EFEKTIVITAS LKS BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 20 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

(1)

(2)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS LKS BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR

KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP

(Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 20 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

Oleh Yurnalis

Hasil observasi dan wawancara dengan guru biologi yang mengajar di kelas VII SMP Nergeri 20 Bandar Lampung, diketahui bahwa keterampilan berpikir kritis siswa belum dikembangkan secara optimal. Hal ini dikarenakan selama ini guru menggunakan metode/model pembelajaran yang tidak memfasilitasi siswa untuk mengembangkan ketrampilan berpikir kritisnya. Salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa yaitu dengan LKS yang dipadukan dengan model pembelajaran Problem Based Learning. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh yang signifikan dari

penggunaan LKS Berbasis PBL dalam terhadap keterampilan berpikir kritis siswa. Penelitian ini merupakan kuasi eksperimental dengan desain pretes postes

kelompok non ekuivalen. Sampel penelitian adalah siswa kelas VII D dan VII E yang dipilih dari populasi secara cluster random sampling. Data penelitian ini


(3)

iii

berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari rata-rata nilai pretes dan postes yang dianalisis secara statistik menggunakan uji-t pada taraf kepercayaan 5% melalui program SPSS 16. Data kualitatif berupa deskripsi keterampilan berpikir kritis siswa, dan data aktivitas belajar siswa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan LKS model PBL meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dengan rata-rata nilai pretes (24,42), postes (71,79), dan N-gain (62,55). Indikator kemampuan berpikir kritis dengan kriteria tinggi sekali yang dicapai siswa melalui model PBL yakni indikator memberikan argumen dan melakukan induksi. Aktivitas belajar siswa yang menggunakan model PBL juga mengalami peningkatan dari pertemuan I dengan rata-rata 56,45 meningkat pada pertemuan II dengan rata-rata 80,32. Aspek mengemukakan ide/gagasan, mengajukan pertanyaan, dan

mempresentasikan hasil diskusi kelompok merupakan aktivitas dengan kriteria baik yang dicapai siswa yang menggunakan LKS Berbasis PBL. Dengan demikian, penerapan LKS Berbasis PBL efektif dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis oleh siswa.

Kata kunci : LKS, Problem Based Learning (PBL), keterampilan berikir kritis, aktivitas belajar, dan ciri-ciri makhluk hidup.


(4)

(5)

(6)

(7)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xviii

I. PENDAHULUAN A. LatarBelakang ... 1

B. RumusanMasalah ... 6

C. TujuanPenelitian ... 6

D. ManfaatPenelitian ... 6

E. RuangLingkupPenelitian ... 7

F. KerangkaPikir ... 8

G. HipotesisStatistik ... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas ... 11

B. LKS ... 13

C. Model Problem Based Learning (PBL) ... 16

D. Keterampilan Berpikir Kritis ... 22

III. METODE PENELITIAN A. TempatdanWaktuPenelitian... 27

B. PopulasidanSampel ... 27

C. DesainPenelitian ... 27

D. ProsedurPenelitian ... 28

E. DataPenelitian ... 32

F. Teknik Pengumpulan Data ... 32

G. Teknik Analisis Data ... 33

H. Mendeskripsikan Kemamapuan Berpikir Kritis ... ... 36


(8)

xiv

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HasilPenelitian ... 40

B. Pembahasan ... 45

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 53

B. Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA ... . 55

LAMPIRAN 1. Silabus ... 58

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 62

3. Lembar Kerja Selompok………... 79

4. Rubrik Penilaian LKS dan jawaban ... 99

5. Soal Pretes dan Postes ... 113

6. Rubrik Penilaian Soal pretes dan Postes... 117

7. Data Hasil Penelitian ... 130

8. Analisis Uji Statistik Data Hasil Penelitian... 147

9. Foto-Foto Penelitian... 161


(9)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses belajar mengajar yang terjadi disuatu kelas melibatkan interaksi antara guru dan siswa. Guru berperan sebagai pengajar, siswa sebagai objek yang belajar. Kedua komponen tersebut harus sama-sama aktif agar proses belajar mengajar berlangsung dengan baik sehingga mendapatkan hasil yang

memuaskan.

Mata pelajaran Biologi dikembangkan melalui kemampuan berpikir analitis. Induktif, dan deduktif untuk menyelesaikan masalah. Berpikir induktif dan deduktif adalah bagian dari indikator keterampilan berpikir tingkat tinggi yang harus dimiliki oleh siswa, yaitu keterampilan berpikir kritis.

Mengembangkan kemampuan berpikir analitis, induktif, dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip biologi adalah tujuan dari pembelajaran Biologi (BSNP. 2006: 1-2).

Schafersman (dalam Sadia 2008: 222) menyatakan berpikir kritis (critical thinking) merupakan topik yang penting dan vital dalam era pendidikan modern. Tujuan khusus pembelajaran berpikir kritis dalam pendidikan sains maupun disiplin yang lain adalah untuk meningkatkan keterampilan berpikir siswa dan sekaligus menyiapkan mereka agar sukses dalam menjalani


(10)

kehidupannya. Dengan dimilikinya kemampuan berpikir kritis yang tinggi oleh siswa SMP maka mereka akan dapat mencapai standar kompetensi yang telah ditetapkan dalam kurikulum, serta mereka akan mampu merancang dan mengarungi kehidupannya pada masa datang yang penuh dengan tantangan, persaingan, dan ketidakpastian.

Menurut Hatmanto (dalam Humas, 2011: 1) pembelajaran yang dilakukan oleh sebagian besar guru hanya menekankan pada penguasaan konsep, belum membudayakan keterampilan berpikir kritis, sehingga keterampilan berpikir kritis sebagian besar siswa SMP masih rendah. Metode pengajaran

konvensional memposisikan guru sebagai pemilik ilmu atau otoritas pengetahuan. Guru dianggap sebagai orang yang memberi ilmu atau

pengetahuan. Sedangkan siswa menjadi obyek pasif, hanya sebagai penerima ilmu sehingga siswa menjadi tidak kritis. Hal ini didukung oleh hasil

penelitian Rofi’udin (dalam Arnyana, 2008: 2) bahwa terjadi keluhan tentang

rendahnya kecakapan berpikir kritis kreatif lulusan sekolah dasar sampai perguruan tinggi di Indonesia, karena pendidikan berpikir belum ditangani dengan baik.

Salah satu mata pelajaran di Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah Biologi. Biologi merupakan mata pelajaran yang membutuhkan keaktifan dan konsentrasi yang tinggi dari siswa, karena dalam mata pelajaran Biologi terdapat banyak sekali konsep-konsep yang saling berkaitan. Banyaknya konsep-konsep yang saling berkaitan kadang kala tidak ditunjang dengan metode pembelajaran yang variatif.


(11)

Hasil observasi awal di SMP Negeri 20 Bandar Lampung diketahui bahwa pencapaian hasil belajar Biologi untuk materi pokok ciri-ciri makhluk hidup selama ini masih rendah. Ini ditunjukan dari rata-rata VII SMP N 20 Bandar Lampung pada materi ciri-ciri makhluk hidup belum memenuhi standar KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditentukan oleh sekolah untuk pelajaran biologi yaitu 60. Guru kurang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran, sehingga kemampuan siswa kurang tergali. Metode yang digunakan selama ini adalah ceramah.

Kompetensi Dasar pada materi pokok keanekaragaman makhluk hidup adalah mendeskripsikan ciri-ciri makhluk hidup. Pengalaman belajarnya adalah mengadakan pengamatan langsung terhadap keanekaragaman serta

mengumpulkan data tentang ciri-ciri makhluk hidup. Mengingat alokasi waktu yang diberikan begitu singkat oleh karena itu guru perlu membuat strategi baru dalam penyampaian materi sehingga semua materi pokok ciri-ciri makhluk hidup dapat tersampaikan kepada siswa.

Bertitik tolak pada kenyataan tersebut. peneliti mencoba menerapkan model pembelajaran dengan menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis Problem Based Learning (PBL). Lembar Kerja Siswa merupakan lembar kerja bagi siswa baik dalam kegiatan intrakurikuler maupun kurikuler untuk

mempermudah pemahaman terhadap materi pelajaran yang didapat (Azhar. 1993 : 78).


(12)

LKS adalah materi ajar yang dikemas secara integrasi sehingga

memungkinkan siswa mempelajari materi tersebut secara mandiri. LKS merupakan salah satu sarana untuk membantu dan mempermudah dalam kegiatan belajar mengajar sehingga akan terbentuk interaksi yang efektif antara siswa dengan guru, sehingga dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam

peningkatan prestasi belajar.

