MAKALAH TEORI AKUNTANSI

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Lembaga keuangan bukan bank adalah badan usaha yang bergerak di sektor keuangan, yang secara langsung atau tidak langsung, mengumpulkan dan menyalurkan dana kepada masyarakat. Lembaga keuangan bukan bank tidak diijinkan mengumpulkan dana dalam bentuk tabungan.

. Lembaga keuangan bukan bank mempunyai fungsi di bidang keuangan. Lembaga ini secara langsung atau tidak langsung mengumpulkan dana dan menyalurkan kepada masyarakat terutama guna membiayai investasi perusahaan.

LKBB menghimpun dana secara tidak langsung berupa kertas berharga, penyertaan, atau pinjaman. Dana yang dihimpun diutamakan untuk investasi, diutamakan disalurkan kembali untuk badan usaha (prioritas bukan individu), dan diutamakan untuk jangka menengah dan panjang.

Pengadaian merupakan lembaga keuangan bukan bank yang memberikan kredit dengan masyarakat dengan cara khusus yakni hukum gadai. Menurut hukum gadai calon peminjam mempunyai kewajiban untuk menyerahkan hartanya sebagai jaminan kepada pihak pengadaian.

Pada umumnya investasi ini dilakukan dalam bentuk penyerahan modal secara tunai yang ditukan dengan sejumlah saham pada perusahaan pasangan usaha. Investasi modal ventura ini biasanya memiliki suatu resiko yang tinggi namun memberikan imbal hasil yang tinggi pula.

Dana ventura ini mengelola dana investasi dari pihak ketiga (investor) yang tujuan utamanya untuk melakukan investasi pada perusahaan yang memiliki resiko tinggi sehingga tidak memenuhi persyaratan standar sebagai perusahaan terbuka ataupun guna memperoleh modal pinjaman dari perbankan.

Dalam berbagai bahan pustaka tentang Lembaga Keuangan Lain Bukan Bank, khususnya tentang fungsi – fungsi Lembaga Keuangan Lain Bukan , terlihat bahwa fungsi – fungsi tersebut pada dasarnya menghimpun dana secara tidak langsung berupa kertas berharga, penyertaan, atau pinjaman.


(2)

1.2 RUMUSAN MASALAH

1.2.1 Apa pengetian Lembaga Keuangan Lain Bukan Bank menurut PSAK ?

1.2.2 Mengapa Lembaga Keuangan Lain Bukan Bank selalu berkaitan dengan apa siapa, dan bagaimana LKBB menghimpun dana secara tidak langsung?

1.2.3 Bagaimanakah Dana yang dihimpun diutamakan untuk investasi? 1.2.4 Bagaimana investasi dalam bentuk pembiayaan?

1.2.5 Bagaimana investasi ini dilakukan dalam bentuk penyerahan modal secara tunai? 1.2.6 Apa saja PSAK yang mendasari tentang lembaga keuangan lain bukan bank ?

1.3 TUJUAN

1.3.1 Mahasiswa dapat mengetahui pengertian Lembaga Keuangan Lain Bukan Bank. 1.3.2 Mahasiswa dapat mengetahui Lembaga Keuangan Lain Bukan Bank yang

kaitannya dengan apa,siapa, dan bagaimana dalam pelaksanaan. 1.3.3 Mahasiswa dapat menjelaskan tentang pengertian definisi sewa. 1.3.4 Mahasiswa dapat menerangkan dan menjelaskan tentang sewa operasi. 1.3.5 Mahasiswa dapat menerangkan dan menjelaskan tentang sewa pembiayaan. 1.3.6 Mahasiswa dapat menyebutkan dan menjelaskan kriteria sewa pembiayaan. 1.3.7 Mahasiswa dapat menjelaskan tentang akuntansi sewa operasi.

1.3.8 Mahasiswa dapat menjelaskan tentang akuntansi sewa pembiayaan.

1.4 MANFAAT

Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang pengertian lembaga lain keuangan bukan bank, serta berbagai analisis mengenai teori akuntansi yang berkaitan dengan lembaga keuangan lain bukan bank. Dan bagaimana analisis tentang siklus akuntansi lembaga keuangan lain bukan bank.


(3)

BAB II

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

2.1 Pengertian LKBB

Lembaga keuangan bukan bank adalah badan usaha yang bergerak di sektor keuangan, yang secara langsung atau tidak langsung, mengumpulkan dan menyalurkan dana kepada masyarakat. Lembaga keuangan bukan bank tidak diijinkan mengumpulkan dana dalam bentuk tabungan.

Fungsi Lembaga keuangan bukan bank mempunyai fungsi di bidang keuangan. Lembaga ini secara langsung atau tidak langsung mengumpulkan dana dan menyalurkan kepada masyarakat terutama guna membiayai investasi perusahaan.

LKBB menghimpun dana secara tidak langsung berupa kertas berharga, penyertaan, atau pinjaman. Dana yang dihimpun diutamakan untuk investasi, diutamakan disalurkan kembali untuk badan usaha (prioritas bukan individu), dan diutamakan untuk jangka menengah dan panjang.

2.2 Jenis LKBB Menurut PSAK

2.2.1 PSAK Khusus Terkait Lembaga Keuangan Bukan Bank I. PSAK 27 : Akuntansi Perkoperasian (Rev. 98)

Sebelumnya, PSAK mengatur tentang akuntansi perkoperasian dalam PSAK 27. Namun pada revisi 2012, PSAK 27 dicabut dengan PPSAK 8. PSAK 27 : Akuntansi Perkoperasian mengatur akuntansi koperasi bagi badan usaha koperasi atas transaksi yang timbul dari hubungan koperasi bagi anggotanya, meliputi (a) Transaksi setoran anggota koperasi; (b) Transaksi usaha koperasi dengan anggotanya; (c) Transaksi yang spesifik pada badan usaha koperasi (Cadangan, Modal Penyertaan, Modal sumbangan, Beban-beban perkoperasian; (d) Penyajian dan pengungkapan laporan keuangan.

Dasar pertimbangan pencabutan PSAK 27 adalah dampak dari konvergensi ke standar akuntansi internasional (IFRS) yang mengakibatkan perlunya pencabutan SAK untuk suatu industri tertentu. Hal ini dikarenakan pengaturan akuntansi secara prinsip sudah ada dalam SAK yang mengacu ke IFRS.

Dalam ketentuan pencabutan, bagi entitas yang menerapkan PSAK 27, pengaturan untuk transaksi dan peristiwa lain yang ada dalam PSAK 27 mengacu ke SAK yang relevan.


(4)

II. PSAK 43 : Akuntansi Anjak Piutang

PSAK 43 mengatur perlakuan akuntansi beserta pengungkapannya untuk transaksi anjak piutang. Pernyataan ini tidak mengatur perlakuan akuntansi untuk piutang yang digunakan sebagai jaminan pinjaman serta transaksi pengalihan aktiva lainnya, seperti sekuritasi aset (asset back securitization) dan transaksi pembelian kembali aset (repurchase).

PSAK 43 dicabut dengan PPSAK 2 pada tahun 2012. Dasar pertimbangan pencabutan PSAK 43 adalah adanya tumpang tindih pengaturan dalam PSAK 43 dengan SAK lain untuk suatu transaaksi dan peristiwa lainnya. Pencabutan PSAK 43 berlaku efektif untuk periode tahun buku yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2010.

III. PSAK 18 : Akuntansi dan Pelaporan Program Manfaat Purnakarya

PSAK ini merupakan revisi dari PSAK 18 (1994) : Akuntansi Dana Pensiun. Alasan penggunaan kata purnakarya karena hal ini berkenaan dengan keadaan atau kedudukan setelah selesai berdinas, bukan hanya dana pensiun (pusat bahasa). Kata pensiun sering dianalogikan selesai bekerja karena memasuki umur pensiun. Sedangkan purnakarya memiliki arti yang lebih luas yakni bisa saja selesai bekerja sesuai dengan perencanaan atau kontrak kerjanya.

Berbeda dengan PSAK 18 (1994): Akuntansi Dana Pensiun yang mengatur khusus entitas Dana Pensiun, PSAK 18 (revisi 2010): Akuntansi dan Pelaporan Program Manfaat Purnakarya tidak hanya mengatur entitas Dana Pensiun tetapi mengatur seluruh entitas yang menyelenggarakan program manfaat purnakarya (termasuk di dalamnya entitas Dana Pensiun). Definisi dan ruang lingkup PSAK 18 (revisi 2010) lebih luas dibandingkan PSAK 18 (1994).

