PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 SUKARAME BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

(1)

i

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI

MELALUI PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA

KELAS V SD NEGERI 2 SUKARAME BANDAR LAMPUNG

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

(Penelitian Tindakan Kelas)

DISAJIKAN UNTUK MENCAPAI GELAR

SARJANA PENDIDIKAN

Oleh

SELPANA MENGANO

1013066017

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2012


(2)

ii

ABSTRAK

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI

MELALUI PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 SUKARAME BANDAR LAMPUNG

TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Oleh

Selpana Mengano

Masalah dalam penelitian ini adalah kurangnya hasil belajar dan tingkat kemampuan menulis puisi pada siswa kelas V SD Negeri 2 Sukarame. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan mendeskripsikan peningkatan kemampuan menulis puisi melalui pemanfaatan media gambar pada siswa kelas V SD Negeri 2 Sukarame Bandar Lampung.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan (action research). Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Tiap siklus mempunyai tahap-tahap yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tidakan, (3) observasi atau pengamatan, dan (4) refleksi. Siklus kesatu dan kedua dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Analisis data hasil tes dilakukan dengan menggunakan persentase nilai perolehan siswa untuk seluruh indikator dibagi jumlah skor maksimal. Rerata nilai kemampuan siswa dalam menulis puisi, untuk seluruh unsur instrinsik puisi pada siklus I sebesar 52,15 dan berada pada tingkat kemampuan kurang, sedangkan pada siklus II sebesar 70,15 dan berada pada tingkat kemampuan baik. Untuk penilaian seluruh unsur instrinsik puisi nilai rata-rata yang diperoleh mengalami peningkatan sebesar 18. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rerata


(3)

iii

perolehan siswa pada siklus kedua telah mencapai kriteria ketuntasan minimum untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia yaitu 65. Hal ini membuktikan bahwa pemanfaatan media gambar mampu meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa kelas V SD Negeri 2 Sukarame Tahun Pelajaran 2011/2012.


(4)

iv

MELALUI PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA

KELAS V SD NEGERI 2 SUKARAME BANDAR LAMPUNG

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

(Penelitian Tindakan Kelas)

DISAJIKAN UNTUK MENCAPAI GELAR

SARJANA PENDIDIKAN

Oleh

SELPANA MENGANO

1013066017

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG


(5)

v

Judul PTK : PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 SUKARAME

BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Nama Mahasiswa :

Selpana Mengano

NPM : 1013066017

Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Seni

Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Dra. Ni Nyoman Wetty S., M.Pd. Dr. Wini Tarmini, M. Hum. NIP 19510614198103 2 001 NIP 19641014198903 2 001

2. Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

Dr. Muhammad Fuad, M. Hum. NIP 19590722198603 1 003


(6)

vi

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dra. Ni Nyoman Wetty S., M.Pd. ……….

Sekretaris : Dr. Wini Tarmini, M. Hum.

………

Penguji

Bukan Pembimbing : Eka Sofia Agustina, S.Pd., M.Pd. ……….

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M.Si.

NIP 19600315198503 1 003


(7)

vii

RIWAYAT PENDIDIKAN

Peneliti lahir dari pasangan Bapak Muhammad Ja’far Alamsyah dan Ibu Mas Abina, di Sri Menanti Kabupaten Way Kanan pada tanggal 10 November 1984. Menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 1 Sri Menanti pada tahun 1995. Tahun 1998 penulis lulus dari SMP Negeri 2 Negara Batin dan menamatkan pendidikan tingkat atas pada tahun 2001 di SMU Negeri 1 Pakuan Ratu. Pada tahun yang sama peneliti mendaftarkan diri di Perguruan Tinggi Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan pada Program Studi Diploma 3 Pendidikan Bahasa dan Sastra Daerah Lampung dan lulus pada tahun 2004.

Pada tahun 2006 peneliti diterima sebagai Pegawai Negeri Sipil melalui jalur umum Penerimaan Pegawai Negeri Sipil Daerah pada formasi guru Bahasa dan Sastra Daerah Lampung. Sejak saat itu penulis menjadi guru di SD Negeri 2 Sukarame Bandar Lampung hingga sekarang.

Pada tanggal 5 Agustus 2007 peneliti menikah dengan tambatan hati yang bernama Agus Setiawan dan saat ini telah dikaruniai dua orang putra yang bernama Galen Arya Putra Setiawan dan Gabriell Amnan Setiawan.


(8)

viii

PERSEMBAHAN

Bismillahirohmannirohim,

Alhamdullillah segala puji syukur bagi Allah atas segala kemudahan, limpahan rahmat, dan karunia yang telah diberikan selama ini. Seiring doa dengan segala cinta dan kasih sayang kupersembahkan karyaku ini kepada kedua orangtuaku dan kedua mertuaku yang selalu memberi cinta dan kasih sayang kepada anak-anaknya, kepada suami dan putra-putraku tercinta Galen Arya Putra Setiawan dan Gabriell Amnan Setiawan yang selalu memberi semangat dan dorongan, “karena kalianlah bunda tak kan pernah menyerah”. Kepada kakak dan adikku serta teman-teman seperjuangan di S1 Dalam Jabatan FKIP Unila Jurusan Bahasa dan Seni Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah. Kepada rekan-rekan guru SD Negeri 2 Sukarame Bandar Lampung. Terakhir kupersembahkan karyaku ini teruntuk almamaterku tercinta Universitas Lampung.


(9)

ix

SANWACANA

Bismillahirrahmannirrahim,

Puji syukur penulis haturkan kepada Allah Yang Maha Kuasa karena berkat rahmat dan karunia-Nya jualah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dapat penulis selesaikan dengan baik.

Keberhasilan dalam penyusunan PTK ini tentunya tidak terlepas dari bantuan dan dukungan baik secara moril maupun materil dari segala pihak yang tidak mungkin dapat penulis balas dalam bentuk apa pun sebagai ucapan terima kasih yang tak terhingga. Untuk itu, dengan segala hormat dan penghargaan yang setinggi-tingginya, penulis menyelipkan ucapan terima kasih ini kepada

1. Dra. Ni Nyoman Wetty S., M.Pd., selaku pembimbing I yang telah memberikan ide, masukkan dan pemikiran dengan sabar sehingga PTK ini dapat terselesaikan dengan baik.

2. Dr. Wini Tarmini, M.Hum., selaku pembimbing II. Senyum dan motivasi yang beliau berikan telah menjadikan semangat bagi penulis dalam menyelesaikan PTK ini.

3. Eka Sofia Agustina, S.Pd., M.Pd., selaku penguji utama yang telah memberikan saran maupun kritik sehingga PTK ini menjadi lebih sempurna. 4. Dra. Siti Zubaidah, sebagai Kepala Sekolah Dasar Negeri 2 Sukarame.

Ketauladanan beliau memberikan inspirasi pada penulis agar menjadi seorang guru yang mengabdikan hidupnya demi masyarakat, bangsa dan negara dengan penuh ketulusan.


(10)

x

PTK ini. Cinta kalian memberikan kekuatan yang luar biasa.

6. Seluruh keluarga besarku terutama papah dan umi tercinta, ayah dan ibu mertua dan kakak-adikku serta rekan-rekan seperjuangan: atu Heni, Yanti Atoe Rina, Ade, Toe Zenida, aToe Mira, Atu Salmina, Kak Hali dan yang lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

7. Keluarga besar SD Negeri 2 Sukarame, guru, staf TU terutama siswa-siswi kelas V (kepolosan kalian menunjukkan pada dunia pendidikan bahwa kalian bukanlah objek tapi justru subjek yang harus diberikan pendidikan yang sebenarnya).

Walaupun demikian, kesempurnaan hanyalah milik Allah Subhanahuwata’ala dan segala kekurangan dan ketidaksempurnaan semata milik manusia. Untuk itu penulis hanya mampu meminta maaf apabila masih banyak kekurangan di dalam penulisan PTK ini.

Semoga hasil penulisan PTK ini dapat memberikan banyak manfaat serta menjadi salah satu informasi yang berguna bagi kemajuan dunia pendidikan khususnya di dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.

Bandar Lampung, Desember 2012

Penulis


(11)

xi

MOTTO

Jika kau harus jatuh, maka jatuhlah mendekati tujuanmu. (Mario Teguh)

Standar terbaik untuk mengukur keberhasilan anda dalam kehidupan adalah dengan menghitung jumlah orang yang telah anda buat bahagia

(Robert J. Lumsden)

Janganlah berhenti berharap, karena harapan adalah penyemangat hidup. (Selpana Mengano)


(12)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah . ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II. LANDASAN TEORI 2.1 Menulis Puisi ... 6

2.1.1 Pengertian Menulis ... 6

2.1.2 Pengertian Puisi ... 7

2.1.3 Kemampuan Menulis Puisi ... 9

2.1.4 Jenis-Jenis Puisi ... 9

2.1.5 Unsur-Unsur yang Membangun Puisi ... 10

2.2 Media Pembelajaran ... 17

2.2.1 Pengertian Media Pembelajaran ... 17

2.2.2 Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran ... 18

2.2.3 Macam-Macam Media ... 20

2.2.4 Prinsip-Prinsip Pemilihan Media ... 21

2.2.5 Faktor-Faktor yan Memengaruhi dalam Pemilihan Media ... 22

2.3 Media Gambar ... 22

2.3.1 Tujuan Pemakaian Media Gambar ... 23

2.3.2 Kriteria Memilih Gambar sebagai Media Pembelajaran... 24

2.3.3 Kelebihan Media Gambar ... 24

2.3.4 Kekurangan Media Gambar ... 25

2.3.5 Syarat-Syarat untuk Memilih Media Gambar ... 26

2.3.6 Jenis-Jenis Media Gambar ... 26

2.3.7 Langkah-Langkah Penggunaan Media Gambar Tunggal ... 28

2.4 Aktivitas Belajar... 28

BAB III. PROSEDUR PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 30

3.2 Setting Penelitian ... 31

3.2.1 Tempat Penelitian ... 32


(13)

xiii

3.2.3 Subjek Penelitian ... 32

3.3 Indikator Keberhasilan ... 32

3.4 Prosedur Penelitian... 32

3.4.1 Perencanaan Tindakan ... 33

3.4.2 Pelaksanaan Tndakan ... 33

3.4.3 Observasi ... 37

3.4.4 Refleksi ... 37

3.5 Alat dan Teknik Pengumpulan Data ... 38

3.6 Teknik Analisis Data ... 38

3.7 Tolok ukur Penilaian ... 42

3.8 Instrumen Penelitian... 42

3.8.1 Instrumen Proses Pembelajaran Guru ... 42

3.8.2 Instrumen Penilaian Perencanaan Pembelajaran (IPPP) ... 44

3.8.3 Instrumen Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Bahasa ... 44

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Tindakan ... 47

4.1.1 Pembelajaran Siklus 1. ... 48

4.1.2 Pembelajaran Siklus II… ... 54

4.2 Pembahasan.. ... 58

4.2.1 Siklus I. ... 59

4.2.2 Siklus II ... 66

4.2.3 Hasil Observasi Aktivitas Guru dan Siswa ... 77

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 79

5.2 Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 81


(14)