Menggunakan LKS dalam pengajaran akan membuka kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk ikut aktif dalam pembelajaran. Dengan demikian guru bertanggung jawab penuh dalam memantau siswa dalam proses belajar mengajar.

Peran LKS dalam proses pembelajaran adalah sebagai alat untuk memberikan pengetahuan, sikap dan ketrampilan pada siswa. Penggunaan LKS

memungkinkan guru mengajar lebih optimal, memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan, memberi penguatan, serta melatih siswa memecahkan masalah.

Model PBL merupakan salah satu alternatif strategi yang memungkinkan siswa menguasai konsep atau memecahkan masalah melalui suatu proses yang memberikan kesempatan berfikir, berinteraksi, serta melatih berfikir positif.

Selanjutnya model PBL adalah salah satu cara mengajar dimana siswa diberi tugas masalah secara perseorangan atau berkelompok dan disini siswa

mengembangkan kreativitas mereka dan meningkatkan pengetahuannya seiring dengan pelaksanaan tahap-tahap yang diberikan.


(13)

Pembelajaran menggunakan model ini, memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa. Hal tersebut senada dengan pendapat Bruner dalam Trianto (2010:7) yang menyatakan bahwa berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna. Kelebihan PBL menurut Pannen, Mustafa dan Sekarwinahayu (2005:65) yaitu fokus pada kebermaknaan, meningkatkan kemampuan siswa untuk berinisiatif, pengembangan

keterampilan dan pengetahuan, pengembangan sikap, dan jenjang pencapaian pembelajaran dapat ditingkatkan. Hal ini didukung oleh penelitian Supriyadi (2010: 41) PBL memberi pengaruh signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis siswa, karena melalui model PBL ini siswa mampu mengeksplorasi pengetahuan yang telah dimilikinya dan mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya dalam pembelajaran.

Selain itu berdasarkan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan pembelajaran biologi melalui model PBL di kelas XI SMA N1 Kota Gajah oleh Misriyanti (2012:72), membuktikan bahwa penggunaan model PBL dapat meningkatkan aktivitas siswa terutama antusiasme belajar siswa, keterampilan guru dalam pengembangan model PBL dan adanya peningkatan pada nilai rata-rata hasil belajar siswa. Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti menganggap perlu diadakan penelitian, guna meningkatkan hasil belajar Biologi siswa melalui model PBL di SMP Negeri 20 Bandar Lampung.


(14)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana efektivitas penggunaan LKS berbasis PBL terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung?.

2. Manakah kemanpuan berpikir kritis yang lebih tinggi menggunakan LKS berbasis PBL atau tidak menggunakan model PBL?.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan. tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Efektivitas penggunaan LKS model PBL terhadap kemampuan berpikir kritis pada siswa kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung.

2. Perbandingan kemampuan bepikir kritis siswa pada penggunaan model pembelajaran berdasarkan masalah dibandingkan dengan tanpa

menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah. D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat : 1. Bagi Peneliti

Memberikan wawasan dan pengalaman dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran menggunakan LKS melalui model pembelajaran PBL.


(15)

2. Bagi siswa

Memberikan pengalaman belajar yang berbeda dengan melatih

kemampuan berpikir kritis melalui LKS dan model pembelajaran PBL pada materi pokok Ciri-ciri makhluk hidup.

3. Bagi Guru

Mendapat wawasan tentang model pembelajaran PBL menggunakan LKS untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dalam

pembelajaran biologi khususnya materi pokok Ciri-ciri makhluk hidup. 4. Bagi Sekolah

Memberikan sumbangan pemikiran untuk meningkatkan mutu

pembelajaran Biologi di sekolah dengan menerapkan kombinasi dan model pembelajaran yang efektif.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Agar tujuan penelitian ini tercapai sesuai dengan rumusan masalah maka penulis membatasi ruang lingkup penelitian sebagai berikut:

1. LKS merupakan salah satu sarana untuk membantu dan

mempermudah dalam kegiatan belajar mengajar sehingga akan terbentuk interaksi yang efektif antara siswa dengan guru, sehingga dapat meningkatkan aktifitas siswa dalam peningkatan prestasi belajar.

2. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah PBL. Sintak model ini yaitu: (1) orientasi masalah, (2)


(16)

atas masalah, (4) mengembangkan dan menyajikan hasil investigasi, serta (5) mengevaluasi dan menganalisis hasil pemecahan masalah. 3. Keterampilan berpikir kritis siswa yang diukur dalam penelitian ini

meliputi: (1) menginterpretasi pernyataan, (2) merekontruksi argumen, (3) mengidentifikasi atau memformulasikan kriteria jawaban yang mungkin, (4) keterampilan memberikan alasan, (5) merumuskan alternatif-alternatif untuk solusi, dan (6)

menggeneralisasi (dalam Costa, 1985: 54).

4. Materi dalam penelitian ini adalah materi ciri-ciri makhluk hidup. 5. Penelitian ini bersifat eksperimental semu dengan subjek

penelitiannya adalah siswa-siswi kelas VII semester genap di SMP Negeri 20 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013.

6. Efektifitas adalah keadaan yang berpengaruh, dapat membawa dan berhasil guna.

F. Kerangka Pikir

Pembelajaran yang berlangsung di SMP Negeri 20 bandar lampung masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta yang harus dihafal. Kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber belajar utama pengetahuan, kemudian ceramah sebagai pilihan utama strategi belajar. Untuk itu diperlukan suatu strategi belajar baru yang lebih memberdayakan siswa sehingga siswa lebih aktif.


(17)

LKS adalah materi ajar yang dikemas secara integrasi sehingga

memungkinkan siswa mempelajari materi tersebut secara mandiri. LKS merupakan salah satu sarana untuk membantu dan mempermudah dalam kegiatan belajar mengajar sehingga akan terbentuk interaksi yang efektif antara siswa dengan guru, sehingga dapat meningkatkan aktifitas siswa dalam peningkatan prestasi belajar.

Keterampilan berpikir kritis termasuk salah satu keterampilan berpikir tingkat tinggi. Keterampilan berpikir kritis secara esensial merupakan keterampilan menyelesaikan masalah (problem solving). Berpikir kritis adalah kemampuan bernalar dan berpikir reflektif yang diarahkan untuk memutuskan hal-hal yang meyakinkan untuk dilakukan, menyatakan bahwa berpikir kritis merupakan berpikir masuk akal dan reflektif yang difokuskan pada pengambilan keputusan.

Model PBL adalah pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar cara berpikir kritis dan cara pemecahan masalah, serta memperoleh pengetahuan konsep yang esensial dari materi pelajaran. Pembelajaran ini menyajikan kepada siswa situasi masalah authentik dan bermakna dapat memberikan kemudahan kepada siswa untuk melakukan penyelidikan. Model PBL dicirikan oleh siswa bekerja sama satu sama lain. Bekerja sama memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi. Pembelajaran ini juga membantu siswa menjadi pribadi yang mandiri dan otonom. Dari uraian diatas diperlukan metode pembelajaran yang


(18)

memungkinkan siswa berpikir tingkat tinggi yang mengharuskan siswa mendefenisikan masalah, mengembangkan hipotesis, mengumpulkan dan menganalisis informasi. Pemilihan metode Pembelajaran Berbasis Masalah diduga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Materi Pokok Ciri-ciri Makhluk Hidup dipilih dalam penelitian ini karena merupakan salah satu materi pelajaran yang sarat akan fakta-fakta yang sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini memungkinkan siswa untuk dapat belajar berdasarkan pengalamannya sendiri

Dari kerangka pikir diatas memunculkan dua variabel :

Keterangan: X = LKS berbasis PBL

Y = Kemampuan Berpikir kritis

Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat G. Hipotesis Statistik

Hipotesis statistik dalam penelitian ini yaitu:

Ho : Penggunaan LKS berbasis PBL tidak efektif terhadap

kemampuan berpikir kritis siswa kelas SMP Negeri 20 Bandar Lampung.

Hi : Penggunaan LKS berbasis PBL efektif terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung. .


(19)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Efektivitas

Menurut Muhaimin (2001:35) efektivitas berasal dari kata efek yang artinya pengasuh yang ditimbulkan oleh sebab akibat efektif yang hasilnya berhasil, sedangkan efektivitas menurut bahasa adalah ketepat guna menunjang tujuan. Secara umum teori efektivitas berorientasi pada tujuan, keefektifan organisasi adalah kesesuaian hasil yang dicapai dengan tujuan, jadi efektivitas pembelajaran adalah ukuran yang menyatakan sejauh mana sasaran atau tujuan (kuatitas, kualitas dan waktu) pembelajaran telah dicapai.

