HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK WIRAUSAHAWAN DENGAN KEBERHASILAN USAHA INDUSTRI KECIL KEMPLANG (Kasus di Industri Kecil Kemplang Kampung Sekip Rahayu, Kota Bandar Lampung)

(1)

ABSTRACT

THE RELATIONS BETWEEN ENTREPRENEURS CHARACTERISTICS WITH BUSINESS SUCCESS OF KEMPLANG SMALL INDUSTRY

(Case in Kemplang Small Industries, Sekip Rahayu Village, Bandar Lampung City)

by Raisa Diti

This study aims to determine : the characteristics of kemplang’s entrepreneurs in Sekip Rahayu Village, the success of a business kemplang’s entrepreneur, and the relations between entrepreneurs characteristics with business success of kemplang small industry in Sekip Rahayu Village, Bandar Lampung City. The research was conducted in the Sekip Rahayu Village, District Bumi Waras, Bandar Lampung city. The research method used is census. The respondents research are the whole entrepreneurs kemplang in Sekip Rahayu Village which are 30 entrepreneurs. Data were analyzed with descriptive analysis and categorization mode, as well as verification analysis using Spearman rank correlation. The results showed that the kemplang’s entrepreneur in Sekip Rahayu Village generaly have the confidence attitude, task and result oriented, taking risks bravery, future oriented, and hard-working. The success level of kemplang’s entrepreneur in Kampung Sekip Rahayu commonly were still in the moderate category. The entrepreneurs characteristics such as confidence, task and result oriented, future oriented, and hard-working have a significant relationship with business success, while taking risk bravery does not have a significant relationship.


(2)

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK WIRAUSAHAWAN DENGAN KEBERHASILAN USAHA INDUSTRI KECIL KEMPLANG

(Kasus di Industri Kecil Kemplang Kampung Sekip Rahayu, Kota Bandar Lampung)

Oleh Raisa Diti

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik wirausahawan kemplang di Kampung Sekip Rahayu, mengetahui keberhasilan usaha wirausahawan kemplang dan mengetahui hubungan antara karakteristik wirausahawan dengan keberhasilan usaha industri kecil kemplang. Penelitian dilaksanakan di Kampung Sekip Rahayu, Kecamatan Bumi Waras, Kota Bandar Lampung. Metode

penelitian yang digunakan adalah sensus. Responden penelitian adalah seluruh wirausahawan kemplang di Kampung Sekip Rahayu sebanyak 30 orang. Data dianalisis dengan analisis deskriptif yaitu modus dan kategorisasi, serta analisis verifikatif menggunakan korelasi Rank Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa wirausahawan kemplang di Kampung Sekip Rahayu secara umum telah memiliki sikap percaya diri, berorientasi tugas dan hasil, berani mengambil risiko, orientasi masa depan, dan kerja keras. Tingkat keberhasilan usaha wirausahawan kemplang secara umum masih berada pada kategori sedang, sejalan dengan perkembangan usaha dan pengalaman berwirausaha. Karakteristik wirausahawan berupa percaya diri, berorientasi tugas hasil, orientasi masa depan, dan kerja keras memiliki hubungan yang signifikan dengan keberhasilan usaha, sedangkan berani mengambil risiko tidak memiliki hubungan yang signifikan.


(3)

(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 1. Kerangka pemikiran hubungan antara karakteristik wirausahawan

dengan keberhasilan usaha ... 28 2. Garis kategorisasi variabel X dan Y... 46 3. Proses produksi industri kecil kemplang di Kampung Sekip Rahayu, tahun 2014 ... 60 4. Garis kontinum variabel percaya diri karakteristik wirausahawan

kemplang di Kampung Sekip Rahayu, 2014 ... 69 5. Garis kontinum variabel berorientasi tugas dan hasil karakteristik

wirausahawan kemplang di Kampung Sekip Rahayu, 2014 ... 73 6. Garis kontinum variabel berani mengambil risiko karakteristik

wirausahawan kemplang di Kampung Sekip Rahayu, 2014 ... 77 7. Garis kontinum variabel orientasi masa depan karakteristik

wirausahawan kemplang di Kampung Sekip Rahayu, 2014 ... 81 8. Garis kontinum variabel kerja keras karakteristik wirausahawan

kemplang di Kampung Sekip Rahayu, 2014 ... 85 9. Garis kontinum variabel keberhasilan usaha karakteristik


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

I. PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 8

C. Manfaat Penelitian ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Tinjauan Pustaka ... 10

1. Pengertian Industri Kecil ... 12

2. Deskripsi Kemplang ... 12

3. Pengertian Kewirausahaan ... 12

4. Pengertian Wirausaha ... 14

5. Karakteristik Wirausahawan ... 16

6. Keberhasilan Usaha ... 19

7. Hubungan Karakteristik Wirausahawan dan Keberhasilan Usaha ... 21

B. Kajian Penelitian Terdahulu ... 22

C. Kerangka Pemikiran ... 24

III. METODE PENELITIAN ... 29

A. Definisi Operasional ... 29

1. Variabel Karakteristik Wirausahawan (X) ... 29

a. Percaya Diri (X1) ... 29

b. Berorientasi Tugas dan Hasil (X2) ... 30


(6)

B. Lokasi, Waktu dan Sampel Penelitian...36

C. Jenis Data, Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian .. 36

1. Jenis Data ... 35

2. Metode Pengumpulan Data ... 37

3. Instrumen Penelitian ... 37

a. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 38

D. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 44

1. Metode Analisis Data ... 44

a. Analisis Deskriptif ... 45

b. Analisis Verifikatif ... 45

VI. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN...48

A. Keadaan Umum Kota Bandar Lampung ... 48

1. Keadaan Umum ... 48

B. Keadaan Umum Kecamatan Bumi Waras ... 49

1. Sejarah Singkat... 49

2. Keadaan Geografi dan Luas Kecamatan ... 49

3. Topografi ... 50

C. Keadaan Umum Kelurahan Bumi Waras ... 50

1. Keadaan Geografi dan Luas Kelurahan ... 50

2. Topografi ... 51

3. Letak Daerah Penelitian ... 52

4. Luas Daerah dan Keadaan Alam ... 52

5. Keadaan Sosial Ekonomi ... 53

6. Sarana Prasarana ... 54

7. Latar Belakang Industri Kecil Kemplang ... 54

V. HASIL DAN PEMBAHASAN...56

A. Karakteristik Responden ... 57

B. Keragaan Industri Kecil Kemplang ... 59

C. Deskripsi Variabel ... 66

1. Karakteristik Wirausahawan ... 66

2. Keberhasilan Usaha ... 85

D. Analisis Verifikatif ... .91

1. Hubungan antara Karakteristik Wirausahawan dengan Keberhasilan usaha ... ...91


(7)

... ...97

B. Saran ... 98

VII. DAFTAR PUSTAKA...99


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Realisasi pertumbuhan industri kecil Kota Bandar Lampung,

2011-2012 ... 3

2. Perkembangan usaha industri kecil di Kota Bandar Lampung tahun 2008-2012 ... 4

3. Hasil uji validitas variabel percaya diri (X1) ... 38

4. Hasil uji validitas variabel berorientasi tugas dan hasil (X2) ... 39

5. Hasil uji validitas variabel berani mengambil risiko (X3) ... 40

6. Hasil uji validitas variabel orientasi masa depan (X4)... 41

7. Hasil uji validitas variabel kerja keras (X5) ... 42

8. Hasil uji validitas variabel keberhasilan usaha (Y) ... 42

9. Uji reliabilitas variabel X1, X2, X3, X4, X5, dan Y ... 44

10. Penyebaran penduduk Sekip Rahayu menurut kelompok umur, 2013 .... 53

11. Penyebaran penduduk Sekip Rahayu menurut mata pencaharian, 2013.. 54

12. Sebaran wirausahawan kemplang (responden) berdasarkan jenis kelamin di Kampung Sekip Rahayu, 2014 ... 56

13. Sebaran wirausahawan kemplang (responden) berdasarkan usia di Kampung Sekip Rahayu, 2014 ... 57

14. Sebaran wirausahawan kemplang (responden) berdasarkan tingkat pendidikan di Kampung Sekip Rahayu, 2014 ... 58

15. Sebaran wirausahawan kemplang (responden) berdasarkan umur usaha di Kampung Sekip Rahayu, 2014 ... 59


(9)

dan hasil (X2) ... 71

18. Distribusi jawaban responden pada variabel berani mengambil risiko (X3) ... 75

19. Distribusi skor jawaban responden pada variabel orientasi masa depan (X4) ... 79

20. Distribusi skor jawaban responden pada variabel kerja keras (X5) ... 83

21. Distribusi skor jawaban responden pada variabel keberhasilan usaha (Y) ... 89

22. Hasil analisis rank spearman antara karakteristik wirausahawan dengan keberhasilan usaha, tahun 2014.... ...92

23. Identitas wirausahawan kemplang di Kampung Sekip Rahayu,2014...`..101

24. Skor jawaban pertanyaan variabel percaya diri (X1)...102

25. Skor jawaban pertanyaan variabel berorientasi tugas dan hasil (X2)...103

26. Skor jawaban pertanyaan variabel berani mengambil risiko (X3)...104

27. Skor jawaban pertanyaan variabel orientasi masa depan (X4)...105

28. Skor jawaban pertanyaan variabel kerja keras (X5)...106

29. Skor jawaban pertanyaan variabel keberhasilan usaha (Y)...107

30. Rekapitulasi masing-masing total skor variabel percaya diri (X1), berorientasi tugas dan hasil (X2), berani mengambil risiko (X3), orientasi masa depan (X4), dan kerja keras (X5) ... ...108

31. Hasil uji validitas variabel percaya diri (X1) ...109

32. Hasil uji validitas variabel berorientasi tugas dan hasil (X2)...110

33. Hasil uji validitas variabel berani mengambil risiko (X3) ... ...111

34. Hasil uji validitas variabel orientasi masa depan (X4) ... ...112


(10)

38. Hasil rank spearman antara karakteristik wirausahawan

terhadap keberhasilan usaha, tahun 2014 ... ....116 39. Biaya produksi wirausahawan industri kecil kemplang di Kampung

Sekip Rahayu ...118 40. Biaya tenaga kerja selama 1 tahun ...121 41. Biaya penyusutan peralatan responden penelitian ...123 42. Penerimaan wirausahawan industri kecil kemplang di Kampung Sekip

Rahayu ...126 43. Pendapatan wirausahawan kemplang di Kampung Sekip Rahayu selama (1) satu tahun ...127


(11)

(12)

(13)

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Raisa Diti dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 27 Juli 1993. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara, pasangan Bapak Drs. A. Nawardi dan Ibu Kuswati.

Penulis menempuh pendidikan dasar di SD Negeri 1 Pengajaran Bandar Lampung dan diselesaikan pada tahun 2004. Pendidikan tingkat lanjutan pertama ditempuh di SMP Negeri 25 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2007. Kemudian melanjutkan pendidikan tingkat lanjutan atas di SMA Negeri 1 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2010.

Pada tahun 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian Jurusan Agribisnis Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Pada tahun 2013, penulis melakukan Praktik Umum di Bank BRI Cabang Tanjung Karang, Bandar Lampung dan melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Pekon Sukabanjar, Kecamatan Kota Agung Timur, Kabupaten Tanggamus. Pada tahun 2014, penulis mendapat kepercayaan menjadi asisten dosen pada mata kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia dan Analisis Usaha Perkebunan.