xiv

Tabel Halaman

1.1 Persentase Hasil Menulis Puisi Kelas V SD Negeri 2 Sukarame ... 2

3.1 Indikator Penilaian dan Skor Kemampuan Menulis Puisi ... 39

3.2 Tolok Ukur PenilaianPenulisan Puisii ... 42

3.3 Observasi Hasil Kerja Guru ... 43

3.4 Instrumen Penilaian Perencanaan Pembelajaran ... 44

3.5 Instrumen Aktivitas Siswa ... 45

4.1 Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ... 53

4.2 Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II... 58

4.3 Data Rerata Hasil Kemampuan Siswa Menulis Puisi Siklus I ... 60

4.4 Persentase Ketuntasan Hasil Menulis Puisi Siklus I ... 60

4.5 Data Rerata Hasil Kemampuan Siswa Menulis Puisi Siklus II ... 70

4.6 Hasil Persentase Menulis Puisi Siswa Siklus II ... 71

4.7 Data Perbandingan Hasil Tes Kemampuan Siswa Menulis Puisi Tiap Siklus……… 74

4.8 Perbandingan Persentase Ketuntasan Belajar Menulis Puisi……… 76

4.9 Perbandingan Hasil Observasi Aktivitas Guru Per-siklus ... 77


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 83

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 89

3. Indikator Penilaian Puisi ... 94

4. Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I ... 97

5. Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus II ... 98

6. Hasil Penilaian Perencanaan Pembelajaran Guru Siklus I ... 99

7. Hasil Penilaian Perencanaan Pembelajaran Guru Siklus II ... 100

8. Data Hasil Menulis Puisi Siklus I ... 101

9. Data Hasil Menulis Puisi Siklus II ... 107

10. Data Guru dan Tenaga Administrasi ... 113

11. Lembar Kerja Siswa ... 115


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembelajaran Bahasa Indonesia memunyai ruang lingkup dan tujuan yang menumbuhkan kemampuan mengungkapakan pikiran dan perasaan dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Pada hakikatnya, pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia diarahkan untuk mempertajam kepekaan perasaan siswa. Salah satu bentuk sastra yang dapat diapresiasi oleh siswa adalah puisi. Mata pelajaran Bahasa Indonesia terdiri atas bahasa dan sastra. Khusus pada sastra mencakup pelajaran prosa dan puisi. Dalam keterampilan menulis sastra pada siswa salah satu materi yang cukup penting adalah menulis puisi.

Puisi adalah buah pikiran, perasaan dan pengalaman penyair yang diekspresikan dengan media bahasa yang khas dan unik (Wetty, 2009: 45). Keterampilan menulis puisi perlu ditanamkan kepada siswa sekolah dasar, sehingga mereka memunyai kemampuan untuk mengapresiasikan puisi dengan baik. Mengapresiasikan sebuah puisi bukan hanya ditujukan untuk penghayatan dan pemahaman puisi, melainkan dapat mempertajam kepekaan perasaan dan penalaran siswa terhadap masalah kemanusiaaan. Oleh sebab itu, guru harus mampu menentukan penerapan model, metode dan stategi yang tepat dalam pembelajaran penulisan puisi terhadap siswa.


(17)

2

Pelajaran menulis puisi di Sekolah Dasar masih ditemukan berbagai kendala dan hambatan. Hal ini yang berkaitan dengan ketepatan penggunaan model atau teknik dalam pelajaran sastra dalam hal menulis puisi. Demikian pula dengan permasalahan yang timbul dalam proses pembelajaran dikelas V Sekolah Dasar Negeri 2 Sukarame, yang selama ini kurang mengembirakan. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan guru kelas V Sekolah Dasar Negeri 2 Sukarame, penulis menemukan beberapa permasalahan yang timbul dari guru maupun murid.

Salah satu permasalahan yang cukup mendasar adalah rendahnya hasil belajar siswa dalam menulis puisi karena kurangnya pemanfaatan media pembelajaran oleh guru. Guru hanya mengguanakan model-model pembelajaran klasikal yang sifatnya teacher oriented (pembelajaran terfokus pada guru) sehingga siswa menjadi cenderung kurang aktif. Siswa hanya mendengarkan saja penjelasan dari guru dan seolah-olah tidak diberi kesempatan sedikitpun untuk mengembangkan potensi dan kreativitasnya.

Penggambaran kemampuan menulis puisi siswa pada SD Negeri 2 Sukarame, bisa dilihat dari tabel persentase ketuntasan menulis puisi siswa SD Negeri 2 Sukarame berikut.

Tabel 1.1 Persentase Hasil Menulis Puisi Kelas V SDN 2 Sukarame

Nilai Kategori Frekuensi Persentase (%)

<65 Kurang 23 88,46

65-74 Cukup 2 7,69

>74 Baik 1 3.85

Jumlah 26 100


(18)

Dari nilai murni hasil tes standarisasi semester tahun pelajaran 2010/2011 pada kelas V, hasil rata-rata kelas belum masuk kategori tuntas (Ketuntasan belajar minimum bahasa Indonesia adalah 65,00). Secara klasikal siswa yang tuntas belajar menulis puisi sebesar 70%. Sedangkan persentase rata-rata siswa yang tuntas menulis puisi hanya memperoleh 11,54 (Sumber: Walikelas V SD Negeri 2 Sukarame).

Kesulitan yang dialami siswa dalam pelajaran menulis puisi di antaranya, siswa belum mampu menulis puisi, siswa sulit menuangkan ide, gagasan, dan mengembangkan daya imajinatif. Salah satu penyebab kesulitannya adalah kurangnya penguasaan kosakata dan diksi. Dari hasil tanya jawab dengan walikelas dan murid mengenai perencanaan, strategi, dan teknik evaluasi serta media yang dipilih dalam pelajaran menulis puisi kurang melibatkan siswa secara langsung dan kurang menyenangkan karena bersifat monoton. Memang suatu kenyataan yang harus diakui oleh sebagian guru, aktivitas tulis menulis merupakan pelajaran bahasa yang kurang disukai siswa maupun guru.

Realita seperti ini apabila tidak segera ditangani secara serius oleh guru dapat menjadi terpuruknya kompetensi menulis, khususya menulis puisi. Pihak yang paling mengetahui akar permasalahan yaitu guru itu sendiri. Guru itulah yang dapat menentukan model pembelajaran yang bermutu, inovatif dan menyenangkan karena hanya guru yang mengetahui karakteristik dan tingkat perkembangan siswanya, bukan pihak luar. Salah satu cara untuk mencapai keberhasilan itu apabila guru tepat memilih metode, teknik dan media penyajian. Pemilihan metode dan teknik serta media penyajian yang tepat merupakan hal yang


(19)

4

menentukan tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran. Dalam hal ini peneliti mencoba mencari solusi yang tepat yaitu mencoba menggunakan salah satu media yang biasa dijadikan alat supaya pembelajaran dalam menulis puisi terasa lebih menarik dan efektif yaitu menggunakan media gambar.

Melihat kelebihan-kelebihan yang ada pada media gambar, salah satunya gambar bersifat konkret maka penulis berharap pemakaian media gambar mampu meningkatkan hasil menulis puisi siswa. Melalui media gambar diharapkan dapat membantu siswa dalam menuangkan ide, gagasan, dan daya imajinasi dalam bentuk tulisan yang baik. Dengan melihat gambar, bentuk dan warna secara langsung diharapkan imajinasi siswa akan menjadi lebih tajam. Media gambar dalam pembelajaran ini berfungsi sebagai alat dan sarana untuk membantu siswa dalam menulis puisi. Aktivitas menulis yang dilakukan siswa sebagian dibimbing oleh guru. Ini dimaksudkan untuk membantu kesulitan siswa dalam menulis (Subyakto dalam Sakwan, 2009: 5). Media gambar yang ditampilkan di sini yakni gambar yang dekat dengan skemata siswa serta mudah dipahami dan diapresiasi siswa. Pembelajaran menulis puisi melalui media gambar diharapkan mampu melibatkan dan membantu siswa dalam keseluruhan proses pembelajaran (aspek kognitif, afektif, dan psikomotor) sehingga siswa mendapatkan kemudahan dalam menungkan ide, gagasan, dan daya imajinatif ke dalam naskah secara aktif dan kreatif.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut.


(20)

Bagaimanakah peningkatan kemampuan menulis puisi melalui pemanfaatan media gambar pada siswa kelas V SD Negeri 2 Sukarame Bandarlampung tahun pelajaran 2011/2012?

1.3Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan peningkatan kemampuan menulis puisi melalui pemanfaatan media gambar pada siswa SD Negeri 2 Sukarame Bandarlampung tahun pelajaran 2011/2012.

1.4Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran di kelas memiliki manfaat yaitu:

a. bagi siswa

Penelitian ini untuk meningkatkan aktivitas dan kemampuan siswa dalam pembelajaran menulis puisi.

b. bagi guru

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan professional guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas dan memotivasi guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Bahasa Indonesia di SD Negeri 2 Sukarame.


(21)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Menulis Puisi

Peningkatan kemampuan menulis puisi melalui pemanfaatan media gambar pada siswa kelas V SDN 2 Sukarame adalah yang menjadi pokok dalam penelitian ini. Untuk itu penulis memegang beberapa teori sebagai landasan demi keberhasilan PTK ini. Berikut akan dijelaskan pengertian menulis, pengertian puisi, segala hal mengenai puisi, serta segala hal mengenai media gambar.

2.1.1 Pengertian Menulis

Menulis adalah suatu proses kegiatan pikiran manusia yang hendak mengungkapkan kandungan jiwanya kepada orang lain atau kepada diri sendiri dalam bentuk tulisan (Widyamartaya dalam Karimah, 1991: 9). Menulis adalah menuangkan gagasan, pikiran, perasaan dan pengalaman melalui bahasa tulis (Depdiknas, 2003: 6). Menulis juga merupakan bentuk komunikasi untuk menyampaikan gagasan penulis kepada khalayak pembaca yang dibatasi oleh jarak, tempat, dan waktu (Akhadiah, 1996: 8).

Berdasarkan teori di atas, peneliti mengacu pada pengertian menulis yang dirumuskan oleh Departemen Pendidikan Nasional yaitu menulis adalah menuangkan gagasan, pikiran, perasaan dan pengalaman melalui bahasa tulis.