Efektivitas merupakan tahapan mencapai tujuan sebagaimana yang diharapkan. Ukuran efektivitas dalam suasana kegiatan pembelajaran

berkenaan dengan sejauh mana apa yang direncanakan atau diinginkan dapat terlaksana atau tercapai. Misalnya bila ada 10 jenis kegiatan yang

direncanakan, dan tercapai hanya 4 kegiatan yang dapat dilaksanakan, maka usaha untuk mencapai tujuan tersebut dipandang kurang efektif. Parameter untuk mencapai efektivitas pembelajaran dinyatakan sebagai angka nilai rasio antara jumlah hasil (lulusan) yang dicapai dalam kurun waktu teretentu dibandingkan dengan jumlah (unsur yang serupa) yang diproyeksikan atau ditargetkan dalam kurun waktu tertentu. Efektivitas pembelajaran ialah


(20)

ketepatgunaan memilih suatu strategi dalam desain, penyajian informasi, aktivitas yang diarahkan untuk terjadi perubahan yang lebih baik.

Dapat disimpulkan bahwasannya efektif disini merupakan sejumlah tujuan dan out put yang dicapai sebanding dengan yang telah direncanakan misalnya suatu kegiatan bisa dikatakan atau diniali efektif apabila dari sekian program atau tujuan yang ingin dicapai minimal sudah mencapai 85% keatas dengan apa yang ditargetkan maka program atau tujuan tersebut baru bisa dikatakan efektif.

Menurut Muhaimin (2001:35) beberapa ciri pembejaran yang efektif antara lain:

1. Peserta didik menjadi pengkaji yang aktif terhadap lingkungannya melalui mengobservasi, membandingkan, menemukan kesamaan dan perbedaan-perbedaan serta membentuk konsep dan generalisasi berdasarkan

kesamaan kesamaan yang ditemukan.

2. Guru menyediakan materi sebagai fokus berpikir dan berinteraksi dalam pembelajaran

3. Aktivitas-aktivitas peserta didik sepenuhnya didasarkan pada pengkajian. 4. Guru secara aktif terlibat dalam pemberian arahan dan tuntunan kepada

peserta didik dalam menganalisis informasi.

5. Orientasi pembelajaran penguasaan isi pelajaran dan pengembangan keterampilam berpikir.


(21)

B. LKS

LKS merupakan lembar kerja bagi siswa baik dalam kegiatan intrakurikuler maupun kokurikuler untuk mempermudah pemahaman terhadap materi pelajaran yang didapat. LKS adalah materi ajar yang dikemas secara

integrasi sehingga memungkinkan siswa mempelajari materi tersebut secara mandiri. LKS merupakan salah satu sarana untuk membantu dan

mempermudah dalam kegiatan belajar mengajar sehingga akan terbentuk interaksi yang efektif antara siswa dengan guru, sehingga dapat

meningkatkan aktifitas siswa dalam peningkatan prestasi belajar.

Menggunakan LKS dalam pengajaran akan membuka kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk ikut aktif dalam pembelajaran. Dengan demikian guru bertanggung jawab penuh dalam memantau siswa dalam proses belajar mengajar. Penggunaan LKS sebagai alat bantu pengajaran akan dapat mengaktifkan siswa. Dalam hal ini sesuai dengan pendapat Tim Instruktur Pemantapan Kerja Guru (PKG) dalam Sudiati (2003 : 11). menyatakan secara tegas “salah satu cara membuat siswa aktif adalah dengan menggunakan LKS”. Dari pendapat diatas dapat dipahami bahwa LKS adalah lembaran kertas yang intinya berisi informasi dan instruksi dari guru kepada siswa agar dapat mengerjakan sendiri suatu kegiatan belajar melalui praktek atau mengerjakan tugas dan latihan yang berkaitan dengan materi yang diajarkan untuk mencapai tujuan pengajaran”.

Menurut tim instruktur PKG dalam Sudiati (2003 : 11-12). tujuan LKS. antara lain:


(22)

1. Sebagai alternatif guru untuk mengarahkan pengajaran atau memperkenalkan suatu kegiatan tertentu.

2. Dapat mempercepat proses belajar mengajar dan hemat waktu mengajar.

3. Dapat mengoptimalkan alat bantu pengajaran yang terbatas karena siswa dapat menggunakan alat bantu secara bergantian.

Azhar (1993) : 78) mengatakan bahwa “LKS dibuat bertujuan untuk menuntun siswa akan berbagai kegiatan yang perlu diberikan serta mempertimbangkan proses berpikir yang akan ditumbuhkan pada diri siswa. LKS mempunyai fungsi sebagai urutan kerja yang diberikan dalam kegiatan baik intrakurikuler maupun ekstrakurikuler terhadap pemahaman materi yang telah diberikan”.

Menurut tim instruktur PKG dalam Sudiati (2003 : 11). tujuan LKS. antara lain:

1. Melatih siswa berfikir lebih mantap dalam kegiatan belajar mengajar. 2. Memperbaiki minat siswa untuk belajar, misalnya guru membuat

LKS lebih sistematis, berwarna serta bergambar untuk menarik perhatian dalam mempelajari LKS tersebut.

Prinsipnya lembar kerja siswa adalah tidak dinilai sebagai dasar perhitungan rapor, tetapi hanya diberi penguat bagi yang berhasil menyelesaikan

tugasnya serta diberi bimbingan bagi siswa yang mengalami kesulitan. Mengandung permasalahan sehingga siswa dapat mengembangkan pola pikir mereka dengan memecahkan permasalahan tersebut.


(23)

LKS merupakan bahan pembelajaran cetak yang yang paling sederhana karena komponen isinya bukan pada materi ajar tetapi pada pengembangan soal-soalnya serta latihan. LKS sangat baik dipergunakan dalam rangka strategi heuristik maupun ekspositorik. Dalam strategi heuristik LKS dipakai dalam metode penemuan terbimbing, sedangkan dalam strategi ekspositorik LKS dipakai untuk memberikan latihan pengembangan. Selain itu LKS sebagai penunjang untuk meningkatkan aktifitas siswa dalam proses belajar dapat mengoptimalkan hasil belajar.

Menurut Dhari dan Haryono (1988:32) adapun bagi siswa penggunaan LKS bermanfaat untuk:

1. Meningkatkan aktivitas siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar

2. Melatih dan mengembangkan ketrampilan proses pada siswa sebagai dasar penerapan ilmu pengetahuan.

3. Membantu memperoleh catatan tentang materi yang dipelajari melalui kegiatan tersebut.

4. Membantu menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar siswa secara sistematis.

Peran LKS sangat besar dalam proses pembelajaran karena dapat meningkatkan aktifitas siswa dalam belajar dan penggunaannya dalam pembelajaran geografi dapat membantu guru untuk mengarahkan siswanya menemukan konsep-konsep melalui aktivitasnya sendiri. Disamping itu LKS juga dapat mengembangkan ketrampilan proses, meningkatkan aktifitas siswa


(24)

dan dapat mengoptimalkan hasil belajar. Menurut tim instruktur PKG dalam Sudiati (2003 : 11). Manfaat LKS adalah sebagai berikut :

1. Membantu guru dalam menyusun rencana pembelajaran. 2. Mengaktifkan peserta didik dalam proses belajar mengajar.

3. Sebagai pedoman guru dan peserta didik untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistimatis.

4. Membantu peserta didik memperoleh catatan tentang materi yang akan dipelajari melalui kegiatan belajar.

5. Membantu peserta didik untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis.

6. Melatih peserta didik untuk menemukan dan mengembangka keterampilan proses.

7. Mengaktifkan peserta didik dalam mengembangkan konsep. C. Model Pembelajaran PBL

Duch (dalam Riyanto, 2010: 285) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah suatu model pembelajaran yang menghadapkan peserta didik pada tantangan “bekerja untuk belajar”. Siswa aktif bekerja sama di dalam kelompok untuk mencari solusi permasalahan dunia nyata. Permasalahan ini sebagai acuan bagi peserta didik untuk merumuskan, menganalisis, dan memecahkannya. Lebih lanjut Duch menyatakan bahwa modal ini

dimaksudkan untuk mengembangkan siswa berpikir kritis, analitis, dan untuk menemukan dan menggunakan sumber daya yang sesuai untuk belajar.


(25)

Dalam model PBL, guru berperan mengajukan permasalahan nyata,

memberikan dorongan, memotivasi dan menyediakan bahan ajar, dan fasilitas yang diperlukan peserta didik untuk memecahkan masalah. Selain itu, guru memberikan dukungan dalam upaya meningkatkan temuan dan

perkembangan intelektual peserta didik.

