Mahasiswi  di  Universitas  Kristen  Satya  Wacana Salatiga.
Tabel 4.8 Hubungan Pengaruh Teman dengan Perilaku Merokok
Mahasiswi di Universitas Kristen  Satya Wacana Salatiga n=357
Pengaruh teman
Perilaku  merokok X
2
P value
Tidak merokok
Merokok ringan
Merokok sedang
Merok ok
berat Total
f f
f f
f Tidak
Mendukung 69  19,3  14  3,9  10  2,8  2  0,6  95  26,6  8,780 0,032
Mendukung  167 46,8  26  7,3  47  13,2 22  6,2  262  73,4 Jumlah
236 66,1  40  11,2  57  16,0 24  6,7  357  100,0 α = 0,05
Berdasarkan  Tabel  4.8  yang  menunjukkan hasil  analisis  hubungan  pengaruh  teman  dengan
perilaku  merokok  diperoleh  bahwa  sebanyak  69 responden  19,3  menyatakan  pengaruh  teman
tidak mendukung
perilaku merokok
terlihat responden tidak merokok. Sedangkan sebanyak 167
responden  46,8  menyatakan  pengaruh  teman yang
mendukung perilaku
merokok terlihat
responden tidak merokok. Hasil  uji  statistik  didapatkan  nilai  p  value
sebesar  0,032  maka  dapat  disimpulkan  ada hubungan  yang  signifikan  pengaruh  teman  dengan
perilaku merokok. Hasil analisis chi square diperoleh nilai  X
2
sebesar  8,780  artinya  ada  hubungan  yang signifikan pengaruh teman dengan perilaku merokok
4.2.2.3 Hubungan Iklan dengan Perilaku Merokok
Data hasil tabulasi silang antara variabel iklan sebagai  variabel  bebas  dan  perilaku  merokok
sebagai  variabel  terikat.  Tabel  4.9  di  bawah  ini
menunjukkan  data  hasil  tabulasi  silang  hubungan pengaruh iklan dengan perilaku merokok  Mahasiswi
di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.
Tabel 4.9 Hubungan Iklan dengan Perilaku Merokok  Mahasiswi di
Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga n=357
Iklan Perilaku  merokok
X
2
P value
Tidak merokok
Merokok ringan
Merokok sedang
Merok ok
berat Total
f f
f f
f Tidak kuat
78  21,8  19  5,3  5  1,4  8  2,2  110  30,8  18,84 0,000 Kuat
158 44,3  21  5,9  52  14,6 16  4,5  247  69,2 Jumlah
236 66,1  40  11,2  57  16,0 24  6,7  357  100,0 α = 0,05
Berdasarkan  Tabel  4.9  yang  menunjukkan hasil  analisis  hubungan  iklan  dengan  perilaku
merokok  diperoleh  bahwa  sebanyak  78  responden 21,8  menyatakan  iklan  dalam  kategori  tidak  kuat
terlihat  responden  tidak  merokok.  Sedangkan  158 responden 44,3 menyatakan pengaruh iklan yang
kuat terlihat responden tidak merokok. Hasil  uji  statistik  didapatkan  nilai  p  value
sebesar  0,000  maka  dapat  disimpulkan  ada hubungan  yang  signifikan  iklan  dengan  perilaku
merokok.  Hasil  analisis  chi  square diperoleh nilai  X
2
sebesar 18,84 artinya ada hubungan yang signifikan iklan dengan perilaku merokok.
4.2.2.4 Hubungan Kepribadian dengan Perilaku Merokok
Data  hasil  tabulasi  silang  antara  variabel kepribadian  sebagai  variabel  bebas  dan  perilaku
merokok  sebagai  variabel  terikat.  Tabel  4.10  di bawah  ini  menunjukkan  data  hasil  tabulasi  silang
hubungan  kepribadian  dengan  perilaku  merokok
Mahasiswi  di  Universitas  Kristen  Satya  Wacana Salatiga.
Tabel 4.10 Hubungan Kepribadian dengan Perilaku Merokok  Mahasiswi
di Universitas Kristen  Satya Wacana Salatiga n=357
Kepribadian Perilaku  merokok
X
2
P value
Tidak merokok
Merokok ringan
Merokok sedang
Merok ok
berat Total
f f
f f
f Baik
53  14,8  8  2,2  15  4,2  5  1,4  81  22,7  0,647 0,886 Tidak baik
183 51,3  32  9,0  42  11,8 19  5,3  276  77,3 Jumlah
236 66,1  40  11,2  57  16,0 24  6,7  357  100,0 α = 0,05
Berdasarkan  Tabel  4.10  yang  menunjukkan hasil analisis hubungan kepribadian dengan perilaku
merokok  diperoleh  bahwa  sebanyak  53  responden 14,8
mempunyai kepribadian
baik terlihat
responden tidak
merokok. Sedangkan
183 responden  51,3  mempunyai  kepribadian  tidak
baik terlihat responden tidak merokok. Hasil  uji  statistik  didapatkan  nilai  p  value
sebesar  0,886  maka  dapat  disimpulkan  tidak  ada hubungan  yang  signifikan  kepribadian  dengan
perilaku merokok.