(22)

Karena menulis puisi merupakan pengungkapan isi hati seseorang yang berupa ide, pikiran, perasaan dan pengalaman dalam bentuk tulisan sehingga menjadi sebuah puisi yang membuat pembaca seolah-olah merasakan atau mengalami sendiri seperti apa yang ia baca.

2.1.2 Pengertian Puisi

Istilah puisi dalam bahasa Yunani poiseis yang berarti penciptaan. Dalam bahasa Inggeris disebut poem atau poetry. Puisi diartikan pencipta karena lewat puisi pada dasarnya seseorang telah menciptakan suatu dunia sendiri, yang mungkin berisi pesan atau gambar suasana-suasana tertentu, baik fisik maupun batiniah (Aminudin dalam Aryani, 2010:16).

Puisi adalah buah pikiran, perasaan dan pengalaman penyair yang diekspresikan dengan media bahasa yang khas dan unik (Wetty, 2009: 45). Hampir serupa dengan pendapat tersebut, Waluyo (2002:1) yang didukung oleh Zaenudin (1992:101) bahwa puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias (imajinatif).

Puisi merupakan ekspresi pengalaman batin (jiwa) penyair mengenai kehidupan manusia, alam dan tuhan melalui media bahasa estetik yang secara padu dan utuh dipadatkan (Zulfahtur, dkk 1996:79-80). Puisi juga didefenisikan sebagai gagasan yang dibentuk dengan susunan, penegasan dan gambaran semua materi dan bagian-bagian yang menjadi komponennya dan merupakan suatu kesatuan yang indah (Djojosuroto, 2005:11). Dibalik kata-katanya yang ekonomis, padat dan padu tersebut puisi berisi potret kehidupan manusia.


(23)

8

Djojosuroto (2005:10) mengutip beberapa pendapat para ahli sastra tentang pengertian puisi sebagai berikut.

1. William wordswort : puisi adalah peluapan yang spontan dan perasaan-perasaan yang penuh daya; dia memperoleh rasanya dan emosi atau rasa yang dikumpulkan kembali dalam kedamaian.

2. Byron: puisi adalah larva imajinasi yang letusannya mencegah timbulnya gempa bumi.

3. Percy Bysche Shelly: puisi adalah rekaman dari saat-saat yang pling baik dan paling menyenangkan.

4. Emily dickenson: kalau aku membaca sesuatu dan dia membuat tubuhku begitu sejuk sehingga tiada api yang dapat memanaskan aku, maka aku tahu bahwa itu adalah puisi. Hanya dengan inilah aku mengenal puisi.

5. Watts Dunton: puisi adalah ekperesi yang kongkrit dan bersifat artisitik dari pikiran manusia secara emosional dan berirama.

6. Lescelles Abercramble: puisi adalah eksperesi dan penglaman imajinatif yang hanya bernilai serta berlaku dalam ucapan atau pernyataan yang bersifat kemasyarakatan yang diutarakan dengan bahasa, yang mempergunakan setiap rencana yang matang dan bermanfaat.

Berdasarkan berbagai pendapat dari ahli di atas, secara umum mereka menyepakati bahwa puisi merupakan sebuah pikiran yang disusun dengan kata-kata yang padu dan dipadatkan. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa puisi adalah gagasan yang dibentuk dengan susunan, penegasan dan gambaran semua materi dan bagian-bagian yang menjadi komponennya dengan bahasa yang padat


(24)

dan padu sebagai satu kesatuan eksperesi dari buah pikiran yang didasarkan pada pengalaman imajinatif maupun kongkrit.

2.1.3 Kemampuan Menulis Puisi

Dalam penelitian ini, penulis menarik kesimpulan bahwa kemampuan menulis puisi berarti kesanggupan, kecakapan dalam menuangkan gagasan, pikiran, perasaan dan pengalaman dengan susunan dan penggambaran bahasa yang padat dan padu sebagai satu kesatuan ekspresi dari buah pikiran yang didasarkan pada pengalaman imajinatif maupun konkrit.

2.1.4 Jenis-Jenis Puisi

Husnan (1986:31-61) menyatakan bahwa puisi dibedakan atas dua golongan yaitu puisi lama dan puisi baru.

1) Puisi lama: (a) bersifat statis dan terikat (bentuk dan sajak tetap, terikat tidak berubah), (b) isinya bersifat didaktis dan religios, (c) kalimat-kalimatnya penuh dengan kata-kata pilihan kata-kata lama atau kata-kata sukar, bahasa klise yang lebih diutamakan daripada isinya, dan (d) merupakan kepandaian/hasil bersama, mengutamakan kegotong-royongan, bukan perseorangan (karena itu anonym).

2) Puisi baru: (a) bersifat dinamis (bebas bentuk maupun isi), (b) isinya bersifat individualistis ekspresionistis (cetusan jiwa yang bebas, lepas), (c) kalimat-kalimatnya singkat, padat, berisi (isi lebih penting daripada bahasa), dan (d) nama pengarang disebutkan.


(25)

10

Ciri-ciri puisi baru, yaitu (a) tidak terikat oleh jumlah suku kata (jumlah suku kata pada setiap baris tidak tentu); (b) tidak terikat oleh sajak (ada yang bersajak sama, sajak silang, sajak peluk, sajak kembar, dan sebagainya, bahkan

ada yang bersajak patah); dan (c) isinya berupa : pengucapan pribadi.

Pada penelitian ini, peneliti hanya mengacu pada puisi baru. Puisi baru merupakan bentuk puisi bebas yang tidak terikat terlalu kaku pada prinsip-prinsip penulisan puisi, tetapi hal yang terpenting dalm menulis puisi ini tidak mengabaikan (a) bentuk (jumlah baris); (b) jumlah suku kata dalam tiap baris; dan (c) sajak atau rima puisi; dan (d) unsur-unsur yang membangun sebuah puisi. Dalam puisi baru, pengarang bebas berekspresi dan mengungkapkan pikiran serta perasaannya. Puisi baru yang bentuknya sederhana yang disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa dengan tema keindahan, inilah yang akan dijadikan bahan penelitian dalam PTK ini.

2.1.5 Unsur-Unsur yang Membangun Puisi

Unsur puisi merupakan segala elemen (bahan) yang dipergunakan penyair dalam membangun atau menciptakan puisinya. Segala bahan, baik unsur luar (objek seni) maupun unsur dalam (imajenasi, emosi, bahasa dan lain-lain) disintetikan menjadi satu kesatuan yang utuh oleh penyair menjadi bentuk puisi berupa teks puisi.

Sebuah puisi adalah sebuah struktur yang terdiri dari unsur-unsur pembangun. Unsur-unsur tadi dinyatakan bersifat padu karena tidak dapat dipisahkan tanpa mengikat unsur yang lainnya. Unsur-unsur puisi terdiri dari unsur batin atau unsur intrinsik dan unsur lahir ekstrinsik. Intrinsik berarti unsur dalam. Unsur intrinsik


(26)

dalam karya sastra berarti unsur-unsur yang secara langsung membangun karya sastra itu (Eddy, 1991 : 69). Mursal Esten (1978 : 20) mengatakan hal-hal yang berhubungan dengan struktur, seperti, pengungkapan tema, amanat, diksi, pengimajian, dan majas. Sedangkan unsur ekstrinsik dikatakan Fananie (2001 : 77) unsur ekstrinsik adalah segala faktor luar yang melatar belakangi penciptaan karya sastra. Ia merupakan milik subjektif yang bisa berupa kondisi sosial, motivasi, tendensi yang mendorong dan mempengaruhi kepengarangan seseorang. Ekstrinsik itu dapat meliputi: 1) tradisi dan nilai-nilai, 2) struktur kehidupan sosial, 3) keyakinan dan pandangan hidup, 4) suasana politik, 5) lingkungan hidup, 6) agama, dan sebagainya. (Eddy, 1991: 69). Dalam penelitian ini penulis menggunakan unsur intrinsik dalam penilaian terhadap puisi yang dibuat oleh siswa. Unsur-unsur intrinsik inilah yang akan menjadi parameter di dalam pengambilan penilaian. Unsur-unsur instrinsik tersebut sebagai berikut.

1. Tema

Tema (Waluyo, 2002 : 24) merupakan gagasan atau subject-matter yang dikemukakan penyair. Pokok pikiran atau pokok persoalan itu begitu kuat mendesak dalam jiwa penyair atau penulis sehingga menjadi landasan utama pengucapannya. Jika desakan yang kuat itu berupa hubungan penyair dan Tuhan, puisinya bertemakan ketuhanan. Jika desakan yang kuat berupa rasa belas kasih atau kemanusiaan, puisinya bertemakan kemanusiaan. Jika yang kuat adalah dorongan untuk memprotes ketidakadilan, tema puisi adalah protes atau kritik sosial. Perasaan cinta atau patah hati yang kuat juga dapat dilahirkan tema cinta atau tema kedudukan hati karena cinta.


(27)

12

Tema puisi lugas, objektif, dan khusus. Tema puisi dihubungkan dengan penyairnya, dengan konsep-konsepnya yang terimajenasikan. Oleh sebab itu, tema puisi bersifat khusus (penyair), tetapi objektif (bagi semua penafsir), dan lugas (sewajarnya atau apa adanya).

Dalam penelitian ini penulis menentukan sebuah tema yang sangat dekat dengan lingkungan kehidupan siswa yaitu tema keindahan alam. Penulis mengambil tema ini berdasarkan hasil wawancara dengan siswa bahwa mereka akan lebih mudah mencari dan memilih kata-kata yang berkaitan dengan keindahan alam.

2. Amanat

Puisi mengandung amanat atau pesan atau imbauan yang disampaikan penyair kepada pembaca Djojosuroto (2005 : 27) mengatakan bahwa amanat adalah ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui karyanya. Sebagaimana tema, amanat dapat disampaikan secara implisit yaitu dengan peristiwa yang terjadi pada tokoh menjelang cerita berakhir, dan dapat pula disampaikan secara eksplisit yaitu dengan menyampaikan seruan, saran, peringatan, nasehat, anjuran, atau larangan yang berhubungan dengan gagasan utama cerita. Menulis puisi dengan tema keindahan, siswa diharapkan akan mampu menyampaikan pesan moral dengan bahasa yang indah dan kias.