Pendapat Sanjaya, (dalam Supriyadi, 2010:388) adapun kelebihan dalam pembelajaran PBL adalah sebagai berikut:

1. Peserta didik dapat belajar, mengingat, menerapkan, dan melanjutkan proses belajar secara mandiri. Prinsip-prinsip “membelajarkan” seperti ini tidak bisa dilayani melalui „pembelajaran tradisional yang banyak menggunakan pada kemampuan menghafal‟.

2. Peserta didik diperlukan sebagai pribadi yang dewasa. Perlakuan ini memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk

mengimplementasikan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki untuk memecahkan masalah.

Menurut Pannen, Mustafa dan Sekarwinahayu (2005:88) model PBL memiliki 5 asumsi utama yaitu.

1. Permasalahan sebagai pemandu.

Permasalahan menjadi acuan yang harus menjadi perhatian siswa. Bacaan diberikan sejalan dengan permasalahan. Siswa ditugaskan untuk membaca dengan selalu mengacu pada permasalahan. Permasalahan menjadi kerangka pikir dalam mengerjakan tugas. 2. Permasalahan sebagai kesatuan.


(26)

Permasalahan diberikan kepada siswa setelah tugas - tugas dan penjelasan diberikan. Tujuannya memberikan kesempatan pada siswa untuk menerapkan pengetahuan yang sudah diperolehnya dalam pemecahan masalah.

3. Permasalahan sebagai contoh.

4. Permasalahan merupakan salah satu contoh dan bagian dari bahan pelajaran siswa. Permasalahan digunakan untuk menggambarkan teori, konsep atau prinsip dan dibahas dalam diskusi kelompok.

5. Permasalahan sebagai sarana yang memfasilitasi terjadinya proses. Permasalahan menjadi alat untuk melatih siswa dalam bernalar dan berpikir kritis.

6. Permasalahan sebagai stimulus dalam aktivitas belajar.

Fokusnya pada pengembangan keterampilan pemecahan masalah dari kasus - kasus serupa. Keterampilan tidak diajarkan oleh guru, tetapi ditemukan dan dikembangkan sendiri oleh siswa melalui aktivitas pemecahan masalah. Keterampilan dimaksudkan meliputi

keterampilan fisik, keterampilan data dan menganalisis data yang berkaitan dengan permasalahan, dan ketermpilan metakognitif.

Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahayu (2005: 99) juga mengungkapkan bahwa model PBL memiliki kekuatan sebagai berikut:

1. Fokus pada kebermaknaan, bukan fakta (deep versus surface learning) Dalam pembelajaran tradisional, siswa diharuskan mengingat banyak sekali informasi dan kemudian mengeluarkan ingatannya dalam ujian. Informasi yang sedemikian banyak yang harus diingat siswa dalam proses


(27)

belajar setelah proses pembelajaran selesai. Pembelajaran berbasis masalah semata-mata tidak menyajikan informasi untuk diingat siswa. Jika

pembelajaran berbasis masalah menyajikan informasi, maka informasi tersebut harus digunakan dalam pemecahan masalah, sehingga terjadi proses kebermaknaan terhadap informasi.

2. Meningkatkan kemampuan siswa untuk berinisiatif

Penerapan PBL membiasakan siswa untuk berinisiatif, sehingga pada akhirnya kemampuan tersebut akan meningkat.

3. Pengembangan keterampilan dan pengetahuan

Model PBL memberikan makna yang lebih, contoh nyata penerapan, dan manfaat yang jelas dari materi pembelajaran (fakta, konsep, prinsip, prosedur). Semakin tinggi tingkat kompleksitas permasalahan, semakin tinggi keterampilan dan pengetahuan siswa yang dituntut untuk mampu memecahkan masalah.

4. Pengembangan keterampilan interpersonal dan dinamika kelompok

Keterampilan interaksi sosial merupakan keterampilan yang amat diperlukan siswa di dalam proses pembelajaran maupun dalam kehidupan sehari-hari.

5. Pengembangan sikap “Self-Motivated

Pembelajaran berbasis masalah yang memberikan kebebasan untuk siswa bereksplorasi bersama siswa lain dalam bimbingan guru merupakan proses pembelajaran yang disenangi siswa. Dengan situasi belajar yang

menyenangkan, siswa dengan sendirinya termotivasi untuk belajar terus. 6. Tumbuhnya hubungan siswa-fasilitator


(28)

Hubungan siswa-fasilitator yang terjadi dalam model PBLpada akhirnya dapat menjadi lebih menyenangkan bagi guru maupun siswa.

7. Jenjang pencapaian pembelajaran dapat ditingkatkan

Proses pembelajaran dengan model PBL dapat menghasilkan pencapaian siswa dalam penguasaan materi yang sama luas dan sama dalamnya dengan pembelajaran tradisional. Belum lagi keragaman keterampilan dan kebermaknaan yang dapat dicapai oleh siswa merupakan nilai tambah pemanfaatan model PBL.

Arends (dalam Riyanto, 2010: 287) mengidentifikasi 4 karakteristik

pembelajaran berbasis masalah yakni: (1) pengajuan masalah, (2) keterkaitan antardisiplin ilmu, (3) investigasi autentik, dan (4) kerja kolaborasi. Selain itu ada 5 tahap prosedur pembelajaran berbasis masalah, yakni: (1) orientasi masalah, (2) mengorganisasikan peserta didik ke dalam belajar, (3) investigasi atas masalah, (4) mengembangkan dan menyajikan hasil investigasi, dan (5) mengevaluasi dan menganalisis hasil pemecahan.

Untuk mengoptimalkan kualitas proses dan hasil pembelajaran berbasis masalah Knowles (Dalam Riyanto. 2010: 286). Mengusulkan kondisi-kondisi yang sesuai dengan karakteristik peserta untuk belajar efektif : (1) suatu lingkungan pembelajaran pelajaran yang ditandai oleh kenyamanan fisik, (2) kepercayaan timbal balik dan rasa hormat, bantuan timbal balik yang

bermanfaat, (3) kebebasan untuk mengungkapkan, diterimanya perbedaan . pengolahan sebagai tujuan belajar itu sendiri, (4) belajar menerima tanggung jawab untuk perencanaan dan operasi belajar, dan (5) peserta didik


(29)

mempunyai suatu komitmen untuk mengambil bagian dalam proses

pembelajaran dengan aktif, dan merasakan kemajuan kearah tujuan mereka sendiri. Peserta didik merasakan suatu kebutuhan untuk belajar ketika proses pembelajaran berhubungan dengan atau menggunakan pengalaman mereka sendiri.

Tabel 1. Sintaks model PBL

Tahap Tingkah Laku Guru

Tahap – 1

Orientasi siswa pada masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.

menjelaskan logistik yang dibutuhkan. mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah. memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih Tahap - 2

Mengorganisasi siswa untuk belajar

Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut

Tahap – 3

Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dari pemecahan masalah

Tahap – 4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk membagi tugas dengan temannya.

Tahap -5 Menganalisis dan mengevaluasi proses

pemecahan masalah

Guru membantu siswa untuk melakuakn refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan


(30)

D. Keterampilan Berpikir Kritis

Menurut Dewey (dalam Komalasari, 2010: 266) berpikir dimulai apabila seseorang dihadapkan pada suatu masalah (perplexity). Ia menghadapi sesuatu yang menghendaki adanya jalan keluar. Situasi yang menghendaki adanya jalan keluar tersebut. mengundang yang bersangkutan untuk

memanfaatkan pengetahuan, pemahaman, atau keterampilan yang sudah dimilikinya. Untuk memanfaatkan pengetahuan, pemahaman, atau

keterampilan yang sudah dimilkinya terjadi suatu proses tertentu di otaknya sehingga ia mampu menemukan sesuatu yang tepat dan sesuai untuk

digunakan mencari jalan keluar terhadap masalah yang dihadapinya. Dengan demikian yang bersangkutan melakukan proses yang dinamakan berpikir. Costa (dalam Ketangw, 2009: 3) mengungkapkan keterampilan berpikir kritis termasuk salah satu keterampilan berpikir tingkat tinggi. Keterampilan

berpikir kritis secara esensial merupakan keterampilan menyelesaikan masalah (problem solving). Pendapat lain juga diungkapkan oleh Stiggin (dalam Ketangw. 2009: 3) Berpikir kritis adalah kemampuan bernalar dan berpikir reflektif yang diarahkan untuk memutuskan hal-hal yang meyakinkan untuk dilakukan, menyatakan bahwa berpikir kritis merupakan berpikir masuk akal dan reflektif yang difokuskan pada pengambilan keputusan tentang apa yang dilakukan atau diyakini.