PSAK 18 (revisi 2010) secara garis besar mensyaratkan laporan keuangan program manfaat purnakarya baik program iuran pasti maupun program manfaat pasti mencakup laporan aset neto tersedia untuk manfaat purnakarya dan laporan perubahan aset neto tersedia untuk manfaat purnakarya. PSAK 18 (revisi 2010) tidak mensyaratkan membuat neraca dalam laporan keuangannya.

Penilaian investasi pada program manfaat purnakarya menggunakan nilai wajar. untuk surat berharga yang diperdagangkan nilai wajar adalah nilai pasar, selain itu untuk investasi lain menggunakan nilai wajar sesuai PSAK terkait. Ketika tidak mungkin melakukan estimasi nilai wajar atas investasi program manfaat purnakarya, maka diungkapkan alasan mengapa


(5)

Laporan keuangan program manfaat purnakarya berisi informasi berikut : laporan perubahan aset neto tersedia untuk manfaat purnakarya, ringkasan kebijakan akuntansi yang signifikan, dan penjelasan mengenai program manfaat purnakarya dan dampak setiap perubahan program manfaat purnakarya selama periode.

IV. PSAK 62 : Kontrak Asuransi

PSAK 62 dilengkapi dengan PSAK 28 : Akuntansi Kontrak Asuransi Kerugian dan PSAK 36 : Akuntansi Kontrak Asuransi Jiwa.

Tujuan dari PSAK 62 adalah untuk mengatur pelaporan keuangan kontrak asurnasi oleh setiap entitas yang menerbitkan kontrak asuransi. Dalam hal ini adalah entitas Lembaga Keuangan Bukan Bank yang merupakan perusahaan asuransi.

Pada dasarnya masing-masing PSAK masih saling berkaitan dengan PSAK yang lainnya. Begitupun dengan PSAK 62, untuk mematuhi PSAK 35 maka dalam PSAK 62 paragraf 36 disebutkan bahwa asuradur mengungkapkan kebijakan akuntansi untuk kontrak asuransi, aset, liabilitas, pendapatan, dan beban terkait.

Asuradur perlu untuk menyajikan secara terpisah dalam laporan posisi keuangan jumlah berikut yang timbul dari kontrak asuransi :

a. Liabilitas dalam kontrak asuransi dan kontrak reasuransi yang diterbitkan b. Aset dalam kontrak asuransi dan kontrak asuransi yang diterbitkan c. Aset dalam reasuransi yang diserahkan

Terkait dengan PSAK 1: Penyajian Laporan Keuangan, asuradur dapat menyimpulkan bahwa untuk memenuhi persyaratan daftar pos minimum yang disajikan dalam laba rugi komprehensif maka perlu menyajikan jumlah berikut dalam laporan laba rugi komprehensif :

a. Pendapatan dari kontrak asuransi yang diterbitkan b. Pendapatan dari kontrak dengan reasuradur c. Beban atas klaim dan manfaat pemegang polis d. Beban yang timbul dari reasuransi yang dimiliki

Dalam beberapa model, asuradur mengakui premi yang diterima selama periode sebagai pendapatan dan mengakui klaim yang timbul sebagai beban. Dalam beberapa model lain, asuradur mengakui premi yang diterima sebagai pendapatan dan pada saat yang sama juga mengakui beban yang mencerminkan hasil dari kenaikan liabilitas asuransi.


(6)

Dalam SAK, menurut IAI, asumsi dasar penyusunan laporan keuangan adalah dasar akrual dan keberlangsungan usaha. Untuk mencapai tujuannya, laporan keuangan disusun atas dasar akrual. Dengan dasar ini, pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat kejadian (dan bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar) dan dicatat dalam catatan akuntansi serta dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode yang bersangkutan. Laporan keuangan yang disusun atas dasar akrual memberikan informasi kepada pengguna pengguna tidak hanya transaksi masa lalu yang melibatkan penerimaan dan pembayaran kas tetapi juga liabilitas pembayaran kas di masa depan serta sumber daya yang merepresentasikan kas yang akan diterima dimasa depan. Oleh karena itu, laporan keuangan menyediakan jenis informasi transaksi masa lalu dan peristiwa lainnya yang paling berguna bagi pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi.

Laporan keuangan biasanya disusun atas dasar asumsi keberlangsungan usaha entitas dan akan melanjutkan usahanya dimasa depan. Karena itu, entitas diasumsikan tidak bermaksud atau berkeinginan melikuidasi atau mengurangi secara material skala usahanya. Jika maksud atau keinginan tersebut timbul, laporan keuangan mungkin harus disusun dengan dasar yang berbeda dan dasar yang digunakan harus diungkapkan.

PETA KONSEP

I. Definisi Sewa Guna Usaha

Menurut SAK 30, sewa adalah suatu perjanjian dimana lessor memberikan hak kepada lessee untuk menggunakan suatu aset selama periode waktu yang disepakati. Sebagai imbalannya, lessee melakukan pembayaran atau serangkaian pembayaran kepada lessor. Lessor adalah pemilik aset yang memberikan hak penggunaan kepada pihak lessee. Lessee adalah pihak yang diberi hak untuk menggunakan aset dalam periode yang disepakati.

II. Manfaat Sewa

Transaksi sewa merupakan sarana untuk memperoleh aset, atau hak penggunaan aset selain pembelian. Berikut ini beberapa manfaat dari sewa dibanding pembelian (aset tetap) :

 Dilihat dari sisi lessee o Biaya lebih murah Definisi

Sewa Operasi Sewa Pembiayaan (Leasing) Pengakuan

Pengukuran

Klasifikasi Sewa


(7)

o Terhindar dari risiko kepemilikan o Fleksibilitas

 Dilihat dari sisi lessor

o Meningkatkan penjualan

o Menjaga kelangsungan hubungan bisnis dengan lessee o Menahan nilai residu (kepemilikan) aset

III. Klasifikasi Sewa

Transaksi sewa mengalihkan hak penggunaan suatu aset dari pihak lessor kepada lessee dalam periode yang disepakati. Dalam pengalihan hak penggunaan tersebut apakah disertai dengan pengalihan manfaat dan risiko kepemilikan secara signifikan kepada pihak lessee. Jika manfaat dan risiko kepemilikan secara signifikan berpindah dari lessor kepada lessee, maka pihak yang mendapatkan manfaat dan risiko kepemilikan secara signifikan, dari pihak lessor adalah lessee.

Perlakuan akuntansi bagi pihak lessee yang mendapatkan manfaat dan risiko kepemilikan atas aset tersebut, maka lessee akan mengakui “aset” di neraca lessee. Sebaliknya bagi pihak lessor jika tidak memperoleh manfaat dan risiko kepemilikan yang tidak signifikan, maka lessor tidaksi mengakui “aset” atas aset yang disewakan kepada pihak lessee. Atas dasar pengalihan manfaat dan risiko kepemilikan aset tersebut, akuntansi membedakan transaksi sewa menjadi :

a) Sewa operasi (operating lease)

Transaksi sewa dikelompokkan ke dalam sewa operasi jika dalam perjanjian transaksi tidak ada pengalihan manfaat dan risiko kepemilikan secara signifikan dari pihak lessor kepada pihak lessee. Misal transaksi sewa dimana pihak lessor menyewakan bangunan kantor kepada lessee selama 2 tahun. Umur ekonomis bangunan ditaksir selama 10 tahun. Dalam transaksi sewa ini, manfaat dan risiko kepemilikan aset berpindah kepada pihak lesse dalam periode yang tidak signifikan.

b) Sewa pembiayaan (finance lease) atau Capital lease

Transaksi sewa dikelompokkan dalam sewa pembiayaan jika transaksi sewa tersebut mengalihkan manfaat dan risiko kepemilikan secara signifikan dari pihak lessor kepada pihak lessee. Misalnya jika transaksi sewa pada butir a di atas, pihak lessee menyewa selama 10 tahun, maka selama umur ekonomis bangunan kantor tersebut dimanfaatkan oleh pihak lessee. Maka lessee yang mendapatkan seluruh manfaat dan risiko kepemilikan atas bangunan kantor tersebut. Transaksi sewa ini mengalihkan manfaat dan risiko kepemilikan kepada pihak lessee.