3. Diksi

Dinyatakan Tarigan (1984 : 29-30) bahwa diksi (diction) berarti pilihan kata. Kalau dipandang sepintas lalu, kata-kata yang dipergunakan dalam puisi pada umumnya sama dengan kata-kata yang dipergunakan dalam kehidupan


(28)

sehari-hari. Secara alamiah kata-kata yang dipergunakan dalam puisi dan dalam kehidupan sehari-hari mewakili yang sama; bahkan bunyi ucapan pun tidak ada perbedaan. Walaupun demikian, kita harusnya menyadari bahwa penempatan serta susunan kata-kata dalam puisi dilakukan secara hati-hati dan teliti serta lebih tepat. Kata-kata yang dipergunakan dalam dunia persajakan tidak seluruhnya tergantung pada makna denotative, tetapi lebih cenderung pada makna konotatif. Konotasi atau nilai kata inilah yang justru yang lebih banyak memberi efek bagi para penikmatnya. Uraian-uraian ilmiah biasanya lebih mementingkan denotasi. Itulah sebabnya orang sering mengatakan bahasa ilmiah bersifat denotasi sedangkan bahasa sastra bersifat konotatif.

Kalau kata-kata aduhai, mega, berarak, musyafir, lata, beta dan awan yang terdapat dalam sajak Amir Hamzah yang berjudul “ Buah Rindu “ kita ganti dengan sinonim-sinonimnya wahai, awan, beriring, pengembara, pondok, hina, aku dan embun yang sama dengan denotasinya tetapi berbeda dengan konotasinya, akan hilanglah keindahan sajak tersebut, dan efeknya akan berubah sama sekali betapa pentingnya pilihan kata atau diksi bagi suatu puisi. Pilihan kata yang tepat dapat mencerminkan ruang, waktu, falsafah, amanat, efek, dan nada suatu puisi dengan tepat.

4. Pengimajian

Sesuai dengan pernyataan Waluyo (1987 : 78-79) bahwa pengimajian dibatasi dengan pengertian kata atau susunan kata-kata yang tepat mengungkapkan pengalaman sensoris, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Baris atau bait puisi itu seolah mengandung gema suara (imaji auditif), benda yang tampak


(29)

14

(imaji visual), atau sesuatu yang dapat kita rasakan, raba atau sentuh (imaji taktil). Konkret apa yang dapat kita hayati secara nyata.

5. Majas

Majas atau figurative language merupakan bahasa kias atau gaya bahasa (Tarigan, 1985 : 32). Imajinasi dibutuhkan bagi seorang penyair untuk membuat puisi. Cara lain penyair untuk membangkitkan imajinasinya adalah dengan menggunakan majas. Waluyo (1987 : 83) mengatakan bahwa bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi pragmatis artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Bahasa figuratif adalah bahasa yang digunakan penyair untuk menyatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara tidak langsung mengungkapkan makna kata atau bahasanya bermakna kias atau makna lambang. Tujuan menciptakan gaya bahasa dalam puisi oleh Djojosuroto (2005 : 17) diungkapkan sebagai berikut. (1) Agar menghasilkan kesenangan yang bersifat imajinatif. (2) Agar menghasilkan makna tambahan. (3) Agar dapat menambah intensitas dan menambah konkret sikap dan perasaan penyair. (4) Agar makna yang diungkapkan jelas.

Waluyo menjelaskan (1987 : 84) ada beberapa bahasa figuratif (majas) yang sering ditemukan dalam puisi. Majas-majas tersebut adalah metafora, simile, personifikasi, hiperbola, sinekdoce, dan ironi. Untuk lebih jelasnya akan dipaparkan sebagai berikut.


(30)

a. Metafora

Metafora adalah kiasan langsung artinya yang dikiaskan itu tidak disebutkan. Jadi, ungkapan itu langsung berupa kiasan. Contoh : lintah darat, bunga bangsa, kambing hitam, dan sebagainya. Dalam puisi-puisi modern, banyak dijumpai metafora yang tidak konvensional maksudnya kiasan langsung yang tidak lazim. Dalam “Surat Cinta” Rendra mengiaskan diri kekasihnya sebagai putri duyung. Engkaulah Putri Duyung/tawananku/Putri Duyung dengan suara merdu/lembut bagi angin laut/desahkan hatiku.

b. Simile (Perbandingan)

Simile adalah perbandingan yang bersifat eksplisit. Yang dimaksud perbandingan yang bersifat eksplisit ialah bahwa ia langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal lain. Benda yang dikiaskan kedua-duanya ada bersama pengiasnya dan digunakan kata-kata seperti, laksana, bagaikan, bagai, bak dan sebagainya. Contoh-contoh dalam puisi modern misalnya rindunya bagai permata belum diasah, malam bagai kedok hutan bopeng oleh luka, angur darah, daging kelopak-kelopak angsoka, dan sebagainya (Rendra).

c. Personifikasi

Personifikasi adalah gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat-sifat kemanusiaan. Dalam “Gadis Piminta-minta”, Toto Sudarto Bactiar menulis personifikasi sebagai berikut “kotaku jadi hilang tanpa jiwa”, “bulan di atas itu tak ada yang punya”, “kotaku hidupnya tak lagi punya tanda”.


(31)

16

d. Hiperbola

Hiperbola adalah kiasan yang berlebih-lebihan. Penyair merasa perlu melebih-lebihkan hal yang dibandingkan itu agar mendapatkan perhatian yang lebih seksama dari pembaca. Hiperbola tradisional terdapat dalam bahasa sehari-hari, seperti bekerja membanting tulang, menunggu seribu tahun, hatinya bagai dibelah sembilu, serabut dibagi tujuh, dan sebagainya. Untuk melebih-lebihkan sifat jelek pihak yang dikritik, Rendra membuat hiperbola sebagai berikut. Politisi dan pegawai tinggi/ adalah caluk yang rapi/ Konggres-konggres dan konperensi/ tak pernah berjalan tanpa kalian.

e. Sinekdoce

Sinekdoce adalah menyebutkan sebagian untuk maksud keseluruhan atau menyebutkan keseluruhan untuk maksud sebagian. Terbagi atas part pro toto (menyebutkan sebagian untuk keseluruhan) dan totem pro parte (menyebutkan keseluruhan untuk sebagian). Contoh (a) Lomba membaca puisi itu dijuarai oleh

SD N 2 Sukarame. (Yang mengikuti lomba hanya seorang). (b) Paman saya telah memiliki dua atap di Jakarta. (Maksudnya dua rumah).

f. Ironi

Ironi adalah kata-kata yang bersifat berlawanan untuk memberikan sindiran. Ironi dapat berubah menjadi sinisme dan sarkasme, yakni penggunaan kata-kata yang keras dan kasar untuk menyindir atau mengeritik. Majas ini digunakan dengan maksud untuk berolok-olok. Maknanya berlawanan dengan makna yang sebenarnya. Gaya bahasa ini mengimplikasikan sesuatu yang nyata berbeda


(32)

bahkan bertentangan dengan yang sebenarnya dikatakan. Contohnya seperti berikut.

1). Bagus benar tulisanmu seperti tulisan dokter!

2). Wah, rapi sekali kamarmu! (Padahal kamarnya berantakkan sekali)

Dari beberapa macam majas di atas, peneliti hanya menentukan tiga majas yaitu metafora, simile, dan personifikasi sebagai subaspek penelitian. Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan ketigas majas tersebut merupakan majas yang sering kali muncul dalam puisi siswa.

2.2Media Pembelajaran

Berikut ini akan dijelaskan hal-hal yang berkaitan dengan media, baik dari apakah yang dimaksud dengan media dari beberapa ahli, manfaat, tujuan dan fungsi media, macam-macam media, prinsip-prinsip pemilihan media serta factor-faktor yang mempengaruhi pemilihan media dalam pembelajaran.

2.2.1 Pengertian Media Pembelajaran

Kata Media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari kata Medius yang sacara harfiah berarti prantara atau pengantar ke penerima pesan. Media adalah perantara atau pengantar pesan ke penerima pesan. Gerlach dan Ely (dalam arsyad 2002: 3) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, ketrampilan, atau sikap. Gagne dan Briggs (1975) dalam Arsyad (2002: 4) berpendapat bahwa “Media adalah


(33)

18

komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Media adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, yang dapat merangsang pikiran, perasaan dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada dirinya (Wetty 2004: 55). Dalam pengertian ini guru, buku teks dan lingkungan sekolah merupakan media secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cendrung diartikan sebagai alat-alat grafis, fotologis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual.

Dari berbagai pendapat tersebut di atas, peneliti mengacu pada pendapat yang mengatakan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, yang dapat merangsang pikiran, perasaan dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada dirinya (Wetty 2004: 55).

Karena media gambar yang digunakan dalam penelitian ini diyakini oleh peneliti dapat merangsang pikiran, perasaan dan kemauan siswa untuk belajar.

2.2.2 Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran

Hamalik dalam Arsyad (2002:15) berpendapat bahwa “pemakaian media pembelajarn dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa”.

Beberapa manfaat yang dapat diproleh apabila guru menggunakan media pembelajaran bahasa, yakni: a) pembelajaran bahasa lebih menarik atau


(34)

menumbuhkan rasa cinta terhadap pelajaran bahasa; b) menambah minat belajar pembelajar, minat belajar yang baik akan menghasilkan mutu yang baik pula (prestasi belajar); c) mempermudah dan memperjelas materi pelajaran; d) memperingan tugas pengajar; e) merangsang daya kreasi, dan f) pembelajaran tidak monoton sehingga tidak membosankan.

Sudjana dan Rivai (dalam Arsyad 2002: 24) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yakni:

a) pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar;

b) bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran;

c) metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui peraturan kata-kata oleh guru sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apa lagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran, dan

d) siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian dari guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.

Media adalah alat bantu mengajar guru dengan beberapa tujuan tertentu, antara lain: 1) mempermudah proses belajar mengajar; 2) meningkatkan efisiensi belajar mengajar; 3) menjaga relevansi dengan tujuan belajar; 4) membantu konsentrasi siswa dalam belajar.


(35)

20

Wetty (2004: 57) media mempunyai nilai praktis yaitu:

1. media dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki peserta didik 2. media dapat mengatasi ruang kelas

3. media memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungan

4. media menghasilkan keragaman pengamatan

5. media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkret dan realitas 6. media dapat membangkitkan keinginan dan semangat baru

7. media dapat membangkitkan motivasi dan merangsang peserta didik untuk belajar

8. media dapat memberikan pengalaman yang integral dari yang konkret sampai yang abstrak

Media adalah salah satu sarana untuk meningkatkan kegiatan proses belajar mengajar. Tetapi mengingat akan beraneka ragamnya serta masing-masing media mempunyai karakteristik sendiri, maka kita harus berusaha memilihnya dengan cermat agar dapat digunakan secara tepat. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih media antara lain: tujuan yang ingin dicapai, ketepatgunaan, keadaan siswa, ketersediaan, mutu, teknis dan biaya (Wetty, 2004: 60).

2.2.3 Macam-Macam Media

Dilihat dari jenisnya, Faturrohman dan Sutikno dalam Badiah (2010 :67-68) media dibagi menjadi lima yaitu sebagai berikut.

