaran 2012/2013

Penelitian ini menggunakan teknik Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini melibatkan siswa kelas VII SMP Taman Siswa Gedong Tataan tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 25 siswa yang terdiri atas 10 laki-laki dan 15 perempuan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes. Jenis tes yang digunakan adalah tes tertulis. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II. Setiap siklus terdiri atas perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.

Kenyataan menunjukkan bahwa sebelum tindakan dilakukan, kemampuan siswa menulis puisi masih kurang, ditunjukkan dengan nilai rata-rata 55,8 dan siswa


(3)

Pada siklus I setiap siswa menulis puisi melalui media gambar yang belum berwarna. Aspek yang dinilai setiap siklus adalah aktivitas siswa dan guru. Hasil evaluasi pada siklus I menunjukkan bahwa aktivitas dan prestasi belajar siswa belum optimal. Pada siklus II dalam proses pembelajaran dan latihan menulis puisi guru menggunakan media gambar yang telah berwarna dan ditayangkan melalui LCD. Hasil evaluasi siklus II menunjukkan prestasi belajar siswa meningkat karena sesuai dengan indikator kerja yang menyatakan penelitian tindakan kelas berhasil, jika hasil belajar mencapai kriteria ketuntasan klasikal sebesar 80%.

Hasil penelitian kemampuan menulis puisi, setiap siklus mengalami peningkatan. Pada siklus I, nilai rata-rata kemampuan siswa menulis puisi sebesar 62,6 dengan kategori cukup, siswa yang mencapai KKM 14 siswa dan yang tidak mencapai KKM 11 siswa. Pada siklus II, nilai rata-rata kemampuan siswa menulis puisi adalah 74,40 dengan kategori baik, siswa yang mencapai KKM 23 siswa dan yang tidak mencapai KKM 2 siswa. Dari dua siklus yang diterapkan, terjadi peningkatan kemampuan siswa menulis puisi. Peningkatan nilai rata-rata dari pengamatan siklus I dan siklus II sebesar 12% dan peningkatan jumlah siswa yang mencapai KKM 9 siswa. Berdasarkan indikator keberhasilan pada siklus II, bahwa media gambar yang diterapkan dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa kelas VII-B SMP Taman Siswa Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran.


(4)

(5)

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

HALAMAN JUDUL ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

RIWAYAT HIDUP ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

MOTTO ... viii

SANWACANA ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GRAFIK ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Peneliatan ... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

2.1 Pengertian Belajar ... 7

2.2 Pembelajaran Menulis ... 8

2.2.1 Menulis ... 8

2.2.2 Tujuan Menulis ... 9

2.2.3 Manfaat Menulis ... 10

2.3 Puisi ... 11

2.3.1 Pembelajaran Puisi ... 11

2.3.2 Unsur-Unsur yang Membangun Puisi ... 12

2.3.3 Jenis-Jenis Puisi ... 16

2.3.4 Langkah-Langkah Menulis Puisi ... 17

2.4 Media dalam Pembelajaran ... 20

2.4.1 Pengertian Media Pembelajaran ... 21

2.4.2 Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran ... 22

2.4.3 Media Gambar ... 23

2.4.4 Tujuan Pemakaian Media Gambar ... 24

2.4.5 Kriteria Memilih Gambar sebagai Media Pembelajaran ... 25

2.4.6 Kelebihan Media Gambar ... 26


(7)

BAB III PROSEDUR PENELITIAN ... 31

3.1 Rancangan Penelitian ... 31

3.2 Setting Penelitian ... 32

3.2.1 Tempat Penelitian... 32

3.2.2 Waktu Penelitian ... 32

3.2.3 Subjek Penelitian ... 33

3.3 Indikator Keberhasilan ... 33

3.4 Prosedur Penelitian... 33

3. 5 Instrumen Penelitian ... 36

3.4.1 Instrumen Observasi Siswa ... 36

3.4.2 Instrumen Penilaian Kemampuan Menulis Puisi ... 38

3.4.3 Instrumen Observasi Guru ... 40

3.6 Teknik Analisis Data ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45

4.1 Hasil Penelitian ... 45

4.2 Penelitian Siklus 1 ... 46

4.2.1 Perencanaan ... 46

4.2.2 Proses Pembelajaran ... 48

4.2.3 Pengamatan ... 53

4.2.4 Refleksi ... 58

4.3 Penelitian Siklus 2 ... 59

4.3.1 Perencanaan ... 60

4.3.2 Proses Pembelajaran ... 61

4.3.3 Pengamatan ... 66

4.3.4 Refleksi ... 71

4.4 Pembahasa ... 73

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 80

5.1 Kesimpulan ... 80

5.2 Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 83


(8)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Sastra ialah karya tulis yang, jika dibandingkan dengan karya tulis yang lain, memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinilan, keartistikan, serta keindahan dalam isi dan ungkapannya (Sugono, 2011: 159). Pembelajaran sastra di sekolah menengah pada dasarnya bertujuan agar siswa memiliki rasa peka terhadap karya sastra yang berharga sehingga merasa terdorong dan tertarik untuk menulisnya. Dengan menulis sastra diharapkan para siswa memperoleh pengertian yang baik tentang manusia dan kemanusiaan, mengenal nilai-nilai, dan mendapatkan ide-ide baru.

Pembelajaran sastra direncanakan untuk melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. Pengalaman sastra itu merupakan wujud dari apa diketahui dan dirasakan oleh siswa yang berupa sensasi, emosi, dan gagasan-gagasan. Saat pembelajaran berlangsung siswa harus diikutsertakan dalam pemecahan masalah sehingga siswa menjadi lebih aktif dan kreatif, sehingga siswa dapat mencapai kompetensi yang diharapkan. Pembelajaran sastra dapat membantu pendidikan secara utuh apabila cakupannya meliputi empat manfaat, yaitu: membantu keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan menunjang pembentukan watak. Pembelajaran sastra


(9)

sebenarnya bukan hanya bermanfaat dalam menunjang kemampuan berbahasa murid dan mengembangkan kepekaan pikiran serta perasaan murid, melainkan juga bermanfaat dalam memperkaya pandangan hidup serta kepribadian murid. Salah satu tujuan pembelajaran kesusastraan ialah menanamkan apresiasi seni pada anak didik. Dengan mengapresiasi sastra, siswa dapat secara langsung menikmati sebuah karya sastra, dari teori-teori tentang sastra sampai penerapan teori tersebut untuk memahami sebuah karya sastra.

Sastra meliputi prosa, puisi, dan drama (Santosa, 2008: 8.13). Puisi ialah jenis sastra yang bentuknya dipilih dan ditata dengan cermat sehingga mampu mempertajam kesadaran orang akan suatu pengalaman dan membangkitkan tanggapan khusus lewat bunyi, irama, dan makna khusus. Salah satu keterampilan yang harus dikuasai siswa dalam pelajaran Bahasa Indonesia adalah menulis puisi. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sekolah menengah pertama semester 2 kelas VII, tepatnya pembelajaran dengan standar kompetensi (SK) mengungkapkan keindahan alam dan pengalaman melalui kegiatan menulis kreatif puisi, dengan Kompetensi Dasar (KD) yaitu menulis kreatif puisi berkenaan dengan keindahan alam. Kenyataan yang terjadi, kompetensi menulis puisi siswa kelas VII SMP Taman Siswa Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran masih rendah yaitu dengan nilai rata-rata 55,8 masih di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) sekolah tersebut yaitu 65,00.

Faktor penyebab kesulitan siswa dalam menulis puisi, dalam pembe- lajaran menulis puisi ini guru hanya membacakan salah satu puisi dalam buku paket dan menyuruh siswa untuk menuliskan puisi tersebut lalu guru menyuruhnya untuk


(10)

3

membacakannya di depan kelas. Selanjutnya siswa tidak diberi kesempatan untuk menulis puisi dengan bahasa atau kata-katanya sendiri dan kemampuannya sendiri. Pastinya pembelajaran tersebut sangat kurang tepat, di sini terkesan tidak adanya aktivitas dan kreatifitas siswa dalam menulis puisi. Ketika penulis memberikan tugas pada siswa untuk menulis puisi dengan kata-kata atau bahasanya sendiri, siswa terlihat kesulitan dalam menyusun kata-kata dengan bahasanya sendiri,

Permasalahan di atas menunjukkan bahwa pembelajaran menulis puisi perlu diperbaiki oleh guru untuk meningkatkan kemampuan dan prestasi belajar siswa. Untuk mengatasi masalah kurangnya keterampilan menulis puisi, peneliti menggunakan media gambar dalam pembelajaran menulis puisi. Solusi penggunaan media gambar ini diperkuat oleh pendapat yang menyatakan “Penggunaan media pembelajaran menimbulkan gairah belajar, berinteraksi secara langsung antara peserta didik dan sumber belajar” (Daryanto, 2011: 5). Dengan gairah belajar dengan sendirinya dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pengajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya.