(8)

Transaksi sewa operasi, lessor tidak mengalihkan secara signifikan manfaat dan risiko kepemilikan aset kepada pihak lessee. Dalam hal ini lessor tetap menahan manfaat dan risiko kepemilikan aset tersebut. Sehingga lessor akan tetap mengakui kepemilikan aset dan mencatat aset yang disewakan tersebut di neraca lessor sebagai Properti Investasi. Dan pada akhir periode akuntansi, lessor akan mencatat penyusutan atas penggunaan aset tersebut. Pihak lessee akan mengakui pembayaran sewa sebagai “beban sewa” atau “sewa dibayar dimuka”.

V. Akuntansi Sewa Operasi-Lessor Ilustrasi :

PT HENNAI, pada awal 2011 membeli sebuah bangunan dengan harga Rp600 juta. Bangunan tersebut diperkirakan memiliki masa manfaat selama 20 tahun. Bangunan tersebut hendak disewakan kepada pihak lain. Dan pada tanggal 5 Januari 2011, PT BONA menyewa bangunan tersebut selama 5 tahun, dengan pembayaran sewa Rp40 juta/tahun. Transaksi ini dikelompokkan sebagai sewa operasi, karena masa sewa lessee 5 tahun dari total umur manfaat 20 tahun, artinya masa sewa 5 tahun tidak menunjukkan pengalihan yang signifikan atas manfaat dan risiko kepemilikan aset sewaan, sehingga transaksi ini dikelompokkan sebagai sewa operasi.

Kegiatan sewa guna usaha (leasing) diperkenalkan untuk pertama kalinya di Indonesia pada tahun 1974 dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, Menteri Perdagangan dan Menteri Perindustrian No. Kep-1221MK/2/1974, No. 321MISKI 2/1974 dan No. 30/Kpb/l/74 tanggal 7 Pebruari 1974 tentang "Perijinan Usaha Leasing". Sejak saat itu dan khususnya sejak tahun 1980 Jumlah perusahaan sewa guna usaha dan transaksi sewa guna usaha makin bertambah dan meningkat dari tahun ke tahun untuk membiayai penyediaan barang-barang modal dunia usaha.

Hadirnya perusahaan sewa guna usaha patungan (joint venture) bersama perusahaan swasta nasional telah mampu mempopulerkan peranan kegiatan sewa guna usaha sebagai alternatif pembiayaan barang modal yang sangat dibutuhkan para pengusaha di Indonesia, disamping cara-cara pembiayaan konvensional yang lazim dilakukan melalui perbankan. Perluasan cara-cara pembiayaan tersebut sejalan dengan definisi leasing atau sewa guna usaha sebagaimana dituangkan dalam pasal 1 SKB Menteri Keuangan, Menteri Perdagangan dan Menteri Perindustrian tersebut diatas yang menyatakan:

"Leasing ialah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk suatu jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran


(9)

Pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih (optie) bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama" .

Definisi tersebut tampaknya hanya menampung satu jenis sewa guna usaha yang lazim disebut finance lease atau sewa guna usaha pembiayaan. Namun demikian, dengan ditetapkannya Keputusan Menteri Keuangan No. 1251/ KMK.013/1 988 tanggal 20 Desember 1988, jenis kegiatan sewa guna usaha telah diperluas sebagaimana tersirat dalam pasal 1 keputusan tersebut yang menampung definisi-definisi berikut ini:

a. Perusahaan Sewa Guna Usaha (Leasing Company)

Adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara Finance lease maupun Operating lease untuk digunakan oleh Penyewa Guna Usaha selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala.

b. Finance lease

Adalah kegiatan Sewa Guna Usaha, dimana Penyewa Guna Usaha pada akhir masa kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli obyek sewa guna usaha berdasarkan nilai sisa yang disepakati bersama.

c. Operating lease

Adalah kegiatan Sewa Guna Usaha di mana Penyewa Guna Usaha tidak mempunyai hak opsi untuk membeli obyek sewa guna usaha.

d. Penyewa Guna Usaha (Lessee)

Adalah perusahaan atau perorangan yang menggunakan barang modal dengan pembiayaan dari pihak Perusahaan Sewa Guna Usaha (lessor) .

Ayat Jurnal :

1) Pembelian aset sewaan (Bangunan) oleh Lessor

Tgl Akun Debit Kredit

1/1 Properti Investasi Rp600.000.000

Kas Rp600.000.000

2) Menerima uang sewa dari Lessee Pendekatan Neraca (Liabilitas)

Tgl Akun Debit Kredit

5/1 Kas Rp40.000.000


(10)

Diterima Dimuka Rp40.000.000

Atau

Pendekatan Laba Rugi (Pendapatan)

Tgl Akun Debit Kredit

5/1 Kas Rp40.000.000

Pendapatan Sewa Rp40.000.000

3) Jurnal pada akhir tahun

Lessor akan mencatat penyusutan (jika penyajian properti investasi menggunakan model biaya)

Tgl Akun Debit Kredit

31/12 Beban Penyusutan Rp30.000.000

Akumulasi penyusutan Rp30.000.000

*Rp600 juta / 20 tahun = Rp30 juta/tahun.

Lessor akan mencatat pengakuan pendapatan (jika lessor mencatat penerimaan sewa dengan pendekatan Liabilitas) :

Tgl Akun Debit Kredit

31/12 Pendapatan Sewa DD Rp40.000.000

Pendapatan Sewa Rp40.000.000

VI. Akuntansi Sewa Operasi – Lessee

Melanjutkan ilustrasi pada akuntansi sewa operasi untuk lessor di atas, jika pihak lessee yang melakukan pencatatan akuntansinya :

1) Membayar uang sewa kepada lessor Pendekatan Neraca (aset)

Tgl Akun Debit Kredit


(11)

Kas Rp40.000.000

Atau

Pendekatan Laba Rugi (Beban)

Tgl Akun Debit Kredit

5/1 Beban Sewa Rp40.000.000

Kas Rp40.000.000

2) Penyesuaian pada akhir periode akuntansi

Jika lessee mencatat pembayaran sewa dengan pendekatan laba rugi (beban)

Tgl Akun Debit Kredit

31/12 Beban Sewa Rp40.000.000

Sewa dibayar dimuka Rp40.000.000

VII. Akuntansi Sewa Pembiayaan

Transaksi sewa dikelompokkan sebagai sewa pembiayaan jika dalam transaksi tersebut, lessor mengalihkan manfaat dan risiko kepemilikan aset sewaan secara signifikan kepada pihak lessee. Dan kriteria pengalihan manfaat dan risiko kepemilikan dijabarkan menjadi 5 kriteria (SAK 30 Akuntansi Sewa) yaitu :

a) Sewa mengalihkan kepemilikan aset kepada lessee pada akhir masa sewa;

b) Lessee mempunyai opsi untuk membeli aset pada harga yang cukup rendah dibandingkan nilai wajar pada tanggal opsi mulai dapat dilaksanakan, sehingga pada awal sewa dapat dipastikan bahwa opsi memang akan dilaksanakan;

c) Masa sewa adalah untuk sebagian besar umur ekonomis aset meskipun hak milik tidak dialihkan;

Catatan : menurut US GAAP, ukuran sebagian besar adalah > 75% umur manfaat aset sewaan.

d) Pada awal sewa, nilai kini dari jumlah pembayaran sewa minimum secara substansial mendekati nilai wajar aset sewaan;

Catatan : menurut US GAAP, ukuran substansial adalah >90% dari nilai wajar aset sewaan pada awal masa sewa.

e) Aset sewaan bersifat khusus dan dimana hanya lessee yang dapat menggunakannya tanpa perlu modifikasi secara material.


(12)

a) Jika lessee dapat membatalkan sewa, maka rugi yang terkait dengan pembatalan ditanggung oleh lessee;

b) Laba atau rugi fluktuasi nilai wajar residu dibebankan kepada lessee;

c) Lessee memiliki kemampuan untuk melanjutkan sewa untuk periode kedua dengan nilai rental yang secara substansial lebih rendah dari nilai pasar rental.

Klasifikasi sewa dibuat pada awal sewa. Kapan lessee dan lessor sepakat untuk mengubah persyaratan sewa, selain melalui pembaharuan sewa, dimana perubahan tersebut akan menghasilkan klasifikasi sewa yang berbeda. Transaksi sewa diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan, jika memenuhi salah satu kriteria di atas.

