3. Normative Theories
Perumusan teori normative ini mencapai masa keemasan pada tahun 1950 dan 1960. Selama periode ini perumus akuntansi lebih tertarik pada rekomendasi kebijakan dan apa
yang seharusnya dilakukan. Dalam pendekatan ini, akuntansi dianggap sebagai norma peraturan yang harus diikuti. Teori ini berusaha untuk membenarkan tentang apa yang
seharusnya dipraktekkan. Teori normative hanya menyebutkan hipotesis tentang bagaimana akuntansi seharusnya dipraktekkan tanpa menguji hipotesis tersebut. Teori normatif ini
berfokus pada dua hal, yaitu true income dan decision usefulness. 1. True Income
True income berfokus pada suatu pengukuran tunggal untuk aset dan suatu bentuk sifat laba yang unik. Namun, tidak ada kesepakatan tentang apa yang benar atau pengukuran
yang benar dari nilai dan keuntungan. Banyak literatur selama periode ini diisi oleh perdebatan mengenai manfaat dari sistem pengukuran alternatif.
2. Decision Usefulness Pendekatan ini berasumsi bahwa tujuan dasar dari akuntansi adalah membantu dalam
proses pembuatan keputusan terhadap pengguna laporan keuangan tertentu dengan menyediakan data akuntansi yang relevan dan bermanfaat. Teori decision-usefulness bersifat
normatif karena didasarkan pada beberapa asumsi berikut: a. Akuntansi merupakan suatu sistem pengukuran
b. Laba dan rantai nilai dapat terukur dengan tepat c. Akuntansi keuangan bermanfaat dalam membuat keputusan ekonomi
Karena teori normatif dianggap merupakan pendapat pribadi yang subjektif, maka tidak bisa diterima begitu saja, akan tetapi harus diuji secara empiris agar memiliki dasar
teori yang kuat. Pendukung teori ini biasanya menggambarkan system akuntansi yang dihasilkan sebagai sesuatu yang ideal, dan merekomendasikan penggantian system historis
cost dan pemakaian teori normative oleh semua pihak.
4. Positive Theories
Selama tahun 1970-an, teori akuntansi melihat langkah kembali ke metodologi empiris atau positif. Positivisme atau empirisme berarti menguji hipotesis yang berkaitan
dengan akuntansi atau teori kembali ke ‘pengalaman’ atau ‘fakta’ dari dunia nyata. Penelitian akuntansi positif pertama difokuskan pada pengujian empiris dari beberapa asumsi yang
dibuat oleh teori akuntansi normatif. Misalnya, dengan menggunakan kuesioner dan teknik survey lainnya, sikap untuk kegunaan teknik akuntansi yang ditentukan berbeda. Pendekatan
yang khas adalah untuk pendapat survei dari menganalisis keuangan, petugas bank atau akuntan pada kegunaan metode akuntansi inflasi yang berbeda dalam pengambilan keputusan
tugas mereka seperti memprediksi kebangkrutan atau memutuskan apakah akan membeli atau menjual saham. Pendekatan lain adalah untuk menguji pentingnya asumsi dari output
akuntansi di pasar. Pengujian dilakukan untuk mencoba menentukan apakah akuntansi meningkatkan efisiensi informasi pasar saham, apakah pendapatan merupakan faktor penentu
penting dalam penilaian saham, apakah penggunaan teknik akuntansi yang berbeda mempengaruhi nilai hipotesis mekanistik.
Sekarang ini yang lebih penting dari teori akuntansi adalah berfokus pada penjelasan alasan dari praktek yang sekarang terjadi dan memprediksikan peran akuntansi serta
informasi terkait keputusan ekonomi dari perusahaan perseorangan, firma, dan pihak lain yang berkontribusi pada operasi pasar dan ekonomi. Penelitian ini menguji teori-teori
yang menganggap bahwa informasi akuntansi merupakan komoditas ekonomi dan komoditas politik dan orang-orang akan bertindak untuk kepentingan diri sendiri.
Perbedaan antara Teori Normative dan Positive adalah pada Normative, teori yang berdasarkan perspektif, dan teori positive adalah deskriptif, atau prediksi. Faktanya, teori
normative dan teori positif dapat saling berdampingan dan saling melengkapi. Teori positif dapat membantu memberikan pemahaman tentang peran akuntansi yang pada gilirannya
dapat membentuk dasar untuk mengembangkan teori normatif untuk meningkatkan praktek akuntansi.
5. Different Perspectives