Media pembelajaran termasuk faktor yang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Dalam proses belajar-mengajar kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting. Karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan mengahadirkan media sebagai perantara. Kerumitan bahan yang akan disampaikan kepada siswa dapat disederhanakan dengan bantuan media. Media dapat mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan melalui kata-kata atau kalimat tertentu. Salah satu di antaranya adalah media gambar.


(11)

Pembelajaran melalui media gambar digunakan untuk mengembangkan berbagai potensi kebermaknaan siswa dan membantu siswa dalam menuangkan ide, gagasan, dan daya imajinasi dalam bentuk naskah tulisan yang baik. Media gambar dalam pembelajaran ini berfungsi sebagai alat dan sarana untuk membantu siswa dalam menulis puisi. Aktivitas menulis yang dilakukan siswa sebagian dibimbing oleh guru. Ini dimaksudkan untuk membantu kesulitan siswa dalam menulis. Media gambar yang ditampilkan di sini, yakni gambar yang berkaitan dengan keindahan alam yang dekat dengan skemata siswa serta mudah dipahami dan diapresiasi siswa.

Sebagai alat bantu, media mempunyai fungsi melicinkan jalan menuju tercapainya tujuan pengajaran. Hal ini dilandasi dengan keyakinan bahwa proses belajar mengajar dengan bantuan media mempertinggi kegiatan belajar siswa (Djamarah dan Zain, 2010: 122). Berarti kegiatan belajar siswa dengan bantuan media akan meng-hasilkan proses dan hasil belajar yang lebih baik daripada tanpa media. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti merasa perlu mengadakan penelitian tindakan kelas, yaitu ”Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi Melalui Pemanfaatan Media Gambar siswa kelas VII B SMP Taman Siswa Gedong Tataan Tahun Pelajaran 2012/2013”

1.2 Perumusan Masalah

Bertolak dari uraian di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini ada dua yakni secara khusus dan umum. Rumusan masalah secara umum adalah sebagai berikut “Bagaimanakah peningkatan kemampuan menulis puisi melalui


(12)

5

pemanfaatan media gambar siswa kelas VII-B SMP Taman Siswa tahun pelajaran 2012/2013?”

Selanjutnya, secara khusus rumusan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut. 1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran melalui pemanfaatan media gambar

untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi pada siswa kelas VII-B SMP Taman Siswa tahun pelajaran 2012/2013?

2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran melalui pemanfaatan media gambar untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi pada siswa kelas VII-B SMP Taman Siswa tahun pelajaran 2012/2013?

3. Bagaimanakah penilaian pembelajaran melalui pemanfaatan media gambar untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi pada siswa kelas VII-B SMP Taman Siswa tahun pelajaran 2012/2013?

1.3 Tujuan Penelitian Tindakan

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini dibagi dua, yakni khusus dan umum. Tujuan umum penelitian tindakan ini adalah “Mendeskripsikan peningkatan kemampuan menulis puisi melalui pemanfaatan media gambar pada siswa kelas VII-B SMP Taman Siswa tahun pelajaran 2012/2013.”

Selanjutnya, tujuan lebih khusus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1.Mendeskripsikan perencanaan pembelajaran melalui pemanfaatan media

gam-bar untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi pada siswa kelas VII-B SMP Taman Siswa tahun pelajaran 2012/2013?

2. Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran melalui pemanfaatan media gam-bar untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi pada siswa kelas VII-B SMP Taman Siswa tahun pelajaran 2012/2013?


(13)

3. Mendeskripsikan penilaian pembelajaran melalui pemanfaatan media gambar untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi pada siswa kelas VII-B SMP Taman Siswa tahun pelajaran 2012/2013?

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis sebagai berikut. 1. Siswa

Siswa lebih bersemangat dalam menggali kemampuan dan dapat menciptakan suasana belajar yang menarik, siswa menjadi aktif dan inovatif dalam pembe-lajaran menulis puisi, sehingga siswa mampu menulis puisi dengan baik. 2. Guru

Membantu guru dalam mengajarkan bahasa Indonesia khususnya keteram-pilan menulis. Guru dapat memberikan gambaran tentang penggunaan media gambar untuk menulis puisi.

3. Sekolah

Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan ide untuk memecahkan masalah pembelajaran menulis puisi di kelas sehingga akan membantu terciptanya suasana pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan.


(14)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Belajar

Beberapa ahli mendefinisikan belajar sesuai aliran filsafat yang dianutnya, antara lain sebagai berikut.

Ernes Erv Hilgarrd dalam Riyanto (2010: 4) mendefinisikan sebagai berikut:

Learning is the process by which an activity originates or is charged through training procedures (whether in the laboratory or in the natural environments) as disitingnguished from changes by factor not attributable to training. Artinya, (seseorang dapat dikatakan belajar kalau dapat melakukan sesuatu dengan cara latihan-latihan sehingga yang bersangkutan menjadi berubah).

Menurut Jean Piaget dalam Riyanto (2010: 9) proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan, yaitu 1) asimilasi; 2) akomodasi; dan 3) ekuilibrasi (peyeimbangan). Proses asimilasi adalah proses penyatuan informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada dalam benak siswa. Akomodasi adalah penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru. Ekuilibrasi adalah penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi.

Belajar adalah perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan lain


(15)

sebagainya (Sardiman, 2011: 20). Belajar pada hakikatnya adalah perubahan yang terjadi dalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar (Djamarah, 2010: 38).

2.2. Pembelajaran Menulis 2.2.1 Menulis

Menulis berarti mengorganisasikan gagasan secara sistematis serta mengungkapkan secara tersurat (Akhadiah, 1988: 2). Menulis adalah aktivitas mengemukakan gagasan melalui media bahasa (Nurgiyantoro, 1987: 273). Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran garfik tersebut (Tarigan, 1985: 21).

Pendapat lain mengatakan bahwa menulis sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya (Suparno dan Yunus, 2008:1.3). Pesan adalah isi atau muatan yang terkandung dalam suatu tulisan. Adapun tulisan merupakan simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati pemakainya.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis adalah suatu proses kegiatan mengungkapkan pikiran, perasaan, sikap dan keyakinan menggunakan lambang-lambang bahasa tertulis secara logis dan sistematis.


(16)

9

2.2.2 Tujuan Menulis

Ada sekian banyak tujuan menulis. Sehubungan dengan tujuan penulisan suatu tulisan, seorang ahli merangkumnya sebagai berikut.

1. Tujuan penugasan (assignment purpose).

Tujuan penugasan ini sebenarnya tidak mempunyai tujuan sama sekali. Penulis menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan atas kemuan sendiri (misalnya para siswa yang diberi tugas merangkumkan buku; sekretaris yang ditugaskan membuat laporan, notulen rapat).

2. Tujuan altruistik (altruistic purpose).

Penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedukaan para pembaca, ingin menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan dan penalarannya, ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu.

3. Tujuan persuasif (persuasive purpose).

Tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan.

4. Tujuan informasional, tujuan penerangan (informational purpose).

Tulisan yang bertujuan memberi informasi atau keterangan atau penerangan kepada para pembaca.

5. Tujuan pernyataan diri (self-expressive purpose)

Tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada para pembaca.


(17)

6. Tujuan kreatif (creatife purpose)

Tujuan ini erat berhubungan dengan tujuan pernyataan diri. Tulisan yang bertujuan mencapai nilai-nilai artistik, nilai-nilai kesenian.

7. Tujuan pemecahan masalah (problem-solving purpose).

Dalam tulisan seperti ini sang penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi. Sang penulis ingin menjelaskan, menjernihkan serta menjelajahi serta meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasannya sendiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh para pembaca (Hipple dalam Tarigan, 1985: 24-25).

Dari beberapa tujuan menulis di atas, menulis puisi termasuk tujuan menulis tujuan kreatif (creatife purpose) yaitu bertujuan mencapai nilai artistik, nilai-nilai kesenian karena menulis puisi merupakan nilai-nilai-nilai-nilai kesenian.

2.2.3 Manfaat Menulis

Banyak manfaat yang dapat dipetik dari menulis. Kemanfaatan itu menurut Suparno dan Yunus (2008: 1.4) di antaranya dalam hal;

1. peningkatan kecerdasan;

2. pengembangan daya inisiatif dan kreativitas; 3. penumbuhan keberanian;

4. pendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi.

Banyak keuntungan praktis bagi siswa yang dapat dipetik dari pelaksanaan tugas atau kegiatan menulis menurut Akhadiah (1988: 1-2) keuntungannya adalah sebagai berikut.


(18)

11

1. Dengan menulis kita dapat lebih mengenali kemampuan dan potensi diri kita. Kita mengetahui sampai di mana pengetahuan kita tentang suatu topik.

2. Melalui kegiatan menulis kita mengembangkan berbagai gagasan.

3. Kegiatan menulis memaksa kita lebih banyak menyerap, mencari, serta mengusai informasi sehubungan dengan topik yang kita tulis.