(14)

SANWACANA

Alhamdulillah dengan rasa syukur penulis panjatkan ke Hadirat Allah SWT, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan antara Karaktersitik Wirausahawan dengan Keberhasilan Usaha Industri Kecil Kemplang di Kampung Sekip Rahayu, Kota Bandar Lampung. Skripsi ini adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pertanian di Universitas Lampung.

Penulis telah mendapatkan bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Dr. Ir. Wuryaningsih Dwi Sayekti, M.S., selaku Pembimbing Utama, terima kasih atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini,

2. Ir. Suriaty Situmorang, M.Si., selaku Pembimbing Kedua, terima kasih atas kesediaannya dalam memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini,

3. Dr. Ir.Sudarma Widjaya, M.S., selaku Penguji Utama. Terimakasih untuk masukan dan saran-saran untuk penelitian ini,


(15)

5. Dr. Ir. F.E Prasmatiwi, M.S., selaku Ketua Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung,

6. Ir. Rabiatul Adawiyah, M.Si., selaku Pembimbing Akademik, yang telah membimbing penulis dengan sangat baik dan bijak sejak awal masuk perkuliahan,

7. Seluruh Dosen Jurusan Agribisnis, yang telah membimbing dan memberikan ilmu yang bermanfaat,

8. Bapak dan Ibu Staf Administrasi Jurusan Agribisnis, yang telah membantu penulis dalam mengurus administrasi selama perkuliahan,

9. Papaku tersayang, Drs.A. Nawardi, yang selalu memberikan semangat, doa, dukungan materi dan moril sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik,

10.Mamaku tersayang, Kuswati, yang selalu memberikan doa-doa terbaiknya, semangat, dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik,

11. Adikku yang aku banggakan, M. Rafiqo Ardi, yang telah memberikan doanya, dukungan, semangat, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik,

12.Sahabat-sahabatku, Rani, Lina, Tania, Andini, Inca, Ayi, Devi, Sastra, Madu Susi, Ellis, dan Lita, Teri yang telah meluangkan waktu untuk membantu penelitian ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar,


(16)

teman seperjuangan Agribisnis 2010, yang telah mengisi hari-hari dengan semangat dan senantiasa menjadi inspirasi bagi penulis,

14.Semua pihak terkait dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Desember 2014 Penulis,


(17)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu hal yang selalu diharapkan oleh negara berkembang seperti Indonesia. Pertumbuhan ekonomi juga merupakan suatu tolak ukur keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara. Industri kecil di Indonesia merupakan suatu komponen yang berperan sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional. Adanya suatu kegiatan ekonomi yang memiliki hakikat penting dalam menciptakan pemerataan ekonomi dan kesejahteraan rakyat, industri kecil sangat diharapkan terus keberadaannya dan harus terus ditingkatkan.

Dengan keberadaan industri kecil, negara telah terbantu dalam mengatasi pengangguran karena membantu menyerap tenaga kerja dengan menyediakan lapangan pekerjaan. Saat ini industri kecil di Indonesia berkembang pesat. Dilihat dari kontribusi PDB (Pendapatan Domestik Bruto) Industri Kecil dan Menengah (IKM) terhadap PDB industri pada tahun 2012 persentasenya adalah sebesar 34 persen, terdiri dari 4,02 juta unit usaha, 9,4 juta tenaga kerja, 261 trilyun nilai investasi, 609 trilyun nilai produksi, 174 trilyun nilai bahan baku, 435 trilyun nilai tambah dan US$ 16 milyar ekspor (Kementerian Perindustrian RI, 2012).


(18)

Industri kecil saat ini terus berkembang, di mana telah banyak masyarakat Indonesia yang terjun ke dalam industri kecil untuk memenuhi kebutuhan sehari hari. Semakin berkembangnya industri kecil dan menengah di Indonesia menandakan semakin banyak masyarakat Indonesia yang telah mengerti arti pentingnya kewirausahaan. Tumbuhnya kewirausahaan di masyarakat akan mendorong kemajuan bangsa karena salah satu ciri negara maju dan mandiri adalah tumbuh dan berkembangnya kreatifitas masyarakat di berbagai bidang usaha.

Dalam lampiran Keputusan Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil Nomor 961/KEP/M/XI/1995, dinyatakan bahwa kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku, dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan serta

menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar. Wirausahawan berperan baik secara internal maupun eksternal. Secara internal wirausahawan berperan dalam mengurangi tingkat kebergantungan terhadap orang lain, meningkatkan kepercayaan diri, serta meningkatkan daya beli pelakunya. Secara eksternal, wirausahawan berperan dalam menyediakan lapangan kerja bagi para pencari kerja. Dengan terserapnya tenaga kerja oleh kesempatan kerja yang

disediakan oleh seorang wirausahawan, maka tingkat pengangguran secara nasional menjadi berkurang (Wikipedia, 2013).


(19)

Jika dilihat dari seberapa penting peran wirausahawan dalam dunia perekonomian Indonesia, tentunya wirausaha dapat dikatakan sebagai

pengendali atau penggerak perekonomian. Bila dikaitkan kembali pada PDB Industri Kecil dan Menengah terhadap PDB industri, maka seorang wirausaha adalah subjek atau pelaku industri kecil menengah yang mampu

menghasilkan barang dan jasa, sehingga dapat meningkatkan PDB Industri Kecil dan Menengah terhadap PDB industri. Jadi, tumbuh tidaknya

perekonomian suatu negara salah satunya tergantung dari peran wirausaha.

Kota Bandar Lampung adalah pusat pemerintahan Provinsi Lampung yang mempunyai potensi peningkatan jumlah wirausaha yang baik dengan adanya peningkatan industri kecil jika dilihat dari perkembangannya hingga saat ini. Tabel 1 menunjukkan realisasi pertumbuhan industri kecil di Kota Bandar Lampung pada tahun 2011-2012 dilihat dari unit usaha, tenaga kerja, investasi dan nilai produksi.

Tabel 1. Realisasi pertumbuhan industri kecil Kota Bandar Lampung, 2011-2012

Uraian Satuan Jumlah %

2011 2012

Unit Usaha Buah 2035 2175 6,88

Tenaga Kerja Orang 13.116 13.842 5,54 Investasi Milyar Rp 115.615 130.727 13,07 Nilai Produksi Milyar Rp 742.795 1.128.125 51,88 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2013a

Kondisi perekonomian yang stabil pada tahun 2011-2012 mendorong

masyarakat untuk membuka usaha baru di Bandar Lampung. Hal ini terlihat dari peningkatan industri kecil di tahun 2012 yang meningkat sebesar 6,88


(20)

persen, diikuti oleh terserapnya tenaga kerja sebesar 5,54 persen.

Peningkatan ini secara tidak langsung juga diikuti peningkatan nilai investasi yang masuk di Kota Bandar Lampung sebesar 13,07 persen serta tingginya nilai produksi yang mencapai 51,88 persen. Peningkatan sektor industri kecil di Bandar Lampung diperkuat juga oleh perkembangan jumlah usaha industri kecil pada lima tahun terakhir yang terus meningkat. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Perkembangan usaha industri kecil di Kota Bandar Lampung tahun 2008-2012

Uraian

Tahun

2008 2009 2010 2011 2012

Industri Kecil - IKAH (Indsutri

Kimia, Agro dan Hasil hutan)

819 859 1003 1156 1238

- ILMEA (Industri Logam, Mesin Elektronik dan Aneka)

515 578 711 879 937

Jumlah Unit Usaha 1334 1437 1714 2035 2175

Sumber : Dinas Koperasi, UMKM, Perindag Kota Bandar Lampung, 2013

Industri kecil dibedakan menjadi golongan IKAH (Industri Kimia, Agro dan Hasil Hutan) dan golongan ILMEA (Industri Logam, Mesin Elektronik dan Aneka). Berdasarkan Tabel 2, industri kecil IKAH terus meningkat

jumlahnya dari tahun ke tahun, hingga mencapai 1.238 industri kecil pada tahun 2012. Industri kecil ILMEA juga terus meningkat setiap tahunnya, dengan jumlah terbanyak pada tahun 2012 yaitu 937 industri kecil. Dari Tabel 2 dapat ditarik kesimpulan bahwa industri kecil IKAH lebih banyak


(21)

Salah satu golongan IKAH adalah industri Agro. Menurut Kemenperin (2012), industri Agro terdiri dari industri makanan, industri pengolahan kelapa sawit, industri kakao, industri pengolahan kelapa, industri pengolahan kopi, industri gula, industri hasil tembakau, industri furniture, industri kertas, dan industri pengolahan susu. Salah satu industri agro yang ada di Kota Bandar Lampung adalah industri makanan. Industri makanan meliputi pengolahan buah dan sayur, bumbu masak, kerupuk, pengolahan ikan,

emping dan daging olahan. Kerupuk merupakan salah satu kelompok industri makanan yang terdapat di kota Bandar Lampung yang memiliki potensi untuk terus berkembang. Permintaan kerupuk yang terus naik menimbulkan

banyaknya usaha kecil pembuatan kerupuk di Bandar Lampung. Permintaan kerupuk yang terus naik tidak lain karena kebiasaan konsumsi masyarakat Indonesia yang menggunakan kerupuk sebagai pelengkap makanan. Kerupuk berbahan dasar ikan merupakan salah satu dari berbagai macam jenis bahan baku kerupuk yang ada di Kota Bandar Lampung.

Industri kerupuk ikan yang berpotensi dan terus berkembang di Bandar Lampung adalah kemplang. Kemplang dikenal sebagai makanan ringan khas daerah Lampung. Jajanan ini sering dijadikan buah tangan jika berkunjung ke Lampung. Kerupuk yang berbahan dasar daging ikan dan tepung tapioka ini dalam pengolahannya dapat dibilang tidak biasa, karena dilakukan dengan cara dipanggang, berbeda dengan kerupuk ikan lain yang pengolahannya digoreng. Masyarakat Kota Bandar Lampung mengenal kemplang sebagai makanan ringan atau jajanan yang tidak sulit ditemukan keberadaannya di pasaran.


(22)

Besarnya jumlah industri kemplang di Kota Bandar Lampung tidak terlepas dari ketersediaan bahan baku ikan yang melimpah di pesisir Teluk Lampung. Salah satu daerah di Kota Bandar Lampung yang merupakan sentra produksi kemplang adalah Kampung Sekip Rahayu Kelurahan Bumi Waras Kecamatan Bumi Waras. Dalam menjalankan usahanya pengusaha kemplang di

Kampung Sekip Rahayu kebanyakan meneruskan usaha dari keluarga dan dikembangkan ke masyarakat sekitarnya. Dengan semakin berkembangnya pengusaha kemplang di Kelurahan Bumi Waras, khususnya Kampung Sekip Rahayu, maka semakin terlihat daya saing antarpengusaha. Pemilik usaha dituntut untuk selalu berinovasi agar usaha yang dijalankan terus

berkembang.