4.2.3  Analisis Multivariat Tabel 4.11
Hasil analisis regresi logistik ganda pengaruh orang tua, teman. Iklan dan kepribadian terhadap
perilaku merokok Koefisien regresi logistik
Variabel B
P OR CI 95
Umur 0,086
0,249 10,67 0,249-0,225
Pengaruh orang tua
0,609 0,023
-34,3 0,023-0,035 Teman
0.382 0,134
-55,8 0,134-0,197 Iklan
0.230 0,421
-52,4 0,421-0,884
Analisis  regresi  logistik  ganda  pengaruh  orang tua,  teman,  iklan  dan  kepribadian  terhadap  perilaku
merokok  menunjukkan  hasil  pengaruh  orang  tua meningkatkan  kemungkinan  perilaku  merokok  pada
mahasiswi sebanyak  32  kali  lipat  dibandingkan dengan bila  tidak terdapat  pengaruh  teman  OR 1,839, Cl  95
1,087  hingga  3,112.  Variabel  pengaruh  teman,  iklan dan  kepribadian  tidak  mempengaruhi  perilaku  merokok
pada mahasiswa. 4.3  Pembahasan
4.3.1 Analisis Univariat 4.3.1.1 Pengaruh Orang Tua
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
sebagian  besar  responden  menyatakan  pengaruh orang tua dalam kategori mendukung, yaitu sejumlah
246  dari  357  responden  68,9.  Sedangkan responden  yang  menyatakan  pengaruh  orang  tua
dalam kategori tidak mendukung, yaitu sejumlah 111 dari
357 responden
31,1. Hal
tersebut menunjukkan
sebagian besar
responden menyatakan  pengaruh  orang  tua  dalam  kategori
mendukung. Orang  tua  memiliki  tanggung  jawab  untuk
mendidik, mengasuh  dan
membimbing  anak- anaknya  untuk  mencapai  tahapan  tertentu  yang
menghantarkan  anak  untuk  siap  dalam  kehidupan bermasyarakat.  Sedangkan  pengertian  orang  tua  di
atas,  tidak  terlepas dari pengertian  keluarga,  karena orang  tua  merupakan  bagian  keluarga  besar  yang
sebagian  besar  telah  tergantikan  oleh  keluarga  inti
yang  terdiri  dari  ayah,  ibu  dan  anak-anak.  Dalam keluarga yang ideal lengkap maka ada dua individu
yang  memainkan  peranan  penting  yaitu  peran  ayah dan peran ibu Gunarsa dalam Soekanto, 2004.
Orang  tua  memegang  peranan  utama  dan pertama bagi kepribadian remaja karena mengasuh,
membesarkan dan mendidik  anak merupakan  tugas mulia  yang    tidak  lepas dari  berbagai  halangan dan
tantangan.  Dosen  di  kampus    merupakan  pendidik yang  kedua  setelah  orang  tua  di  rumah.  Mahasiswi
merupakan    insan    yang  masih    perlu    dididik    atau diasuh  oleh  orang  yang lebih dewasa dalam hal  ini
adalah  ayah  dan    ibu.  Jika  orang    tua  sebagai pendidik  yang    pertama    dan    utama    ini    tidak
berhasil  meletakan    dasar    kepribadian  yang  baik maka akan  sangat  berat  untuk  berharap  kampus
mampu membentuk  mahasiswi mempunyai perilaku yang  baik  Gunarsa  dalam  Soerjono  Soekanto,
2004.
4.3.1.2 Pengaruh teman
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
responden  menyatakan  pengaruh  teman  dalam kategori  mendukung,  yaitu  sejumlah  262  dari  357
responden 73,5,
sedangkan responden
menyatakan  pengaruh  teman  responden  dalam kategori  tidak  mendukung,  yaitu  sejumlah  95  dari
357  responden  26,6.  Hal  tersebut  menunjukkan sebagian  besar  responden  menyatakan  pengaruh
teman dalam kategori mendukung.
Berbagai fakta
mengungkapkan bahwa
semakin  banyak  remaja  merokok  maka  semakin besar
kemungkinan teman-temannya
adalah perokok  juga  dan  demikian  sebaliknya.  Dari  fakta
tersebut  ada  dua  kemungkinan  yang  terjadi, Pertama,  remaja  terpengaruh  oleh  teman-temannya
atau bahkan
teman-teman remaja
tersebut dipengaruhi  oleh  diri  remaja  tersebut  yang  akhirnya
mereka  semua  menjadi  perokok.  Diantara  remaja perokok  terdapat  87  mempunyai  sekurang-
kurangnya  satu  atau  lebih  sahabat  yang  perokok begitu pula dengan  remaja non  perokok  Al.  Bachri,
2001. Teman  pergaulan  sering  juga  disebut  teman
bermain  pertama  kali  didapatkan  manusia  ketika  ia mampu  berpergian  keluar  rumah.  Pada  awalnya,
teman  bermain  dimaksudkan  sebagai  kelompok yang
bersifat rekreatif,
namun dapat
pula memberikan  pengaruh  dalam  proses  sosialisasi
setelah  keluarga.  Puncak  pengaruh  teman  bermain adalah  pada  masa  remaja.  Kelompok  bermain  lebih
banyak  berperan  dalam  membentuk  kepribadian seorang individu Al. Bachri, 2001.
Berbeda  dengan  proses  sosialisasi  dalam keluarga  yang  melibatkan  hubungan  tidak  sederajat
berbeda usia,
pengalaman, dan
peranan, sosialisasi  dalam  kelompok  bermain  dilakukan
dengan  cara  mempelajari  pola  interaksi  dengan orang-orang  yang  sederajat  dengan  dirinya.  Oleh
sebab  itu,  dalam  kelompok  bermain,  remaja  dapat mempelajari  peraturan  yang  mengatur  peranan
orang-orang yang kedudukannya sederajat dan juga mempelajari perilaku yang baik Al. Bachri, 2001.
4.3.1.3 Iklan