4. Menulis berarti mengorganisasikan gagasan secara sistematik serta mengungkannya secara tersurat.

5. Melalui tulisan kita akan dapat meninjau serta menilai gagasan kita sendiri secara objektif.

6. Dengan menuliskan di atas kertas kita akan lebih mudah memecahkan permasalahan, yaitu dengan menganalisnya secara tersurat, dalam konteks yang lebih konkret.

7. Tugas menulis mengenai suatu topik mendorong kita belajar secara aktif. 8. Kegiatan menulis yang terencana akan membiasakan kita berpikir serta

berbahasa yang tertib.

2.3 Puisi

2.3.1 Pembelajaran Puisi

Puisi merupakan eskpresi pengalaman batin (jiwa) penyair mengenai kehidupan manusia, alam, dan Tuhan melalui media bahasa yang estetik yang secara padu dan utuh dipadatkan kata-katanya dalam bentuk teks (Zulfahnur, 1998: 79-80). Puisi adalah buah pikiran, perasaan, dan pengalaman penyair yang diekspresikan dengan media bahasa yang khas dan unik (Wetty, 2009: 45). Puisi adalah jenis sastra yang bentuknya dipilih dan ditata dengan cermat sehingga mampu


(19)

mempertajam kesadaran orang akan suatu pengalaman dan membangkitkan tanggapan khusus lewat bunyi, irama, dan makna khusus (Sugono, 2011: 159). Menurut Astuti dan Krisnawati (2008: 10) unsur yang membangun atau mempengaruhi munculnya puisi tersebut ada dua. Pertama unsur yang membangun dari dalam karya sastra sendiri yang disebut dengan unsur intrinsik. Kedua unsur yang membangun dari luar karya tersebut yang disebut dengan unsur ekstrinsik. Kalau kita ingin mengetahui makna sebuah puisi dari dalam (unsur intrinsik), kita harus membaca puisi tersebut sampai dengan selesai.

Dari beberapa pendapat di atas, penulis mengacu pada pendapat Zulfahnur (1998: 79-80), yang mengatakan bahwa puisi adalah ekspresi pengalaman batin (jiwa) penyair mengenai kehidupan manusia, alam, dan Tuhan melalui media bahasa yang estetik, yang secara padu dan utuh dipadatkan. Dikatakan padu karena tidak dapat dipisahkan tanpa dikaitkan dengan unsur lainnya. Unsur-unsur tersebut adalah unsur batin dan unsur fisik. Unsur puisi merupakan segala elemen (bahan) yang dipergunakan penyair dalam membangun puisinya.

2.3.2 Unsur-Unsur yang Membangun Puisi

Unsur puisi sesungguhnya merupakan segala elemen (bahan) yang dipergunakan penyair dalam membangun atau menciptakan puisinya. Segala bahan, baik unsur dalam (imajinasi, emosi, bahasa) maupun unsur luar (objek seni) disintetikkan menjadi satu kesatuan yang utuh oleh penyair menjadi bentuk puisi berupa teks puisi. Unsur-unsur tadi dinyatakan bersifat padu karena tidak dapat dipisahkan tanpa mengaitkan unsur yang lainnya. Unsur-unsur puisi tersebut terdiri dari tema, amanat, diksi, pengimajian, rima, dan majas, larik dan bait.


(20)

13

1) Tema dan Amanat

Tema adalah gagasan pokok yang dikemukakan oleh penyair melalui puisinya. Tema terkadang mengacu kepada penyair. Tema yang banyak terdapat dalam puisi adalah tema ketuhanan (religius), kemanusiaan, cinta, patriotisme, perjuangan, kegagalan hidup, alam, keadilan, kritik sosial, demokrasi, dan kesetiakawanan (Aminudin, 2010: 4). Tema merupakan ide pokok yang menjiwai keseluruhan isi puisi yang mencerminkan persoalan kehidupan manusia, alam sekitar dan dunia metafisis, yang diangkat penyair dari objek seninya (Zulfahnur, 1998: 81).

Amanat, pesan, atau nasihat merupakan kesan yang ditangkap pembaca atau pendengar setelah membaca atau mendengar pembacaan puisi (Aminudin, 2010: 6). Amanat atau pesan merupakan nasihat atau perintah secara halus dari penyair kepada pembacanya. Amanat dalam sebuah puisi dapat disampaikan secara langsung dan tidak langsung. Amanat atau pesan ini sengaja disampaikan oleh pengarang untuk pembaca. Sebuah pesan yang ingin disampaikan penyair pada pembaca disebut amanat puisi (Zulfahnur, 1998: 81). Untuk dapat menyimak pesan-pesan penyair didalam puisinya pembaca mestilah dapat menangkap dan memahami makna lugas dan makna utuh dari puisi.

Makna lugas merupakan makna yang sebenarnya dari kata-kata yang tersurat (eksplisit) di dalam puisi. Makna utuh ialah makna makna keseluruhan dari puisi. Makna utuh dapat berupa pesan-pesan (seperti nilai-nilai kemanusiaan, moral, ide dan gagasan).


(21)

2) Diksi

Diksi (atau diction ) berarti pilihan kata (Tarigan, 1985: 29). Penempatan serta penggunaan kata-kata dalam puisi dilakukan secara hati-hati dan teliti serta lebih tepat. Kata-kata yang dipergunakan dalam dunia persajakan tidak seluruhnya bergantung pada makna denotatif, tetapi nlebih cenderung pada makna denotatif. Konotasi atau nilai kata inilah justru lebih banyak memberi efek bagi para penikmatnya. Pilihan kata yang tepat dapat mencerminkan ruang, waktu, falsafah, amanat, efek, nada sesuatu puisi dengan tepat (Tarigan, 1985: 30). Kemampuan memilih dan menyusun kata amat penting bagi penyair. Sebab, pilihan dan susunan kata yang tepat dapat menghasilkan :

1. Rangkaian bunyi yang merdu.

2. Makna yang dapat menimbulkan rasa estetis (keindahan).

3. Kepadatan bayangan yang dapat menimbulkan kesan mendalam. Misalnya, kata-kata aduhai, mega, berarak, teratak, musyafir, lata, beta, awan

yang terdapat dalam puisi Amir Hamzah yang ebrjudul Buah Rindu II kita ganti dengan sinonim-sinonimnya wahai, awan, beriring, pondok, pengembara, hina, aku, embun, yang sama denotasinya tetapi berbeda konotasinya, maka akan hilanglah keindahan puisi tersebut, dan efeknya akan berubah sama sekali.

3) Pengimajian (citraan)

Pengimajian, yakni penataan kata yang menyebabkan makna-makna abstrak menjadi konkret dan cermat (Aminudin, 2010: 29). Imaji adalah segala yang dirasai atau dialami secara imajinatif (Tarigan, 1985: 30). Citraan/imaji adalah gambaran angan (abstrak) yang dihadirkan menjadi sesuatu yang kongkrit dalam


(22)

15

tatanan kata-kata puisi (Zulfahnur, 1998: 81). Dalam karyanya, sang penyair berusaha sekuat daya agar penikmat dapat melihat, merasakan, mendengar, menyentuh, bahkan kalau perlu mengalami segala sesuatu yang terdapat dalam puisinya.

4) Rima

Rima ialah persajakan atau pola bunyi yang terdapat dalam puisi (Zulfahnur, 1998: 82). Ritme atau irama adalah turun naiknya suara secara teratur, sedangkan rima atau sajak adalah persamaan bunyi (Tarigan, 1985: 34). Irama ialah pertentangan suara tinggi rendah, keras, lembut, panjang pendek, yang berulang-ulang dengan teratur (Husnan, 1987:29).

Di dalam puisi rima mempunyai fungsi menimbulkan irama yang merdu, sehingga memberi kesan estetik pada pendengaran dan perasaan. Selain itu rima berfungsi mengintensifkan dan menyatakan suasana yang digambarkan.

5) Larik dan Bait

Baris atau larik puisi adalah satuan yang pada umumnya lebih besar dari kata dan telah mendukung satuan makna tertentu (Aminudin, 2010: 30). Baris dalam puisi, pada dasarnya merupakan pewadah, penyatu, dan pengemban ide penyair yang diwali lewat kata. Akan tetapi, sesuai dengan keberadaan baris dalam puisi, maka penataan baris juga harus memperhitungkan masalah rima serta penataan pola persajakan. Sebagai salah satu elemen puisi, keberadaan larik di dalamnya tidak dapat dilepaskan antara satu dengan lainnya.

Bait adalah kesatuan larik yang berada dalam satu kelompok dalam rangka mendukung satu kesatuan pokok pikiran, terpisah dari kelompok larik (bait)


(23)

lainnya (Aminudin, 2010: 31). Keberadaan bait sebagai kumpulan larik tidaklah mutlak. Peranan bait dalam puisi adalah membentuk satu kesatuan makna dalam rangka mewujudkan pokok pikiran tertentu yang berbeda dengan satuan makna dalam kelompok larik lainnya.