Menurut Swartz dan Perkins (dalam Adnyana, 2011: 1) berpikir kritis berarti 1) bertujuan untuk mencapai penilaian yang kritis terhadap apa yang akan diterima dan dilakukan dengan alasan yang logis, 2) memakai standar


(31)

penilaian sebagai hasil dari berpikir kritis dalam membuat keputusan, 3) menerapkan berbagai strategi yang tersusun dan memberikan alasan untuk menentukan dan menerapkan standar tersebut, dan 4) mencari dan

menghimpun informasi yang dapat dipercaya untuk dipakai sebagai bukti yang dapat mendukung suatu penilaian.

Spliter (dalam Komalasari, 2010: 266) juga mengemukakan bahwa

keterampilan berpikir kritis adalah keterampilan bernalar dan berpikir reflektif yang difokuskan untuk memutuskan hal-hal yang diyakini dan dilakukan. Selain itu, keterampilan berpikir kritis adalah keterampilan yang terarah pada tujuan, yaitu menghubungkan kognitif dengan dunia luar sehingga mampu membuat keputusan, pertimbangan, tindakan, dan keyakinan.

Dalam berpikir kritis terdapat beberapa bentuk kecendrungan, seperti yang diungkapkan oleh Ennis (dalam Adnyana, 2008: 2), antara lain 1) mencari pernyataan yang jelas dari setiap pertanyaan, 2) mencari alasan, 3) berusaha mencari informasi dengan baik, 4) memakai sumber yang memiliki

kredibilitas dan menyebutkannya, 5) memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan, 6) berusaha tetap relevan dengan ide utama, 7) mengingat

kepentingan yang asli dan mendasar, 8) mencari alternatif, 9) bersikap dan berpikir terbuka, 10) mengambil posisi ketika ada bukti yang cukup kuat untuk melakukan sesuatu, 11) mencari penjelasan sebanyak mungkin apabila memungkinkan, 12) bersikap secara sistematis dan teratur dengan bagian-bagian dari keseluruhan masalah, dan 13) peka terhadap tingkat keilmuan dan keahlian orang lain.


(32)

Karakteristik yang berhubungan dengan berpikir kritis dijelaskan Beyer (dalam Achmad, 2007: 2) secara lengkap yaitu:

a. Watak (dispositions)

Seseorang yang mempunyai keterampilan berpikir kritis mempunyai sikap skeptis sangat terbuka, menghargai sebuah kejujuran, respek terhadap berbagai data dan pendapat, respek terhadap kejelasan dan ketelitian, mencari pandangan-pandangan lain yang berbeda dan akan berubah sikap ketika terdapat sebuah pendapat yang dianggapnya baik.

b. Kriteria (criteria)

Dalam berpikir kritis harus mempunyai sebuah kriteria atau patokan. Untuk sampai ke arah sana maka harus menemukan sesuatu untuk

diputuskan atau dipercayai. Meskipun sebuah argumen dapat disusun dari beberapa sumber pelajaran, namun akan mempunyai kriteria yang berbeda. Apabila kita akan menerapkan standarisasi maka haruslah berdasarkan kepada relevansi, keakuratan fakta-fakta, berlandaskan sumber yang kredibel, teliti, tidak bias, bebas dari logika yang keliru, logika yang konsisten, dan pertimbangan yang matang.

c. Argumen (argument)

Argumen adalah pernyataan atau proposisi yang dilandasi oleh data-data. Keterampilan berpikir kritis akan meliputi kegiatan pengenalan, penilaian, dan menyusun argumen.


(33)

Yaitu kemampuan untuk merangkum kesimpulan dari satu atau beberapa premis. Prosesnya akan meliputi kegiatan menguji hubungan antara beberapa pernyataan atau data.

e. Sudut pandang (point of view)

Sudut pandang adalah cara memandang atau menafsirkan dunia ini yang akan menentukan konstruksi makna. Seseorang yang berpikir dengan kritis akan memandang sebuah fenomena dari berbagai sudut pandang yang berbeda.

f. Prosedur penerapan criteria (procedures for applying criteria) Prosedur penerapan berpikir kritis sangat kompleks dan prosedural. Prosedur tersebut akan meliputi merumuskan permasalahan, menentukan keputusan yang akan diambil dan mengidentifikasi perkiraan-perkiraan. Kemampuan berpikir tingkat tinggi meliputi pemecahan masalah, membuat keputusan, berpikir kreatif, dan berpikir kritis (Ruggiero (dalam Johnson 2009:187). Kemampuan berpikir kritis dapat dilatih pada siswa melalui pendidikan berpikir yaitu melalui belajar penalaran, dimana dalam proses berpikir tersebut diperlukan keterlibatan aktivitas pemikir itu sendiri. Salah satu pendekatan dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis adalah memberi sejumlah pertanyaan, sambil membimbing dan mengaitkannya dengan konsep yang telah dimiliki oleh siswa sebelumnya. Kemampuan dan indikator berpikir kritis lebih lanjut diuraikan secara rinci pada tabel berikut:


(34)

Tabel 2. Kemampuan dan Indikator Berpikir kritis

No Keterampilan Berpikir Kritis Indikator 1 Memberikan argumen

Argumen dengan alasan; menunjukan perbedaan dan persamaan; serta argumen yang utuh.

2 Melakukan deduksi

Mendeduksikan secara logis. kondisi logis, serta melakukan interpretasi terhadap pernyataan. 3 Melakukan induksi

Melakukan pengumpulan data; Membuat generalisasi dari data; membuat tabel dan grafik. 4 Melakukan evaluasi

Evaluasi diberikan berdasarkan fakta, berdasarkan pedoman atau prinsip serta memberikan

alternatif. Sumber : Ennis (dalam Herniza, 2011: 19)


(35)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 20 Bandar Lampung kelas VII, pada Bulan Mei 2013 semester genap tahun pelajaran 2013/2014.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VII D sebagai kelas eksperimen, dan kelas VII E sebagai kelas kontrol yang dipilih dengan teknik cluster random sampling.

C. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain pretest-postest non ekuivalen. Kelas eksperimen (VIID) diberi perlakuan menggunakan LKS model PBL. sedangkan kelas kontrol (VIIE) menggunakan LKS metode diskusi. Pada kelas eksperimen dan kelas kontrol mendapat tes awal (pretes) dan tes akhir (postes) sehingga struktur desain penelitiannya sebagai berikut:

Gambar 1. Desain Pretest- Postest non ekuivalen Gambar 2. Struktur desain penelitian

Kelompok Pretes Perlakuan Postes

I O1 X1 O2


(36)

Ket:

I : Kelompok Eksperimen II : Kelompok Kontrol O1 : Pretest

O2 : Postest

X1 : Perlakuan dengan LKS berbais PBL X2 : Perlakuan dengan LKS tanpaberbasis PBL (Dimodifikasi oleh Riyanto. 2001: 43)

D. Prosedur Penelitian

1.1 Kelas Eksperimen (Pembelajaran dengan LKS Berbasis PBL) Perencanaan yang dilakukan pada tahap ini adalah :

1. Membuat surat keterangan ijin penelitian ke sekolah yang akan diteliti.

2. Melakukan observasi ke sekolah tentang masalah-masalah yang

menyebabkan rendahnya hasil belajar Biologi siswa pada pembelajaran IPA Biologi khususnya materi ciri-ciri makhluk hidup.

3. Menetapkan populasi dan sampel yang akan diteliti

4. Menyusun perlengkapan yang akan digunakan dalam proses pembelajaran yaitu :

a. Membuat rencana pembelajaran yang sesuai dengan langkah- langkah model Pembelajaran Berdasarkan Masalah.

b. Membuat lembar observasi terstruktur untuk melihat kemampuan afektif dan psikomotor siswa selama pembelajaran.


(37)

d. Menyusun butir soal pretes test dan post test bentuk uraian untuk materi pokok ciri-ciri makhluk hidup. Dan kemudian melakukan uji ahli.

1.2 Tahap Pelaksanaan Kegiatan pendahuluan

a) Guru memberikan pretest pada pertemuan pertama.

b) Guru menjelaskan tentang standar kompetensi (SK). Kompetensi dasar (KD), dan indikator pembelajaran.

c) Apersepsi : Guru mengajukan pertanyaan : Apakah perbedaan antara makhluk hidup dan benda mati?.

d) Motivasi : Guru menyatakan bahwa pada pertemuan kali ini akan membahas mengenai ciri-ciri makhluk hidup.