Dari hasil observasi awal terhadap industri kemplang di Kampung Sekip Rahayu, adanya perbedaan perkembangan usaha antara wirausahawan satu dengan yang lainnya dapat disebabkan oleh kurangnya pengetahuan mengenai kewirausahaan. Sebagai contoh terdapat perbedaan antara wirausahawan satu dengan yang lainnya dilihat dari jumlah produksi, pemasaran, dan jumlah tenaga kerja yang berdampak pada perbedaan keberhasilan usaha industri kecil kemplang. Pengetahuan kewirausahaan merupakan suatu dasar yang perlu diketahui dalam memulai usaha. Perbedaan tersebut juga dilatarbelakangi oleh kemampuan pribadi yang dimiliki pengusaha kemplang dalam menjalankan usahanya dan juga dalam mencapai keberhasilan usaha. Berhasil atau tidaknya seorang wirausahawan juga tergantung dari kepribadian dalam mengelola usahanya. Kemampuan


(23)

pribadi atau kepribadian yang dimiliki wirausahawan dapat diidentifikasi melalui karakteristik wirausahawan industri kecil kemplang tersebut

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : “Hubungan antara Karakteristik Wirausahawan dengan Keberhasilan Usaha Industri Kecil Kerupuk Kemplang (Kasus di Industri Kecil Kerupuk Kemplang Kampung Sekip Rahayu, Kota

Bandar Lampung).”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, diketahui bahwa ada hambatan dari wirausahawan dalam perbedaan perkembangan usaha. Wirausahawan kemplang dituntut untuk selalu terus berinovasi dan mempunyai tekad yang kuat dalam mengembangkan usaha yang dijalankan. Berdasarkan hasil observasi ditemukan adanya perbedaan perkembangan usaha antar wirausaha satu dan lainnya dilihat dari jumlah produksi, pemasaran, dan jumlah tenaga kerja yang berdampak pada perbedaan keberhasilan usaha industri kecil kemplang. Permasalahan yang ada, salah satunya dapat terlihat dari segi pribadi yang dapat teridentifikasi melalui karakteristik wirausahawan industri kecil kemplang. Karakteristik wirausahawan adalah watak, perilaku, serta sikap orang terhadap perjuangan hidup untuk mencapai kebahagiaan lahir dan batin dari seorang wirausaha. Sebagai salah satu penentu keberhasilan usaha, karakteristik wirausahawan tentunya penting untuk diketahui dan dipelajari oleh wirausahawan.


(24)

Dengan kata lain, keberhasilan usaha dapat dicapai dari adanya kemauan dan kemampuan dari pribadi pengusaha itu sendiri. Kemampuan dan kepribadian masing-masing wiarausahawan dapat membantu memberikan kontribusi besar dalam keberhasilan suatu usaha.

Berdasarkan uraian yang telah disampaikan, maka perumusan masalah dari penelitian ini adalah :

1. Bagaimana karakteristik wirausahawan pada industri kecil kemplang di Kampung Sekip Rahayu, Kelurahan Bumi waras, Kecamatan Bumi Waras.

2. Bagaimana keberhasilan usaha pada industri kecil kemplang di Kampung Sekip Rahayu, Kelurahan Bumi waras, Kecamatan Bumi Waras.

3. Bagaimana hubungan antara karakteristik wirausahawan dengan keberhasilan usaha industri kecil kemplang di Kampung Sekip Rahayu, Kelurahan Bumi waras, Kecamatan Bumi Waras.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui karakteristik wirausahawan pada industri kecil kemplang di Kampung Sekip Rahayu, Kelurahan Bumi waras, Kecamatan Bumi Waras.

2. Mengetahui keberhasilan usaha pada industri kecil kemplang di Kampung Sekip Rahayu, Kelurahan Bumi waras, Kecamatan Bumi Waras.


(25)

3. Mengetahui hubungan antara karakteristik wirausahawan dengan keberhasilan usaha industri kecil kemplang di Kampung Sekip Rahayu, Kelurahan Bumi waras, Kecamatan Bumi Waras.

D. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :

1. Bagi pengusaha kemplang, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan mengenai keberhasilan usaha untuk memajukan usahanya di masa mendatang.

2. Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dalam melakukan penelitian yang sama di masa mendatang.


(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

A. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Industri Kecil

Menurut BPS (2013)b,klasifikasi usaha dapat didasarkan pada jumlah tenaga kerja, jika tenaga kerjanya 5 sampai 19 orang maka termasuk usaha kecil, sedangkan jika tenaga kerjanya terdiri dari 20 sampai 99 orang maka termasuk usaha menengah. Menurut UU No. 9 Tahun 1995, kriteria usaha kecil adalah memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200 juta (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha) atau memiliki hasil penjualan paling banyak Rp 1 miliar per tahun.

Menurut Undang-undang No. 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, batasan Industri Kecil dan Menengah didefinisikan sebagai :

(a) Industri Kecil adalah kegiatan ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang bukan anak perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian, baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha


(27)

Menengah atau Usaha Besar, yang memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah), sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

(b) Industri Menengah adalah kegiatan ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian, baik langsung maupun tidak langsung, dari Usaha Kecil atau Usaha Besar, yang memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).


(28)

2. Deskripsi Kemplang

Kemplang adalah makanan khas Indonesia yang terbuat dari ikan. Makanan ini diolah sedemikian rupa sebagai camilan. Kemplang adalah makanan ringan yang dikenal sebagai oleh-oleh dari daerah Lampung atau kota lain di wilayah Sumatera dan merupakan salah satu makanan ringan yang banyak diminati dan memiliki citra tersendiri oleh publik Indonesia. Karena memiliki rasa yang unik dan dengan harga yang terjangkau, maka kemplang menjadi pilihan utama sebagian masyarakat sebagai makanan ringan untuk oleh-oleh atau makanan ringan setiap hari (Wikipedia, 2012).

Kemplang dibuat dari tapioka, ikan berdaging putih, dan bumbu-bumbu lainnya. Cara pembuatan kemplang cukup sederhana. Daging putih dari ikan digiling, dicampur dengan sedikit air dan bumbu, kemudian diaduk sampai rata dan khalis. Adonan yang dihasilkan dicetak, dikukus, dijemur dan dipanggang. Kerupuk kemplang terkenal unik dengan teksturnya yang agak keras karena dipanggang (Ristek , 2001).

3. Pengertian Kewirausahaan

Kata kewirausahaan (entrepreneurship) berasal dari bahasa Perancis, yakni entreprendre yang berarti melakukan (to under take) dalam artian bahwa wirausahawan adalah seorang yang melakukan kegiatan mengorganisasikan dan mengatur.


(29)

Secara harfiah kewirausahaan terdiri atas kata dasar wirausaha yang mendapat awalan ke dan akhiran an, sehingga dapat diartikan bahwa kewirausahaan adalah hal-hal yang terkait dengan

wirausaha, sedangkan wira berarti keberanian dan usaha berarti kegiatan bisnis yang komersial atau non-komersial, dengan demikian kewirausahaan dapat pula diartikan sebagai keberanian seseorang untuk melaksanakan suatu kegiatan bisnis.

Menurut Zimmerer (2005), kewirausahaan merupakan suatu proses penerapan kreatifitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan (usaha). Artinya, untuk menciptakan sesuatu, diperlukan suatu kreatifitas dan jiwa inovator yang tinggi. Seseorang yang memiliki kreatifitas dan jiwa inovator tentu berpikir untuk mencari atau menciptakan peluang yang baru agar lebih baik dari sebelumnya.

Menurut Ducker (1994) dalam Suryana (2003), kewirausahaan merupakan proses penciptaan sesuatu yang berbeda untuk

menghasilkan nilai dengan mencurahkan waktu dan usaha diikuti penggunaan uang, fisik, resiko, dan kemudian menghasilkan jasa berupa uang serta kepuasan dan kebebasan pribadi. Inti dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.


(30)

Menurut Suryana (2003), kewirausahaan hakikatnya adalah suatu kemampuan dalam berfikir kreatif dan berperilaku inovatif yang dijadikan dasar, sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, dan kiat dalam menghadapi tantangan hidup. Dari pandangan ahli, dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan (entrepreneurship) adalah suatu kemampuan berfikir kreatif dan inovatif seseorang dalam menciptakan peluang dan sesuatu yang baru dan berbeda dengan tujuan menghasilkan keuntungan dalam menghadapi risiko dan tantangan hidup.

4. Pengertian Wirausaha

Kewirausahaan (entrepreneurship) muncul apabila seseorang berani mengembangkan usaha-usaha dan ide-ide barunya. Proses kewirausahaan meliputi semua fungsi, aktivitas, dan tindakan yang berhubungan dengan perolehan peluang dan penciptaan organisasi usaha. Oleh sebab itu, wirausaha adalah orang yang memperoleh peluang dan menciptakan suatu organisasi untuk mengejar peluang itu (Bygrave 1995, dalam Suryana, 2003).

Pengertian wirausahawan (entrepreneur) secara sederhana adalah orang yang berjiwa berani mengambil risiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan. Berjiwa berani mengambil risiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti.


(31)

Kegiatan wirausaha dapat dilakukan seorang diri atau

berkelompok. Seorang wirausahawan dalam pikirannya selalu berusaha mencari, memanfaatkan, serta menciptakan peluang usaha yang dapat memberikan keuntungan (Kasmir, 2006).

Menurut Schumpeter (1934) dalam Suryana (2003), entrepreneur merupakan pengusaha yang melaksanakan kombinasi-kombinasi baru dalam bidang teknik dan komersial ke dalam bentuk praktik. Inti dari fungsi pengusaha adalah pengenalan dan pelaksanaan kemungkinan – kemungkinan baru dalam perekonomian. Menurut Prawirokusumo (1997) dalam Suryana (2003), wirausaha adalah mereka yang melakukan upaya-upaya kreatif dan inovatif dengan jalan mengembangkan ide, dan meramu sumber daya untuk menemukan peluang, sedangkan menurut Suryana (2003),

wirausaha adalah pelopor bisnis, inovator, penanggung risiko, yang mempunyai visi ke depan, dan memiliki keunggulan dalam

berprestasi di bidang usaha. Dari penjelasan beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa, wirausaha adalah seorang pelopor bisnis yang memiliki jiwa pemberani dalam memulai usaha dan menanggung risiko serta memiliki ide atau pemikiran yang jauh ke depan dalam menciptakan suatu peluang usaha yang dapat memberikan


(32)

Menurut Cantillon dalam Astamoen (2005), enterpreneur memiliki fungsi unik sebagai penanggung resiko. Jadi cakupan dalam diri enterpreneur adalah:

a. Sebagai manusia yang mempunyai sikap mental, wawasan, kretifitas, inovasi, ide motivasi, dan cita-cita.

b. Berusaha atau berproses untuk mengisi peluang dalam usaha jasa atau barang untuk tujuan ekonomi.

c. Untuk mendapatkan laba dan pertumbuhan usaha. d. Berhubungan dengan pembeli atau pelanggan yang

membutuhkan jasa atau barang yang dijualnya dengan selalu memberikan kepuasan.

e. Berani menghadapi segala resiko sebagai risk taker tetapi resiko tersebut sudah diperhitungkan.

5. Karakteristik Wirausahawan

Karakteristik wirausaha dapat diartikan sebagai sesuatu yang berhubungan dengan ciri khas, watak, perilaku, tabiat, serta sikap orang terhadap perjuangan hidup untuk mencapai kebahagiaan lahir dan batin. Karakteristik wirausaha pada umumnya terlihat pada waktu ia berkomunikasi dalam rangka mengumpulkan informasi saat menjalin hubungan dengan para relasi bisnisnya (Suryana, 2003).