2.3.3 Jenis-Jenis Puisi

Bentuk-bentuk puisi, yaitu: puisi lama dan puisi baru. Puisi lama dan puisi baru memiliki jenis-jenis sebagai berikut.

2.2.3.1Puisi Lama

Mantera, doa dan bidal dapat dianggap sebagai bentuk puisi lama yang paling tua. Sesudah itu bentuk puisi lama sebenarnya baru kita dapati, seperti: pantun, gurindam, syair dan sebagainya (Husnan, 1987: 32).

Ciri-ciri puisi lama menurut Husnan (1987: 32) adalah sebagai berikut: 1. bersifat statis dan terikat; (bentuk dan sajak tetap, terikat tidak berubah); 2. isinya bersifat didaktis dan religius;

3. kalimat-kalimatnya penuh dengan kata-kata pilihan (kata-kata lama atau kata- kata sukar), bahasa klise, yang lebih diutamakan daripada isinya;

4. merupakan kepandaian atau hasil bersama, mengutamakan kegotong-royongan, bukan perseorangan (karena itu “anonim”).

2.2.3.2 Puisi Baru

Menurut Krisnawati (2008: 7), puisi baru berdasarkan isinya adalah sebagai berikut.

1. Ode : puisi berisi pujian yang ditujukan kepada seseorang (tokoh), bangsa, atau perbuatan kemanusiaan;


(24)

17

2. Hymne : puisi berisi pujian yang ditujukan kepada Tuhan; 3. Elegi : puisi berisi duka nestapa (ratapan);

4. Epigram : puisi yang serba ringkas;

5. Satire : puisi berisi kecaman, ejekan dengan sindiran kasar; 6. Roman : puisi berisi kasih mesra, cinta kasih;

7. Balada : puisi berisi melukiskan suatu cerita atau kisah hidup.

Pada umumnya ciri-ciri puisi baru menurut Husnan (1987: 50) adalah sebagai berikut.

1. Tidak terikat oleh jumlah suku kata (jumlah suku kata pada tiap baris tidak tentu).

2. Tidak terikat oleh sajak (ada yang bersajak sama, sajak silang, sajak peluk, sajak kembar, dan sebagainya, bahkan ada yang bersajak patah).

3. Isinya berupa: pengucapan pribadi.

2.3.4 Langkah-Langkah Menulis Puisi

Dalam menulis puisi ada beberapa langkah yang perlu dipelajari agar dihasilkan suatu puisi yang indah. Menurut Krisnawati (2008: 25) langkah-langkahnya sebagai berikut.

1. Menentukan tema puisi

Memilih tema dapat dilakukan dengan cara:

- Mencatat semua hal yang menarik yang ada di sekitar kita, - Mencatat semua benda yang menarik yang ada di sekitar kita,

- Mencatat semua kenginan kita, baik yang sudah tercapai maupun yang baru diusahakan,


(25)

- Mencatat semua peristiwa yang berkesan (baik yang menyenangkan maupun yang tidak) yang pernah kita alami atau pernah kita lihat dan kita dengar,

- Mencatat semua harapan atau cita-cita kita. 2. Memilih kata

Mendaftar kata yang berhubungan dekat dengan tema yang sudah kita pilih. Kata yang bermakna sama atau sinonim (contoh harum-wangi, senang-bahagia, susah-sedih), lawan kata (suka-duka, tua-muda, siang-malam), kata yang bunyinya mirip (serang, terjang), jenis warna (putih, merah, hitam), jenis-jenis rasa (manis, pahit, getir, asam), jenis-jenis-jenis-jenis rabaan (empuk, keras, kasar), benda-benda di sekitar objek puisi (rumah, halaman, komputer, jam dinding, gunung, sungai).

3. Memilih gaya bahasa

Gaya bahasa yang dipilih adalah gaya bahasa yang dikuasai dan pas dengan maksud kita. Apabila kita tidak suka dengn gaya bahasa jangan memaksakan diri untuk memilih, tanpa gaya bahasa pun puisi dapat juga terkesan indah. 4. Menentukan imaji atau daya bayang

Daya bayang penglihatan, pendengaran dan rabaan yang kita gunakan akan mempermudah pembaca menangkap objek puisi dan pembaca memahami ungkapan perasaan kita.

5. Menyusun baris menjadi bait

Menyusun baris-baris puisi secara bebas tidak terikat oleh bentu-bentuk yang sudah ada. Kita diberi kebebasan dalam menyusun baris puisi secara lurus, zig-zak, atau satu menjorok yang lain menonjol, dan sebagainya.


(26)

19

6. Memeriksa lagi penggunaan kata dan gaya bahasa

Setelah bait puisi tersusun rapi, kita perlu memeriksa kembali penggunaan kata-kata dan gaya bahasanya. Misalnya, apakah kata-kata yang kita gunakan telah sesuai? Apakah gaya bahasa yang digunakan telah tepat? Pemeriksaan ini bertujuan agar tidak ada kesalahan dalam membuat puisi.

7. memberi judul.

Judul puisi boleh ditentukan dari awal penulisan puisi, tetapi boleh juga ditentukan sesudah puisi tersusun sebagai sebuah puisi. Judul puisi haruslah mencerminkan isi puisi secara keseluruhan. Bacalah berulang-ulang puisi yang kita buat dan periksalah apakah judul itu sudah tepat atau perlu diganti.

Selain itu langkah-langkah menulis puisi menurut Aminudin (2010: 52-53) dapat dimulai dengan tahapan berikut.

1. Bagaimana Menulis Puisi

Jika inginterampil menulis puisi, berusahalah menulis puisi sebanyak-banyaknya. Ekspresikan apa yang terdapat dalam pikiran dan perasaan dalam bentuk puisi. Apa yang akan ditulis harus jelas bagi diri sendiri sehingga orang lain juga bisa memahaminya. Pilihan kata juga harus tepat. Perhitungkan logika atas pemilihan kata tersebut.

2. Penentuan Tema Puisi

Setiap puisi mengandung satu pokok persoalan yang hendak dikemukakan penyair. Penyampaian dapat secara nyata atau terselubung, tetapi ada sesuatu yang hendak dikemukakannya. Inilah yang disebut tema.


(27)

3. Penentuan Nada dan Suasana Puisi

Sikap penyair terhadap apa yang diciptakan itulah yang disebut nada. Adapun suasana adalah lingkungan yang dapat dilihat (benda-benda) atau didengar (bunyi-bunyi) atau dirasakan (dalam hati).

4. Pilihan Kata dalam Puisi

Puisi bukan sekedar permainan kata. Puisi terlahir lewat perenungan indra penyair. Baik burukya sebuah puisi terletak pada bagaimana penyair mengolah dan mengombinasikan ide dengan bahasanya (pilihan katanya) yang disampaikan melalui pengalaman puitisnya.

5. Imaji dalam Puisi

Penyair berusaha menjadikan sesuatu yangs semula abstrak menjadi konkret sehingga dapat dengan mudah ditangkap oleh pancaindra. Dengan demikian, apa yang dapat dilihat, didengar atau dirasakan pembaca melalui puisinya.

6. Penulisan Puisi

Puisi adalah karya sastra yang terdiri atas larik-larik. Larik-larik dalam puisi yang mempunyai pertalian makna akan membentuk sebuah bait. Puisi dapat terdiri atas satu bait atau beberapa bait.

7. Penyempurnaan Puisi

Puisi yang telah ditulis harus disempurnakan dengan membaca kembali secara keseluruhan untuk memahami maknanya.

2.4 Media dalam Pembelajaran

Media sebagai salah satu sumber belajar ikut membantu guru memperkaya wawasan anak didik. Berikut akan dijelaskan pengertian media, fungsi dan manfaat media.


(28)

21

2.4.1 Pengertian Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa latin, yang bentuk tunggalnya adalah medium. Dalam hal ini, kita membatasi pengertian media dalam dunia pendidikan saja, yakni media yang digunakan sevagai alat dan bahan kegiatan pembelajaran. Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran) sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan peserta didik dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran (Daryanto, 2011: 5). Media adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, yang dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kamauan siswa sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada dirinya (Wetty, 2004: 55). Media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pengajaran (Djamarah dan Zain, 2010: 121).

Pendapat lain mengemukakan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima yang dapat merangsang pikiran, perasaan, kemauan, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi (Sadiman dkk, 2011: 7). Secara harfiah media diartikan sebagai medium atau perantara. Media adalah wahana penyalur pesan pembelajaran (Hernawan, 2010: 11.18).

Dari berbagai pendapat di atas, penulis mengacu pada pendapat yang mengemukakan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima yang dapat merangsang pikiran, perasaan, kemauan, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi (Sadiman dkk, 2011: 7).


(29)

2.4.2 Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran

Menurut Daryanto (2011: 4-5) media pembelajaran bermanfaat sebagai berikut. 1. Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis.

2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga, dan daya indra.