Akuntansi Sewa Pembiayaan – Lessee Menurut SAK 30 :

Lessee akan mencatat dan menyajikan transaksi dan kejadian lainnya sesuai dengan substansi dan realitas keuangannya, dan tidak selalu mengikuti bentuk legalnya. Meskipun bentuk legal perjanjian sewa menyatakan bahwa lessee tidak memperoleh hak legal atas aset sewaan, dalam hal sewa pembiayaan, secara substansi dan realitas keuangan pihak lessee memperoleh manfaat ekonomis dari pemakaian aset sewaan tersebut selama sebagian umur ekonomisnya. Sebagai konsekuensinya lessee menanggung kewajiban untuk membayar hak tersebut sebesar suatu jumlah, pada awal sewa, yang mendekati nilai wajar dari aset dan beban keuangan (finance charge) terkait.

Pada awal masa sewa, lessee mengakui sewa pembiayaan sebagai aset dan kewajiban dalam neraca sebesar nilai wajar aset sewaan atau sebesar nilai kini dari pembayaran sewa minimum, jika nilai kini lebih rendah dari nilai wajar. Penilaian dilakukan di awal kontrak. Tingkat diskonto yang digunakan dalam perhitungan nilai kini dari pembayaran sewa minimum adalah tingkat suku bunga implisit dalam sewa, jika dapat ditentukan secara praktis; jika tidak, digunakan tingkat suku bunga pinjaman inkremental lessee.


(13)

Perlakuan Akuntansi Bagi Lessee Pada Awal Transaksi Sewa :

Tgl Akun Debit Kredit

2/1 Leased Asset RpXXX

Obligation Lease RpXXX

Pengukuran Awal Sewa Pembiayaan-Lessee

Pihak lessee melakukan pembayaran-pembayaran sebagai berikut : PT ABC (LESSEE)

Neraca Per 2 Jan 2011

Aset : Liabilitas :

Aset Tetap : Liabilitas jangka panjang :

Leased Asset RpXXX Obligation


(14)

a) Uang sewa yang dibayar secara periodik a) Biaya eksekutori,

Biaya eksekutori merupakan biaya-biaya yang ditanggung pihak lessee dalam rangka pemeliharaan aset sewaan, meliputi jasa kebersihan, keamanan, premi asuransi dan biaya operasionalisasi aset sewaan tersebut.

b) Kemungkinan pembayaran jaminan nilai residu di akhir masa sewa.

Dalam transaksi sewa pembiayaan, pihak lessor dapat meminta kepada lessee untuk menjamin nilai aset sewaan sebesar estimasi nilai pasar aset sewaan pada akhir masa sewa. Jika dalam kontrak sewa dimasukkan penjaminan nilai residu aset sewaan, maka lessee terikat kewajiban untuk membayar sejumlah nilai residu di akhir masa sewa. Maka lessee akan memasukkan jaminan nilai residu ini sebagai bagian dari liabilitas/kewajiban sewa. Dan kewajiban garansi nilai residu ada jika transaksi sewa tersebut tidak mengalihkan kepemilikan aset sewaan kepada lessee.

c) Kemungkinan pembayaran atas opsi pembelian aset sewaan, jika transaksi sewa memasukkan opsi pembelian.

Salah karakteristik sewa pembiayaan adalah transaksi sewa tersebut menawarkan opsi pembelian aset sewaan kepada lessee selama masa sewa dengan harga yang lebih rendah dibanding dengan harga pasarnya. Jika dalam transaksi sewa tersebut, terdapat opsi pembelian, maka lessee juga akan memasukkan adanya pembayaran di masa depan atas opsi pembelian sebagai bagian dari liabilitas/kewajiban sewa.

VIII. Pembayaran Sewa Minimum

Pada awal perjanjian sewa, lessee akan mencatat aset sewaan sebagai aset dan kewajiban yang mengikat lessee selama masa sewa. Nilai kewajiban yang diakui lessee adalah seluruh pembayaran yang harus ditanggung oleh lessee selama masa kontrak, dan lessee akan menggunakan teknik pengukuran present value (nilai kini) atas semua pembayaran di masa mendatang yang akan ditanggung lessee. Total pembayaran sewa disebut juga sebagai pembayaran sewa minimum (minimum lease payment). Pembayaran sewa minimum terdiri dari :

 Pembayaran sewa periodik, dan

 Jaminan nilai residu (jika kontrak mempersyaratkan jaminan nilai residu), dan atau  Harga opsi pembelian (jika kontrak mempersyaratkan opsi pembelian).


(15)

Tingkat Diskonto

Dalam perhitungan nilai kini pembayaran sewa minimum, digunakan faktor pendiskonto berupa tingkat bunga implisit, jika diketahui oleh lessee, atau menggunakan tingkat bunga inkremental jika lessee tidak mengetahui tingkat bunga implisit.

Tingkat bunga implisit adalah tingkat bunga yang digunakan oleh lessor dalam perhitungan pendapatan bunga (financial revenue), sehingga jika digunakan untuk mendiskontokan semua pembayaran sewa akan didapatkan nilai yang setara dengan nilai wajar aset sewaan pada awal sewa.

Tingkat bunga inkremental adalah tingkat bunga pinjaman uang, seandainya lessee meminjam kepada pihak kreditur, dan membeli aset sewaan secara tunai dengan uang pinjaman tersebut. Jika lessee mengetahui secara pasti nilai wajar dari aset sewaan, maka lessee akan menggunakan nilai wajar untuk mengakui nilai aset sewaan sebagai aset dan kewajiban di neraca lessee.

Nilai Kini Pembayaran Sewa Minimum (PSM)

Perhitungan nilai kini pembayaran sewa minimum dengan rumus sebagai berikut :

R = uang sewa yang secara periodik (tahun/bulan)

% = tingkat diskonto

N = masa sewa

(n- 1) = total periode pembayaran sewa dikurangi dengan pembayaran sewa pertama. Hal ini dikarenakan pembayaran uang sewa dilakukan di awal masa sewa. Sehingga dalam perhitungan nilai kini pembayaran sewa minimum, pembayaran pertama tidak terkena nilai diskonto.

Penjabaran perhitungan :

Nilai kini PSM = R + R x {PVA(%, n-1)}

Nilai kini PSM = R x (1 + PVA(%, n-1))


(16)

Jika dalam transaksi sewa mengandung perjanjian garansi/jaminan nilai residu, maka perhitungan menjadi :

NR = nilai residu yang dijamin

Dan jika dalam transaksi sewa mengandung perjanjian opsi pembelian, maka perhitungan menjadi :

HO = harga opsi pembelian

Dalam perjanjian sewa, pihak lessor meminta jaminan nilai residu dari pihak lessee, dan biasanya terpisah dengan adanya klausul opsi pembelian. Jaminan nilai residu biasanya dipersyaratkan jika dalam transaksi sewa tersebut tidak terjadi perpindahan kepemilikan aset sewaan dari lessor kepada pihak lessee. Dan jika persyaratan sewa menyebutkan adanya perpindahan kepemilikan aset sewaan, pihak lessor tidak perlu meminta adanya jaminan nilai residu.

Ilustrasi :

1) Awal 2011, PT WIRA menyewa peralatan dengan masa sewa 5 tahun, dan pembayaran tahunan Rp50 juta. Peralatan tersebut diperkirakan memiliki masa manfaat 5 tahun. Biaya eksekutori Rp5 juta/tahun. Tingkat bunga implisit 10%. Pembayaran sewa selanjutnya dilakukan pada akhir tahun.

a) Dikelompokkan ke dalam kategori sewa yang mana, sewa di atas?

b) Jika termasuk dalam sewa pembiayaan, berapa nilai kini dari pembayaran minimum yang diakui oleh pihak lessee?

Jawab :

Nilai kini PSM = R x (1 + PVA(%, n-1)) + NR x PV (%,n)


(17)

a) Termasuk sewa pembiayaan, karena memenuhi kriteria ketiga, yaitu masa sewa = 100% masa manfaat aset sewaan. Masa sewa 5 tahun sama dengan masa ekonomis umur aset.

b) Nilai kini dari pembayaran sewa minimum sebesar = Rp50 juta x (PVA (10%,4th) + 1)

= Rp50.000.000 x (3,1699 + 1) = Rp208.495.000

2) PT PUTRA mengikat kontrak dengan PT MUDA, untuk menyewa bangunan kantor dengan masa kontrak 10 tahun. Biaya sewa tahunan Rp 40 juta, dengan jaminan nilai residu di akhir masa sewa Rp 100 juta. Bangunan kantor tersebut diperkirakan masih dapat dipakai selama 15 tahun. Tingkat bunga impilisit 12%. Nilai pasar wajar aset pada awal kontrak sebesar Rp 285.000.000.