(33)

Menurut Meredith (1996) dalam Suryana (2003), ciri-ciri profil wirausaha adalah :

a. Percaya diri

Memiliki kepercayaan diri yang kuat, ketidak ketergantungan terhadap orang lain, individualisme dan optimisme.

b. Berorientasikan tugas dan hasil

Kebutuhan untuk berprestasi, berorientasi laba, mempunyai dorongan kuat, energik, tekun dan tabah, tekad kerja keras, dan inisiatif.

c. Berani mengambil resiko

Kemampuan mengambil resiko yang wajar. d. Kepemimpinan

Berjiwa kepemimpinan, mudah beradaptasi dengan orang lain, dan terbuka terhadap saran serta kritik.

e. Keorisinilan

Inovatif, kreatif, dan fleksibel. f. Berorientasi masa depan

Memiliki perspektif pandangan terhadap masa depan.

Menurut Astamoen (2005), ciri orang yang berjiwa enterpreneur antara lain:

a. Mempunyai visi, pandangan jauh ke depan sebagi sasaran. b. Kreatif dan inovatif. Para enterpreneur harus selalu kreatif dan


(34)

dalam bentuk produk, jasa, proses, pola,cara, dan sebagainya, untuk selalu memajukan bisnisnya.

c. Mampu melihat peluang. Peluang selalu menjadi sasaran usaha para enterpreneur, karena melalui peluang itulah ia bisa

menjalankan usahanya dengan cara menciptakan pasar atau mengisi pasar.

d. Orientasi pada kepuasan konsumen atau pelanggan. Kepuasan pelanggan harus selalu dijaga agar mereka tidak lari kepada pesaingnya.

e. Orientasi pada laba dan pertumbuhan, semakin besar suatu usaha maka akan semakin dipercaya dan semakin besar lagi usaha itu dapat dikembangkan.

f. Berani menanggung resiko. Resiko dihadapi dengan sadar dan bertanggung jawab.

g. Berjiwa kompetisi. Harus mampu berkompetisi dengan menjual produk dan layanan yang terbaik.

h. Cepat tanggap dan gerak cepat, sadar bahwa kehidupan penuh dinamika, setiap saat segalanya bisa berubah.

i. Berjiwa sosial dengan menjadi dermawan dan berjiwa alturis.

Zimmerer ( 1993) dalam Suryana (2003), mengemukakan delapan karakteristik wirausahawan, yang meliputi :

a. Desire for responsibility, yaitu memiliki tanggung jawab atas usaha yang dilakukan.


(35)

b. Preference for moderate risk, yaitu memiliki risiko yang moderat, artinya selalu menghindari risiko, baik risiko yang rendah maupun tinggi.

c. Confidence in their ability to succes, yaitu percaya akan kemampuan diri akan berhasil.

d. Desire for immediate feedback, yaitu menginginkan umpan balik segera.

e. High level of energy, yaitu memiliki semangat kerja keras untuk mewujudkan keinginan demi masa depan.

f. Future orientation, yaitu berorientasi terhadap masa depan. g. Skill at organizing, yaitu keterampilan organisasi untuk

menciptakan nilai tambah.

h. Value of achievement over money, yaitu lebih menghargai prestasi daripada uang.

6. Keberhasilan Usaha

Menurut Noor (2007) dalam Lestari (2012), keberhasilan usaha pada hakikatnya adalah keberhasilan dari bisnis mencapai tujuannya. Keberhasilan usaha merupakan tujuan utama dari sebuah perusahaan, dimana segala aktivitas yang ada didalamnya ditujukan untuk mencapai suatu keberhasilan.

Menurut Dalimunthe (2002) dalam Noersasongko (2005), keberhasilan usaha dapat dianalisis dengan mengetahui kinerja


(36)

suatu perusahaan yang dapat dirumuskan melalui suatu

perbandingan nilai yang dihasilkan perusahaan dengan nilai yang diharapkan dengan memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki. Kinerja perusahaan adalah output dari berbagai faktor usaha, sehingga perlu dihubungkan dengan target perusahaan yang ditentukan oleh pemilik usaha. Kinerja usaha juga merupakan tolak ukur untuk menilai seberapa besar tingkat pencapaian suatu target atau tujuan usaha.

Menurut Suryana (2003), untuk menjadi wirausaha yang sukses, pertama-tama harus memiliki ide atau visi bisnis yang jelas, kemudian ada kemauan dan keberanian untuk menghadapi resiko baik waktu maupun uang. Agar usahanya berhasil, selain kerja keras, wirausaha harus mampu mengembangkan hubungan baik dengan mitrausahanya sesuai kepentingan perusahaan. Selain itu Suryana juga mengemukakan bahwa indikator keberhasilan usaha antara lain adalah modal, jumlah pendapatan, volume penjualan, output produksi dan tenaga kerja.

Tambunan (2002) dalam Darmawan (2004), mengungkapkan bahwa keberhasilan usaha kecil dapat diukur dengan indikator ketahanan usaha, pertumbuhan tenaga kerja, dan pertumbuhan penjualan. Indikator-indikator dari keberhasilan usaha antara lain :


(37)

a. Ketahanan Usaha

Ketahanan usaha menunjukkan berapa lama suatu usaha bisa bertahan (survival) sebagai salah satu faktor ukuran kesuksesan usaha kecil. Ketahanan usaha diukur dengan indikator usia usaha sejak tahun berdiri hingga tahun saat ini.

b. Pertumbuhan Tenaga Kerja

Penentu keberhasilan usaha salah satunya dapat dilihat dari adanya perkembangan jumlah tenaga kerja.

c. Pertumbuhan Penjualan

Seberapa besar tingkat penjualan yang telah dicapai perusahaan dalam perkembangan usahanya.

7. Hubungan karakteristik wirausahawan dan keberhasilan

usaha

Menurut Longenecker (2001), karakteristik wirausaha terdiri dari kebutuhan akan keberhasilan, keinginan untuk mengambil risiko, percaya diri, dan keinginan untuk berbisnis, sedangkan menurut Kasmir (2007), karakteristik wirausaha yang berhasil adalah memiliki visi dan tujuan yang jelas, inisiatif dan selalu proaktif, berorientasi pada prestasi, berani mengambil risiko, kerja keras, bertanggung jawab terhadap segala aktivitas yang dijalankan, komitmen pada berbagai pihak, mengembangkan dan memelihara hubungan baik dengan berbagai pihak.


(38)

Menurut Zimmerer (1996) dalam Suryana (2003), keberhasilan wirausaha tergantung dari kemampuan pribadi wirausaha itu sendiri (karaktersitik wirausahawan), dimana faktor-faktor keberhasilan tersebut adalah :

a. Mempunyai ide atau visi bisnis yang jelas

b. Mempunyai kemauan dan kemampuan menghadapi risiko, baik waktu maupun uang.

c. Mempunyai semangat dan kerja keras dalam membuat perencanaan usaha, mengorganisasikan dan menjalankan. d. Mempunyai loyalitas dan tanggung jawab terhadap pihak-pihak

terkait

Dari pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, dapat terlihat bahwa karakteristik wirausahawan berhubungan erat dengan keberhasilan usaha. Jadi, untuk mencapai keberhasilan usaha tergantung dari bagaimana pribadi wirausahawan dalam menjalankan usahanya.

B. Kajian Penelitian Terdahulu

Ochtaviana (2012), melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Karakteristik Kewirausahaan dan Motivasi terhadap Keberhasilan Usaha pada Sentra U M Boneka ain di Sukamulya Bandung”. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dan verifikatif dengan menggunakan analisis korelasi dan determinasi.


(39)

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa karakteristik kewirausahaan dan motivasi secara bersama-sama memberikan

kontribusi atau pengaruh sebesar 74,1 persen terhadap keberhasilan usaha para pengusaha boneka kain di Kecamatan Sukajadi Bandung.

Wijayanto 2013 , melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh

Karakteristik Wirausahawan terhadap Tingkat Keberhasilan Usaha Studi Pada Sentra Usaha Kecil Pengasapan Ikan di Krobokan Semarang”. Analisis data dilakukan dengan teknik analisis statistik deskriptif dan inferensial. Analisis inferensial menggunakan multiple linear regression. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel kecakapan pribadi dan kecakapan sosial secara simultan maupun parsial memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap variabel keberhasilan usaha dan variabel ketrampilan sosial berpengaruh dominan terhadap keberhasilan usaha.

Firmansyah 2010 , melakukan penelitian dengan judul “Hubungan antara perilaku inovatif wirausaha dengan keberhasilan usaha kecil.” Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis verifikatif dengan uji Correlation Product Moment dari Pearson. Hasil analisis data menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara perilaku inovatif dengan keberhasilan usaha kecil. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif antara perilaku inovatif wirausaha dengan keberhasilan usaha kecil. Artinya semakin tinggi perilaku inovatif seorang wirausaha maka akan semakin tinggi tingkat keberhasilan usaha


(40)

kecil, sebaliknya semakin rendah perilaku inovatif seorang wirausaha maka akan semakin rendah tingkat keberhasilan usaha kecil.

Hardian 2011 , melakukan penelitian dengan judul “ nalisis

Karakteristik dan Perilaku Wirausaha Pedagang Martabak Manis Kaki Lima di Kota Bogor”. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dan verifikatif, dengan menggunakan alat analisis korelasi Rank Spearman dan Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pengetahuan sebagian besar pedagang masih berada dalam kategori sangat tinggi, sedangkan sikap berada pada kategori tinggi, keterampilan berada dalam kategori rendah, dan perilaku wirausaha berada dalam kategori tinggi. Unsur-unsur perilaku wirausaha yang dominan terhadap perilaku wirausaha pedagang adalah pengetahuan dan sikap wirausaha pedagang martabak itu sendiri.

C. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan latar belakang, perjalanan usaha wirausahawan industri kemplang di Kampung Sekip Rahayu dihadapkan berbagai masalah, permasalahan yang paling menonjol adalah dalam persaingan usaha. Dalam persaingan usaha ini terlihat adanya perbedaan perkembangan usaha wirausahawan satu dengan lainnya. Dalam setiap usahanya wirausahawan dituntut untuk selalu memiliki orientasi ke depan dan naluri usaha yang tajam, untuk menghadapi dunia bisnis yang semakin lama semakin menuntut wirausahawan untuk maju dan terus kompetitif.


(41)

Untuk melihat bagaimana seorang wirausahawan siap dalam

menjalankan usahanya, maka hal tersebut dapat dilihat dari karakteristik seorang wirausahawan. Karakteristik wirausahawan dapat berpengaruh dalam perkembangan usaha.

Menurut Meredith (1996) dalam Suryana (2003), karakteristik

wirausahawan dapat dipahami melalui ciri-ciri dan watak kewirausahaan yang meliputi percaya diri, berorientasi pada tugas dan hasil,

pengambilan resiko dan suka tantangan, kepemimpinan, keorisinilan, dan berorientasi ke masa depan. Kasmir (2006) menyatakan bahwa, ciri-ciri wirausaha yang berhasil adalah memiliki visi dan tujuan yang jelas, inisiatif dan selalu proaktif, berorientasi pada prestasi, berani mengambil resiko, kerja keras, bertanggung jawab terhadap segala aktivitas yang dijalankannya, komitmen pada berbagai pihak, mengembangkan dan memelihara hubungan baik dengan berbagai pihak.