Kegiatan inti

a. Guru menjelaskan mengenai model pembelajaran berdasarkan masalah

b. Guru membagi LKS berbasis PBL ciri-ciri makhluk hidup pada siswa

c. Guru menjelaskan cara mengerjakan lembar kerja siswa ciri-ciri makhluk hidup pada siswa

d. Guru memberikan bimbingan dan motivasi pada siswa agar melaksanakan dan menyelesaikan LKS dengan baik.

e. Guru membahas LKS dan meminta perwakilan siswa dari masing-masing Siswa maju kedepan dan mempresentasikan hasil kegiatan mereka.


(38)

f. Guru memperbaiki konsep yang masih salah.

g. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai materi ciri-ciri makhluk hidup.

Kegiatan penutup

a. Guru membimbing siswa menyimpulkan materi yang telah dibahas.

b. Guru memberikan post test.

2. Kelas kontrol (Pembelajaran dengan LKS metode diskusi) 2.1 Tahap Perencanaan

Menyusun perlengkapan yang akan digunakan dalam proses pembelajaran yaitu :

a. Membuat rencana pembelajaran yang sesuai dengan prosedur yang biasa diterapkan oleh guru bidang studi pada kelas kontrol.

b. Membuat lembar observasi terstruktur untuk melihat kemampuan aspek afektif dan psikomotor siswa selama pembelajaran.

c. Membuat lembar test hasil belajar siswa berupa lembar pretest dan post test berbentuk pilihan jamak pada materi ciri-ciri makhluk hidup.

Kegiatan pendahuluan

a. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam. b. Guru memberikan pretes pada pertemuan pertama.

c. Guru menjelaskan tentang SK, KD, dan indikator pembelajaran d. Apersepsi : Guru mengajukan pertanyaan : Apakah perbedaan


(39)

e. Motivasi : Guru menyatakan bahwa pada pertemuan kali ini akan membahas mengenai ciri-ciri makhluk hidup.

Kegiatan inti

a. Guru membagi lembar kerja siswa ciri-ciri makhluk hidup. b. Guru menjelaskan cara mengerjakan lembar kerja Siswa ciri-ciri

makhluk hidup pada siswa.

c. Guru memberikan bimbingan dan motivasi pada siswa agar melaksanakan dan menyelesaikan LKS dengan baik

d. Guru membahas LKS dan meminta perwakilan siswa kedepan dan mempresentasikan hasil mereka.

e. Guru memperbaiki konsep yang masih salah.

f. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai materi ciri-ciri makhluk hidup.

Kegiatan penutup

a. Guru membimbing siswa menyimpulkan materi yang telah dibahas.

b. Guru memberikan postes pada pertemuan kedua. E. Data Penelitian

1. Data hasil observasi selama pelaksanaan pembelajaran meliputi data hasil wawancara.

2. Data hasil belajar kognitif yaitu data nilai yang diperoleh melalui pretest dan post test.


(40)

F. Teknik Pengumpulan Data

Jenis dan teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah : 1. Jenis Data

a. Data Kuantitatif

Data kuantitatif yaitu berupa data kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pokok ciri-ciri makhluk hidup yang diperoleh dari nilai pretes dan postes. Kemudian dihitung selisih antara nilai pretes dengan postes, lalu dianalisis secara statistik.

b. Data Kualitatif

Data kualitatif diperoleh dari lembar observasi aktivitas siswa. 2. Teknik Pengambilan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini sebagai berikut: a. Pretes dan Postes

Data kemampuan berpikir kritis berupa nilai pretes dan postes. Nilai pretes diambil pada pertemuan pertama setiap kela, baik eksperimen maupun control, sedangkan nilai postes diambil di akhir pembelajaran pada pertemuan kedua setiap kelas, baik eksperimen maupun kontrol. Bentuk soal yang diberikan adalah berupa soal uraian.

b. Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Lembar observasi aktivitas siswa berisi semua aspek kegiatan yang diamati pada saat proses pembelajaran. Setiap siswa diamati poin kegiatan yang dilakukan dengan cara memberi tanda (√ ) pada lembar observasi sesuai dengan aspek yang telah ditentukan. Aspek yang


(41)

diamati yaitu: aktivitas siswa bekerja sama dengan teman, mempresentasikan hasil diskusi.

G. Teknik Analisis Data

Data penelitian yang berupa nilai pretes. postes. dan skor N-gain pada kelompok kontrol dan eksperimen dianalisis menggunakan uji t dengan program SPSS 16, yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat berupa:

1. Uji Normalitas Data Uji normalitas data dilakukan menggunakan uji Lilliefors dengan program

SPSS versi 16. a. Hipotesis

Ho : Sampel berdistribusi normal H1 : Sampel tidak berdistribusi normal b. Kriteria Pengujian

Terima Ho jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0.05. tolak Ho untuk harga yang lainnya (Pratisto, 2004:5).

2. Kesamaan Dua Varians

Apabila masing masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji kesamaan dua varian dengan menggunakan program SPSS 16.

a. Hipotesis

Ho : Kedua sampel mempunyai varians sama H1 : Kedua sampel mempunyai varians berbeda b. Kriteria Uji

- Jika Fhit < F tab atau probabilitasnya> 0.05 maka H0 diterima - Jika F hit > F tab atau probabilitasnya < 0.05 maka H0 ditolak.


(42)

(Pratisto. 2004: 71). 3. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis digunakan uji kesamaan dua rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan program SPSS versi 16. a. Uji Kesamaan Dua Rata-rata

1) Hipotesis

H0 = Rata-rata N-gain kedua sampel sama H1 = Rata-rata N-gain kedua sampel tidak sama 2) Kriteria Uji

Jika –t tabel < t hitung < t tabel. maka Ho diterima

Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel maka Ho ditolak (Pratisto. 2004: 13)

b. Uji Perbedaan Dua Rata-rata 1) Hipotesis

H0 = rata-rata N-gain pada kelompok eksperimen sama dengan kelompok kontrol.

H1 = rata-rata N-gain pada kelompok eksperimen lebih tinggi dari kelompok kontrol.

2) Kriteria Uji :

Jika –t tabel < t hitung < t tabel. maka Ho diterima

Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel. maka Ho ditolak (Pratisto, 2004: 10).


(43)

Apabila data yang didapatkan tidak berdistribusi normal, maka dilakukan Uji Mann-Whitney U

1. Hipotesis

Ho = Tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol

H1 = Terdapat perbedaan nilai rata-rata antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol

2. Kriteria Uji

- Jika p-value > 0.05 maka terima Ho

- Jika p-value < 0.05 maka tolak Ho (Pratisto, 2004:36). 4. Data Kuantitatif

Untuk mendapatkan skor Gain yang dinormalisasi (N-gain) dapat dihitung dengan formula Hake (Loranz, 2008: 2) sebagai berikut:

Skor N-gain = 100 Y Z Y X  

Keterangan : X = nilai postes; Y = nilai pretes; Z = skor maksimal.

5. Pretes dan Postes

Untuk menghitung skor nilai pretes dan postes yaitu : S = 100

N

R

Keterangan : S = Nilai yang diharapkan (dicari); R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar; N = jumlah skor maksimum dari tes tersebut (Purwanto. 2008 : 112).

H. Mendeskripsikan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa

Untuk mendeskripsikan keterampilan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran Biologi sebagai berikut:

1) Menjumlahkan skor seluruh siswa.

2) Menentukan skor tiap indikator keterampilan berpikir kritis dengan menggunakan rumus:


(44)

P = 100 N

F

Keterangan: P= Poin yang dicari; F= Jumlah poin keterampilan berpikir kritis yang diperoleh; N= Jumlah total poin keterampilan berpikir kritis tiap indikator (Sudijono, 2004:40).

Tabel 3. Rubrik keterampilan berpikir kritis siswa

Catatan : Berilah tanda checklist(√) pada setiap item yang sesuai.

Skor pada tiap soal keterampilan berpikir kritis tertera pada rubrik penilaian soal di lampiran (dimodifikasi dari Arief, 2009:9).