Pertanyaan :

a) Dikelompokkan ke dalam kategori sewa yang mana, sewa di atas?

b) Jika termasuk dalam sewa pembiayaan, berapa nilai kini dari pembayaran minimum yang diakui oleh pihak lessee?

Jawab :

a) Sewa pembiayaan, karena nilai kini PSM (Rp285.332.000) > nilai wajar aset pada awal sewa (Rp285.000.000).

b) Nilai kini dari PSM

=Rp40 juta x (PV(12%,9)+1) + Rp100 juta x PV(12%,10) =Rp40 juta x (5,3283 + 1) + Rp100 juta x 0,3220

=Rp253.132.000 + Rp32.200.000 =Rp285.332.000

3. PT MUDA menyewa peralatan dengan opsi pembelian di akhir masa sewa. Biaya sewa per tahun Rp25 juta. Masa sewa 6 tahun, dan umur ekonomis aset masih dapat dipakai selama 7 tahun lagi. Opsi pembelian aset pada akhir masa sewa sebesar Rp50 juta. PT MUDA tidak mengetahui tingkat bunga implisit lessor dan menggunakan tingkat bunga inkremental pinjaman sebesar 8%.

Pertanyaan :

a) Dikelompokkan ke dalam kategori sewa yang mana, sewa di atas?

b) Jika termasuk dalam sewa pembiayaan, berapa nilai kini dari pembayaran minimum yang diakui oleh pihak lessee?

Jawab :

a) Sewa pembiayaan, karena masa sewa >75% dari umur manfaat aset sewaan.

b) Nilai kini dari PSM :

= Rp25 juta x (PV(8%,5)+1) + Rp50 juta x PV(8%,6) =Rp25 juta x (3,9927 + 1) + Rp50 juta x 0,6302 =Rp99.817.500 + Rp31.510.000


(18)

=Rp131.327.500

IX. Akuntansi Sewa Pembiayaan-Lessee

Pada awal sewa lessee akan mencatat (lihat contoh no 1) :

1. Jurnal PT WIRA untuk mencatat kontrak sewa

Tgl Akun Debit Kredit

2/1 Leased Equipment Rp208.495.000

Lease Obligation Rp208.495.000

PT Wira akan mencatat “Leased Equipment” sebesar Rp208.495.000 sebagai Aset Tetap di neraca awal tahun 2011. Dan sebagai imbangannya, di sisi kanan (kredit), muncul akun liabilitas “Lease Obligation” sebesar Rp208.495.000,-.

2. Jurnal PT WIRA untuk mencatat pembayaran sewa pertama

Tgl Akun Debit Kredit

2/1 Lease Obligation Rp50.000.000

Prepaid Executory cost 5.000.000

Cash Rp55.000.000

Pembayaran sewa dicatat sebagai pengurang liabilitas “Lease Obligation”. Pada pembayaran sewa yang pertama, pengurangan sebesar nilai sewa per tahun. Biaya eksekutori dapat dicatat dengan akun aset “Prepaid Executory Cost”, dan pada akhir tahun akan dibuat penyesuaian atas terpakainya biaya eksekutori tersebut.

3. Jurnal PT WIRA pada akhir tahun Jurnal pembayaran kedua

Tgl Akun Debit Kredit

31/12 Lease Obligation Rp34.105.500

Interest Expense 15.894.500

Prepaid Executory cost 5.000.000


(19)

Penghitungan nilai aset sewaan dengan cara mneghitung nilai kini PSM mempertimbangkan nilai waktu dari uang. Sehingga didapatkan nilai kini PSM = Rp208.945.000. Padahal jika kita mengalikan biaya sewa per tahun Rp50.000.000,- dengan masa sewa 5 tahun, maka dengan mengabaikan nilai waktu dari uang seharusnya total nilai kontrak sewa Rp250.000.000,-. Perbedaan nilai kini PSM (Rp208.945.000) dengan nilai yang tidak didiskonto (Rp250.000.000), diakui sebagai nilai waktu dari uang, dengan akun “Interest Expense”.

Cara perhitungan beban bunga tiap periode adalah :

Periode Pembayaran Sewa

Pembayaran Beban Bunga

Pembayaran Pokok Sewa

Nilai Tercatat Sewa

2/1/2011 Rp208.945.000

2/1/2011 Rp50.000.000 0 Rp50.000.000 Rp158.945.000

31/12/2011 Rp50.000.000 Rp15.894.500 Rp34.105.500 Rp124.839.500 31/12/2012 Rp50.000.000 Rp12.483.950 Rp37.516.050 Rp87.323.450 31/12/2013 Rp50.000.000 Rp8.732.345 Rp41.267,655 Rp46.055.795

31/12/2014 Rp50.000.000 Rp4.605.580 Rp46.055.795 0

Jumlah Rp250.000.000 Rp41.716.375 Rp208.945.000 Keterangan :

Pada pembayaran ke-2 :

*Beban bunga =10% x Rp158.945.000=Rp15.894.500;

*Pokok sewa = Rp50.000.000 – Rp15.894.500 = Rp34.105.500;

Jurnal Amortisasi (Penyusutan Hak Guna ) Aset Sewaan

Pada akhir tahun, pihak lessee akan mencatat amortisasi atas aset sewaan yang dimanfaatkan lessee dalam kegiatan operasionalnya. Meski aset sewaan secara formal bukan milik lessee, tetapi manfaat kepemilikan dikendalikan oleh pihak lessee.

Jika kita mengasumsikan lessee (PT WIRA) menggunakan metode garis lurus, maka pada akhir periode akan membuat jurnal :

Tgl Akun Debit Kredit

31/12 Amortization Expense Rp41.789.000

Accumulated Amortization Rp41.789.000


(20)

Masa Amortisasi

Masa amortisasi bagi pihak lessee adalah :

a) Menggunakan umur ekonomis aset sewaan, jika dalam perjanjian sewa mensyaratkan adanya transfer kepemilikan (syarat 1 dan syarat 2).

b) Menggunakan masa sewa asew sewaan (jika masa sewa berbeda dengan sisa umur manfaat aset sewaan), jika dalam penrjanjian sewa tidak mensyaratkan adanya transfer kepemilikan.

c) Penyajian di neraca pada akhir tahun pertama :

Jurnal penyesuaian atas biaya eksekutori yang telah habis terpakai selama tahun berjalan (biaya eksekutori tahun pertama)

Tgl Akun Debit Kredit

31/12 Lease Expense Rp5.000.000

Prepaid Executory Cost Rp5.000.000

X. Sewa Pembiayaan dengan Nilai Residu yang Dijamin Oleh Lessee

Jika kontrak sewa mensyaratkan adanya penjaminan nilai residu oleh pihak lessee di akhir masa sewa, maka lessee akan memasukkan nilai residu aset sewaan sebagai bagian dari kewajiban yang ditanggung oleh pihak lessee. Dalam perhitungan nilai kini PSM termasuk juga nilai kini dari nilai residu yang dijamin oleh lessee.

Pihak lessor dapat meminta jaminan nilai residu aset yang disewakan kepada lessee, sehingga pada akhir masa sewa, pihak lessor akan mendapatkan kembali aset sewaan sebesar estimasi nilai pasar pada akhir masa sewa.

Ilustrasi :

WAYAN Company menyewa bangunan kantor dari PT MADE. Kontrak sewa dimulai pada 1 Juli 2011, dengan masa sewa 7 tahun. Biaya sewa tahunan Rp60.000.000,-. PT MADE meminta WAYAN menjamin nilai residu aset sewaan yang ditaksir sebesar Rp129.500.000; pada akhir masa sewa. Tingkat bunga implisit 9%. WAYAN menggunakan metode garis lurus untuk menyusutkan

Fixed Aset : Liabilities :

Leased Equipment Rp208.945.000 Lease Obligation Rp124.839.500


(21)

bangunan kantor tersebut, Masa manfaat aset masih terpakai hingga 8 tahun yang akan datang.