Dari pendapat menurut ahli mengenai karakteristik kewirausahaan, maka peneliti tertarik untuk menggabungkan dua pendapat ahli dengan tetap mempertimbangkan situasi dari objek penelitian yang digunakan. Untuk itu dalam penelitian ini karakteristik wirausahawan yang digunakan sebagai variabel penelitian hanya percaya diri, berorientasi tugas dan hasil, berani mengambil risiko, orientasi masa depan, dan kerja keras, tanpa menambahkan karakteristik yang tersisa karena keterbatasan peneliti.


(42)

Dengan adanya karakteristik wirausahawan yang dimiliki oleh pelaku usaha, maka diharapkan dapat tercapainya keberhasilan usaha yang dijalankan. Keberhasilan usaha adalah suatu keadaan dimana usaha mengalami peningkatan dari hasil yang sebelumnya. Menurut Noor (2007) dalam Lestari (2012), keberhasilan usaha pada hakikatnya adalah keberhasilan dari bisnis mencapai tujuannya. Keberhasilan usaha

merupakan tujuan utama dari sebuah perusahaan, dimana segala aktivitas yang ada didalamnya ditujukan untuk mencapai suatu keberhasilan. Berhasil atau tidaknya seorang wirausahawan tergantung dari kepribadian dalam mengelola usahanya.

Tambunan (2002) dalam Darmawan (2004), mengungkapkan bahwa keberhasilan usaha kecil dapat diukur oleh dengan dimensi ketahanan usaha, jumlah tenaga kerja, dan volume penjualan. Ketahanan usaha menunjukkan berapa lama suatu usaha bisa bertahan (survival) sebagai salah satu faktor ukuran kesuksesan usaha kecil. Ketahanan usaha diukur dengan indikator usia usaha sejak tahun berdiri hingga tahun saat ini. Selain itu peneliti juga menambahkan dimensi jumlah pendapatan menurut Suryana (2003) sebagai salah satu dimensi keberhasilan usaha dengan indikatornya adalah jumlah pendapatan dalam satu tahun. Pendapatan merupakan salah satu aspek yang dilihat untuk mengetahui hasil dari keberhasilan usaha.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik wirausahawan dihubungkan melalui kemampuan dan kepribadian


(43)

masing-masing wiarausahawan yang berbeda dan relevan serta dapat membantu memberikan kontribusi besar dalam keberhasilan suatu usaha. Untuk itu perlu kajian mengenai hubungan antara karakteristik

wirausahawan dengan keberhasilan usaha. Kerangka pemikiran dibuat secara skematis seperti Gambar 1.

D. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah : Diduga karakteristik wirausahawan (percaya diri, berorientasi tugas dan hasil, berani

mengambil risiko, orientasi masa depan, dan kerja keras) memiliki hubungan dengan keberhasilan usaha.


(44)

Gambar 1. Paradigma hubungan antara karakteristik wirausahawan dengan keberhasilan usaha industri kemplang Kampung Sekip Rahayu, Kecamatan Bumi Waras, Bandar Lampung.

Keberhasilan Usaha (Y) a. Jumlah tenaga kerja

b. Jumlah penjualan c. Ketahanan usaha d. Pendapatan

Peran industri kecil terhadap perekonomian

Industri kecil kemplang

Karakteristik wirausahawan

Percaya diri (X1) Berorientasi tugas dan hasil (X2)

Kerja keras (X5) Orientasi masa depan (X4)


(45)

III. METODE PENELITIAN

A. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

1. Variabel independen yang diteliti meliputi :

a. Percaya diri (X1), yaitu sikap wirausahawan yang memberi keyakinan kuat pada kemampuan diri untuk melakukan tindakan dalam mencapai berbagai tujuan di dalam hidupnya. Dimensi percaya diri adalah :

(1) Komitmen, yaitu sikap kesediaan diri wirausahawan untuk memegang teguh visi, misi serta kemauan untuk mengerahkan seluruh usaha dalam melaksanakan tugas. Indikator yang digunakan untuk mengukur komitmen adalah memiliki prinsip yang kuat dalam membangun usaha dan tidak pernah

melakukan kesalahan dalam bekerja.

(2) Tanggung jawab, yaitu sikap kesediaan wirausahawan menanggung segala sesuatu apa yang menjadi kewajibannya. Indikator yang digunakan untuk mengukur tanggung jawab adalah kemampuan melaksanakan tugas sesuai prosedur dan kemauan dalam menanggung resiko dalam setiap keputusan.


(46)

(3) Optimisme, yaitu sikap wirausahawan yang percaya akan adanya keadaan yang lebih baik di masa yang akan datang. Indikator yang digunakan untuk mengukur optimisme adalah tingkat optimisme terhadap usaha yang dijalankan, keyakinan mencapai tujuan usaha dan kemampuan melawan persaingan usaha.

Variabel percaya diri memiliki 3 dimensi dan 7 indikator yang menjadi pertanyaan di dalam kuesioner. Jawaban disesuaikan dengan indikator yang menjadi pertanyaan di kuesioner dengan menggunakan skala likert 1-5.

b. Orientasi tugas dan hasil (X2), yaitu sikap wirausahawan yang selalu mengutamakan mengerjakan tugas - tugasnya dengan baik, sehingga mendapatkan hasil yang baik pula. Dimensi orientasi tugas dan hasil adalah :

(1) Orientasi laba, yaitu sikap wirausahawan dalam menentukan arah keuntungan atau laba usaha. Indikator yang digunakan untuk mengukur orientasi laba adalah tingkat ketercapaian laba yang ingin dicapai melalui pencatatan keuangan.

(2) Ketekunan

Ketekunan adalah suatu sikap wirausahawan yang melakukan usaha dengan sungguh-sungguh untuk mencapai tujuan tertentu tanpa mudah menyerah hingga meraih keberhasilan.


(47)

Indikator yang digunakan untuk mengukur ketekunan adalah tidak berhenti sebelum pekerjaan selesai dan melakukan pekerjaan dengan sepenuh hati.

(3) Hasrat umpan balik segera, yaitu keinginan kuat wirausahawan untuk mendapatkan hasil dari perjuangan yang telah

dilakukan. Indikator yang digunakan untuk mengukur hasrat umpan balik segera adalah keinginan untuk cepat mengetahui hasil dari pekerjaan yang telah dilakukan.

Variabel berorientasi tugas dan hasil memiliki 3 dimensi dan 5 indikator yang menjadi pertanyaan di dalam kuesioner. Jawaban disesuaikan dengan indikator yang menjadi pertanyaan di

kuesioner dengan menggunakan skala likert 1-5.

c. Berani mengambil risiko (X3)

Berani mengambil resiko yaitu sikap wirausahawan yang berani berspekulasi terhadap resiko yang akan dihadapi dan dilakukan secara sadar dan bertanggung jawab. Dimensi berani mengambil risiko adalah :

(1) Kemampuan mengambil risiko yaitu, kesanggupan atau keberanian wirausahawan dalam mengambil konsekuensi yang dapat terjadi akibat sebuah proses yang sedang berlangsung atau kejadian yang akan datang. Indikator yang digunakan untuk mengukur kemampuan mengambil risiko adalah berani mengambil risiko akan usaha yang dijalani, berani bersaing


(48)

dengan pengusaha-pengusaha lain dan berani mengambil keputusan.

(2) Antisipatif, yaitu sikap tanggap wirausahawan terhadap sesuatu yang akan terjadi. Indikatoryang digunakan untuk mengukur antisipatif adalah kemampuan menekan dan

memperkecil resiko dan kesiapan menghadapi tantangan usaha.

Variabel berani mengambil risiko memiliki 2 dimensi dan 7 indikator yang menjadi pertanyaan di dalam kuesioner. Jawaban disesuaikan dengan indikator yang menjadi pertanyaan di

kuesioner dengan menggunakan skala likert 1-5.

d. Orientasi masa depan (X4), yaitu cara pandang dan pengelolaan wirausahawan dalam merencanakan hidup di masa yang akan datang dengan harapan, tujuan, standar, rencana, dan strategi pencapaian tujuan dimasa akan datang. Dimensi orientasi masa depan adalah :

(1) Memiliki tujuan usaha yang jelas yaitu kewenangan wirausahawan terhadap apa yang ingin dicapai dalam usahanya. Indikator yang digunakan untuk mengukur

memiliki tujuan usaha yang jelas adalah usaha yang dijalankan harus mempunyai prospek ke depan dan antisipasi

kemungkinan terburuk di masa depan.

(2) Kemampuan mencari peluang, yaitu kesanggupan wirausahawan dalam mencari kesempatan dalam


(49)

memanfaatkan keuntungan yang ada. Indikator yang digunakan untuk mengukur kemampuan mencari peluang adalah tingkat mencari peluang untuk memajukan usaha dan mempertimbangkan hal yang berhubungan dengan

kepentingan usaha di masa depan.

Variabel orientasi masa depan memiliki 2 dimensi dan 5 indikator yang menjadi pertanyaan di dalam kuesioner. Jawaban

disesuaikan dengan indikator yang menjadi pertanyaan di kuesioner dengan menggunakan skala likert 1-5.

e. Kerja Keras (X5), yaitu sikap wirausahawan yang bekerja secara sungguh-sungguh untuk mencapai sasaran yang ingin dicapai dengan memanfaatkan waktu optimal untuk meraih hasil yang baik dan maksimal. Dimensi kerja keras adalah :

(1) Displin, yaitu sikap wirausahawan yang tecermin dalam tingkah laku berupa kepatuhan terhadap peraturan dan ketentuan yang berlaku. Indikator yang digunakan untuk mengukur disiplin adalah melakukan sesuatu sesuai aturan atau rencana yang telah ditetapkan sebelumnya dan memanfaatkan waktu secara optimal.

(2) Pantang menyerah, yaitu sikap wirausahawan yang tidak mudah patah semangat dalam menghadapi rintangan dan selalu kerja keras untuk mewujudjkan tujuan yang ingin dicapai.


(50)

Indikator yang digunakan untuk mengukur pantang menyerah adalah tidak berhenti di tengah jalan dalam berusaha.

(3) Semangat, yaitu keinginan dan pengorabanan diri untuk meraih tujuan atau hasil yang diharapkan. Indikator yang digunakan adalah menganggap setiap hari adalah hari terbaik dalam mencapai tujuan usaha dan berusaha sekuat tenaga untuk mencapai hasil yang maksimal.

Variabel kerja keras memiliki 3 dimensi dan 5 indikator yang menjadi pertanyaan di dalam kuesioner. Jawaban disesuaikan dengan indikator yang menjadi pertanyaan di kuesioner dengan menggunakan skala likert 1-5.

2. Variabel dependen (Y)

Variabel dependen (Y) penelitian adalah keberhasilan usaha dan penilaian keberhasilan usaha didasarkan pada 4 dimensi, yaitu : a. Jumlah tenaga kerja, adalah banyaknya orang yang bekerja pada

usaha kemplang di Kampung Sekip Rahayu. Indikatornya adalah jumlah karyawan yang dimiliki oleh wirausahawan kemplang dinyatakan dalam satuan orang.

b. Volume penjualan, adalah jumlah penjualan kemplang yang dihasilkan untuk satu tahun dinyatakan dalam satuan ton. Indikatornya adalah jumlah penjualan kemplang dalam satu tahun,frekuensi produksi kemplang per bulan, peningkatan


(51)

penjualan kemplang , dan perkembangan hasil usaha beberapa tahun.

c. Ketahanan usaha, yaitu lama usaha yang dijalankan oleh wirausahawan kemplang. Indikatornya adalah lama atau umur usaha yang dijalankan dan usaha pernah vakum atau berhenti produksi .

d. Pendapatan, adalah jumlah penerimaan bersih yang diterima oleh wirausahawan dari usaha kemplang. Indikatornya adalah

pendapatan usaha selama satu tahun yang diukur dalam satuan rupiah (Rp).