3. Menimbulkan gairah belajar, berinteraksi secara langsung antara peserta didik dan sumber belajar.

4. Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori, dan kinestetiknya.

5. Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman, dan menimbulkan persepsi yang sama.

6. Proses pembelajaran mengandung lima komponen komunikasi, yaitu guru (komunikator), bahan pembelajaran, media pembelajaran, peserta didik (komunikan), dan tujuan pembelajaran.

Manfaat praktis penggunaan media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar, menurut Arsyad (2010: 26) adalah sebagai berikut.

1. Media pengajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dari hasil belajar.

2. Media pengajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.


(30)

23

4. Media pengajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat dan lingkungannya. Media pendidikan mempunyai fungsi dan manfaat yang sangat penting bagi keberlangsungan proses belajar mengajar di kelas. Menurut Hamalik (dalam Arsyad, 2010: 15) pemakaian media pengajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat, serta motivasi dan rangsangan kegiatan belajar. Media pengajaran bahkan membawa pengaruh-pergaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media terhadap orientasi pengajaran akan sangat membantu keefektifan proses pengajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Di samping membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pengajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, :nenyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, serta memadatkan informasi.

2.4.3 Media Gambar

Gambar adalah bahasa bentuk atau rupa yang umum (Daryanto, 2011: 18). Gambar merupakan media visual yang paling sering digunakan dalam proses pembelajaran. Jenis media inilah yang sering digunakan oleh guru-guru untuk membantu menyampaikan isi atau materi pelajaran. Media visual ini terdiri atas media yang dapat diproyeksikan dan media yang tidak dapat diproyeksikan. Media yang dapat diproyeksikan ini dapat berupa gambar diam atau bergerak (Hernawan, 2010: 11.20). Gambar merupakan media visual yang paling sering


(31)

digunakan dalam proses pembelajaran.Gambar menyajikan ilustrasi yang hampir sama dengan kenyataan dari sesuatu objek dan situasi (Arsyad, 2010: 106).

2.4.4 Tujuan Pemakaian Media Gambar

Ada beberapa tujuan dalam pemakaian media gambar menurut Wetty (2004: 71) antara lain sebagai berikut: a) untuk menerjemahkan simbol verbal, b) memper-kaya bacaan, c) untuk membangkitkan motivasi belajar, d) memperbaiki kesan-kesan yang salah, e) merangkum suatu unit bacaan, f) menyentuh dan menggerak-kan emosi.

a) Menerjemahkan simbol verbal artinya dengan kata-kata lisan yang mungkin abstrak dapat digambarkan dan dibantu dengan penggunaan media sehingga verbalisme dapat diminimalkan atau bahkan ditiadakan.

b) Memperkaya bacaan maksudnya adalah dapat digunakan melatih siswa mengeja dan memperkaya kosa kata. Gambar tersebut menjadi petunjuk dan rangsangan bagi siswa untuk memberikan respon yang diinginkan.

c) Membangkitkan motivasi belajar. Artinya, media gambar dapat menumbuhkan ketertarikan siswa sehingga membangkitkan motivasi belajar siswa.

d) Memperbaiki kesan-kesan yang salah. Artinya, suatu gambar yang sulit untuk dideskripsikan dengan kata-kata akan menjadi mudah dan sederhana bila dengan menggunakan gambar atau tiruanya diperlihatkan kepada siswa. e) Merangkum suatu unit bacaan. Misalnya, guru ingin menjelaskan tentang

daur hidup kupu-kupu mulai dari larva/ulat. Agar lebih konkret, guru dapat membuat atau memperlihatkan gambar tentang proses terbentuknya


(32)

kupu-25

kupu. Tanpa guru menjelaskan panjang-lebar, siswa akan menjadi lebih mengerti tentang daur hidup kupu-kupu dari media yang diperlihatkan guru. f) Menyentuh dan menggerakkan emosi. Artinya, suatu media gambar yang

digunakan guru di depan kelas, siswa akan memperoleh pengalaman sosial dan emosional.

2.4.5 Kriteria Memilih Gambar sebagai Media Pembelajaran

Menurut Wetty (2004: 72), kriteria pemilihan gambar untuk pembelajaran perlu memperhatikan beberapa kriteria sebagai berikut.

1) Apakah gambar itu akan membantu guru dalam mencapai tujuan pem-belajaran?

2) Apakah gambar itu menyajikan tanggapan yang benar?

3) Apakah gambar itu memberikan kesan yang benar mengenai ukuran relatif? 4) Apakah gambar itu akan menambah wawasan anak?

5) Apakah gambar itu akan merangsang imajinasi anak? 6) Apakah gambar itu dalam segi teknis maupun artistik baik?

7) Apakah gambar itu memusatkan perhatian terhadap suatu ide tertentu?. 8) Apakah gambar itu menunjukkan detail secara tepat?.

Menurut Sadiman dkk (2011: 31-32) ada enam syarat yang perlu dipenuhi gambar yang baik sehingga dapat dijadikan sebagai media pembelajaran.

1) Autentik

Gambar tersebut harus secara jujur melukiskan situasi seperti kalau orang melihat benda sebenarnya.


(33)

2) Sederhana

Komposisi gambar hendaknya cukup jelas menunjukkan poin-poin pokok dalam gambar.

3) Ukuran relatif

Gambar dapat membesarkan atau memperkecil objek atau benda sebenarnya 4) Gambar sebaiknya mengandung gerak atau perbuatan.

Gambar yang baik tidaklah menunjukkan objek dalam keadaan diam tetapi memperlihatkan aktivitas tertentu.

5) Gambar yang bagus belum tentu baik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Walaupun dari segi mutu kurang, gambar karya siswa sendiri sering kali lebih baik.

6) Tidak setiap gambar yang bagus merupakan media yang bagus. Sebagai media yang baik, gambar hendaklah bagus dari sudut seni dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa gambar merupakan media yang murah dan mudah, dan besar artinya untuk mempertinggi nilai pengajaran, karena dengan gambar pengalaman dan pengertian anak menjadi lebih luas, lebih jelas, dan tidak mudah dilupakan.

2.4.6 Kelebihan Media Gambar

Media gambar dalam pembelajaran menurut Sadiman dkk (2011: 29-31) mempunyai kelebihan-kelebihan sebagai berikut.


(34)

27

a) Gambar bersifat konkret.

Melalui gambar para siswa dapat melihat dengan jelas sesuatu yang sedang dibicarakan atau didiskusikan dalam kelas.

b) Gambar mengatasi ruang-ruang dan waktu.

Maksudnya dengan media gambar siswa tidak harus mendatangi kebun binatang untuk melihat berbagai jenis binatang secara langsung karena itu akan menghabiskan banyak waktu dan biaya. Dengan media gambar siswa melihat jenis-jenis binatang jelas dan efisien.

c) Gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan.

d) Gambar dapat memperjelas suatu masalah dalam bidang apa saja dan untuk tingkat usia berapa saja, sehingga dapat mencegah atau membetulkan kesalahpahaman.

e) Gambar harganya murah dan gampang didapat serta digunakan.

2.4.7 Kekurangan Media Gambar

Penggunaan media gambar dalam pembelajaran selain mempunyai kelebihan-kelebihan juga mempunyai kelemahan. Menurut Sadiman dkk (2011: 31), kekurangan media gambar adalah sebagai berikut.

1. Gambar hanya menekan persepsi mata. Maksudnya, siswa hanya dapat melihat hal-hal yang ditampilkan dalam gambar tanpa dapat mendengar apa yang diceritakan , misalnya gambar orang utan, siswa tidak dapat mendengar suara dari orang utan tersebut.

2. Gambar benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran. Maksudnya gambar yang terlalu penuh atau banyak objeknya akan membutuhkan waktu yang tidak sedikit karena siswa harus melukiskan


(35)

keadaan pada gambar dengan sangat rinci dan tidak selesai dalam waktu yang ditentukan yang hanya 2 jam pelajaran. Dalam penelitian ini gambar yang disediakan penulis adalah gambar yang ringan dan tidak terlalu kompleks. 3. Ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar.

Maksudnya gambar yang ada tidak sesuai dengan kelas normal.

2.4.8 Syarat-Syarat untuk Memilih Media Gambar

1. Gambar harus bagus, jelas dan menarik, mudah dimengerti dan cukup besar untuk memperhatikan detail.

2. Apa yang tergambar harus cukup pentingdan cocok untuk hal yang dipelajari atau masalah yang sedang dihadapi.

3. Gambar harus benar dan autentik, artinya menggambarkan situasi yang serupa jika dilihar dalam keadaan yang sebenarnya.

4. Kesederhanaan, maksudnya hindari gambar yang rumit dan sulit. 5. Gambar harus sesuai dengan kecerdasan yang melihatnya.

6. Warna, walaupun tidak mutlak, dapat meningkatkan nilai sebuah gambar. Menjadikannya lebih realistis dan merangsang minat untuk melihatnya.