Jurnal yang dibuat WAYAN Company :

 Tahun 2011

Tgl Akun Debit Kredit

1/7 Leased Equipment Rp400.000.000

2011 Lease Obligation Rp400.000.000

Keterangan :

PV PSM = Rp60.000.000 x (PV(9%,6)+1) + Rp129.500.000 x PV(9%, 7) PV PSM = Rp60.000.000 x 5,4859 + Rp129.500.000 x 0,5470 PV PSM = Rp329.160.000 + Rp70.563.000

PV PSM = Rp399.999.500 (pembulatan menjadi Rp400.000.000)

Pembayaran sewa pertama :

Tgl Akun Debit Kredit

1/7 Lease Obligation Rp60.000.000

2011 Cash Rp60.000.000

 Jurnal pada akhir 2011 :

 Amortisasi 6 bulan pertama

Tgl Akun Debit Kredit

31/12 Amortization Exp Rp19.321.428,50

2011 Acc amortization Rp19.321.428,50

Keterangan :

Beban amortisasi = (Rp400.000.000-Rp129.500.000)/7 tahun=Rp38.642.857,- x 6/12

Beban amortisasi = Rp19.321.428,50

 Pengakuan beban bunga 6 buan pertama

Tgl Akun Debit Kredit

31/12 Interest Expense Rp15.300.000

2011 Interest Payable Rp15.300.000


(22)

Beban bunga =6/12 x 9% x (Rp400.000.000 – Rp60.000.000) =Rp15.300.000

 Skedul Pembayaran Sewa

Periode Pembayaran Sewa

Pembayaran Beban Bunga

Pembayaran Pokok Sewa

Nilai Tercatat Sewa

1/7/2011 Rp400.000.000

1/7/2011 Rp60.000.000 0 Rp60.000.000 Rp340.000.000

1/7/2012 Rp60.000.000 Rp30.600.000 Rp29.400.000 Rp310.600.000 1/7/2013 Rp60.000.000 Rp27.954.000 Rp32.046.000 Rp278.554.000 1/7/2014 Rp60.000.000 Rp25.069.860 34.930.140 243.623.860 1/7/2015 Rp60.000.000 21.926.147 38.073.853 205.550.007 1/7/2016 Rp60.000.000 18.499.501 41.500.499 164.049.508 1/7/2017 Rp60.000.000 14.764.456 45.235.544 118.813.964

1/7/2018 Rp129.507.220 10.693.256 118.813.964 0

Keterangan : pada perhitungan baris terakhir menggunakan pendekatan pembulatan terdekat.

 Tahun 2012

Jurnal balik atas penyesuaian pada tanggal 31 Desember 2011

Tgl Akun Debit Kredit

1/1 Interest Payable Rp15.300.000

2012 Interest Expense Rp15.300.000

Pembayaran sewa yang kedua

Tgl Akun Debit Kredit

30/6/2012 Lease Obligation Rp29.400.000

Interest Expense Rp30.600.000


(23)

Pencatatan selanjutnya mengikuti jurnal di atas, dan untuk jumlahnya mengikuti tabel skedul pembayaran sewa di atas.

Jurnal Pengembalian Aset Sewaan kepada Lessor

Ketika kontrak sewa berakhir, dan tidak ada ketentuan pemindahan hak kepemilikan aset sewaan kepada lessee, maka pada akhir masa sewa lessee akan mengembalikan aset sewaan kepada lessor.

Melanjutkan ilustrasi di atas, pada tanggal 1 Juli 2018, lessee akan mengembalikan aset sewaan dengan jurnal :

Tgl Akun Debit Kredit

1/7/2018 Lease Obligation Rp118.813.964

Interest Expense 10.686.036

Acc. amortization 270.500.000

Leased Building Rp400.000.000

Keterangan :

Acc. Amortization = (Rp400.000.000-Rp129.500.000)/7 x 7 =Rp270.500.000

XI. Transaksi Sewa Pembiayaan dengan Opsi Pembelian

Jika transaksi sewa pembiayaan memuat ketentuan opsi pembelian aset sewaan di tengah atau pada akhir masa sewa, maka lessee akan memasukkan nilai opsi pembelian dalam perhitungan nilai kini PSM. Harga dengan opsi pembelian disyaratkan lebih kecil dibanding dengan harga pasar wajar pada saat opsi pembelian dilaksanakan.

Ilustrasi :

PT KAJE menyewa peralatan mesin pintal dengan masa sewa 8 tahun. Biaya sewa tahunan Rp50 juta, dan kontrak sewa dimulai pada tanggal 1 Januari 2011. Dalam perjanjian sewa tersebut, terdapat opsi pembelian dengan harga Rp100.000.000,-. Bunga implisit 10%. Umur ekonomis peralatan tersebut 12 tahun. Pembayaran sewa selanjutnya dilakukan pada akhir tahun.

Nilai kini PSM =Rp50 juta x (PVA(10%,7)+1) + Rp100 juta x PV(10%,8)


(24)

Nilai kini PSM =Rp293.420.000 + 46.650.000

Nilai kini PSM =

Rp340.070.000,- Skedul Pembayaran Sewa

Periode Pembayaran Sewa

Pembayaran Beban Bunga

Pembayaran Pokok Sewa

Nilai Tercatat Sewa

1/1/2011 Rp340.070.000

1/1/2011 Rp50.000.000 0 Rp50.000.000 290.070.000

1/1/2012 Rp50.000.000 29.007.000 20.993.000 269.077.000 1/1/2013 Rp50.000.000 26.907.700 23.092.300 245.984.700 1/1/2014 Rp50.000.000 24.598.470 25.401.530 220.583.170 1/1/2015 Rp50.000.000 22.058.317 27.941.683 192.641.487 1/1/2016 Rp50.000.000 19.264.149 30.735.851 161.905.636 1/1/2017 Rp50.000.000 16.190.564 33.809.436 128.096.200 1/1/2018 Rp50.000.000 12.809.962 37.190.038 90.906.162

31/12/2018 Rp100.000.000 9.093.838* 90.906.162 0

*pembulatan

 Jurnal yang diperlukan oleh lessee adalah :

Tahun 2011 dan 2012

2011 2012

Tgl Akun Debit Kredit Debit Kredit

1/1 Leased Equipment

340.070.000

Lease Obligation

340.070.000

Lease Obligation 50.000.000


(25)

31/12 Lease obligation 20.993.000 23.092.300

Interest Expense 29.007.000 26.907.700

Cash 50.000.000 50.000.000

Amortization Expense*

28.339.167 28.339.167

Acc amortization

28.339.167 28.339.167

Keterangan :

Amortization expense = (Rp340.070.000/12) =Rp28.339.167

Jika pada akhir masa sewa lessee membeli aset sewaan tersebut, maka jurnal yang dicatat adalah :

Tgl Akun Debit Kredit

31/12/2018 Lease Obligation 90.906.162

Interest Expense 9.093.838

Cash 100.000.000

Equipment 113.356.664

Acc amortization 226.713.336

Leased Equipment 340.070.000

Jika lesse ternyata tidak jadi membeli aset sewaan pada akhir periode sewa, maka jurnal yang dibuat lessee adalah :

Tgl Akun Debit Kredit

31/12/2018 Lease Obligation 90.906.162

Interest Expense 9.093.838


(26)

Loss on failure purchase 13. 356.664

Leased Equipment 340.070.000

XII. Akuntansi Sewa Pembiayaan – Lessor

Bagi pihak lessor, sewa pembiayaan diklasifikasikan menjadi 2, yaitu :

a) Direct Financing Lease (DFL) = Sewa Pembiayaan Langsung b) Sales type lease = Sewa Tipe Penjualan

 Dasar pengelompokan kedua jenis tipe sewa pembiayaan adalah :

i. Asal perolehan aset sewaan, apakah diproduksi oleh sendiri atau dibeli langsung dari pihak produsen.

 DFL : aset sewaan dibeli langsung dari produsen, dan pihak lessor menyewakan kepada pihak lessee.

Sales type lease : aset sewaan diproduksi sendiri oleh pihak lessor. ii. Pendapatan yang dihasilkan

DFL = pihak lessor hanya mendapatkan pendapatan bunga (financing revenue) Sales type lease = pihak lessor mendapatkan dua keuntungan, yaitu marjin laba (selisih antara nilai wajar aset sewaan dengan harga pokok produksi) dan pendapatan bunga.