Dari penjelasan mengenai dimensi dan indikator keberhasilan usaha ada beberapa indikator yang masih berskala rasio yaitu jumlah tenaga kerja, volume penjualan, frekuensi produksi, dan pendapatan, maka skala tersebut diubah menjadi skala ordinal sehingga dapat digabungkan dengan indikator lain yang berskala ordinal dengan cara klasifikasi yang dengan terlebih dahulu menentukan range atau rentang dengan rumus :

Range = Nilai maksimum – Nilai minimum 5

Keterangan :

Range = Selang atau rentang Nilai maksimum = Nilai tertinggi Nilai minimum = Nilai terendah


(52)

5 = Klasifikasi yang ditetapkan

Klasifikasi yang ditetapkan adalah 5 yang merupakan tingkatan skor1-5. Skor 1 berarti “sangat rendah”, skor 2 berarti “rendah”, skor 3 berarti “sedang”, skor 4 berarti “tinggi, dan skor 5 berarti “sangat tinggi”

B. Lokasi, Waktu dan Sampel Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kampung Sekip Rahayu, Kecamatan Bumi Waras, Kota Bandar Lampung. Pemilihan lokasi dilakukan secara

sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kampung Sekip Rahayu merupakan sentra produksi kemplang di Kota Bandar Lampung.

Pengambilan data lapang dilakukan pada bulan April – Mei 2014. Metode penelitian yang digunakan adalah survey dan pengambilan

sampel dilakukan dengan teknik sensus. Sampel penelitian adalah seluruh pengusaha kemplang di Kampung Sekip Rahayu sebanyak 30 orang. Menurut Sugiyono (2012), sensus adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi dijadikan sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil.

C. Jenis Data, Metode Pengumpulan data dan Instrumen Penelitian

1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.


(53)

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang diambil secara langsung dari responden (wirausahawan kemplang) melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner di industri kecil kemplang Kampung Sekip Rahayu, Kelurahan Bumi Waras, Kecamatan Bumi Waras.

b. Data Sekunder

Data sekunder didapatkan dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung, Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Lampung, dan lembaga-lembaga penelitian atau publikasi yang relevan dengan tujuan penelitian.

2. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan wawancara menggunakan kuesioner. Wawancara merupakan teknik

pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan tanya jawab langsung antara pengumpul data maupun peneliti terhadap nara sumber atau sumber data (Sugiyono, 2012).

3. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah kuesioner. Kuesioner berisi seperangkat pertanyaan (pernyataan) yang disusun untuk menilai berbagai indikator dari setiap variabel yang ada. Setiap pertanyaan (pernyataan) dinilai dengan skala likert dengan 5 (lima) kriteria, baik untuk variabel karakteristik wirausahawan (X) maupun variabel keberhasilan usaha (Y). Dalam melakukan analisis data


(54)

kuesioner diharapkan memiliki data yang baik. Untuk mendapatkan data yang baik, yaitu yang benar-benar mengukur variabel, maka instrumen penelitian (kuesioner) harus diuji validitas dan

reliabilitasnya. Dengan menggunakan instrumen penelitian yang valid dan reliabel dalam pengumpulan data, maka diharapkan hasil

penelitian akan menjadi valid dan reliabel.

a. Uji Validitas dan Reliabilitas

Menurut Mustafa (2009), sebaik apapun kuesioner yang telah disusun peneliti, dan mengingat subyek penelitiannya adalah pendapat atau sikap orang, maka pengujian instrumen perlu dilakukan. Dengan menggunakan instrumen yang valid dan

reliabel dalam pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan reliabel. Untuk itu diperlukan uji validitas dan reliabilitas dalam mengukur instrumen, sehingga dapat dicapai keberhasilan penelitian (Sugiyono, 2012).

(1) Uji Validitas

Validitas sebuah tes menunjukkan sejauhmana instrumen dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur

(Sugiyono, 2013). Uji coba dilakukan terhadap 30 responden. Rumus yang digunakan peneliti untuk uji validitas dalam penelitian ini menggunakan korelasi Product Moment dengan rumus:


(55)

...(1) Keterangan:

r = Koefisien validitas butir pertanyaan yang dicari n = Banyaknya koresponden

X = Skor yang diperoleh subjek dari seluruh item Y = Skor total yang diperoleh dari seluruh item ∑X = Jumlah Skor dalam distribusi X

∑Y = Jumlah Skor dalam distribusi Y ∑X² = Jumlah kuadrat masing-masing X ∑Y² = Jumlah kuadrat masing-masing Y

Menurut Sugiyono (2013), kriteria uji validitas adalah: (a) Jika r ≥ 0,30, maka item-item pertanyaan dari kuesioner

adalah valid

(b) Jika r ≤ 0,30, maka item-item pertanyaan dari kuesioner adalah tidak valid.

Berdasarkan hasil pengolahan menggunakan korelasi product moment didapatkan hasil seperti disajikan pada Tabel 3-8.

Tabel 3. Hasil uji validitas variabel percaya diri (X1)

Butir pertanyaan Indeks validitas Nilai kritis Keterangan

item 1 0,343 0,30 Valid

item 2 0,467 0,30 Valid

item 3 0,464 0,30 Valid

item 4 0,363 0,30 Valid

item 5 0,515 0,30 Valid

item 6 0,407 0,30 Valid


(56)

Tabel 3 menunjukkan bahwa untuk tujuh item pertanyaan kuesioner yang digunakan untuk mengukur variabel percaya diri diperoleh nilai item lebih dari nilai kritis 0,30. Jadi dapat

disimpulkan bahwa item pernyataan variabel percaya diri yang digunakan valid. Hasil Uji validitas variabel percaya diri dapat dilihat pada Tabel 31 pada lampiran.

Tabel 4. Hasil uji validitas variabel berorientasi tugas dan hasil (X2)

Butir pertanyaan Indeks validitas Nilai kritis Keterangan

item 1 0,488 0,30 Valid

item 2 0,385 0,30 Valid

item 3 0,556 0,30 Valid

item 4 0,564 0,30 Valid

item 5 0,380 0,30 Valid

Tabel 4 menunjukkan bahwa untuk lima item pertanyaan

kuesioner yang digunakan untuk mengukur variabel berorientasi tugas dan hasil diperoleh nilai item yang melebihi nilai kritis 0,30. Sehingga dapat disimpulkan bahwa item pertanyaan variabel berorientasi tugas dan hasil yang digunakan valid. Hasil Uji validitas variabel berorientasi tugas dan hasil dapat dilihat pada Tabel 32 pada lampiran.


(57)

Tabel 5. Hasil uji validitas variabel berani mengambil risiko (X3) Butir pertanyaan Indeks validitas Nilai kritis Keterangan

item 1 0,515 0,30 Valid

item 2 0,830 0,30 Valid

item 3 0,444 0,30 Valid

item 4 0,308 0,30 Valid

item 5 0,760 0,30 Valid

item 6 0,327 0,30 Valid

item 7 0,760 0,30 Valid

Tabel 5 menunjukkan bahwa untuk tujuh item pertanyaan kuesioner yang digunakan untuk mengukur variabel berani mengambil risiko dan hasil diperoleh nilai item lebih dari nilai kritis 0,30. Sehingga dapat disimpulkan bahwa item pertanyaan variabel berani mengambil risiko yang digunakan valid. Hasil Uji validitas variabel berani mengambil risiko dapat dilihat pada Tabel 33 pada lampiran.

Tabel 6. Hasil uji validitas variabel orientasi masa depan (X4) Butir pertanyaan Indeks validitas Nilai kritis Keterangan

item 1 0,580 0,30 Valid

item 2 0,518 0,30 Valid

item 3 0,446 0,30 Valid

item 4 0,361 0,30 Valid

item 5 0,408 0,30 Valid

Tabel 6 menunjukkan bahwa untuk lima item pertanyaan kuesioner yang digunakan untuk mengukur variabel orientasi masa depan diperoleh nilai item memiliki nilai lebih dari nilai kritis 0,30. Jadi dapat disimpulkan bahwa item pertanyaan variabel orientasi masa depan yang digunakan valid. Hasil Uji


(58)

validitas variabel orientasi masa depan dapat dilihat pada Tabel 34 pada lampiran.

Tabel 7. Hasil uji validitas variabel kerja keras (X5)

Butir pertanyaan Indeks validitas Nilai kritis Keterangan

item 1 0,590 0,30 Valid

item 2 0,701 0,30 Valid

item 3 0,364 0,30 Valid

item 4 0,541 0,30 Valid

item 5 0,667 0,30 Valid

Tabel 7 menunjukkan bahwa untuk lima item pertanyaan kuesioner yang digunakan untuk mengukur variabel kerja keras diperoleh nilai item memiliki nilai lebih dari nilai kritis 0,30. Jadi dapat disimpulkan bahwa item pertanyaan variabel kerja keras yang digunakan valid. Hasil Uji validitas variabel kerja keras dapat dilihat pada Tabel 35 pada lampiran.

Tabel 8. Hasil uji validitas variabel keberhasilan usaha (Y) Butir pertanyaan Indeks validitas Nilai kritis Keterangan

item 1 0,567 0,30 Valid

item 2 0,770 0,30 Valid

item 3 0,611 0,30 Valid

item 4 0,510 0,30 Valid

item 5 0,396 0,30 Valid

item 6 0,340 0,30 Valid

item 7 0,432 0,30 Valid

item 8 0,373 0,30 Valid

Tabel 8 menunjukkan bahwa untuk delapan item pertanyaan kuesioner yang digunakan untuk mengukur variabel keberhasilan usaha diperoleh nilai item lebih dari nilai kritis 0,30. Jadi dapat


(59)

disimpulkan bahwa item pertanyaan variabel keberhasilan usaha yang digunakan valid. Hasil Uji validitas variabel keberhasilan usaha dapat dilihat pada Tabel 36 pada lampiran.

(2) Uji Reliabilitas

Setelah melakukan pengujian validitas butir pertanyaan, maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji reliabilitas untuk menguji ketepatan dan kepercayaan alat penguji dari data. Pengujian reliabilitas digunakan dengan rumus koefisien reliabilitas Alpha Cronbach dengan bantuan perhitungan SPSS. Uji Realibilitas diukur menggunakan rumus Cronbach’s Alpha (Sugiyono, 2013) sebagai berikut.

α = 

       2 2 1 1 i i k k   ... (2) Keterangan:

α = koefisien reliabilitas alpha k = banyaknya butir pertanyaan σi = jumlah varians butir

= jumlah varians skor total

Di mana jika alpha atau r hitung: (a) 0,8-1,0 = Reliabilitas baik (b) 0,6-0,799 = Reliabilitas diterima (c) < 0,6 = Reliabilitas kurang baik


(60)

Berdasarkan pengolahan dengan rumus koefisien Alpha Cronbach didapatkan hasil seperti disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9 menunjukkan bahwa pertanyaan kuesioner untuk variabel X1,X2,X3,X4,X5 dan Y yang digunakan memiliki nilai item lebih dari nilai CronbachAlpha > 0,6, sehingga dapat disimpulkan bahwa item pertanyaan variabel yang digunakan di dalam penelitian ini reliabel dan dapat digunakan dalam analisis data selanjutnya. Hasil uji reliabilitas variabel X1, X2, X3, X4, X5, dan Y dapat dilihat pada Tabel 37 pada lampiran.