1. Media Audio, yaitu media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti radio, casette recorder, dan piringan hitam.


(36)

2. Media visual, yaitu media yang mengandalkan indra penglihatan seperti film bisu, kartun, OHP, dan slide.

3. Media audio visual, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar bergerak seperti film suara, video casette, dan televisi.

4. Komputer dan LCD, yaitu media yang menggunakankomputer dan LCD dalam pembelajaran.

5. Multimedia berbasis komputer dan inter-active video. Multimedia ini secara sedehana diartikan lebih dari satu media, ia bisa berupa kombinasi antara teks, grafik, animasi, suara, dan video.

Dalam penelitian ini media yang dipilih oleh peneliti termasuk media visual yang berupa gambar pemandangan alam. Pemilihan media ini diharapkan khayalan siswa lebih nyata dan melalui penglihatan mata imajinasi siswa akan lebih tajam.

2.2.4 Prinsip-Prinsip Pemilihan Media

Faturrohman dan Sutikno (dalam Badiah 2010: 68) menyebutkan prinsip-prinsip dalam pemilihan media sebagai berikut.

1. Menentukan jenis media dengan tepat sesuai dengan tujuan dan bahan pelajaran yang diajarkan.

2. Menetapkan subjek yang tepat dengan memperhatikan tingkat kemampuan siswa.

3. Menyajikan media dengan tepat disesuaikan dengan metode penggunaan media dalam pengajaran seperti tujuan, bahan, waktu, dan sarana.

4. menempatkan atau memperlihatkan media pada waktu, tempat, dan situasi yang tepat sesuai dengan kebutuhan pembelajaran.


(37)

22

Melihat prinsip-prinsip pemilihan media di atas, maka peneliti memilih untuk menggunakan media gambar untuk mencapai tujuan penelitian. Media gambar ini pun dipilih sesuai dengan tingkat kemampuan siswa.

2.2.5 Faktor-Faktor yang Memengaruhi dalam Pemilihan Media

Faturrohman dan Sutikno dalam Badiah (2010: 69) berpendapat, agar media yang dipilih itu tepat, perlu memperhatikan faktor lain, yaitu:

1. Objektifitas, metode dipilih bukan atas kesenangan atau kebutuhan guru, melainkan keperluan sistem belajar.

2. Program pengajaran yang akan disampaikan kepada anak didik harus sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

3. Sasaran program yang akan digunakan harus dilihat kesesuaiannya dengan tingkat perkembangan anak didik.

4. Situasi dan kondisi sekolah atau tempat dan ruangan yang akan dipergunakan.

2.3 Media Gambar

Gambar merupakan media visual yang paling sering digunakan dalam proses pembelajaran. Gambar menyajikan ilustrasi yang hampir sama dengan kenyataan sesuatu objek dan situasi (Arsyad, 2005: 106). Dalam penyajiannya gambar dapat memberikan pengertian yang lebih dari sekadar kata-kata atau dengan kata lain gambar membuat orang dapat menangkap ide atau informasi yang terkandung di dalamnya dengan jelas, lebih jelas daripada yang diungkapkan dengan kata-kata, baik yang tertulis maupun yang diucapkan (Hamzah dalam Badiah, 2010: 27).


(38)

2.3.1 Tujuan Pemakaian Media Gambar

Ada beberapa tujuan dalam pemakaian media gambar (Wetty; 2004:71) antara lain yaitu:

a) untuk menerjemahkan simbol verbal

Media gambar bisa memperjelas simbol-simbol secara langsung pada siswa seperti pemakaian warna pada gambar-gambar tertentu.

b) memperkaya bacaan, misalnya gambar rumah, pakaian, pemandangan dan lain-lain

c) untuk membangkitkan motivasi belajar

Dengan pemakaian media gambar maka pembelajaran terasa menarik dan tidak membosankan sehingga siswa termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran dengan baik.

d) memperbaiki kesan-kesan yang salah

Pemakaian media gambar maka akan menimbulkan objek sebenarnya secara visual maka kemungkinan siswa melakukan kesalahan dalam menafsirkan atau mengimajinasikan sesuatu hal sangat kecil.

e) merangkum suatu unit bacaan.

Media gambar akan memperkecil atau mempersempit penalaran-penalaran atau penjelajahan imajinasi yang melebar atau berlebihan. Dengan melihat gambar maka imajinasi akan mudah berkumpul dan tersalur melaui tulisan. f) menyentuh dan menggerakkan emosi.


(39)

24

2.3.2 Kriteria Memilih Gambar sebagai Media Pembelajaran

Wetty (2004:72) kriteria pemilihan gambar untuk pembelajaran perlu memperhatikan beberapa kriteria sebagai berikut.

1) Apakah gambar itu akan membantu guru dalam mencapai tujuan pembelajaran?

2) Apakah gambar itu menyajikan tanggapan yang benar?

3) Apakah gambar itu memberikan kesan yang benar mengenai ukuran relatif? 4) Apakah gambar itu akan menambah wawasan anak?

5) Apakah gambar itu akan merangsang imajinasi anak? 6) Apakah gambar itu dalam segi teknis maupun artistik baik?

7) Apakah gambar itu memusatkan perhatian terhadap suatu ide tertentu? 8) Apakah gambar itu menunjukkan detail secara tepat?

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa gambar merupakan media yang murah dan mudah, dan besar artinya untuk mempertinggi nilai pengajaran, karena dengan gambar pengalaman dan pengertian anak menjadi lebih luas, lebih jelas, dan tidak mudah dilupakan.

2.3.3 Kelebihan Media Gambar

Media gambar dalam pembelajaran (Sadiman; 2009: 29-31) mempunyai kelebihan-kelebihan sebagai berikut.

a) Gambar bersifat konkret

Melalui gambar para siswa dapat melihat dengan jelas sesuatu yang sedang dibicarakan atau didiskusikan dalam kelas.


(40)

b) Gambar mengatasi ruang-ruang dan waktu

Maksudnya dengan media gambar siswa tidak harus mendatangi kebun binatang untuk melihat berbagai jenis binatang secara langsung karena itu akan menghabiskan banyak waktu dan biaya. Dengan media gambar siswa melihat jenis-jenis binatang jelas dan efisien.

c) Gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan

d) Gambar dapat memperjelas suatu masalah dalam bidang apa saja dan untuk tingkat usia berapa saja, sehingga dapat mencegah atau membetulkan kesalahpahaman.

e) Gambar harganya murah dan gampang didapat serta digunakan.

Melihat kelebihan-kelebihan yang ada pada gambar, maka penulis memilih gambar sebagai media dalam penelitian ini.

2.3.4 Kekurangan Media Gambar

Penggunaan media gambar dalam pembelajaran selain mempunyai kelebihan-kelebihan juga mempunyai kelemahan. Sadiman (2009 :31), kekurangan media gambar adalah sebagai berikut.

1. Gambar hanya menekan persepsi mata. Maksudnya, siswa hanya dapat melihat hal-hal yang ditampilkan dalam gambar tanpa dapat mendengar apa yang diceritakan , misalnya gambar orang utan, siswa tidak dapat mendengar suara dari orang utan tersebut.

2. Gambar benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran. Maksudnya gambar yang terlalu penuh atau banyak objeknya akan membutuhkan waktu yang tidak sedikit karena siswa harus melukiskan


(41)

26

keadaan pada gambar dengan sangat rinci dan tidak selesai dalam waktu yang ditentukan yang hanya 2jam pelajaran. Dalam penelitian ini gambar yang disediakan penulis adalah gambar yang ringan dan tidak terlalu kompleks. 3. Ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar.

Maksudnya gambar yang ada tidak sesuai dengan kelas normal.

2.3.5 Syarat-Syarat untuk Memilih Media Gambar

Syarat-syarat pemilihan media gambar Danim dalam Nurazizah (2007: 36) sebagai berikut.

1. Gambar harus bagus, jelas dan menarik, mudah dimengerti dan cukup besar untuk memperhatikan detail.

2. Apa yang tergambar harus cukup pentingdan cocok untuk hal yang dipelajari atau masalah yang sedang dihadapi.

3. Gambar harus benar dan autentik, artinya menggambarkan situasi yang serupa jika dilihar dalam keadaan yang sebenarnya.

4. Kesederhanaan, maksudnya hindari gambar yang rumit dan sulit. 5. Gambar harus sesuai dengan kecerdasan yang melihatnya.

6. Warna, walaupun tidak mutlak, dapat meningkatkan nilai sebuah gambar. Menjadikannya lebih realistis dan merangsang minat untuk melihatnya.

7. Perhatikan ukuran perbandingan.

2.3.6 Jenis-Jenis Media Gambar

Menurut jenisnya media gambar terdiri atas 2 yaitu (a) gambar seri, merupakan gambar yang terdiri dari beberapa bagian gambar yang mewakili keseluruhan hal


(42)

yang ingin dijelaskan. (b) gambar tunggal, yaitu gambar tunggal merupakan gambar yang hanya terdiri dari satu gambar saja untuk mewakili keseluruhan hal yang ingin kita jelaskan.

Contoh gambar seridan gambar tunggal sebagai berikut. 1. Gambar seri

2. Gambar tunggal

Gambar tunggal merupakan gambar yang hanya terdiri dari satu gambar saja untuk mewakili keseluruhan hal yang ingin kita jelaskan.

Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan gambar tunggal sebagai media dalam pembelajaan menulis puisi.


(43)

28

2.3.7 Langkah-Langkah Penggunaan Media Gambar Tunggal

Langkah-langkah pelaksanaan menyusun karangan melalui cara menganalisis gam bar tunggal yaitu:

1. mula-mula guru mempersiapkan sebuah gambar tunggal, gambar dapat berupa hasil karya guru atau hasil karya orang lain;

2. gambar tersebut sebaiknya sesuai dengan perkembagan jiwa siswa dan menarik;

3. dalam waktu tertentu siswa diinstruksikan untuk memperhatikan dan mempelajari gambar tersebut;

4. siswa menceritakan kembali dalam kata-kata atau kalimatnya sendiri apa arti gambar yang mereka perhatikan;

5. hasil pengamatan masing-masing siswa disusun dalam karangan.

2.4 Aktivitas Belajar

Dalam penelitian ini peneliti tidak hanya mengambil hasil penelitian hanya pada hasil belajar menulis puisi, tetapi peneliti juga menilai hasil aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Aktivitas belajar adalah segala kegiatan belajar yang dilakukan seorang berupa kegiatan mendengarkan, merenungkan, menganalisis, berpikir, membandingkan, dan menghubungkan dengan masa lampau (Hamalik, 1993: 24). Dalam PTK ini peneliti menggunakan lima aktivitas yang dapat menunjang siswa dalam pembelajaran berbahasa khususnya dalam menulis puisi. Kelima aktivitas tersebut yaitu sebagai berikut.