 Menurut SAK 30 par 32 :

Pada hakikatnya dalam sewa pembiayaan semua risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan legal telah dialihkan lessor kepada pihak lessee, dan dengan demikian penerimaan piutang sewa diperlakukan oleh lessor sebagai pembayaran pokok dan penghasilan pembiayaan (finance income) yang diterima lessor sebagai penggantian dan imbalan atas investasi dan jasanya.

Biaya Langsung Awal (Initial Direct Cost/IDC)

Dalam sewa pembiayaan, lessor mengakui aset berupa piutang sewa pembiayaan di neraca sebesar jumlah yang sama dengan investasi sewa neto


(27)

Lessor akan mengeluarkan biaya-biaya pada awal masa sewa. Biaya ini berupa komisi, biaya legal, biaya administrasi sewa dan biaya langsung di awal sewa. Biaya langsung awal akan dicatat sebagai aset. Biaya langsung awal diukur berdasarkan kas yang dikeluarkan oleh lessor pada awal sewa.

Tgl Akun Debit Kredit

1/1/2010 Initial Direct Cost Rp500.000

Cash Rp500.000

Pengakuan lanjutan biaya langsung di awal sewa :

a) DFL : biaya langsung awal akan diperlakukan sebagai bagian dari pengukuran awal piutang sewa pembiayaan dan mengurangi penghasilan yang diakui selama masa sewa. Tingkat bunga implisit dalam sewa ditentukan sedemikian rupa sehingga biaya langsung awal secara otomatis sudah termasuk di dalam piutang sewa pembiayaan.

Jurnal pada awal periode sewa :

Tgl Akun Debit Kredit

1/1/2010 Lease Payment Receivable Rp500.000

Initial Direct Cost Rp500.000

b) Sales type lease : biaya langsung awal akan dibebankan sebagai tambahan ke harga pokok produksi, yang akan mengurangi marjin laba.

Tgl Akun Debit Kredit

1/1/2010 Cost of Goods Sold Rp200.500.000

Inventory Rp200.000.000

Initial Direct Cost Rp500.000


(28)

Lessor akan selalu menggunakan tingkat bunga implisit untuk mendiskontokan pembayaran yang akan diterima selama masa sewa. Jika pada DFL, lessor akan mengakui nilai aset sewaan sebesar nilai wajarnya, dan akan menetapkan besarnya cicilan dengan menentukan terlebih dahulu berapa besarnya tingkat pendapatan bunga yang diinginkan.

Ilustrasi :

PT KAJE membeli peralatan baru dengan harga Rp300.000.000,-. Peralatan tersebut diperkirakan memiliki masa manfaat 6 tahun. Jika lessor hendak menyewakan peralatan tersebut selama 6 tahun, dan menginginkan pendapatan bunga 8%, berapakah besarnya uang sewa setiap tahunnya?

PT KAJE akan menggunakan persamaan nilai kini untuk PSM =

Rp300.000.000 = R x ((PVA(8%,5)+1))

Rp300.000.000 = R x (3,9927 +1)

Rp300.000.000 = R x 4,9927

R =

Jadi sewa tahunan ditetapkan besarnya

Rp60.087.728,-Jika lesse menggunakan tingkat bunga implisit, maka perhitungan nilai kini pembayaran sewa minimum lessee akan sama dengan nilai wajar aset sewaan pada awal sewa.

XII. Akuntansi Sewa Pembiayaan Langsung

Sebelum transaksi sewa dilaksanakan, pihak lessor akan melakukan pengeluaran untuk :

a) Pembelian aset sewaan

Tgl Akun Debit Kredit

1/1/2011 Asset (Equipment) Rpxxx

Cash Rp xxx


(29)

Tgl Akun Debit Kredit

1/1/2011 Initial Direct Cost Rpxxx

Cash Rpxxx

c) Menyewakan dengan sewa pembiayaan kepada lessee

Tgl Akun Debit Kredit

2/1/2011 Lease Payment Receivable Rpxxx

Initial Direct Cost Rpxxx

Asset (Equipment) Rpxxx

XIII. Direct Financing Lease dengan Nilai Residu

Jika aset yang disewakan diharapkan memiliki nilai residu, nilai kini dari nilai residu yang diharapkan ditambahkan ke nilai piutang sewa (lease payment receivable). Tidak masalah apakah nilai residu dijamin oleh lessee atau tidak dijamin. Jika dijamin, nilai residu akan diperlakukan seperti opsi pembelian, sedangkan jika tidak dijamin, lessor akan mengharapkan akan kembali memiliki aset sewaan tersebut sebesar nilai residu pada akhir masa sewa.

Akuntansi Sewa Pembiayaan Tipe Penjualan Menurut SAK 30 par 39 :

Lessor pabrikan atau dealer mengakui laba atau rugi atas penjualan pada suatu periode sesuai kebijakan ekuitas atas penjualan biasa. Jika tingkat bunga ditentukan secara artifisial terlalu rendah, laba penjualan dibatasi sebesar laba apabila menggunakan tingkat bunga pasar. Biaya-biaya yang dikeluarkan oleh lessor pabrikan atau dealer sehubungan dengan negosiasi dan pengaturan sewa diakui sebagai beban ketika laba penjualan diakui.


(30)

2.4 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan Lembaga Lain Bukan Bank

Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pengguna. Menurut IAI, dalam SAK paragraf 24-42 dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan, Terdapat empat karakteristik kualitatif pokok yaitu dapat dipahami, relevan, keandalan, dan dapat diperbandingkan.

a. Dapat dipahami

Kualiitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pengguna.

b. Relevan

Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pengguna dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan, atau mengoreksi, hasil evaluasi pengguna dimasa lalu. Relevansi informasi dipengaruhi oleh hakikat dan materialitasnya. Informasi dipandang material kalau kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan daalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna yang diambil atas dasar laporan keuangan. Materialitas bergantung pada besarnya pos atau kesalahan yang dinilai sesuai dengan situasi khusus dari kelalaian dalam mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat.

c. Keandalan

Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable). Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalakan penggunanya sebagai penyajian yang tulus atau jujur dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan. Informasi harus menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan.


(31)

Jika informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan jujur transaksi serta peirstiwa lain yang seharusnya disajikan, maka peristiwa tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi dan buan hanya bentuk hukumnya. Subtansi transaksi atau peristiwa lain tidak selalu konsisten dengan apa yang tampak dari bentuk hukum. Misalnya, suatu entitas mungkin menjual suatu aset kepada pihak lain dengan cara sedemikian rupa sehingga dokumentasi dimaksudkan untuk memindahkan kepemilikan menurut hukum ke pihak tersebut; namun demikian, mungkin terdapat persetujuan yang memastikan bahwa entitas daapt terus menikmati manfaat ekonomi masa depan yang diwujudkan dalam bentuk aset.

Selain itu, informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pengguna, tidak berpihak. Dan agar dapat diandalkan, informasi dalam laporan keuangan harus lengkap dalam batasan materialitas dan biaya

d. Dapat diperbandingkan

Pengguna harus dapat memperbandingkan laporan keuangan entitas antar periode untuk mengidentifikasi tren posisi dan kinerja keuangan. Implikasi penting dari karakteristik kualitatif dapat diperbandingkan adalan adalah bahwa pengguna harus mendapat informasi tentang kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan dan perubahan kebijakan serta pengaruh perubahan tersebut. Kebutuhan terhadap daya banding jangan dikacaukan dengan keseragaman semata-mata dan tidak seharusnya menjadi hambatan dalam memperkenalkan standar akuntansi keuangan yang lebih baik.


(32)

BAB III KESIMPULAN 3.1 KESIMPULAN

Dampak adanya globalisasi semakin meluas seiring dengan meningkatnya persaingan di dunia usaha. Hal tersebut menuntut perusahaan-perusahaan untuk melakukan efektifitas dan efisiensi dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan perusahaan untuk tujuan tersebut adalah dengan melakukan transaksi leasing.

Pada dasarnya sewa guna usaha (leasing) merupakan kesepakatan antara dua pihak, yaitu lessor (pihak yang menyewakan) dan lessee (penyewa). Kesepakatan tersebut menjelaskan bahwa lessee memiliki hak untuk menggunakan suatu aset yang dimiliki oleh lessor dengan jangka waktu tertentu sesuai kesepakatan dengan imbalan berupa pembayaran yang diberikan kepada lessor. Pada akhir periode leasing terdapat hak opsi bagi lessee untuk membeli aset yang dileasing atau memperpanjang waktu leasing sesuai dengan nilai yang disepakati bersama antara lessee dan lessor.