Tabel 9. Uji reliabilitas variabel X1, X2, X3, X4, X5, dan Y

Variabel

Nilai Cronbach Alpha

Nilai

Kritis Keterangan

Percaya diri 0,664 0,60 Reliabel

Berorientasi tugas dan

hasil 0,626 0,60 Reliabel

Berani mengambil

risiko 0,717 0,60 Reliabel

Orientasi masa depan 0,612 0,60 Reliabel

Kerja keras 0,718 0,60 Reliabel

Keberhasilan usaha 0,641 0,60 Reliabel

D. Metode Pengolahan dan Analisis Data

1. Metode Analisis Data

Peneliti melakukan analisis data dengan menggunakan metode deskriptif dan verifikatif. Metode deskriptif digunakan untuk


(61)

usaha industri kecil kemplang. Metode verifikatif digunakan untuk mengolah data kuantitatif dan merumuskan hubungan antara karakteristik wirausahawan dengan keberhasilan usaha.

a. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk menjawab tujuan pertama dan kedua yaitu dengan menjelaskan bagaimana karakteristik

wirausahawan dan keberhasilan usaha industri kecil kemplang. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif untuk

mendeskripsikan variabel-variabel penelitian, antara lain : (1) Analisis deskriptif variabel X (karakteristik wirausahawan)

yang meliputi percaya diri, berorientasi tugas dan hasil, berani mengambil risiko, orientasi masa depan, dan kerja keras. (2) Analisis deskriptif variabel Y (keberhasilan usaha) yang

meliputi jumlah tenaga kerja, volume penjualan, ketahanan usaha, dan jumlah pendapatan.

Analisis deskriptif dilakukan dengan modus, yaitu dengan melihat angka yang paling banyak muncul dan juga kategorisasi. Menurut Sugiyono (2013), untuk mengetahui gambaran umum variabel X dan Y, maka digunakan rumus daerah kriterium (katageorisasi) dengan cara :

(1) Menentukan jumlah skor kriterium (SK) dengan menggunakan rumus:


(62)

Keterangan :

SK : Skor tertingggi JB : Jumlah butir soal JR : Jumlah responden

(2) Menghitung rentang kategorisasi dengan rumus :

Rentang skor kategori = (JRxJBxST)  (JRxJBxSR)...(6) ST

(3) Membuat daerah kategorisasi (Sugiyono, 2013), dengan cara : Tinggi = ST x JB x JR

Sedang = SD x JB x JR Rendah = SR x JB x JR

Keterangan : SR = Skor tertinggi SD= Skor terendah JB = Jumlah bulir JR = Jumlah responden

(4) Menentukan daerah kategorisasi variabel karakteristik wirausahawan (X) dan variabel keberhasilan usaha (Y)

Sangat rendah Rendah Sedang tinggi Sangat tinggi


(63)

b. Analisis verifikatif

Analisis verifikatif digunakan untuk menjawab tujuan ketiga, yaitu merumuskan hubungan antara karakteristik wirausahawan dengan keberhasilan usaha. Teknik analisis data yang digunakan yaitu menggunakan korelasi rank spearman. Rumus untuk mengukur koefisien Rank Spearman adalah (Sugiyono, 2012) :

Keterangan :

= koefisien korelasi Rank Spearman yang

di = selisih mutlak antara rangking data variabel X dan variabel Y (X1– Y1)


(64)

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Keadaan Umum Kota Bandar Lampung

1. Keadaan Umum

Bandar Lampung merupakan ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah yang dijadikan sebagai pusat kegiatan pemerintahan, politik, pendidikan, kebudayaan dan juga sebagai pusat perekonomian di Provinsi Lampung. Provinsi Lampung memiliki letak yang strategis karena

merupakan pintu gerbang antara Pulau Sumatera dengan Pulau Jawa. Sebagai ibukota provinsi, Bandar Lampung memiliki keuntungan karena setiap kegiatan, baik dari pemerintahan, politik, perdagangan, industri, pendidikan, kebudayaan dan perekonomian, lebih cepat bertumbuh dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten lain yang berada di Provinsi Lampung (BPS, 2013)C.

Kota Bandar Lampung memiliki luas wilayah 197,22 km2 yang terdiri dari 13 kecamatan dan 98 kelurahan. Secara geografis, Kota Bandar Lampung terletak pada 5˚20’ sampai dengan 5˚30’ Lintang Selatan dan 105˚28’ sampai dengan 105˚37’ Bujur Timur. Secara administratif, batas wilayah


(65)

Bandar Lampung adalah (Bandar Lampung Dalam Angka, 2013, tidak dipublikasiakan).

a. di sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan,

b. di sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Lampung,

c. di sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Gedung Tataan dan Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran, serta

d. di sebelah Timur berbatasan Kecamatan Tanjung Bintang, Kabupaten Lampung Selatan.

B. Keadaan Umum Kecamatan Bumi Waras

1. Sejarah Singkat

Kecamatan Bumi Waras merupakan salah satu dari 20 kecamatan di Kota Bandar Lampung. Kecamatan Bumi Waras merupakan bagian dari wilayah Kota Bandar Lampung hasil pemekaran dari wilayah Kecamatan Teluk Betung Selatan, berdasarkan Peraturan Daerah No. 04 Tahun 2012 tanggal 17 September 2012 (Bumi Waras Dalam Angka, 2013, tidak

dipublikasikan).

2. Keadaan Geografi dan Luas Kecamatan

Kecamatan Bumi Waras adalah wilayah Kota Bandar Lampung dan

merupakan wilayah pantai yang membujur dari Timur ke arah Barat Pantai Teluk Lampung, dengan luas wilayah 376,5 ha dengan jumlah penduduk


(66)

50.757 jiwa, dan berbatasan di (Bumi Waras Dalam Angka 2013, tidak dipublikasikan):

a. sebelah Utara dengan Kecamatan Tanjung Karang Timur dan Kecamatan Kedamaian,

b. sebelah Selatan dengan Teluk Lampung,

c. sebelah Timur dengan Kecamatan Panjang, serta

d. sebelah Barat dengan Kecamatan Teluk Betung Selatan.

3. Topografi

Topografi wilayah Kecamatan Bumi Waras terdiri dari daerah yang relatif datar, terutama bagian yang menyusuri pantai, dan sebagian kecil

mempunyai wilayah perbukitan atau bergelombang, terutama di bagian Utara wilayah Kecamatan Bumi Waras. Kecamatan Bumi Waras termasuk wilayah beriklim tropis dengan curah hujan rata-rata 2000 s/d 3000 mm setiap tahun. Struktur tanah Kecamatan Bumi Waras berwarna merah kehitaman dan sedikit jenis podsolik serta latosol berkategori sedang (Bumi Waras Dalam Angka, 2013, tidak dipublikasikan).

C. Keadaan Umum Kelurahan Bumi Waras

1. Keadaan Geografi dan Luas Kelurahan

Kelurahan Bumi Waras merupakan wilayah terluas di Kecamatan Bumi Waras, dengan luas wilayah 73 ha (16,24 persen dari luas total Kecamatan


(67)

Bumi Waras) dengan jumlah penduduk 13.369 jiwa dengan 3.439 Kepala Keluarga (KK), dan berbatasan di :

a. sebelah Utara dengan Kelurahan Pecoh Raya,

b. sebelah Selatan dengan Teluk Lampung dan Kelurahan Kangkung, c. sebelah Timur dengan Kelurahan Sukaraja, serta

d. sebelah Barat dengan Kelurahan Kupang Raya. (Monografi Kelurahan Bumi Waras, 2013, tidak dipublikasikan).

Kelurahan Bumi Waras terdiri dari 3 Lingkungan (LK) dan 45 Rukun Tetangga (RT). Kelurahan Bumi Waras dibagi menjadi 3 Lingkungan (LK) dengan rincian :

a. Lingkungan (LK) I terdiri dari Kampung Kebon Dangder, Cendana, dan Sekip Rahayu,

b. Lingkungan (LK) II terdiri dari Kampung Tanjung Raman Bawah, Tanjung Raman Atas, dan Jualang,

c. Lingkungan (LK) III terdiri dari Kampung Sriasih dan Kunyit Dalam (Monografi Kelurahan Bumi Waras, 2013, tidak dipublikasikan)

2. Topografi

Kelurahan Bumi Waras merupakan bagian dari Kecamatan Bumi Waras. Jarak Kelurahan Bumi Waras ke ibukota Kecamatan Bumi Waras kurang lebih 1,50 km. Pada Kelurahan Bumi Waras terdapat satu desa/kampung bernama Sekip Rahayu yang merupakan sentra produksi oleh-oleh


(68)

kemplang Lampung (Monografi Sekip Rahayu, 2013, tidak dipublikasikan).

3. Letak Daerah Penelitian

Sekip Rahayu adalah salah satu lingkungan di Kelurahan Bumi Waras, Kecamatan Bumi Waras, Kota Bandar Lampung. Sekip Rahayu terdiri dari 6 RT, yaitu RT 14 – RT 19. Jarak dari Sekip Rahayu ke Kecamatan Bumi Waras kurang lebih 1 (satu) km dengan waktu tempuh sekitar 5 menit. Kampung Sekip Rahayu langsung berbatasan dengan Teluk Lampung yang merupakan penghasil ikan sebagai bahan baku kemplang. Selain itu, Sekip Rahayu juga didukung dengan keberadaannya yang dekat dengan pasar ikan gudang lelang dan pasar kangkung, sehingga tidak terlalu sulit untuk menemukan bahan baku untuk keperluan produksi kemplang (Monografi Sekip Rahayu, 2013, tidak dipublikasikan).

4. Luas Daerah dan Keadaan Alam

Menurut Monografi Sekip Rahayu, 2013 (tidak dipublikasikan), luas Sekip Rahayu saat ini adalah 10 ha. Seluruh lahan di Sekip Rahayu digunakan untuk berbagai kegiatan, yaitu 50 persen digunakan untuk penjemuran kemplang dan kerupuk ikan, dan sisanya digunakan untuk pemukiman, bangunan, jalan, tempat pemakaman, sarana pendidikan, sarana ibadah dan lapangan. Untuk menjangkau Sekip Rahayu dari ibukota Bandar


(69)

mobil atau menggunakan kendaraan umum seperti Bus apid Transit dan ngkutan ota , dengan waktu tempuh sekitar 20 menit. Sekip ahayu terletak di dataran dengan suhu 37 dan langsung berbatasan dengan Teluk Lampung.

5. Keadaan Sosial Ekonomi

Jumlah penduduk Sekip Rahayu adalah 1.107 jiwa terdiri dan 196 KK, 558 jiwa laki-laki dan 549 jiwa perempuan. Keadaan penduduk Sekip Rahayu Tahun 2013 menurut kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Penyebaran penduduk Sekip Rahayu menurut kelompok umur, 2013

Kelompok umur (tahun) Jumlah (jiwa) Persentase (%)

< 1 25 2,34

1 - < 5 194 17,57

5 - < 7 85 7,72

7 - < 15 223 20,21

15 - 56 462 41,43

> 56 118 10,73

Jumlah 1107 100,00 Sumber : Monografi Sekip Rahayu Kelurahan Bumi Waras, 2013

(tidak dipublikasikan)

Tabel 10 menunjukkan bahwa jumlah penduduk menurut kelompok umur di Sekip Rahayu didominasi oleh penduduk usia 15 -56 tahun (41,43 persen). Penduduk Sekip Rahayu tidak hanya bekerja sebagai wiraswasta saja tetapi juga sebagai buruh, PNS, dan lain-lain. Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 11.

