Orang  tua  yang  memberikan  hukuman  fisik  yang lebih  keras  lebih  mudah  untuk  menjadi  perokok
dibandingkan  anak-anak  muda  yang  berasal  dari lingkungan  rumah  tangga  yang  bahagia  Baer
Corado dalam Atkinson 2006. Mahasiswi  Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga  yang  bukan  perokok  sebagian  menyatakan berasal  dari  rumah  tangga  yang  bahagia  dan  orang
tua yang senantiasa memperhatikan anak. Hasil  penelitian  ini  sesuai  dengan  penelitian
Musdalifah  dan  Setijadi  2011,  tentang  latar belakang  pendidikan,  stress,  orang  tua,  teman  dan
iklan  dan  perilaku  merokok.  Hasil  penelitian menunjukkan  ada  pengaruh  orang  tua  terhadap
perilaku  merokok  pada  mahasiswa  Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4.3.2.2 Hubungan  Pengaruh  teman  dengan  Perilaku Merokok
Hasil analisis
data menunjukkan
167 responden  46,8  menyatakan  pengaruh  teman
dalam  kategori  mendukung  akan  tetapi  responden tidak  merokok.  Hasil  uji  statistik  didapatkan  nilai  p
value  sebesar  0,032  maka  dapat  disimpulkan  ada hubungan  yang  signifikan  pengaruh  teman  dengan
perilaku merokok. Bagi  remaja,  rokok  dan  alkohol  merupakan
lambang kematangan. Hal tersebut disampaikan oleh Hurlock  berdasarkan  fenomena  di  Amerika.  Tetapi
menurut  norma  yang  berlaku  di  Indonesia  lebih memandang  bahwa  remaja  khususnya  remaja  yang
masih  berada  diusia  sekolah  melakukan  aktivitas
merokok  diidentikan  sebagai  anak  yang  nakal Hurlock, 2002.
Hampir  semua  orang  mulai  merokok  dengan alasan  yang  sedikit  sekali  kaitannya  dengan
kenikmatan. Dalam pikiran remaja, rokok merupakan lambang  kedewasaan.  Sebagai  seorang  remaja
mereka  menggunakan  berbagai  cara  agar  terlihat dewasa.  Untuk  membuktikannya  mereka  melakukan
dengan  sadar  melakukan  kebiasaan  orang  dewasa yakni  merokok.  Remaja  ingin  mencoba  melakukan
apa  yang  sering  dilakukan  oleh  orang  dewasa, dengan  sembunyi-sembunyi  remaja  pria  mencoba
merokok  karena  seringkali  mereka  melihat  orang dewasa melakukannya Hariyadi, 2007.
Sitepoe  2000  menyebutkan  bahwa  alasan utama menjadi perokok adalah karena ajakan teman-
teman  yang  sukar  ditolak,  selain  itu  juga,  ada  juga pelajar pria mengatakan bahwa pria menjadi perokok
setelah  melihat  iklan  rokok.  Ini  berarti  bahwa tindakan  merokok  diawali  dari  adanya  suatu  sikap,
yaitu  kecenderungan  seseorang  untuk  menerima atau  menolak,  setuju  atau  tidak  setuju  terhadap
respon  yang  datang  dari  luar,  dalam  hal  ini  adalah rokok.  Orang  melihat  rokok  atau  melihat  orang  lain
merokok,  kemudian  ia  berpikiran  bisa  saja  orang tertarik  setuju  atau  tidak  tertarik  tidak  setuju,  hal
ini  akan  terjadi  pada  setiap  orang.  Orang  yang setuju, ada kecenderungan akan melakukannya atau
menirunya, bagi
yang tidak
setuju tentu
kencenderungannya  akan  menghindari.  Namun  ada kecenderungan  lain,  yaitu dalam  hati  ia  tidak  setuju,
tetapi kenyataannya ia melakukannya merokok. Hal ini  tentu  ada  faktor  lain  yang  mempengaruhinya.  Di
sinilah  terjadinya  kontradiksi  antara  sikap  dan perbuatan.
Mahasiswi  Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga  yang  tidak  perokok  menyatakan  teman-
temannya  yang  bukan  perokok  mendukung  mereka untuk  tidak  merokok  karena  dorongan  dari    teman-
teman sehinga mereka semua bukan perokok Hasil  penelitian  ini  sesuai  dengan  penelitian
Komalasari  dan  Helmi  2011,  yang  meneliti  tentang faktor-faktor  yang  mempengaruhi  perilaku  merokok.
Hasil penelitian
menunjukkan ada
pengaruh lingkungan teman sebaya terhadap perilaku merokok
pada remaja SMU 9 Yogyakarta.
4.3.2.3 Hubungan Iklan dengan Perilaku Merokok