Dunia akuntansi melihat perkembangan sewa guna usaha yang pesat di Indonesia, sehingga diperlukan suatu acuan mengenai perlakuan akuntansi transaksi sewa guna usaha tersebut secara khusus. Untuk itu, perlakuan akuntansi mengenai pembiayaan sewa guna usaha nantinya akan mengacu pada ketentuan yang dibuat oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yaitu berupa Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.30 (Revisi 2007) tentang sewa guna usaha.


(33)

DAFTAR PUSTAKA

Bahan Ajar Akuntansi Keuangan Menengah 1. Sekolah Tinggi Akuntansi Negara.

http://www.bayupratama.com/2014/11/pengertian-lembaga-keuangan-bukan-bank.html

http://www.zakapedia.com/2014/10/pengertian-lembaga-keuangan-bukan-bank.html#_

Ikatan Akuntan Indonesia (2011). Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat: Jakarta.


(1)

Lessor akan selalu menggunakan tingkat bunga implisit untuk mendiskontokan pembayaran yang akan diterima selama masa sewa. Jika pada DFL, lessor akan mengakui nilai aset sewaan sebesar nilai wajarnya, dan akan menetapkan besarnya cicilan dengan menentukan terlebih dahulu berapa besarnya tingkat pendapatan bunga yang diinginkan.

Ilustrasi :

PT KAJE membeli peralatan baru dengan harga Rp300.000.000,-. Peralatan tersebut diperkirakan memiliki masa manfaat 6 tahun. Jika lessor hendak menyewakan peralatan tersebut selama 6 tahun, dan menginginkan pendapatan bunga 8%, berapakah besarnya uang sewa setiap tahunnya?

PT KAJE akan menggunakan persamaan nilai kini untuk PSM = Rp300.000.000 = R x ((PVA(8%,5)+1))

Rp300.000.000 = R x (3,9927 +1) Rp300.000.000 = R x 4,9927 R =

Jadi sewa tahunan ditetapkan besarnya

Rp60.087.728,-Jika lesse menggunakan tingkat bunga implisit, maka perhitungan nilai kini pembayaran sewa minimum lessee akan sama dengan nilai wajar aset sewaan pada awal sewa.

XII. Akuntansi Sewa Pembiayaan Langsung

Sebelum transaksi sewa dilaksanakan, pihak lessor akan melakukan pengeluaran untuk : a) Pembelian aset sewaan

Tgl Akun Debit Kredit

1/1/2011 Asset (Equipment) Rpxxx


(2)

Tgl Akun Debit Kredit

1/1/2011 Initial Direct Cost Rpxxx

Cash Rpxxx

c) Menyewakan dengan sewa pembiayaan kepada lessee

Tgl Akun Debit Kredit

2/1/2011 Lease Payment Receivable Rpxxx

Initial Direct Cost Rpxxx

Asset (Equipment) Rpxxx

XIII. Direct Financing Lease dengan Nilai Residu

Jika aset yang disewakan diharapkan memiliki nilai residu, nilai kini dari nilai residu yang diharapkan ditambahkan ke nilai piutang sewa (lease payment receivable). Tidak masalah apakah nilai residu dijamin oleh lessee atau tidak dijamin. Jika dijamin, nilai residu akan diperlakukan seperti opsi pembelian, sedangkan jika tidak dijamin, lessor akan mengharapkan akan kembali memiliki aset sewaan tersebut sebesar nilai residu pada akhir masa sewa.

Akuntansi Sewa Pembiayaan Tipe Penjualan Menurut SAK 30 par 39 :

Lessor pabrikan atau dealer mengakui laba atau rugi atas penjualan pada suatu periode sesuai kebijakan ekuitas atas penjualan biasa. Jika tingkat bunga ditentukan secara artifisial terlalu rendah, laba penjualan dibatasi sebesar laba apabila menggunakan tingkat bunga pasar. Biaya-biaya yang dikeluarkan oleh lessor pabrikan atau dealer sehubungan dengan negosiasi dan pengaturan sewa diakui sebagai beban ketika laba penjualan diakui.


(3)

2.4 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan Lembaga Lain Bukan Bank

Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pengguna. Menurut IAI, dalam SAK paragraf 24-42 dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan, Terdapat empat karakteristik kualitatif pokok yaitu dapat dipahami, relevan, keandalan, dan dapat diperbandingkan.

a. Dapat dipahami

Kualiitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pengguna.

b. Relevan

Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pengguna dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan, atau mengoreksi, hasil evaluasi pengguna dimasa lalu. Relevansi informasi dipengaruhi oleh hakikat dan materialitasnya. Informasi dipandang material kalau kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan daalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna yang diambil atas dasar laporan keuangan. Materialitas bergantung pada besarnya pos atau kesalahan yang dinilai sesuai dengan situasi khusus dari kelalaian dalam mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat.

c. Keandalan

Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable). Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalakan penggunanya sebagai penyajian yang tulus atau jujur dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan. Informasi


(4)

Jika informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan jujur transaksi serta peirstiwa lain yang seharusnya disajikan, maka peristiwa tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi dan buan hanya bentuk hukumnya. Subtansi transaksi atau peristiwa lain tidak selalu konsisten dengan apa yang tampak dari bentuk hukum. Misalnya, suatu entitas mungkin menjual suatu aset kepada pihak lain dengan cara sedemikian rupa sehingga dokumentasi dimaksudkan untuk memindahkan kepemilikan menurut hukum ke pihak tersebut; namun demikian, mungkin terdapat persetujuan yang memastikan bahwa entitas daapt terus menikmati manfaat ekonomi masa depan yang diwujudkan dalam bentuk aset.

Selain itu, informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pengguna, tidak berpihak. Dan agar dapat diandalkan, informasi dalam laporan keuangan harus lengkap dalam batasan materialitas dan biaya

d. Dapat diperbandingkan

Pengguna harus dapat memperbandingkan laporan keuangan entitas antar periode untuk mengidentifikasi tren posisi dan kinerja keuangan. Implikasi penting dari karakteristik kualitatif dapat diperbandingkan adalan adalah bahwa pengguna harus mendapat informasi tentang kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan dan perubahan kebijakan serta pengaruh perubahan tersebut. Kebutuhan terhadap daya banding jangan dikacaukan dengan keseragaman semata-mata dan tidak seharusnya menjadi hambatan dalam memperkenalkan standar akuntansi keuangan yang lebih baik.


(5)

BAB III KESIMPULAN 3.1 KESIMPULAN

Dampak adanya globalisasi semakin meluas seiring dengan meningkatnya persaingan di dunia usaha. Hal tersebut menuntut perusahaan-perusahaan untuk melakukan efektifitas dan efisiensi dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan perusahaan untuk tujuan tersebut adalah dengan melakukan transaksi leasing.

Pada dasarnya sewa guna usaha (leasing) merupakan kesepakatan antara dua pihak, yaitu lessor (pihak yang menyewakan) dan lessee (penyewa). Kesepakatan tersebut menjelaskan bahwa lessee memiliki hak untuk menggunakan suatu aset yang dimiliki oleh lessor dengan jangka waktu tertentu sesuai kesepakatan dengan imbalan berupa pembayaran yang diberikan kepada lessor. Pada akhir periode leasing terdapat hak opsi bagi lessee untuk membeli aset yang dileasing atau memperpanjang waktu leasing sesuai dengan nilai yang disepakati bersama antara lessee dan lessor.

Dunia akuntansi melihat perkembangan sewa guna usaha yang pesat di Indonesia, sehingga diperlukan suatu acuan mengenai perlakuan akuntansi transaksi sewa guna usaha tersebut secara khusus. Untuk itu, perlakuan akuntansi mengenai pembiayaan sewa guna usaha nantinya akan mengacu pada ketentuan yang dibuat oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yaitu berupa Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.30 (Revisi 2007) tentang sewa guna usaha.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Bahan Ajar Akuntansi Keuangan Menengah 1. Sekolah Tinggi Akuntansi Negara.

http://www.bayupratama.com/2014/11/pengertian-lembaga-keuangan-bukan-bank.html

http://www.zakapedia.com/2014/10/pengertian-lembaga-keuangan-bukan-bank.html#_

Ikatan Akuntan Indonesia (2011). Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat: Jakarta.