7. Perhatikan ukuran perbandingan. (Danim dalam Nurazizah, 2007: 36).

2.4.9 Jenis-Jenis Media Gambar

Menurut Arsyad (2010: 113) media gambar termasuk foto, lukisan atau gambar dan sketsa (gambar garis). Tujuan utama penampilan berbagai jenis gambar ini adalah untuk memvisualisasikan konsep yang ingin disampaikan kepada siswa. Selanjutnya menurut Sadiman (2011: 29) media gambar termasuk dalam media grafis selain sketsa, diagram, bagan atau chart, grafik, poster, kartun, dan peta dan


(36)

29

globe. Sedangkan menurut Djamarah dan Zain (2010: 124) jenis media gambar antara lain foto, lukisan, dan cetakan.

2.3.10 Media Gambar dalam Pembelajaran Menulis Puisi

Langkah-langkah pelaksanaan menulis puisi melalui media gambar berpedoman pada pendapat Munaris (2012: 61-63) sebagai berikut.

Langkah 1 adalah menulis apa yang tampak di gambar (mendeskripsikan gambar)

Anak-anak ramai berkumpul di api unggun. Bajunya hijau muda dan orange. Perpaduan yang cerah. Mereka bergembira. Bernyayi bersama dan bersorak-sorak. Wajahnya polos ceria.

Langkah 2 adalah memisahkan kalimat menjadi baris-baris. Anak-anak ramai.

Berkumpul di api unggun. Bajunya hijau muda dan oranye. Perpaduan yang cerah.

Mereka bergembira.

Bernyayi bersama dan bersorak-sorak. Wajahnya polos ceria.

Dengan menderetkan per kalimat ke bawah, dari segi penampilan sudah terbentuk puisi. Apalagi bila diberi judul dan tanda titik dibuang.


(37)

Langkah 3 adalah memadatkan kalimat Bergembira

Anak-anak ramai Di api unggun Hijau muda orannye Cerah

Gembira

Nyanyi, bersorak-sorak Polos, ceria

Langkah 4 adalah mengisi roh dan mengolah/menambah/mengurangi/mengganti/ memindah bagian-bagian puisi.

Bergembira Ramai,

Api unggun

Merah kuning hijau Cerah gembira Nyayi


(38)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

3.1Rancangan Penelitian

Pada penelitian ini rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) dengan empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Tindakan penelitian yang bersifat spiral tersebut dapat digambarkan siklus model Hopkins dalam Muslich (2011: 150).

Gambar 3.1 Siklus model Hopkins dalam Muslich (2011: 150)

Plan

Reflective

Action/

Observation

Reflective

Reflective

Action/

Observation

Action/

Observation

Revised

Plan

Revised

Plan


(39)

Kegiatan pertama penelitian didahulukan dengan menemukan masalah dan berupaya mencari solusi berupa perencanaan perbaikan (perenungan). Dilanjutkan dengan tindakan yang telah direncanakan disertai dengan observasi kemudian refleksi melalui diskusi antara peneliti dan siswa (jika diperlukan) sehingga menghasilkan perbaikan untuk tindakan selanjutnya pada siklus-siklus berikutnya. Penelitian tindakan kelas ini bercirikan adanya perubahan yang akan berlangsung secara terus menerus. Apabila pembelajaran menulis puisi melalui media gambar belum meningkat pada siklus pertama, penulis akan merencanakan tindakan siklus kedua, dan seterusnya sampai tercapai hasil yang diharapkan. Dengan demikian, jumlah siklus tidak terikat dan tidak ditentukan sampai siklus tertentu.

3.2Setting Penelitian

Setting adalah tempat dan waktu pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan guru dalam proses pembelajaran.

3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SMP Taman Siswa Gedongtataan Pesawaran tahun pelajaran 2012/2013.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tahun pelajaran 2012/2013. Penelitian ini dilakukan sesuai dengan jadwal pelajaran bahasa Indonesia di kelas VIIB dan berlangsung hingga mencapai indikator yang telah ditentukan.


(40)

33

3.2.3 Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah siswa kelas VIIB SMP Taman Siswa Gedongtataan, Kabupaten Pesawaran tahun pelajaran 2012/2013 berjumlah 25 siswa, yang terdiri atas 11 laki-laki dan 14 perempuan.

3.3Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah meningkatnya kemampuan menulis puisi pada siswa yang ditunjukkan dengan perolehan nilai tes tertulis disetiap akhir siklus mencapai 80% mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang berlaku di sekolah yaitu 65.

3.4Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian menekankan pada perbaikan proses pembelajaran yang dilaksanakan seiring dengan kegiatan pembelajaran yang telah diprogramkan di sekolah.

3.4.1 Perencanaan

Pada tahap ini langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.

1) Melakukan observasi awal untuk melihat pembelajaran Bahasa Indonesia yang selama ini berlangsung di kelas VIIB SMP Taman Siswa Gedongtataan serta melihat hasil belajar siswa.

2) Menyusun rancana pelaksanaan pembelajaran (RPP). 3) Membuat instrument penelitian dalam menulis puisi.


(41)

3.4.2 Tindakan

Pelaksanaan setiap siklus dilaksanakan secara umum mengikuti prosedur sebagai berikut.

1. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sudah disiapkan.

2. Melaksanakan pengamatan terhadap siswa oleh observer.

3. Mencatat semua peristiwa selama pembelajaran dengan instrumen penelitian. 4. Mengumpulkan data hasil pengamatan dari observer.

5. Mendiskusikan temuan-temuan dalam pembelajaran dan refleksi.

6. Proses tindakan berlangsung di kelas pada jam pelajaran bahasa Indonesia selama 2 kali pertemuan ( 4 × 40 menit ).

a. Pembelajaran Siklus 1

Pertemuan Pertama 1. Kegiatan Awal

a) Guru mengondisikan kelas.

b) Guru menginformasikan tujuan pembelajaran.

c) Guru mengadakan apersepsi yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari.

2. Kegiatan Inti

a) Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang pengertian menulis puisi. b) Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang jenis-jenis puisi

c) Guru menjelaskan tentang unsur-unsur puisi. d) Siswa mengamati gambar.


(42)

35

f) Siswa berlatih menulis puisi berdasarkan pengamatan.

g) Guru menanyakan kesulitan yang dihadapi siswa dalam menentukan pilihan kata dan rima dalam menulis puisi.

3. Kegiatan Akhir

Guru dan siswa melakukan refleksi hasil pembelajaran menulis puisi. Pertemuan Kedua

1. Kegiatan Awal

a) Guru mengondisikan kelas.

b) Guru menginformasikan tujuan pembelajaran.

c) Guru mengadakan apersepsi yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari.

2. Kegiatan Inti

a) Guru bertanya jawab dengan siswa tentang pilihan kata dan rima dalam menulis puisi.

b) Guru membagikan gambar tentang keindahan alam, siswa mengamati keindahan alam.

c) Siswa menulis larik-larik puisi

d) Siswa menulis puisi dengan pilihan kata yang tepat dan rima yang menarik.

3. Kegiatan Akhir


(43)

3.4.3 Observasi

Observasi terhadap pelaksanaan tindakan dilakukan berdasarkan pengamatan di kelas. Observasi digunakan untuk mengetahui apakah dengan media pembelajaran, pembelajaran di kelas lebih efektif, apa pengaruhnya, dan bagaimana pembelajarannya yang akan dijalani.

3.4.4 Refleksi

Hasil yang didapat dari tahap pelaksanaan dan evaluasi dikumpulkan serta dianalisis dalam tahap ini. Dari hasil observasi, guru merefleksi diri apakah kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan dapat meningkatkan hasil belajar siswa beserta kendala yang dihadapi. Hasil analisis data yang dilaksanakan ini digunakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus kedua dan rencana perbaikan tindakan untuk siklus kedua.

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat bantu bagi peneliti dalam mengumpulkan data. Penelitian ini menggunakan beberapa instrumen yang disesuaikan dengan sifat data yang diambil, seperti: lembar observasi, tes hasil belajar.

1.5.1 Instrumen Observasi Siswa

Data aktivitas siswa diperoleh dari lembar observasi yang diamati selama kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia melalui teknik pelatihan berlangsung di sekolah.


(44)

37

Tabel 3.1 Instrumen Observasi Siswa No Unsur yang

Dinilai Kriteria Penilaian Skor

Skor Maks

1. Aktivitas Visual

Semua siswa terlihat aktif memperhatikan dan mengamati gambar, contoh dan penjelasan.

Ada 1-3 siswa yang tidak aktif memperhatikan dan mengamati gambar, contoh dan penjelasan.

Ada 4-6 siswa yang tidak aktif memperhatikan dan mengamati gambar, contoh dan penjelasan.

Ada 7-9 siswa yang tidak aktif memperhatikan dan mengamati gambar, contoh dan penjelasan.

Ada >10 siswa yang tidak aktif memperhatikan dan mengamati contoh dan penjelasan.

5 4 3 [ 2 1 5

2. Aktivitas Lisan

Semua siswa terlihat aktif bertanya, dan mengeluarkan pendapat.

