12 b.
Kegunaan bagi pemerintah : 1. Dengan diselenggarakannya pendaftaran tanah berarti akan menciptakan
terselenggarakannya tertib administrasi di bidang pertanahan, sebab dengan terwujudnya tertib administrasi pertanahan akan memperlancar setiap
kegiatan yang menyangkut tanah dalam pembangunan di Indonesia. 2. Dengan diselenggarakannya pendaftaran tanah, merupakan salah satu cara
untuk mengatasi setiap keresahan yang menyangkut tanah sebagai sumbernya, seperti pendudukan tanah secara liar, sengketa tanda batas dan
lain sebagainya.
B. Sertipikat Hak Atas Tanah.
Dalam Pasal 1 angka 20 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 yang dimaksud sertipikat adalah :
“Surat tanda bukti hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat 2 huruf c UUPA untuk hak atas tanah, hak pengelolaan, tanah wakaf, hak milik atas satuan rumah
susun dan hak tanggungan yang masing-masing sudah dibukukan dalam buku tanah yang bersangkutan.”
Buku Tanah adalah dokumen dalam bentuk daftar yang memuat data yuridis dan data fisik suatu obyek pendaftaran tanah yang sudah ada haknya Pasal 1 angka
19 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997. Menurut Ali Achmad Chomsah, yang dimaksud dengan sertipikat adalah :
13 “Surat tanda bukti hak yang terdiri salinan buku tanah dan surat ukur, diberi sampul,
dijilid menjadi satu, yang bentuknya ditetapkan oleh Menteri Negara AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional.”
Surat Ukur adalah dokumen yang memuat data fisik suatu bidang tanah dalam bentuk peta dan uraian Pasal 1 angka 17 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
1997. Peta Pendaftaran adalah peta yang menggambarkan bidang atau bidang-bidang tanah untuk keperluan pembukuan tanah pasal 1 angka 15 Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 1997. Sertipikat diberikan bagi tanah-tanah yang sudah ada surat ukurnya ataupun tanah-tanah yang sudah diselenggarakan Pengukuran Desa demi
Desa, karenanya sertipikat merupakan pembuktian yang kuat, baik subyek maupun obyek ilmu hak atas tanah.
Pasal 32 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 disebutkan bahwa : 1. Sertipikat merupakan tanda bukti hak yang berlaku, apabila data fisik dan data
yuridis tersebut sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur dan buku tanah hak yang bersangkutan.
2. Dalam hal ada suatu bidang tanah sudah diterbitkan sertipikat secara sah atas nama orang atau badan hukum yang memperoleh tanah tersebut dengan itikad
baik dan secara nyata menguasainya, maka pihak lain yang merasa mempunyai hak atas tanah itu tidak dapat menuntut pelaksanaan atas hak tersebut apabila
dalam 5 tahun sejak diterbitkannya sertipikat telah mengajukan keberatan secara tertulis kepada pemegang hak sertipikat dan kepala kantor pertanahan yang
14 bersangkutan ataupun tidak mengajukan gugatan ke pengadilan melakukan
penguasaan atau penerbitan sertipikat tersebut. Sedangkan dalam Pasal 19 ayat 2 huruf c UUPA disebutkan bahwa:
“pendaftaran tersebut dalam ayat 1 pasal ini meliputi pemberian surat-surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat.”
Jadi sertipikat dimaksud berlaku sebagai alat bukti yang kuat, bukan suatu alat bukti yang mutlak dalam arti bahwa selama tidak dapat dibuktikan sebaliknya, data
fisik dan data yuridis yang tercantum didalamnya harus diterima sebagai keterangan yang benar.
Salah satu bentuk sertipikat cacat hukum yakni Sertipikat ganda. Sertipikat ganda atas tanah adalah sertipikat yang diterbitkan oleh Badan Pertanahan Nasional
BPN yang akibat adanya kesalahan pendataan pada saat melakukan pengukuran dan pemetaan pada tanah, sehingga terbitlah sertipikat ganda yang berdampak pada
pendudukan tanah secara keseluruhan ataupun sebagaian tanah milik orang lain. Apabila ditinjau dari pengertian sertipikat itu sendiri maka sertipikat adalah
tanda bukti hak atas tanah, yang dikeluarkan oleh pemerintah dalam rangka penyelenggaraan pendaftaran tanah menurut ketentuan peraturan dan perundang-
undangan Sertipikat hak atas tanah membuktikan bahwa seseorang atau suatu badan hukum, mempunyai suatu hak atas bidang tanah tertentu.
Pada kenyataannya bahwa seseorang atau suatu badan hukum menguasai secara fisik dan menggunakan tanah yang bersangkutan tidak serta merta langsung
membuktikan bahwa ia mempunyai hak atas tanah yang dimaksud. Adanya surat-
15 surat jual beli, belum tentu membuktikan bahwa yang membeli benar-benar
mempunyai hak atas tanah yang dibelinya. Apalagi tidak ada bukti otentik bahwa yang menjual memang berhak atas tanah yang dijualnya. Dalam konteks inilah terjadi
pendudukan tanah secara tidak sah melalui alat bukti berupa dokumen sertipikat yang belum dapat dijamin kepastian hukumnya. Maksud gambaran diatas adalah
suatu peristiwa penerbitan sertipikat ganda atas tanah, yang mengakibatkan adanya pemilikan bidang tanah atau pendudukan hak yang saling bertindihan satu dengan
yang lain. Sejalan dengan itu A.P. Parlindungan menyatakan : “Yang dimaksud dengan sertipikat ganda adalah surat keterangan kepemilikan
dokumen dobel atau double yang diterbitkan oleh Badan Hukum yang mengakibatkan adanya pendudukan hak yang saling bertindihan antara satu bagian
atas sebagian yang lain”. Dari pendapat diatas maka dapat dikatakan bahwa sertipikat ganda adalah
surat keterangan kepemilikan yang diperoleh baik secara sah ataupun tidak sah yang sewaktu-waktu dapat menimbulkan suatu akibat hukum sengketa bagi subyek hak
maupun obyek hak. Sertipikat ganda merupakan sertipikat-sertipikat yang menguraikan satu
bidang tanah yang sama dengan berlainan datanya. Hal semacam ini disebut pula “Sertipikat Tumpang Tindih overlapping”, baik tumpang tindih seluruh bidang
maupun tumpang tindih sebagian dari tanah tersebut.
16 Sertipikat ganda dapat terjadi karena beberapa hal sebagai berikut :
a. Pada waktu dilakukan pengukuran ataupun penelitian di lapangan, pemohon dengan sengaja atau tidak sengaja menunjukkan letak tanah dan batas-batas yang
salah. b. Adanya surat bukti atau pengakuan hak di belakang hari terbukti mengandung
ketidakbenaran, kepalsuan atau sudah tidak berlaku lagi. c. Untuk wilayah yang bersangkutan belum tersedia Peta Pendaftaran Tanahnya.
d. Kasus penerbitan lebih dari satu sertipikat atas sebidang tanah dapat pula terjadi atas tanah warisan. Latar belakang kasus tersebut adalah sengketa harta warisan
yaitu oleh pemilik sebelum meninggalnya telah dijual kepada pihak lain tidak diketahui oleh anak-anaknya dan telah diterbitkan sertipikat atas nama pembeli,
dan kemudian para ahli warisnya mensertipikatkan tanah yang sama, sehingga mengakibatkan terjadi sertipikat ganda, karena sertipikat terdahulu ternyata belum
dipetakan.
C. Sengketa Sertipikat Ganda.