orang-orang yang kedudukannya sederajat dan juga mempelajari perilaku yang baik Al. Bachri, 2001.
4.3.1.3 Iklan
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
responden menyatakan pengaruh iklan rokok dalam kategori kuat, yaitu sejumlah 247 dari 357 responden
69,2, sedangkan responden yang menyatakan pengaruh iklan rokok dalam kategori tidak kuat, yaitu
sejumlah 110 dari 357 responden 30,8. Hal tersebut menunjukkan sebagian besar responden
menyatakan pengaruh iklan rokok dalam kategori kuat.
Menurut Suyanto 2005 periklanan merupakan penggunaan media bayaran oleh seorang penjual
untuk mengkomunikasikan
informasi persuasif
tentang produk ide, barang,
jasa ataupun
organisasi sebagai alat promosi yang kuat. Iklan mempunyai berbagai macam bentuk industri,
konsumen, merek, produk, lokal dan sebagainya yang dirancang untuk mencapai berbagai macam
tujuan penjualan seketika, pengenalan merek, preferensi dan sebagainya.
Televisi adalah
media yang
sangat berpengaruh dalam hal memberikan informasi dan
ilmu. Jika tidak bisa memilah-milah ilmu atau informasi
tersebut dengan
baik atau
tidak memberikan perhatian khusus pada remaja yang
sedang menonton maka dampak buruk dari iklan akan terwujud. Selain dampak baik yang dapatkan
ternyata dampak buruk pun bisa didapatkan dari
iklan ini. Iklan rokok yang begitu marak di televisi. Tidak bisa dipungkiri memiliki dampak buruk,
terutama pada anak dan remaja. Dengan maraknya iklan rokok yang dilihat oleh remaja khususnya
remaja putri akan memberikan rasa keingintahuan untuk mencobanya. Sehingga saat ini sebagian
remaja putri pernah mencoba rokok Suyanto, 2005.
4.3.1.4 Kepribadian
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
responden mempunyai kepribadian ekstrovert, yaitu sejumlah
276 dari 357 responden
77,3, sedangkan responden yang mempunyai kepribadian
introvert, yaitu sejumlah 81 dari 357 responden 22,7. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian
besar responden mempunyai kepribadian ekstrovert Remaja merokok karena alasan ingin tahu
atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa serta membebaskan diri dari kebosanan.
Remaja yang berisiko tinggi adalah remaja-remaja yang memiliki sifat pemuasaan segera, kurang
mampu menunda keinginan, merasa kosong dan mudah bosan, mudah cemas, gelisah, dan depresif.
Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian dari CASA Columbian
University`s National
Center On
Addiction and Substance Abuse, remaja perokok memiliki risiko dua kali lipat mengalami gejala-gejala
depresi dibandingkan remaja yang tidak merokok. Para perokok aktif pun tampaknya lebih sering
mengalami serangan panik dari pada mereka yang tidak merokok. Banyak penelitian yang membuktikan
bahwa merokok dan depresi merupakan suatu hubungan
yang saling
berkaitan. Depresi
menyebabkan seseorang merokok dan para perokok biasanya
memiliki gejala-gejala
depresi dan
kecemasan ansietas Hidayat, 2007. Setiap interaksi pergaulan yang intens
kepada teman akan membawa pengaruh. Karena sifat, sikap, tingkah laku jika bersentuhan dengan
pribadi seseorang maka akan memberikan dampak bagi orang tersebut. Perilaku yang buruk biasanya
akan lebih cepat menular kepada pembentukan kepribadian seseorang. Ibarat penyakit menular yang
akan menjangkiti siapapun yang berada didekatnya Sunaryo, 2002.
Orang-orang dengan
tipe kepribadian
ekstrovert memiliki ciri-ciri antara lain orientasinya lebih banyak tertuju keluar lahiriah. Pikiran,
perasaan dan tindakan orang-orang dengan tipe kepribadian ekstrovert terutama ditentukan oleh
lingkungan sosial maupun non sosial di luar dirinya. Sifatnya
positif terhadap
masyarakat, cepat
beradaptasi dengan lingkungan, tindakan cepat dan tegas, hatinya terbuka, mudah bergaul dan
hubungan dengan orang lain lancar Sunaryo, 2002. Kelemahan
orang-orang dengan
tipe kepribadian ekstrovert adalah perhatian terhadap
dunia luar terlalu kuat yang akan membuatnya tenggelam dalam dunia objektifnya, sehingga akan
mengalami kehilangan dirinya atau asing terhadap dunia
subjektifnya. Di
samping itu,
mereka
cenderung cepat
melakukan tindakan
tanpa pertimbangan yang matang Sunaryo, 2002.
Orang dengan tipe kepribadian ekstrovert lebih efektif belajar melalui pengalaman yang konkret,
kontak dengan dunia luar dan berhubungan dengan orang lain. Mereka akan merasa lebih bersemangat
ketika bersama orang lain dan berinterakasi dengan mereka, serta sering dapat mengungkapkan ide
terbaik mereka jika dapat mengungkapkannya pada orang lain. Mereka tergantung pada stimulasi dari
luar dan interaksi dengan orang lain Sunaryo, 2002.
Mahasiswi dengan tipe kepribadian ekstrovert, mengawali aktivitas merokoknya sebagai aktivitas
sosial. Mahasiswi dengan kepribadian ekstrovert biasanya memulai perilaku merokoknya karena
konformitas teman sebaya dan melakukannya di tempat-tempat umum yang memungkinkan mereka
berada di area pergaulan dengan banyak orang. Dengan intensitas perilaku merokok mereka yang
terkadang menghabiskan 1-15 lebih setiap harinya, dengan selang waktu 5 menit sampai 1 jam setelah
bangun tidur dipagi hari Sunaryo, 2002.
4.3.1.5 Perilaku merokok