Keterangan kriteria keterampilan berpikir kritis siswa: Memberikan argumen:

1. Tidak memberikan argument

2. Memberikan argumen tidak dengan alasan yang jelas

3. Memberikan argumen tetapi kurang tepat dan tidak sesuai dengan permasalahan

4. Memberikan argumen dengan baik Melakukan deduksi

1. Tidak melakukan deduksi

2. Melakukan deduksi tetapi tidak disertai dengan hal-hal yang bersifat umum

3. Melakukan deduksi tetapi kurang tepat dalam menyimpulkan 4. Melakukan deduksi dengan baik

Melakukan induksi

1. Tidak melakukan induksi

2. Melakukan induksi tetapi tidak disertai dengan hal-hal yang bersifat khusus

3. Melakukan induksi tetapi kurang tepat dalam menyimpulkan 4. Melakukan induksi dengan baik.

No

Nama

Aspek Keterampilan Berpikir Kritis Siswa

F P Kriteria Memberikan Argumen Melakukan Deduksi Melakukan Induksi Melakukan Evaluasi No soal … No soal … No soal … No soal … Skor 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 dst Jumlah (F) Poin (P) Kriteria


(45)

Melakukan evaluasi

1. Tidak melakukan evaluasi

2. Melakukan evaluasi tetapi tidak berdasarkan fakta

3. Melakukan evaluasi tetapi kurang tepat dengan fakta yang ada 4. Melakukan evaluasi dengan baik

3) Setelah data diolah dan diperoleh poinnya, maka keterampilan berpikir kritis siswa tersebut disesuaikan dengan kriteria sebagai berikut:

Tabel 4. Kriteria berpikir kritis siswa

Persentase Kriteria

80.1-100 60.1-80 40.1-60 20.1-40 0.0-20 Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah Sumber : dimodifikasi dari Arikunto, (2010: 245)

I. Pengolahan Data Aktivitas Siswa

Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan data yang diambil melalui observasi. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan indeks aktivitas siswa. Langkah–langkah yang dilakukan untuk yaitu:

1. Menghitung rata–rata skor aktivitas dengan menggunakan rumus:

% 100 X x n xi

Keterangan: = Rata-rata skor aktivitas siswa; ∑xi = Jumlah skor yang diperoleh; n = Jumlah skor maksimum (Sudjana. 2002:69). Kriteria hasil aktivitas siswa menggunakan skala persentase yang dimodifikasi dari Hidayati, dkk (2011:17) sebagai berikut:


(46)

Tabel 5. Kriteria Persentase Aktivitas Siswa

Persentase Kriteria

87.50-100 75.00-87.49 50.00-74.99 0-49.99 Sangat baik Baik Cukup Kurang Tabel 6. Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Sumber : Dimodifikasi dari Arief, 2009:9

Keterangan kriteria penilaian aktivitas siswa: A. Mengemukakan ide/gagasan

1. Tidak mengemukakan ide/gagasan (diam saja).

2. Mengemukakan ide/gagasan namun tidak sesuai dengan permasalahan pada LKS.

3. Mengemukakan ide/gagasan sesuai dengan permasalahan pada LKS. B. Mengajukan pertanyaan

1. Tidak mengajukan pertanyaan.

2. Mengajukan pertanyaan. tetapi tidak mengarah pada permasalahan. 3. Mengajukan pertanyaan yang mengarah dan sesuai dengan

permasalahan. C. Bertukar informasi

1. Tidak berkomunikasi secara lisan/tulisan dalam bertukar pendapat dengan anggota kelompok (diam saja).

2. Berkomunikasi secara lisan/tulisan dengan anggota kelompok tetapi tidak sesuai dengan permasalahan pada LKS .

3. Berkomunikasi secara lisan/tulisan dalam bertukar pendapat untuk memecahkan permasalahan pada LKS.

D. Mempresentasikan hasil diskusi kelompok

1. Siswa dalam kelompok kurang dapat mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara sistematis dan tidak dapat menjawab pertanyaan. 2. Siswa dalam kelompok kurang dapat mempresentasikan hasil diskusi

kelompok dengan secara sistematis dan menjawab pertanyaan dengan

No Nama

Aspek yang diamati

Xi

A B C D

1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 4 5 6 7 Jumlah


(47)

benar atau dapat mempresentasikan hasil diskusi secara sistematis tetapi tidak dapat menjawab pertanyaan.

3. Siswa dalam kelompok dapat mempresentasikan hasil diskusi secara sistematis dan menjawab pertanyaan dengan benar.


(48)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Pembelajaran menggunakan LKS BerbasisPBL berpengaruh secara signifikan dalam meningkatkan kemampuan berpikir kriti ssiswa pada materi pokok ciri-ciri makhluk hidup pada siswa kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung T.P 2012/2013.

2. Pembelajaran menggunakan LKS Berbasis PBL berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi pokok Ciri-ciri makhluk hidu p pada siswa kelas VII SMP Negeri 20Bandar Lampung T.P

2012/2013.

B. Saran

Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut. 1. Pembelajaran menggunakan LKS Berbasis PBLdapat digunakan oleh guru

biologi sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa pada materi pokok ciri-ciri makhluk hidup.

2. Dalam menentukan waktu pengerjaan soal evaluasi KBK hendaknya mempertimbangkan kemampuan siswa dalam menjawab soal sehingga


(49)

alokasi waktu pada kegiatan pembelajaran tidak menyimpang dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sudah dirancang. 3. LKS Berbasis PBL memiliki banyak keunggulan sehingga dapat

digunakan tidak hanya pada materi pokok ciri-ciri makhluk hidup, tetapi juga pada materi pokok lain yang sesuai dengan Kompetensi Dasar.

Bagi peneliti selanjutnya yang ingin menggunakan LKS sebagai variabel kontrolnya, supaya lebih menarik lagi dalam mengemas materi pokok, sehingga siswa akan lebih antusias dalam mengoperasikannya


(50)

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, A. 2007.Memahami Berpikir

Kritis.http://researchengines.com/1007arief3.html (10 Desember 2012, 13: 30 WIB).

Adnyana, G. P. 2011.Keterampilan Berpikir Kritis.

http://psbpsma.org/content/blog/3992-keterampilan-berpikir-kritis(10 Desember 2012, 14: 52 WIB).

Adnyana, G. P. 2011.Penerapan Model Pembelajaranl Berbasis Masalah. http://putradnyanagede.blogspot.com/2011/04/penerapan-model-pembelajaran-berbasis.html (27 April 2012, 08: 44 WIB).

Arief, A. 2009.Kecakapan Hidup Life Skill Melalui Pendekatan Pendidikan Berbasis Lus. SIC. Surabaya.

Arikunto, S. 2010.Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. Arnyana, I. 2010.Pengaruh Penerapan Model PBL dipandu Strategi Kooperatif

terhadap Kecakapan Berpikir Kritis Siswa SMA pada Mata Pelajaran Biologi(Skripsi). IKIP. Singaraja

Azhar, 1993.Pengaruh penggunaan Lembar Kerja Siswa dalam Pembelajaran Berbasis Masalah http://zonasabar.blogspot.com/2011/03/makalah-pembuatan-lks-lembar-kerja.html .10 Desember 2012

Beti, A. 2012. Penerapan Praktikum dengan Model Pembelajaran Students Team Achivement Divisions (STAD) Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa pada Materi Pokok Ciri-Ciri Makhluk Hidup.Tahun pelajaran 2011/2012 (skripsi).FKIP UNILA. Bandar Lampung.

BSNP. 2006.Panduan Umum KTSP.Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta Dhari, HM. AP Dharyono. 1988. Perangkat Pembelajaran. Malang: Depdikbud. Hidayati, A, N. Rustaman. , S. Redjeki dan Munandar. 2011. Training of Trainer

Berorientasi Higher Order Learning Skills dan Pengaruhnya pada Prestasiserta Performance Guru. (Prosiding Seminar Nasional Pendidikan 2011). Kerjasama FKIP Unila HEPI Bandar Lampung.


(51)

Humas. 2012.Metode Pengajaran Konvensional sebabkan siswa kurang berpikir kritis http://www.umy.ac.id/metode-pengajaran-konvensional-sebabkan-siswa-kurang-berpikir-kritis.html (23 Nopember 2011, 11: 40 WIB). Johnson, B. 2009.Contextual Teacing & Learning. MLC. Bandung

Ketangw. 2009.Model Pembelajaran Multimedia Interaktif Relativitas Khusus untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa. http://ketangw-pfisunsri.blogspot.com/2009/10/model-pembelajaran-multimedia.html (12 Desember 2011, 13:32 WIB).

Komalasari, K. 2010.Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi. Refika Aditama. Bandung

Margono, S. 2005.Metodologi Penelitian Pendidikan.Rineka Cipta. Jakarta Muhaimin, Sambas Ali. 2009. Konsep Efektivitas Pembelajaran.

http://sambasalim.com/pendidikan/konsep-efektivitas-pembelajaran.html (27 April 2012, 06: 30 WIB).