Berdasarkan Tabel 11 diketahui bahwa jumlah penduduk menurut mata pencaharian di Sekip Rahayu didominasi oleh buruh (sebesar 47,37


(70)

persen). Wiraswasta berada di posisi ketiga (sebesar 14,04 persen), dimana wirausahawan kemplang masuk dalam persentase tersebut.

Tabel 11. Penyebaran penduduk Sekip Rahayu menurut mata pencaharian, 2013

Mata pencaharian Jumlah (jiwa) Persentase (%)

PNS 25 5,49

Wiraswasta 64 14,04

Buruh 216 47,37

Pensiunan 17 3,72

Lain-lain 134 29,38

Jumlah 456 100,00

Sumber : Monografi Sekip Rahayu, Kelurahan Bumi Waras, 2013 (tidak dipublikasikan)

6. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang tersedia di Sekip Rahayu antara lain adalah transportasi, jalan umum, sarana ibadah, bangunan sekolah dan lapangan. Sarana transportasi berupa kendaraan umum dan kendaraan pribadi yang menghubungkan Sekip Rahayu dengan daerah sekitarnya. Selain itu Sekip Rahayu juga memiliki lapangan yang langsung menghadap Teluk

Lampung, yang digunakan untuk menjemur kemplang dan kerupuk (Monografi Sekip Rahayu, 2013, tidak dipublikasikan).

7. Latar Belakang Industri Kecil Kemplang

Industri kecil kemplang di Kampung Sekip Rahayu dirintis pertama kali pada tahun 80-an. Dengan persediaan ikan yang melimpah, penduduk


(71)

Sekip Rahayu mengolahnya menjadi panganan ringan, seperti kemplang dan kerupuk, yang pada awalnya masih dengan jumlah produksi yang kecil dan hanya sebagai mata pencaharian tambahan. Pada awalnya setiap pembuatan kemplang dilakukan secara manual. Alat yang digunakan dalam proses pembuatan kemplang masih tergolong sederhana. Sebanyak 80 persen dari jumlah pelaku industi kecil kemplang belajar dari keluarga atau tetangga yang sebelumnya telah menggeluti industri kecil kemplang tersebut. Permintaan pasar akan panganan kemplang ternyata mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, terutama pada saat memasuki musim lebaran. Pemasaran kemplang saat ini sudah menjangkau sampai ke luar Lampung, yaitu ke Pulau Jawa (Wawancara dengan Bapak Rizal, 2014).


(72)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Wirausahawan kemplang di Kampung Sekip Rahayu Kelurahan Bumi Waras secara umum telah memiliki sikap percaya diri, berorientasi tugas dan hasil, berani mengambil risiko, orientasi masa depan, dan kerja keras.

2. Tingkat keberhasilan usaha wirausahawan kemplang di Kampung Sekip Rahayu Kelurahan Bumi Waras secara umum berada pada kategori sedang, sejalan dengan perkembangan volume usaha dan pengalaman berwirausaha.

3. Karakteristik wirausahawan berupa percaya diri, berorientasi tugas hasil, orientasi masa depan, dan kerja keras memiliki hubungan yang signifikan dengan keberhasilan usaha, sedangkan berani mengambil risiko tidak memiliki hubungan yang signifikan.


(73)

B. Saran

Berdasarkan hasil dan pembahasan dari penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disarankan bahwa :

1. Banyak wirausahawan kemplang yang belum melakukan pembukuan usaha dengan baik. Oleh karena itu, upaya peningkatan wirausahawan kemplang harus dilakukan dengan diberikan pelatihan pencatatan keuangan.

2. Bagi peneliti lain disarankan untuk meneliti karakteristik wirausahawan yang belum dimasukkan dalam penelitian ini, seperti kepemimpinan, kreativitas, dan inovatif.


(1)

pembuatan kemplang dilakukan secara manual. Alat yang digunakan dalam proses pembuatan kemplang masih tergolong sederhana. Sebanyak 80 persen dari jumlah pelaku industi kecil kemplang belajar dari keluarga atau tetangga yang sebelumnya telah menggeluti industri kecil kemplang tersebut. Permintaan pasar akan panganan kemplang ternyata mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, terutama pada saat memasuki musim lebaran. Pemasaran kemplang saat ini sudah menjangkau sampai ke luar Lampung, yaitu ke Pulau Jawa (Wawancara dengan Bapak Rizal, 2014).


(2)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Wirausahawan kemplang di Kampung Sekip Rahayu Kelurahan Bumi Waras secara umum telah memiliki sikap percaya diri, berorientasi tugas dan hasil, berani mengambil risiko, orientasi masa depan, dan kerja keras.

2. Tingkat keberhasilan usaha wirausahawan kemplang di Kampung Sekip Rahayu Kelurahan Bumi Waras secara umum berada pada kategori sedang, sejalan dengan perkembangan volume usaha dan pengalaman berwirausaha.

3. Karakteristik wirausahawan berupa percaya diri, berorientasi tugas hasil, orientasi masa depan, dan kerja keras memiliki hubungan yang signifikan dengan keberhasilan usaha, sedangkan berani mengambil risiko tidak memiliki hubungan yang signifikan.


(3)

dapat disarankan bahwa :

1. Banyak wirausahawan kemplang yang belum melakukan pembukuan usaha dengan baik. Oleh karena itu, upaya peningkatan wirausahawan kemplang harus dilakukan dengan diberikan pelatihan pencatatan keuangan.

2. Bagi peneliti lain disarankan untuk meneliti karakteristik wirausahawan yang belum dimasukkan dalam penelitian ini, seperti kepemimpinan, kreativitas, dan inovatif.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Astamoen, M. P. 2005. Entrepreneurship dalam Perspektif Kondisi Bangsa Indonesia. Bandung: Alfabeta.

Alma, B. 2007. Kewirausahaan, Edisi Revisi. Bandung : Alfabeta. Badan Pusat Stastistik. 2013a. Bandar Lampung dalam Angka. Badan Pusat Stastistik. 2013b. Bumi Waras dalam Angka.

Darmawan, I.P.S. 2004. Analisis tipe strategi Industri Kecil dan Menengah di kawasan Sarbagita, Bali. Malang: Tesis Universitas Brawijaya Dinas Koperasi, UMKM, Perindag Kota Bandar Lampung. 2013.

Perkembangan Industri Kecil Bandar Lampung.

Endang, M.G.W. 2012. Faktor-faktor motivasi berwirausaha terhadap keberhasilan usaha pengusaha UKM Kota Malang. Malang : Jurnal ilmu sosial Universitas Brawijaya.

Firmansyah, M.A. 2010. Hubungan antara perilaku inovatif wirausaha dengan keberhasilan usaha kecil. Yogyakarta : Jurnal Psikologi Sosila Hubungan Sikap, Perilaku Universitas Islam Indonesia. Ghozali, I. 2006. Statistik Nonparametrik. Semarang : Badan Penerbit

Universitas Diponegoro.

Ginting, K. 2012. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha (studi kasus pada pengusaha rumah makan di Kelurahan Helvetia Tengah Medan). Medan: Jurnal Ilmu Sosial USU.

Gujarati, D. 2003. Ekonometrika Dasar : Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga. Hardian. W. 2011. Analisis karakteristik dan perilaku wirausaha pedagang

martabak manis kaki lima di kota Bogor. Bogor: Jurnal Agribisnis Institut Pertanian Bogor.


(5)

Kementerian Riset dan Teknologi. 2001. Kemplang.

Lestari, F. 2012. Pengaruh Jiwa kewirausahaan dan Kreativitas terhadap Keberhasilan Usaha pada Sentra Industri Rajutan Binong Jati Bandung. Bandung: Jurnal Unikom.

Longenecker, J. G. 2001. Kewirausahaan Manajemen Usaha Kecil. Jakarta: PT. Salemba Empat.

Mustafa, Z.EQ. 2009. Mengurai Variabel hingga Instrumentasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Masykuri, A.A. 2013. Analisis Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Terhadap Keberhasilan Usaha Pengrajin Songkok di Kecamatan Bungah Kabupaten Gresik. Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya. Nazir. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Noersasongko, E. 2005. Analisis Pengaruh Karakteristik Individu, Kewirausahaan dan Gaya Kepemimpinan Terhadap Kemampuan Usaha Serta Keberhasilan Usaha Pada Usaha Kecil Batik di Jawa Tengah. Skripsi. Malang. Program Pascasarjana Universitas Merdeka Malang.

Ochtaviana, D. 2012. Pengaruh Karakteristik Kewirausahaan dan Motivasi Terhadap Keberhasilan Usaha Pada Sentra UKM Boneka Kain Sukamulya Bandung. Bandung: Jurnal UNIKOM.

Pratama, A.W. 2013. Ketenagakerjaan Menurut Bank Dunia. (Online) : http://youcanseemine.blogspot.com/2013/04/ketenagakerjaan. Diakses : 18 Agustus 2014.

Purnama, C. 2010. Motivasi dan Kemampuan Usaha Dalam meningkatkan Keberhasilan Usaha Industri Kecil (Studi Pada Industri Kecil Sepatu di Jawa Timur). Mojokerto: Jurnal Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Al-Anwar.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Bisnis. Penerbit Alfabeta, Bandung.

Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitaif, Kualitatif, dan R&D). Bandung : Alfabeta.


(6)

Suliyanto. 2011. Perbedaan Pandangan Skala Likert Sebagai Skala Ordinal atau Skala Interval. Semarang : Prosiding Seminar Nasional Stastistika Universitas Dipenegoro ISBN: 978-979-097-142-4. Supriatna, D. 2013. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Usaha

dan Kegagalan Penerapan Manajemen Informasi dalam organisasi. Skripsi: IPB. Bogor.

Surya, M.H. 2012. Hubungan Self Efficacy. (web.unair.ac.id). Diakses tanggal 15 Mei 2014.

Suryana. 2003. Kewirausahaan: Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju Sukses. Jakarta: Salemba Empat.

Tanjung, D.B. 2012. Analisis Faktor-faktor Keberhasilan Toko Emas Sriwijaya Gunung Sitoli. Medan: Jurnal Ilmu Sosial USU.

Wijayanto, A. (2013) Pengaruh Karakteristik Wirausahawan terhadap Tingkat Keberhasilan Usaha: Studi Pada Sentra Usaha Kecil Pengasapan Ikan Di Krobokan Semarang. Semarang: Jurnal Ilmu Sosial UNDIP.

Wikipedia. 2013. Definisi Kemplang. (www.wikipedia.com). Diakses tanggal 14 Desember 2013.

Zimmerer, T. W. & N.M.Scarborough. 2005. Pengantar Kewirausahaan dan Manajemen Bisnis Kecil. Jakarta: PT Indeks.

Zimmerer, T. W. & N.M.Scarborough. 2008. Pengantar Kewirausahaan dan Manajemen Bisnis Kecil. Ed. Keempat. Jakarta: PT Indeks.