(44)

1. Aktivitas Visual

Meliputi kegiatan-kegiatan seperti: membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, dan memperhatikan orang bekerja.

2. Aktivitas Lisan

Meliputi kegiatan-kegiatan seperti: menyatakan, bertanya, mengeluarkan pendapat, dan diskusi.

3. Aktivitas Mendengarkan

Meliputi kegiatan-kegiatan seperti: mendengarkan uraian, percakapan dan menyimak apa yang disampaikan orang lain.

4. Aktivitas Menulis

Kegiatan-kegiatannya meliputi: menulis puisi, merangkum materi dan menyalin.

5. Aktivitas Emosional

Misalnya seperti: merasa bosan/jenuh, senang dan bersemangat, tenang, gugup dan sebagainya.


(45)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan tindakan (action research) yang diimplementasikan dalam proses pembelajaran menulis puisi siswa kelas V SDN 2 Sukarame, Bandarlampung. Pemilihan rancangan ini didasarkan pendapat bahwa penelitian tindakan mampu menawarkan cara dan prosedur baru untuk memperbaiki dan meningkatkan profesional guru dalam proses pembelajaran di kelas dengan melihat berbagai indikator keberhasilan proses dan hasil pembelajaran yang terjadi pada siswa (Hopkins, 1993: 34). Dalam rancangan penelitian ini ada beberapa siklus yang akan dilakukan oleh peneliti. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam pembelajaran menulis puisi melalui pemanfaatan media gambar terdiri atas dua siklus. Dalam setiap siklus terdiri atas empat kegiatan pokok, yaitu perencanaan (plan), tindakan (action), pengamatan (observe), dan refleksi (reflect).

a) Perencanaan (planing) adalah merencanakan program tindakan pembelajaran yang akan dilakukan untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi.

b) Tindakan (act) adalah pembelajaran yang dilakukan peneliti sebagai upaya meningkatkan kemampuan menulis puisi.


(46)

d) Refleksi (reflection) adalah kegiatan mengkaji dan mempertimbangkan hasil yang diperoleh dari pengamatan sehingga dapat dilakukan revisi terhadap proses belajar mengajar selanjutnya. Siklus dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut.

3.2Setting Penelitian

Gambar 3.1 Model Siklus Modifikasi dari Wardhani (2006: 2.16)

3.2 Setting Penelitian

Setting merupakan tempat dan waktu pelaksanaan tindakan kelas yang dilaksanakan oleh guru dan dibantu oleh seorang kolaborator dalam proses pembelajaran.

ACTION

PLAN SIKLUS 1 OBSERVE

REFLECT

ACTION

SIKLUS 2

PLAN OBSERVE


(47)

32

3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Sukarame, Bandarlampung tepatnya kelas V semester genap tahun pelajaran 2011/2012.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2011/2012. Penelitian ini dilakukan sesuai dengan jadwal pelajaran Bahasa Indonesia di kelas V dan terdiri dari dua siklus.

3.2.3 Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 2 Sukarame, Bandarlampung tahun pelajaran 2011/ 2012 yang berjumlah 26 orang.

3.3 Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan PTK ini ditentukan pada aspek proses dan hasil pelaksanaan tindakan, sampai pada peningkatan hasil dan proses belajar yang dialami siswa. Dari segi proses Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dinyatakan berhasil, jika 70% siswa dari kelas ini mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal sebesar 65.

3.4 Prosedur Penelitian

Pelaksanaan PTK ini dibuat dalam dua siklus. Siklus pertama terdiri atas dua kali pertemuan, yang masing-masing pertemuan telah dibuat rancangannya sedemikian rupa oleh peneliti agar tujuan penelitian tercapai. Pada pertemuan pertama siswa ditugasi untuk menganalisis unsure-unsur instrinsik yang ada pada puisi dengan cara berdiskusi dalam sebuah kelompok. Pertemuan kedua siswa ditugasi untuk


(48)

membuat sebuah puisi dengan tema keindahan. Siklus kedua juga terdiri atas dua kali pertemuan, pertemuan pertama siswa lagi-lagi diberikan tugas untuk menulis puisi. Pertemuan kedua pada siklus kedua guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan sekaligus mengapresiasikan puisi hasil karya siswa. Secara lebih rinci, prosedur penelitian tindakan untuk setiap siklusnya sebagai berikut.

3.4.1 Perencanaan Tindakan

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini adalah:

1) Melakukan observasi awal untuk melihat pembelajaran Bahasa Indonesia yang selama ini berlangsung di kelas V SD Negeri 2 Sukarame serta melihat hasil belajar siswa terutama pada materi penulisan puisi.

2) Menentukan media pembelajaran yaitu pembelajaran melalui media gambar berupa gambar pahlawan wanita Raden Ajeng Kartini beserta con8itoh puisinya.

3) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus I dalam bentuk skenario pembelajaran.

3.4.2 Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan pembelajaran berlangsung di kelas pada jam pelajaran Bahasa Indonesia selama 2 kali pertemuan masing-masing pertemuan terdiri dari 3 jam pelajaran. Rincian langkah-langkah pelaksanaan sebagai berikut:

Siklus I

A. Pertemuan Pertama a. Kegiatan Awal


(49)

34

2) Guru menginformasikan tujuan pembelajaran.

3) Guru mengadakan apersepsi dengan bertanya jawab kepada siswa yang berhubungan dengan materi yang akan dipelajari.

b. Kegiatan Inti

1) Guru memasang gambar pahlawan wanita R.A Kartini beserta contoh puisinya.

2) Guru membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil yang jumlah dan nama kelompok tersebut terdiri atas lima kelompok sesuai dengan lima unsur intrinsik di dalam menulis puisi.

3) Siswa mengamati gambar dan menyebutkan siapa dan apa yang terdapat pada gambar.

4) Guru membacakan puisi tersebut dan dilanjutkan dengan beberapa siswa yang ditunjuk oleh guru.

5) Siswa secara berkelompok menganalisis unsur-unsur intrinsik yang ada pada puisi.

6) Siswa mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.. c. Kegiatan Akhir

1. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang mendapat nilai terbaik.

2. Guru menjelaskan dan mempertegas apa saja dan bagaimana unsur-unsur intrinsik di dalam sebuah puisi.


(50)

B. Pertemuan Kedua a) Kegiatan Awal

1) Guru mengondisikan kelas.

2) Guru mengingatkan kembali pelajaran sebelumnya dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

3) Guru melakukan apersepsi dengan bertanya jawab kepada siswa hal-hal yang berhubungan dengan materi yang dipelajari.

b) Kegiatan Inti

1) Guru memasang sebuah gambar pemandangan air terjun yang indah. 2) Siswa menyebutkan objek dan hal-hal apa saja yang ada pada gambar. 3) Melalui media gambar tersebut siswa ditugaskan untuk membuat sebuah

puisi dengan tema keindahan. 2. Kegiatan Akhir

Guru dan siswa mengadakan refleksi hasil pembelajaran pertemuan kedua siklus satu.

Siklus II

A. Pertemuan Pertama a. kegiatan awal

1) Guru mengondisikan kelas.

2) Guru menginformasikan tujuan pembelajaran.

3) Guru mengadakan apersepsi dengan bertanya jawab kepada siswa yang berhubungan dengan materi yang akan dipelajari.


(51)

36

1) Guru memasang gambar pemandangan keindahan sungai di bawah mentari senja.

2) Siswa menyebutkan obyek-obyek dan warna-warna yang ada pada gambar

3) Siswa menulis sebuah puisi dengan tema keindahan berdasarkan kelima unsur instrinsik yang ada pada puisi

4) Hasil puisi karya siswa dikumpulkan c. Kegiatan Akhir

1) Guru menyimpulkan dan mengadakan refleksi pembelajaran 2) Siswa mencatat rangkuman hasil belajar

3) Guru menutup kegiatan belajar B. Pertemuan Kedua

a. Kegiatan Awal

1) Guru mengondisikan kelas

2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

3) Guru mengadakan apersepsi dengan cara bertanya jawab kepada siswa b. Kegiatan Inti

1) Guru memilih bebrapa puisi yang dinilai dalam lima kategori yaitu baik sekali, baik, cukup, kurang dan gagal.

2) Guru memanggil siswa satu persatu berdasarkan kategori hasil karyanya masing-masing

3) Siswa membacakan hasil karyanya itu di depan kelas

4) Guru memberikan penguatan dan penghargaan bagi hasil karya yang masuk kategori baik sekali.


(52)

c. Kegiatan Akhir

1) Guru menyimpulkan hasil belajar 2) Siswa membuat refleksi

3) Guru menutup kegiatan pembelajaran

3.4.3 Observasi

Observasi ini berjalan bersamaan dengan tahap pelaksanaan tindakan, baik terhadap siswa maupun guru dengan menggunakan instrumen yang telah disiapkan. Observasi dilakukan secara kolaborasi bersama teman sejawat dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Pengamatan difokuskan pada proses pembelajaran memanfaatkan media gambar dan melihat aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Untuk menilai hasil kegiatan pembelajaran pada masing-masing siklus, guru telah menyiapkan lembar observasi kegiatan pembelajaran bagi guru dan juga siswa.

3.4.4 Refleksi

Merefleksikan berarti mengevaluasi hasil tindakan untuk menetukan tingkat ketecapaian tujuan tindakan sesuai dengan yang terdapat pada indikator dan proses pembelajaran yang diharapkan. Dengan begitu dapat dicermati hasilnya secara positif maupun negatif. Refleksi berarti mengingat dan merenungkan kembali suatu tindakan sesuai dengan apa yang telah dilihat dan dicatat dalam observasi sehingga peneliti bisa menentukan rencana pembelajaran pada siklus berikutnya.

Pada penelitian ini, siklus pertama hasil observasi aktivitas siswa masuk dalam kategori cukup dan penilaian hasil menulis puisi siswa masih masuk dalam


(53)

38

kategori kurang. Pada siklus kedua berdasarkan hasil observasi dan penilaian yang dilakukan guru bersama-sama dengan kolaborator mengalami peningkatan. Observasi kegiatan siswa masuk dalam kategori baik sekali dan hasil penilaian penulisan puisi siswa masuk dalam kategori baik. Data lebih rinci dapat dilihat pada lampiran dan halaman pembahasan.