Nurhadi, B. Yasin dan A. G Senduk. 2003.Model-model Pembelajaran. Depdiknas. Jakarta.

Pannen, P, D. Mustafa dan M. Sekarwinahyu. 2001. Kontruktivisme Dalam Pembelajaran.PAU. PPAI. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Depdiknas. Jakarta.

Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 12. Gramedia. Jakarta.

Purwanto, M. 1991.Prinsip-Prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran. PT Remaja Rosda Karya. Bandung.

Riyanto. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi bagi

Guru/Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. Kencana. Jakarta.

Sadia. I. 2008.Model Pembelajaran Yang Efektif Untuk Meningkatkan

Keterampilan Berpikir Kritis(Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA). Universitas Pendidikan Ganesha. Denpasar

Sudjana. 2002.Statistika Dasar. Bandung: PT Tarsito.

Sudjana, H.D. 2005. Strategi Pembelajaran Pendidikan Luar Sekolah, Falah Production, Bandung

Sanjaya, W. 2008.Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Kencana. Jakarta.


(52)

Sudarman. 2007. Problem Based Learning: Suatu Model Pembelajaran untuk Mengembangkan dan Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah. Universitas Mulawarman. Samarinda.

Sudijono, A. 2004.Pengantar Statistik Pendidikan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Supriyadi. 2010.Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

Pada Materi Sistem Reproduksi pada Manusia(Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung

Trianto. 2009.Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana. Jakarta.

Yuristira. 2010.Penerapan Problem Based Learning pada Konsep Pencemaran Lingkungan untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa (Skripsi).http://repository.upi.edu/operator/upload/s_bio_060061_chapter5 .pdf (12 Desember 2012, 14:54 WIB).


(1)

tidak dapat menjawab pertanyaan.

3. Siswa dalam kelompok dapat mempresentasikan hasil diskusi secara sistematis dan menjawab pertanyaan dengan benar.


(2)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Pembelajaran menggunakan LKS BerbasisPBL berpengaruh secara

signifikan dalam meningkatkan kemampuan berpikir kriti ssiswa pada materi pokok ciri-ciri makhluk hidup pada siswa kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung T.P 2012/2013.

2. Pembelajaran menggunakan LKS Berbasis PBL berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi pokok Ciri-ciri makhluk hidu p pada siswa kelas VII SMP Negeri 20Bandar Lampung T.P

2012/2013.

B. Saran

Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut. 1. Pembelajaran menggunakan LKS Berbasis PBLdapat digunakan oleh guru

biologi sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa pada materi pokok ciri-ciri makhluk hidup.

2. Dalam menentukan waktu pengerjaan soal evaluasi KBK hendaknya mempertimbangkan kemampuan siswa dalam menjawab soal sehingga


(3)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sudah dirancang. 3. LKS Berbasis PBL memiliki banyak keunggulan sehingga dapat

digunakan tidak hanya pada materi pokok ciri-ciri makhluk hidup, tetapi juga pada materi pokok lain yang sesuai dengan Kompetensi Dasar.

Bagi peneliti selanjutnya yang ingin menggunakan LKS sebagai variabel kontrolnya, supaya lebih menarik lagi dalam mengemas materi pokok, sehingga siswa akan lebih antusias dalam mengoperasikannya


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, A. 2007.Memahami Berpikir

Kritis.http://researchengines.com/1007arief3.html (10 Desember 2012, 13: 30 WIB).

Adnyana, G. P. 2011.Keterampilan Berpikir Kritis.

http://psbpsma.org/content/blog/3992-keterampilan-berpikir-kritis(10 Desember 2012, 14: 52 WIB).

Adnyana, G. P. 2011.Penerapan Model Pembelajaranl Berbasis Masalah. http://putradnyanagede.blogspot.com/2011/04/penerapan-model-pembelajaran-berbasis.html (27 April 2012, 08: 44 WIB).

Arief, A. 2009.Kecakapan Hidup Life Skill Melalui Pendekatan Pendidikan Berbasis Lus. SIC. Surabaya.

Arikunto, S. 2010.Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. Arnyana, I. 2010.Pengaruh Penerapan Model PBL dipandu Strategi Kooperatif

terhadap Kecakapan Berpikir Kritis Siswa SMA pada Mata Pelajaran Biologi(Skripsi). IKIP. Singaraja

Azhar, 1993.Pengaruh penggunaan Lembar Kerja Siswa dalam Pembelajaran Berbasis Masalah http://zonasabar.blogspot.com/2011/03/makalah-pembuatan-lks-lembar-kerja.html .10 Desember 2012

Beti, A. 2012. Penerapan Praktikum dengan Model Pembelajaran Students Team Achivement Divisions (STAD) Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa pada Materi Pokok Ciri-Ciri Makhluk Hidup.Tahun pelajaran 2011/2012 (skripsi).FKIP UNILA. Bandar Lampung.

BSNP. 2006.Panduan Umum KTSP.Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta Dhari, HM. AP Dharyono. 1988. Perangkat Pembelajaran. Malang: Depdikbud. Hidayati, A, N. Rustaman. , S. Redjeki dan Munandar. 2011. Training of Trainer

Berorientasi Higher Order Learning Skills dan Pengaruhnya pada Prestasiserta Performance Guru. (Prosiding Seminar Nasional Pendidikan 2011). Kerjasama FKIP Unila HEPI Bandar Lampung.


(5)

siswa-kurang-berpikir-kritis.html (23 Nopember 2011, 11: 40 WIB). Johnson, B. 2009.Contextual Teacing & Learning. MLC. Bandung

Ketangw. 2009.Model Pembelajaran Multimedia Interaktif Relativitas Khusus

untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa. http://ketangw-pfisunsri.blogspot.com/2009/10/model-pembelajaran-multimedia.html (12 Desember 2011, 13:32 WIB).

Komalasari, K. 2010.Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi. Refika Aditama. Bandung

Margono, S. 2005.Metodologi Penelitian Pendidikan.Rineka Cipta. Jakarta Muhaimin, Sambas Ali. 2009. Konsep Efektivitas Pembelajaran.

http://sambasalim.com/pendidikan/konsep-efektivitas-pembelajaran.html (27 April 2012, 06: 30 WIB).

Nurhadi, B. Yasin dan A. G Senduk. 2003.Model-model Pembelajaran. Depdiknas. Jakarta.

Pannen, P, D. Mustafa dan M. Sekarwinahyu. 2001. Kontruktivisme Dalam Pembelajaran.PAU. PPAI. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Depdiknas. Jakarta.

Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 12. Gramedia. Jakarta.

Purwanto, M. 1991.Prinsip-Prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran. PT Remaja Rosda Karya. Bandung.

Riyanto. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi bagi

Guru/Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. Kencana. Jakarta.

Sadia. I. 2008.Model Pembelajaran Yang Efektif Untuk Meningkatkan

Keterampilan Berpikir Kritis(Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA). Universitas Pendidikan Ganesha. Denpasar

Sudjana. 2002.Statistika Dasar. Bandung: PT Tarsito.

Sudjana, H.D. 2005. Strategi Pembelajaran Pendidikan Luar Sekolah, Falah Production, Bandung

Sanjaya, W. 2008.Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Kencana. Jakarta.


(6)

Sudarman. 2007. Problem Based Learning: Suatu Model Pembelajaran untuk Mengembangkan dan Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah. Universitas Mulawarman. Samarinda.

Sudijono, A. 2004.Pengantar Statistik Pendidikan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Supriyadi. 2010.Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

Pada Materi Sistem Reproduksi pada Manusia(Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung

Trianto. 2009.Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana. Jakarta.

Yuristira. 2010.Penerapan Problem Based Learning pada Konsep Pencemaran Lingkungan untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

(Skripsi).http://repository.upi.edu/operator/upload/s_bio_060061_chapter5 .pdf (12 Desember 2012, 14:54 WIB).


Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS LKS BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 20 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 11 52

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PEREDARAN DARAH (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas XI Semester Ganjil SMA Negeri 7 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 7 56

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP ( Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Krui Kabupaten Lampung Barat Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 8 43

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA VIDEO TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas VII Semester Genap MTs Negeri 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 4 57

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA VIDEO TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas VII Semester Genap MTs Negeri 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

1 11 57

PENGARUH PENGGUNAAN LINGKUNGAN SEKITAR SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK EKOSISTEM (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Perintis 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 11 154

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP (Kuasi Eksperimental Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Batu Ketulis Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 3 57

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP N 26 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 Materi Pokok Pengelolaan Lingkungan)

0 2 46

PENGARUH PENGGUNAAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 21 Bandar Lampung Tahun

0 11 67

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas VII SMP Perintis 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran

2 26 71