Ada 1-3 siswa yang tidak aktif bertanya, dan mengeluarkan pendapat.

Ada 4-6 siswa yang tidak aktif bertanya, dan mengeluarkan pendapat.

.Ada 7-9 siswa yang tidak aktif bertanya, dan mengeluarkan pendapat .

Ada >10 siswa yang tidak aktif bertanya, dan mengeluarkan pendapat .

5 4 3 2 1 5

3. Aktivitas

Mendengarkan

Semua siswa aktif mendengarkan uraian dan peenjelasan.

Ada 1-3 siswa yang tidak aktif mendengarkan uraian dan penjelasan.

Ada 4-6 siswa yang tidak aktif mendengarkan uraian dan penjelasan.

Ada 7-9 siswa yang tidak aktif mendengarkan uraian dan penjelsan.

Ada lebih dari 10 siswa yang tidak aktif mendengarkan uraian dan penjelsan.

5 4 3 2 1 5


(45)

4.

Aktivitas

Menulis

Semua siswa mandiri dalam menulis puisi.

Ada 1-3 siswa yang tidak mandiri dalam menulis puisi.

Ada 4-6 siswa yang tidak mandiri dalam menulis puisi.

Ada 7-9 siswa yang tidak mandiri dalam menulis puisi.

Ada lebih dari 10 siswa yang tidak mandiri dalam menulis puisi. 5 4 3 [ 2 1 5

5. Aktivitas Emosi

Semua siswa terlihat antusias, gembira dan bersemangat.

Ada 1-3 siswa yang tidak antusias, gembira dan bersemangat.

Ada 4-6 siswa yang tidak antusias, gembira dan bersemangat.

.Ada 7-9 siswa yang tidak antusias, gembira dan bersemangat.

Ada >10 siswa yang tidak antusias, gembira dan bersemangat. 5 4 3 2 1 5

Aktivitas belajar menurut Sardiman (2006: 96)

3.5.2 Instrumen Penilaian Kegiatan Menulis Puisi

Tabel 3.2 Instrumen Penilaian Kemampuan Menulis Puisi

No Indikator Deskripsi Penilaian Skor Skor

Maksimal 1 Judul Judul puisi sangat sesuai dengan isi

puisi. Judul provokatif dan singkat. Judul puisi sesuai dengan isi puisi. Judul provokatif dan singkat.

Judul puisi kurang sesuai dengan isi puisi. Judul kurang provokatif namun singkat.

Judul puisi tidak sesuai dengan isi puisi. Judul tidak provokatif dan panjang.

Tidak ada judul.

5 4 3 2 1 5


(46)

39

2 Tema Tema menunjukkan gagasan atau ide tentang tema yang dipilih dan selaras dengan unsur-unsur lain.

Tema hampir menunjukkan gagasan atau ide tentang tema yang dipilih dan selaras dengan unsur-unsur lain. Tema cukup menunjukkan gagasan atau ide tentang tema yang dipilih dan selaras dengan unsur-unsur lain. Tema kurang menunjukkan gagasan atau ide tentang tema yang dipilih dan selaras dengan unsur-unsur lain.

Tema tidak menunjukkan gagasan atau ide tentang tema yang dipilih dan selaras dengan unsur-unsur lain.

5 4 3 2 1 5

3 Diksi Seluruh kata sesuai dengan tema puisi Terdapat 1-3 kata yang tidak sesuai dengan tema puisi

Terdapat 4-6 kata tidak sesuai dengan tema puisi

Terdapat > 7 kata tidak sesuai tema puisi

Keseluruhan kata tidak sesuai dengan tema puisi 5 4 3 2 1 5

4 Rima Rima menimbulkan irama yang sangat merdu, sehingga memberi kesan estetik pada pendengaran dan perasaan. Rima menimbulkan irama yang merdu, sehingga memberi kesan estetik pada pendengaran dan perasaan.

Rima menimbulkan irama cukup merdu, sehingga memberi kesan cukup estetik pada pendengaran dan perasaan.

5

4

3


(47)

Rima menimbulkan irama yang kurang merdu, sehingga memberi kesan kurang estetik pada pendengaran dan perasaan. Rima menimbulkan irama yang tidak merdu, sehingga memberi kesan tidak estetik pada pendengaran dan perasaan.

2

1

3.5.3 Instrumen Proses Pembelajaran oleh Guru

Data aktivitas guru diperoleh dari lembar observasi yang diamati selama kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia melalui media gambar berlangsung di sekolah. Table 3.3 Instrumen Proses Pembelajaran oleh Guru

No Aspek Skor

1 2 3 4 5

I PRAPEMBELAJARAN

1.Mempersiapkan siswa untuk belajar 2. Melakukan kegiatan apersepsi

II KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN

A Penguasaan Materi Pembelajaran

3.Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran 4.Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan

5.Menyampaikan materi dengan jelas, sesuai dengan hirarki belajar dan karakteristik siswa 6.Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan

B Pendekatan/Strategi Pembelajaran

7.Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan karakteristik siswa

8.Melaksanakan pembelajaran secara runtut 9.Menguasai kelas

10.Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual

11.Melaksanakan pembelajaran yang

memungkinkan tumbuhnya kebiasaan posit 12.Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan


(48)

41

C Pemanfaatan Sumber Belajar/Media Pembelajaran

13.Menggunakan media secara efektif dan efesien 14.Menghasilkan pesan yang menarik

15.Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media

D Pembelajaran yang Memicu dan Memilihara Keterlibatan Siswa

16.Menumbuhkan partisipasi siswa dalam pembelajaran

17.Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa

18.Menumbuhkan kerjasama dan antusiasme siswa dalam belajar

E Penilaian Proses dan Hasil Belajar

19.Memantau kemajuan belajar selama proses 20.Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan)

F Penggunaan Bahasa

21.Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik, dan benar

22.Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai

III PENUTUP

23.Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa

24.Melaksanakan tindak lanjut dengan

memberikan arahan, atau kegiatan, atau tugas sebagai bagian remedial/pengayaan

Jumlah

Nilai setiap aspek yang teramati dikonversikan dengan pedoman Nurgiyantoro (1987:211): Kriteria A, nilai 85%-100% dengan predikat baik sekali. Kriteria B, nilai 75%-84% dengan predikat baik. Kriteria C, nilai 60%-74% dengan predikat cukup.Kriteria D, nilai 40%-59% dengan predikat kurang. Kriteria E, nilai 0%-39 dengan predikat gagal.


(49)

3.6 Teknik Analisis Data

Cara penulis gunakan dalam menganalisis data pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Penulis melakukan penilaian terhadap kemampuan siswa dalam menulis puisi dengan membaca secara keseluruhan teks puisi yang telah ditulis oleh siswa.

2. Menjumlahkan skor peulisan puisi berdasarkan tolok ukur penilaian dalam tabel 3.3.

3. Menghitung rata-rata kemampuan siswa menulis puisi melalui media gambar.

Keterangan:

X = skor rata-rata

∑ X = jumlah skor hasil kemampuan menulis puisi melalui media gambar

N = jumlah siswa

4. Menentukan tingkat kemampuan siswa berdasarkan tolok ukur yang digunakan.

Tabel 3.5 Tolok Ukur Kemampuan Menulis Puisi melalui Media Gambar

No Rentang Nilai Keterangan

1 80-100 Baik Sekali

2 66-79 Baik

3 56-65 Cukup

4 40-55 Kurang

5 30-39 Gagal


(50)

80

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan analisis terhadap hasil penelitian tindakan kelas ini, kesimpulan secara umum adalah “bahwa pemanfaatan media gambar dapat meningkatkan ke-mampuan menulis puisi siswa kelas VII-B di SMP Taman Siswa Tahun Pelajaran 2012/2013”.

Selanjutnya kesimpulan secara khusus adalah sebagai berikut.

1. Perencanaan pembelajaran melalui media gambar siswa lebih bersemangat dan antusias dalam menulis puisi. Hal ini dapat dicermati berdasarkan hasil kegiatan refleksi pada siklus I, dari 25 siswa sebanyak 14 siswa tuntas, sedangkan pada siklus II 90% siswa tuntas.

2. Pelaksanaan pembelajaran melalui media gambar dapat meningkatkan aktivi-tas belajar siswa dalam menulis puisi siswa kelas VII-B SMP Taman Siswa Tahun Pelajaran 2012/2013. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran menulis puisi secara keseluruhan pada siklus I, aktivitas positif siswa mencapai 73%, sedangkan pada siklus II akttivitas positif siswa menjadi 93%.

3. Penilaian pembelajaran melalui media gambar hasil kemampuan menulis puisi siswa sangat baik. Hal ini terbukti dari hasil nilai rata-rata 62,6 pada siklus I,


(51)

siswa yang tuntas sebanyak 54%, sedangkan siswa yang tidak tuntas adalah 46% pada siklus I. Nilai rata-rata pada siklus II adalah 74,40, siswa yang tuntas sebanyak 90%, sedangkan siswa yang tidak tuntas sebanyak 10%. Angka ini mengindikasikan bahwa secara klasikal media gambar dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis puisi.