3.5 Alat dan Teknik Pengumpulan Data

Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah hasil menulis puisi siswa dengan pemanfaatan media gambar, dengan menggunakan metode observasi dan dengan menggunakan teknis tes tertulis dan non tes. Penilaian proses maupun penilaian hasil akhir peneliti dibantu seorang kolaborator agar penilaian bisa bervariatif dan objektif. Setelah nilai akhir diperoleh maka peneliti akan melakukan refleksi untuk melakukan tindakan selanjutnya. Hal-hal yang akan diobservasi selama proses pembelajaran berlangsung yaitu:

a. mengamati proses belajar siswa selama proses pembelajaran berlanggsung b. melaksanakan latihan dan mengevaluasi latihan

c. membandingkan perolehan nilai per indikator

d. menyimpulkan temuan-temuan hasil observasi yaitu yang berupa catatan-catatan lapangan

3.6 Teknik Analisis Data

1. Membaca puisi hasil karya siswa secara keseluruhan.

2. Mengoreksi dan memberi skor puisi siswa berdasarkan indikator penilaian pada tabel penilaian dan mencocokkan dengan tolok ukur penilaian. Hasil penilaian dari penilai satu yaitu peneliti dan penilai dua yaitu wali kelas V


(54)

dijumlahkan kemudian dibagi dua. Maka perolehan siswa pada materi penulisan puisi dapat dihitung dengan rumus:

NA= Jumlah skor yang diperoleh X 100 % Jumlah skor maksimal

Tabel. 3.1 Tabel Indikator Penilaian dan Skor Kemampuan Menulis Puisi

No. Indikator Deskripsi Penilaian Skor

1. Tema 1.Baik sekali; bila tema puisi

dikembangkan dengan sangat baik dan sangat sesuai dengan keindahan panorama air terjun yang tampak pada gambar.

2.Baik; bila tema dikembangkan dengan baik dan sesuai dengan keindahan panorama air terjun yang tampak pada gambar.

3.Cukup; bila tema dikembangkan dengan cukup baik dan cukup sesuai dengan keindahan panorama air terjun yang tampak pada gambar.

4.Kurang; bila tema kurang

dikembangkan dan kurang sesuai dengan keindahan panorama air terjun yang tampak pada gambar.

5.Gagal; bila tema dikembangkan tidak sesuai dengan keindahan panorama air terjun yang tamapak pada gambar.

5

4

3

2

1

2. Amanat 1.Baik sekali; bila amanat tersurat dengan sangat jelas melalui kata-kata yang disusun dengan baris dan didukung dengan keserasian keindahan panorama air terjun yang tampak pada gambar. 2.Baik; bila amanat tersurat dengan jelas

dan didukung dengan keserasian keindahan panorama air terjun yang tampak oleh gambar.

3.Cukup; bila amanat tersurat cukup jelas, dan cukup menggambarkan keindahan panorama air terjun yang tampak pada gambar.

4.Kurang; bila amanat tersurat kurang jelas, kurang memperhatikan kata-kata yang disusun dalam baris dan kurang

5

4

3


(55)

40

didukung dengan keserasian keindahan panorama air terjun yang tampak pada gambar.

5.Gagal; bila tidak tersurat amanat, tidak memperhatikan kata-kata yang disusun dengan baris dan tidak ada keserasian dengan keindahan panorama air terjun yang tampak pada gambar.

1

3. Diksi

(pilihan kata)

1.Baik sekali; bila memilih kata dengan sangat baik, sesuai dengan urutannya dan didukung keserasian amanat dan tema keindahan panorama air terjun. 2.Baik; bila memilih kata dengan baik,

sesuai dengan urutannya dan didukung keserasian amanat dan tema keindahan panorama air terjun.

3.Cukup; bila memilih kata dengan cukup baik, cukup sesuai dengan urutannya dan cukup didukung keserasian amanat dan tema keindahan panorama air terjun. 4.Kurang; bila memilih kata dengan

kurang baik, kurang sesuai dengan urutannya dan kurang didukung keserasian amanat dan tema keindahan panorama air terjun.

5.Gagal; bila tidak memilih kata dengan baik, tidak sesuai dengan urutannya dan tidak ada keserasian amanat dan tema keindahan panorama air terjun.

5

4

3

2

1

4. Pengimajian 1.Baik sekali; bila pengimajinasian sangat baik dan sangat membangkitkan imajinasi indrawi dan sangat mampu menghidupkan suasana puisi yang menggambarkan keindahan panorama air terjun.

2.Baik; bila pengimajinasian baik dan membangkitkan imajinasi indrawi dan mampu menghidupkan suasana puisi yang menggambarkan keindahan panorama air terjun.

3.Cukup; bila pengimajinasian cukup baik dan cukup membangkitkan imajinasi

indrawi dan cukup mampu

menghidupkan suasana puisi yang menggambarkan keindahan panorama air terjun.

4.Kurang; bila pengimajinasian kurang baik dan kurang membangkitkan

5

4

3


(56)

imajinasi indrawi dan kurang mampu menghidupkan suasana puisi yang menggambarkan keindahan panorama air terjun.

5.Gagal; bila pengimajinasian tidak baik dan tidak membangkitkan imajinasi indrawi dan tidak mampu menghidupkan suasana puisi yang menggambarkan keindahan panorama air terjun.

1

5. Bahasa Figuratif (majas) 1. Baik sekali; bila banyak terdapat ciri khas majas untuk mengungkapkan makna puisi dan sangat mampu menimbulkan keindahan bahasa untuk menggambarkan keindahan panorama air terjun.

2. Baik; bila terdapat ciri khas majas untuk mengungkapkan makna puisi dan mampu menimbulkan keindahan bahasa untuk menggambarkan keindahan panorama air terjun.

3. Cukup; bila cukup terdapat ciri khas majas untuk mengungkapkan makna puisi dan cukup mampu menimbulkan

keindahan bahasa untuk

menggambarkan keindahan panorama air terjun.

4. Kurang; bila kurang terdapat ciri khas majas untuk mengungkapkan makna puisi dan kurang mampu menimbulkan

keindahan bahasa untuk

menggambarkan keindahan panorama air terjun.

5. Gagal; bila tidak terdapat ciri khas majas untuk mengungkapkan makna puisi dan tidak mampu menimbulkan

keindahan bahasa untuk

menggambarkan keindahan panorama air terjun. 5 4 3 2 1


(57)

42

3.7 Tolok Ukur Penilaian

Tolok ukur dalam penskoran nilai berpedoman pada rentang nilai seperti pada table berikut.

Tabel 3.2 Tolok Ukur Penilai Penulisan Puisi

No. Rentang Nilai Keterangan

1. ≥ 75,01 Baik Sekali

2. 65,01 - 75,00 Baik

3. 55,01 - 65,00 Cukup

4. 40,01 - 55,00 Kurang

5. < 40,00 Sangat Kurang

3.8 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat bantu bagi peneliti dalam mengumpulkan data. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa instrumen yang sesuai dengan data yang akan diambil di dalam proses penelitian, yaitu: instrumen observasi siswa, observasi guru dan instrument penilaian perencanaan pembelajaran..

3.8.1 Instrumen Proses Pembelajaran Guru

Dalam penelitian ini aktivitas guru pun ikut dinilai. Penilaian dilakukan sejak dari persiapan penyusunan RPP, persiapan pembelajaran, proses mengajar hingga tahap pengambilan nilai hasil kerja siswa. Data-data aktivitas guru tersebut dirumuskan secara rinci seperti pada tabel berikut.


(58)

Tabel 3.3 Observasi Hasil Kerja Guru

No Aspek Skor

1 2 3 4 5

I Persiapan Pembelajaran 1. Persiapan RPP

2. Kesiapan model yang akan ditampilkan II Kegiatan Awal

1. Melakukan absensi siswa 2. Apersepsi

3. Mengemukakan tujuan pembelajaran 4. Menjelaskan materi pembelajaran III Kegiatan Inti

1. Penguasaan materi pembelajaran 2. Penguasaan kelas

3. Mengamati model

4. Mengarahkan siswa mengidentifikasi unsur-.unsur .surat undangan

5. Partisipasi/aktivitas dalam proses pembelajaran 6. Menggunakan bahasa yang mudah dipahami 7. Melakukan pemantauan aktifitas belajar siswa IV Kegiatan Akhir

1. Melakukan evaluasi

2. Melibatkan siswa dalam proses menulis puisi 3. melaksanakan remedial bagi siswa yang belum

.mencapai KKM

Jumlah Skor

Skor maksimal 100

Perhitungan nilai akhir dalam skala 0-100 adalah sebagai berikut: Kategori : 0 - 39 = Gagal

40 - 59 = Kurang 60 - 74 = Cukup 75 - 84 = Baik 85 - 100 = Baik Sekali

Skor Perolehan

Nilai Akhir = X 100%


(59)

44

3.8.2 Instrumen Penilaian Perencanaan Pembelajaran (IPPP)

Instrumen ini digunakan untuk menilai keberhasilan peneliti sebagai guru di dalam perumusan, penyusunan rencana pembelajaran yang tersusun dalam bentuk skenario pembelajaran

Tabel 3.4. Instrumen Penilaian Perencanaan Pembelajaran

No Aspek yang dinilai Skor

I Kejelasan perumusan tujuan pembelajaran (tidak menimbulkan penafsiran ganda dan perilaku hasil belajar)

1 2 3 4 5

2 Pemilihan materi ajar (sesuai dengan tujuan dan karakteristik peserta didik)

1 2 3 4 5 3 Pengorganisasian materi ajar (keruntutan,

sistematika materi dan kesesuaian dengan alokasi waktu)

1 2 3 4 5

4 Pemilihan sumber/media pembelajaran (sesuai dengan tujuan, materi, dan karakteristik peserta didik)

1 2 3 4 5 5 Kejelasan scenario pembelajaran

(Langkah-langkah kegiatan pembelajaran :awal, inti dan penutup)

1 2 3 4 5

6 Kerincian Skenario pembelajaran (setiap langkah tercermin strategi/metode, dan alokasi waktu pada setiap tahap

1 2 3 4 5

7 Kesesuaian teknik dengan tujuan pembelajaran 1 2 3 4 5 8 Kelemgkapan instrument (soal, kunci,

pedoman penskoran)

1 2 3 4 5

Skor Total

3.8.3 Instrumen Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Bahasa

Instrumen aktivitas siswa ini adalah instrumen yang berisi segala aktivitas yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran dilaksanakan. Aktivitas-aktivitas yang dinilai adalah aktvitas pembelajaran bahasa yaitu aktivitas visual, lisan,


(60)

mendengarkan dan menulis. Untuk lebih jelasnya instrument ini dirincican sebagai berikut.

