Hipotesa Manfaat Penelitian Kebaharuan
dan dapat digunakan untuk pengolahan limbah merkuri, 2 alternatif pengolahan limbah merkuri dari pertambangan emas rakyat dengan sistem bioreaktor yang
memanfaatkan bakteri tempatan dalam mereduksi merkuri, dan sistem lahan basah buatan dengan tanaman dalam mereduksi merkuri.
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keadaan di Lokasi PESK Talawaan-Tatelu
Lokasi pertambangan emas skala kecil PESK di Kecamatan Talawaan- Tatelu tersebar terutama di Desa Tatelu, Tatelu Rondor, Wasian, Warukapas dan
Talawaan yang semuanya berada di Kabupaten Minahasa Utara, termasuk dalam DAS Talawaan yang mempunyai luas sekitar 34.000 ha dan membentang mulai dari
Gunung Klabat sebagai bagian hulu dan bermuara di Talawaan Bantik Talawaan Bajo Kecamatan Wori di depan garis pantai kawasan Taman Nasional Laut Bunaken.
Wilayah PESK Talawaan-Tatelu tersebar pada tanah-tanah Pasini seluas 822 ha terutama di lokasi yang disebut Bukit Batu Api dan Lempaoi, berada pada bagian
hulu Sungai Talawaan, sehingga pengaruhnya kebagian hilir sangat besar. Jumlah masyarakat yang ikut aktif dalam penambangan sekitar 3.000 sd 5.000 orang.
Kegiatan PESK Talawaan-Tatelu ini telah berlangsung sejak tahun 1997, berawal informasi dari calon pekerja PT. Tambang Tondano Nusa Jaya yang
melakukan penelitian bahwa di daerah ini terdapat deposit emas. Kegiatan ini juga dipicu oleh kondisi perekonomian bangsa kita yang sulit waktu itu akibat krisis.
Tahun 1999 semakin berkembang karena ternyata batuan emas yang ditambang di daerah ini mengandung kadar emas yang cukup tinggi, disamping lokasinya yang
dekat dengan pemukiman penduduk serta aksesibilitas yang begitu mudah ke lokasi galian. Saat ini, meskipun PESK Talawaan-Tatelu dikategorikan ilegal namun
operasinya tetap berlangsung bahkan bahan merkuri yang sangat ketat pemasarannya dapat diperoleh dengan mudah oleh masyarakat.
Mekanisme pengolahan emas di PESK sebagai berikut: 1 Diawali dengan penambangan batuan mengandung emas yang disebut rep. Rep yang diperoleh
dimasukkan dalam karung goni dan diangkut ke tempat pengolahan, 2 Batuan rep dihancurkan di tempat pengolahan dengan alat penghancur yang digerakkan mesin
atau ditumbuk dengan menggunakan martil, 3 Hancuran batuan rep dimasukkan kira-kira sebanyak 40 kg per tromol dan diputar selama 3 jam dimana masing-masing
tromol diisi dengan merkuri sebanyak 1 sd 2 kg per tromol kemudian diputar sekitar
setengah jam untuk memungkinkan terjadinya amalgamasi unsur emas dengan merkuri, 4 Isi tromol dikeluarkan dan dilakukan pemisahan antara batuan rep yang
telah halus dari amalgam dengan bantuan aliran air. Rep halus disimpan dalam karung menjadi limbah padat, sedangkan amalgam dibakar untuk memisahkan
merkuri dan emas berdasarkan titip uap karena merkuri lebih dulu menguap dan terlepas dari emas, 5 Pembakaran secara sederhana dengan kompor gas pada sebuah
pinggan tanah liat secara langsung di udara terbuka sehingga uap merkuri yang berwarna kebiru-biruan tersebar di lingkungan sekitar. Ada yang menggunakan retort
untuk mengumpulkan kembali merkuri, tapi umumnya perlengkapan keselamatan pekerja seperti sarung tangan dan arah angin masih kurang diperhatikan, 6 Aliran air
yang digunakan memisahkan merkuri amalgam dan rep halus ini dialirkan ke kolam, namun ada juga yang melalui saluran kecil langsung ke selokan yang pada akhirnya
menuju ke Sungai Talawaan. Meskipun ada yang menggunakan kolam tetapi karena air yang diperlukan sangat banyak sehingga kolam menjadi penuh dan tidak mampu
menampung semua air yang mengalir masuk. Apalagi bila musim hujan tiba, kolam yang ada sama sekali hampir tidak ada manfaatnya, 7 Limbah dalam bentuk lumpur
rep di buang ke tempat penimbunan yang nantinya pada saat penghujan mengalir dalam bentuk suspensi ke sungai Talawaan.
Data pemantauan yang dilakukan sejak tahun 2000 sampai dengan tahun 2003 oleh Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup BPLH Provinsi Sulawesi Utara
kerjasama dengan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan BAPEDAL Regional III Makassar, The Canada Education for Peace Initiative CEPI Kanada, Natural
Resource Management NRM Sulut,
The United Nations Industrial Development Organization- Global Mercury Project
UNIDO – GMP Phase I menunjukkan selang
tahun 2000 sampai dengan tahun 2003 konsentrasi merkuri dalam perairan sungai Talawaan telah melebihi standar baku mutu lingkungan. Konsentrasi merkuri pada
lokasi yang dekat dengan unit pengolahan emas telah melebihi standar baku mutu yang dipersyaratkan yaitu 0.05 ppm. Jika kondisi ini terus berlangsung, maka
kontaminasi merkuri atas para pekerja tambang dan masyarakat sekitar daerah tambang akan semakin tinggi, sehingga dapat menjadi suatu ancaman yang serius