5.2 Saran

Berkaitan dengan hasil penelitian ini, ada empat saran khususnya untuk guru Bahasa Indonesia SMP. Saran ini akan lebih terimplementasi jika kondisi kelas yang diajar lebih kurang menyerupai kelas tempat penelitian dilaksanakan.

1. Diharapkan kepada guru Bahasa Indonesia agar memanfaatkan media gambar sebagai salah satu media dalam pembelajaran bahasa Indonesia karena media gambar dapat membangkitkan semangat siswa dalam pembelajaran khususnya menulis puisi.

2. Dalam pembelajaran, guru hendaknya merencanakan dalam memperhatikan kebutuhan lingkungan siswa, strategi, metode, media, evaluasi, agar siswa lebih aktif dalam pembelajaran untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa. Media gambar dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam media pembelajaran.

3. Untuk meningkatkan, kompetensi siswa dalam menulis puisi, hendaknya guru menyusun rencana pembelajaran yang efektif, kreatif, dan inovatif.


(52)

DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah, Sabarti. 1988. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia.

Jakarta: Erlangga.

Aminudin. 2010. Mahir Menulis Puisi. Jakarta: Sketsa Aksara Lalitya.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arsyad, Ashar. 2010. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Daryanto. 2011. Media Pembelajaran. Bandung: Satu Nusa.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. 2010. Strategi Belajar Mengajar.

Jakarta: Rineka Cipta.

Hernawan, Asep Herry. 2010. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran.

Jakarta: Universitas Terbuka.

Husnan, Ema. 1987. Apresiasi Sastra Indonesia. Bandung: Angkasa Bandung. Krisnawati, Erlin. 2008. Menulis Puisi. Jakarta: Pacu Minat Baca.

Munaris. 2012. Pembelajaran Menulis Puisi Lingua Scientia Jurnal Bahasa.Volume 4 No 2.Tulungagung: STAIN.

Muslich, Masnur. 2011. Melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas Itu Muda.

Jakarta: Bumi Aksara.

Riyanto, Yatim. 2009. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sadiman dkk. 2011. Media Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Santosa, Puji. 2008. Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta: Universitas Terbuka.


(53)

Sardiman, A. M. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajagrafindo.

Suliani, Ni Nyoman Wetty. 2004. Pengembangan Silabus Berbasis Kompetensi dan Media Pembelajaran Bahasa Indonesia. Lampung: Unila.

... 2009. Perencanaan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Lampung: Unila.

Tarigan, Henry Guntur. 1985. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.

Bandung: Angkasa Bandung.


(1)

C Pemanfaatan Sumber Belajar/Media Pembelajaran

13.Menggunakan media secara efektif dan efesien 14.Menghasilkan pesan yang menarik

15.Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media D Pembelajaran yang Memicu dan Memilihara

Keterlibatan Siswa

16.Menumbuhkan partisipasi siswa dalam pembelajaran

17.Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa

18.Menumbuhkan kerjasama dan antusiasme siswa dalam belajar

E Penilaian Proses dan Hasil Belajar

19.Memantau kemajuan belajar selama proses 20.Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan)

F Penggunaan Bahasa

21.Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik, dan benar

22.Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai

III PENUTUP

23.Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa

24.Melaksanakan tindak lanjut dengan

memberikan arahan, atau kegiatan, atau tugas sebagai bagian remedial/pengayaan

Jumlah

Nilai setiap aspek yang teramati dikonversikan dengan pedoman Nurgiyantoro (1987:211): Kriteria A, nilai 85%-100% dengan predikat baik sekali. Kriteria B, nilai 75%-84% dengan predikat baik. Kriteria C, nilai 60%-74% dengan predikat cukup.Kriteria D, nilai 40%-59% dengan predikat kurang. Kriteria E, nilai 0%-39 dengan predikat gagal.


(2)

42

3.6 Teknik Analisis Data

Cara penulis gunakan dalam menganalisis data pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Penulis melakukan penilaian terhadap kemampuan siswa dalam menulis puisi dengan membaca secara keseluruhan teks puisi yang telah ditulis oleh siswa.

2. Menjumlahkan skor peulisan puisi berdasarkan tolok ukur penilaian dalam tabel 3.3.

3. Menghitung rata-rata kemampuan siswa menulis puisi melalui media gambar.

Keterangan:

X = skor rata-rata

∑ X = jumlah skor hasil kemampuan menulis puisi melalui media gambar

N = jumlah siswa

4. Menentukan tingkat kemampuan siswa berdasarkan tolok ukur yang digunakan.

Tabel 3.5 Tolok Ukur Kemampuan Menulis Puisi melalui Media Gambar

No Rentang Nilai Keterangan

1 80-100 Baik Sekali

2 66-79 Baik

3 56-65 Cukup

4 40-55 Kurang

5 30-39 Gagal


(3)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan analisis terhadap hasil penelitian tindakan kelas ini, kesimpulan secara umum adalah “bahwa pemanfaatan media gambar dapat meningkatkan ke-mampuan menulis puisi siswa kelas VII-B di SMP Taman Siswa Tahun Pelajaran 2012/2013”.

Selanjutnya kesimpulan secara khusus adalah sebagai berikut.

1. Perencanaan pembelajaran melalui media gambar siswa lebih bersemangat dan antusias dalam menulis puisi. Hal ini dapat dicermati berdasarkan hasil kegiatan refleksi pada siklus I, dari 25 siswa sebanyak 14 siswa tuntas, sedangkan pada siklus II 90% siswa tuntas.

2. Pelaksanaan pembelajaran melalui media gambar dapat meningkatkan aktivi-tas belajar siswa dalam menulis puisi siswa kelas VII-B SMP Taman Siswa Tahun Pelajaran 2012/2013. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran menulis puisi secara keseluruhan pada siklus I, aktivitas positif siswa mencapai 73%, sedangkan pada siklus II akttivitas positif siswa menjadi 93%.

3. Penilaian pembelajaran melalui media gambar hasil kemampuan menulis puisi siswa sangat baik. Hal ini terbukti dari hasil nilai rata-rata 62,6 pada siklus I,


(4)

79

siswa yang tuntas sebanyak 54%, sedangkan siswa yang tidak tuntas adalah 46% pada siklus I. Nilai rata-rata pada siklus II adalah 74,40, siswa yang tuntas sebanyak 90%, sedangkan siswa yang tidak tuntas sebanyak 10%. Angka ini mengindikasikan bahwa secara klasikal media gambar dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis puisi.

5.2 Saran

Berkaitan dengan hasil penelitian ini, ada empat saran khususnya untuk guru Bahasa Indonesia SMP. Saran ini akan lebih terimplementasi jika kondisi kelas yang diajar lebih kurang menyerupai kelas tempat penelitian dilaksanakan.

1. Diharapkan kepada guru Bahasa Indonesia agar memanfaatkan media gambar sebagai salah satu media dalam pembelajaran bahasa Indonesia karena media gambar dapat membangkitkan semangat siswa dalam pembelajaran khususnya menulis puisi.

2. Dalam pembelajaran, guru hendaknya merencanakan dalam memperhatikan kebutuhan lingkungan siswa, strategi, metode, media, evaluasi, agar siswa lebih aktif dalam pembelajaran untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa. Media gambar dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam media pembelajaran.

3. Untuk meningkatkan, kompetensi siswa dalam menulis puisi, hendaknya guru menyusun rencana pembelajaran yang efektif, kreatif, dan inovatif.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah, Sabarti. 1988. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Aminudin. 2010. Mahir Menulis Puisi. Jakarta: Sketsa Aksara Lalitya.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arsyad, Ashar. 2010. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Daryanto. 2011. Media Pembelajaran. Bandung: Satu Nusa.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Hernawan, Asep Herry. 2010. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.

Husnan, Ema. 1987. Apresiasi Sastra Indonesia. Bandung: Angkasa Bandung. Krisnawati, Erlin. 2008. Menulis Puisi. Jakarta: Pacu Minat Baca.

Munaris. 2012. Pembelajaran Menulis Puisi Lingua Scientia Jurnal Bahasa.Volume 4 No 2.Tulungagung: STAIN.

Muslich, Masnur. 2011. Melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas Itu Muda. Jakarta: Bumi Aksara.

Riyanto, Yatim. 2009. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sadiman dkk. 2011. Media Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Santosa, Puji. 2008. Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta: Universitas Terbuka.


(6)

Sugono. 2011. Buku Praktis Bahasa Indonesia.Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Sardiman, A. M. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajagrafindo.

Suliani, Ni Nyoman Wetty. 2004. Pengembangan Silabus Berbasis Kompetensi dan Media Pembelajaran Bahasa Indonesia. Lampung: Unila.

... 2009. Perencanaan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Lampung: Unila.

Tarigan, Henry Guntur. 1985. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa Bandung.