Tabel 3.5 Instrumen Aktivitas Siswa

No. Indikator Kriteria Penilaian Skor Skor Maks

1. Aktivitas Visual

Semua siswa terlihat memperhatikan Ada 3-5 siswa yang tidak memperhatikan

Ada 6-8 siswa yang tidak memperhatikan

Ada 9-11 siswa yang tidak memperhatikan

Ada > 11 siswa yang tidak memperhatikan 5 4 3 2 1 5

2. Aktivitas Lisan Semua siswa terlihat bertanya dan mengeluarkan pendapat

Ada 3-5 siswa yang tidak bertanya dan mengeluarkan pendapat

Ada 6-8 siswa yang tidak bertanya dan mengeluarkan pendapat

Ada 9-11 siswa yang tidak bertanya dan mengeluarkan pendapat

Ada > 11 siswa yang tidak bertanya dan mengeluarkan pendapat

5 4 3 2 1 5

3. Aktivitas Mendengarkan

Semua siswa terlihat fokus mendengarkan penjelasan guru

Ada 3-5 siswa terlihat tidak fokus mendengarkan penjelasan guru Ada 6-8 siswa yang tidak fokus mendengarkan penjelasan guru Ada 9-11 siswa yang tidak fokus mendengarkan penjelasan guru

5 4 3 2


(61)

46

Ada > 11 siswa yang tidak fokus mendengarkan penjelasan guru

1

4. Aktivitas Menulis

Semua siswa terlihat mandiri dalam menulis puisi

Ada 3-5 siswa yang tidak mandiri dalam menulis puisi

Ada 6-8 siswa yang tidak mandiri dalam menulis puisi

Ada 9-11 siswa yang tidak mandiri dalam menulis puisi

Ada > 11 siswa yang tidak mandiri dalam menulis puisi

5 4 3 2 1 5

5. Aktivitas Emosional

Semua siswa terlihat berminat dan antusias

Ada 3-5 siswa yang terlihat tidak berminat dan antusias

Ada 6-8 siswa yang terlihat tidak berminat dan antusias

Ada 9-11 siswa yang terlihat tidak berminat dan antusias

Ada > 11 siswa yang terlihat tidak berminat dan antusias

5 4 3 2 1 5


(1)

imajinasi indrawi dan kurang mampu menghidupkan suasana puisi yang menggambarkan keindahan panorama air terjun.

5. Gagal; bila pengimajinasian tidak baik dan tidak membangkitkan imajinasi indrawi dan tidak mampu menghidupkan suasana puisi yang menggambarkan keindahan panorama air terjun.

1

5. Bahasa Figuratif (majas) 1. Baik sekali; bila banyak terdapat ciri khas majas untuk mengungkapkan makna puisi dan sangat mampu menimbulkan keindahan bahasa untuk menggambarkan keindahan panorama air terjun.

2. Baik; bila terdapat ciri khas majas untuk mengungkapkan makna puisi dan mampu menimbulkan keindahan bahasa untuk menggambarkan keindahan panorama air terjun.

3. Cukup; bila cukup terdapat ciri khas majas untuk mengungkapkan makna puisi dan cukup mampu menimbulkan

keindahan bahasa untuk

menggambarkan keindahan panorama air terjun.

4. Kurang; bila kurang terdapat ciri khas majas untuk mengungkapkan makna puisi dan kurang mampu menimbulkan

keindahan bahasa untuk

menggambarkan keindahan panorama air terjun.

5. Gagal; bila tidak terdapat ciri khas majas untuk mengungkapkan makna puisi dan tidak mampu menimbulkan

keindahan bahasa untuk

menggambarkan keindahan panorama air terjun.

5

4

3

2

1


(2)

3.7 Tolok Ukur Penilaian

Tolok ukur dalam penskoran nilai berpedoman pada rentang nilai seperti pada table berikut.

Tabel 3.2 Tolok Ukur Penilai Penulisan Puisi

No. Rentang Nilai Keterangan

1. ≥ 75,01 Baik Sekali

2. 65,01 - 75,00 Baik

3. 55,01 - 65,00 Cukup

4. 40,01 - 55,00 Kurang

5. < 40,00 Sangat Kurang

3.8 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat bantu bagi peneliti dalam mengumpulkan data. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa instrumen yang sesuai dengan data yang akan diambil di dalam proses penelitian, yaitu: instrumen observasi siswa, observasi guru dan instrument penilaian perencanaan pembelajaran..

3.8.1 Instrumen Proses Pembelajaran Guru

Dalam penelitian ini aktivitas guru pun ikut dinilai. Penilaian dilakukan sejak dari persiapan penyusunan RPP, persiapan pembelajaran, proses mengajar hingga tahap pengambilan nilai hasil kerja siswa. Data-data aktivitas guru tersebut dirumuskan secara rinci seperti pada tabel berikut.


(3)

Tabel 3.3 Observasi Hasil Kerja Guru

No Aspek Skor

1 2 3 4 5

I Persiapan Pembelajaran 1. Persiapan RPP

2. Kesiapan model yang akan ditampilkan II Kegiatan Awal

1. Melakukan absensi siswa 2. Apersepsi

3. Mengemukakan tujuan pembelajaran 4. Menjelaskan materi pembelajaran III Kegiatan Inti

1. Penguasaan materi pembelajaran 2. Penguasaan kelas

3. Mengamati model

4. Mengarahkan siswa mengidentifikasi unsur-.unsur .surat undangan

5. Partisipasi/aktivitas dalam proses pembelajaran 6. Menggunakan bahasa yang mudah dipahami 7. Melakukan pemantauan aktifitas belajar siswa IV Kegiatan Akhir

1. Melakukan evaluasi

2. Melibatkan siswa dalam proses menulis puisi 3. melaksanakan remedial bagi siswa yang belum

.mencapai KKM

Jumlah Skor

Skor maksimal 100

Perhitungan nilai akhir dalam skala 0-100 adalah sebagai berikut: Kategori : 0 - 39 = Gagal

40 - 59 = Kurang 60 - 74 = Cukup 75 - 84 = Baik 85 - 100 = Baik Sekali

Skor Perolehan

Nilai Akhir = X 100%


(4)

3.8.2 Instrumen Penilaian Perencanaan Pembelajaran (IPPP)

Instrumen ini digunakan untuk menilai keberhasilan peneliti sebagai guru di dalam perumusan, penyusunan rencana pembelajaran yang tersusun dalam bentuk skenario pembelajaran

Tabel 3.4. Instrumen Penilaian Perencanaan Pembelajaran

No Aspek yang dinilai Skor

I Kejelasan perumusan tujuan pembelajaran (tidak menimbulkan penafsiran ganda dan perilaku hasil belajar)

1 2 3 4 5

2 Pemilihan materi ajar (sesuai dengan tujuan dan karakteristik peserta didik)

1 2 3 4 5 3 Pengorganisasian materi ajar (keruntutan,

sistematika materi dan kesesuaian dengan alokasi waktu)

1 2 3 4 5

4 Pemilihan sumber/media pembelajaran (sesuai dengan tujuan, materi, dan karakteristik peserta didik)

1 2 3 4 5

5 Kejelasan scenario pembelajaran (Langkah-langkah kegiatan pembelajaran :awal, inti dan penutup)

1 2 3 4 5

6 Kerincian Skenario pembelajaran (setiap langkah tercermin strategi/metode, dan alokasi waktu pada setiap tahap

1 2 3 4 5

7 Kesesuaian teknik dengan tujuan pembelajaran 1 2 3 4 5 8 Kelemgkapan instrument (soal, kunci,

pedoman penskoran)

1 2 3 4 5

Skor Total

3.8.3 Instrumen Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Bahasa

Instrumen aktivitas siswa ini adalah instrumen yang berisi segala aktivitas yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran dilaksanakan. Aktivitas-aktivitas yang dinilai adalah aktvitas pembelajaran bahasa yaitu aktivitas visual, lisan,


(5)

mendengarkan dan menulis. Untuk lebih jelasnya instrument ini dirincican sebagai berikut.

Tabel 3.5 Instrumen Aktivitas Siswa

No. Indikator Kriteria Penilaian Skor Skor

Maks 1. Aktivitas

Visual

Semua siswa terlihat memperhatikan Ada 3-5 siswa yang tidak memperhatikan

Ada 6-8 siswa yang tidak memperhatikan

Ada 9-11 siswa yang tidak memperhatikan

Ada > 11 siswa yang tidak memperhatikan

5 4

3

2

1

5

2. Aktivitas Lisan Semua siswa terlihat bertanya dan mengeluarkan pendapat

Ada 3-5 siswa yang tidak bertanya dan mengeluarkan pendapat

Ada 6-8 siswa yang tidak bertanya dan mengeluarkan pendapat

Ada 9-11 siswa yang tidak bertanya dan mengeluarkan pendapat

Ada > 11 siswa yang tidak bertanya dan mengeluarkan pendapat

5

4

3

2

1

5

3. Aktivitas Mendengarkan

Semua siswa terlihat fokus mendengarkan penjelasan guru

Ada 3-5 siswa terlihat tidak fokus mendengarkan penjelasan guru Ada 6-8 siswa yang tidak fokus mendengarkan penjelasan guru Ada 9-11 siswa yang tidak fokus mendengarkan penjelasan guru

5

4

3

2


(6)

Ada > 11 siswa yang tidak fokus mendengarkan penjelasan guru

1

4. Aktivitas Menulis

Semua siswa terlihat mandiri dalam menulis puisi

Ada 3-5 siswa yang tidak mandiri dalam menulis puisi

Ada 6-8 siswa yang tidak mandiri dalam menulis puisi

Ada 9-11 siswa yang tidak mandiri dalam menulis puisi

Ada > 11 siswa yang tidak mandiri dalam menulis puisi

5

4

3

2

1

5

5. Aktivitas Emosional

Semua siswa terlihat berminat dan antusias

Ada 3-5 siswa yang terlihat tidak berminat dan antusias

Ada 6-8 siswa yang terlihat tidak berminat dan antusias

Ada 9-11 siswa yang terlihat tidak berminat dan antusias

Ada > 11 siswa yang terlihat tidak berminat dan antusias

5

4

3

2

1


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KEMAMPUAN MELENGKAPI PUISI MELALUI MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS III SEMESTER GANJIL SD NEGERI 4 TALANGPADANG KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 6 51

PENINGKATAN KEMAMPUAN MELENGKAPI PUISI MELALUI MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS III SEMESTER GANJIL SD NEGERI 4 TALANGPADANG TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 5 55

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI MELALUI PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS IV-A SDN 1 RAJABASA TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 5 96

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI MELALUI PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS IV-A SDN 1 RAJABASA TAHUN PELAJARAN 2011/2012

1 7 71

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI METODE PELATIHAN PADA SISWA KELAS VIIC SMPN 2 TEGINENENG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 6 93

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI TEKNIK PENGAMATAN PADA SISWA KELAS V-B SDN 1 TANJUNG SENANG BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 9 59

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 SUKARAME BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

2 12 61

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR SISWA KELAS VII-B SMP TAMAN SISWA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

3 10 53

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN BERDASARKAN PENGALAMAN MELALUI PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS V SDN 2 GADINGREJO TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 5 20

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR SISWA KELAS VIII SMPN 1 WAY LIMA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 7 60