Tujuan Praktek Belajar Lapangan PRABELA yang dilaksanakan di Apotek Kimia Farma 179 Martapura adalah :
1.Tujuan Umum Tujuan Umum Praktek Belajar Lapangan PRABELA di Apotek Kimia
Farma 179 Martapura adalah untuk memahami ruang lingkup kerja di Apotek sehingga dapat memberikan gambaran mengenai fungsi dan tugas seorang
Apoteker sehingga memberikan bekal pengalaman dan pengetahuan kepada calon Asisten Apoteker mengenai kegiatan perencanaan, pengadaan, penyimpanan,
pencatatan, pemusnahan, serta segala kegiatan yang berhubungan dengan tanggung jawab atau sesuai kompetensi Keahlian Farmasi.
2. Tujuan Khusus a. Memberikan gambaran kepada siswasiswi tentang perencanaan pembelian obat
di Apotek Kimia Farma 179 Martapura b. Memberikan gambaran kepada siswasiswi tentang pengadaan obat
di Apotek Kimia Farma 179 Martapura c. Memberikan gambaran kepada siswasiswi tentang penyimpanan dan distribusi
obat di Apotek Kimia Farma 179 Martapura d. Memberikan gambaran kepada siswasiswi tentang pencatatan dan pelaporan
obat di Apotek Kimia Farma 179 Martapura e. Memberikan gambaran kepada siswasiswi tentang pelayanan komunikasi,
informasi dan edukasi kepada pasien.
C. MANFAAT
3
1. Siswasiswi dapat mengetahui kegiatan-kegiatan pokok farmasi seperti pembuatan, pengolahan, peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran,
penyimpanan dan penyerahan obat atau bahan obat 2. Siswasiswi mampu mengidentifikasikan perencanaan jenis obat yang akan
dibeli oleh Apotek Kimia Farma 179 Martapura 3. Siswasiswi mendapatkan gambaran tentang pengadaan mulai dari pemesanan
sampai barang datang 4. Siswasiswi mampu melakukan penyimpanan obat berdasarkan FIFO First In
First Out di Apotek Kimia Farma 179 Martapura 5. Siswasiswi mampu melakukan distribusi obat bebas kepada pasien
6. Siswasiswi mampu membaca resep 7. Siswasiswi mampu menyiapkan obat sesuai permintaan resep
8. Siswasiswi mampu meracik obat sesuai dengan resep 9. Siswasiswi mampu membuat etiket
10. Siswasiswi mampu membuat copy resep 11. Siswasiswi mampu melakukan validasi kecocokankesesuaian resep dengan
obat, dan identitas pasien.
D. Tempat dan Waktu
Praktek Belajar Lapangan PRABELA dilaksanakan di Apotek Kimia Farma 179 Martapura yang beralamat di Jl. Ahmad Yani Km 39,5 no 47
Martapura. Waktu pelaksanaan Praktek Belajar Lapangan PRABELA di Apotek
Kimia Farma 179 Martapura selama empat puluh lima 45 hari dimulai dari tanggal 09 April sampai dengan 23 Mei 2015, dengan pembagian shift sebagai
berikut :
Shift pagi : pukul 08.00 sd 15.00 WITA
Shift sore : pukul 14.00 sd 21.00 WITA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Apotek 1. Definisi Apotek
4
Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1027MENKESSKIX2004, Apotek adalah suatu tempat tertentu,
tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi serta perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Sediaan farmasi
yang dimaksud adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetik. Perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang diperlukan
untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009, Apotek adalah
sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Pekerjaan kefarmasian yang dimaksud adalah pembuatan,
pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat,
pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional.
2. Tugas dan Fungsi Apotek
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 Tahun 2009, tugas dan fungsi apotek adalah :
a. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker
b. Sarana yang digunakan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian c. Sarana yang digunakan untuk memproduksi dan distribusi sediaan
farmasi antara lain obat, bahan baku obat, obat tradisional dan kosmetika
d. Sarana pembuatan dan pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusian atau
penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan
obat tradisional.
3. Peraturan Perundang-Undangan tentang Apotek
5
Apotek merupakan salah satu pelayanan kesehatan masyarakat yang
diatur dalam :
a. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian
b. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1027MenKesSKIX2004 tentang Standar Pelayanan kefarmasian di Apotek
c. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332MenKesSKX2002 tentang perubahan atas peraturan Menteri Kesehatan RI No.
922MenKesPerX1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek
d. Undang-undang Kesehatan RI No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan e. Perautran Pemerintah No. 21 tahun 1990 tentang Masa Bakti
Apoteker, yang disempurnakan dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 184MenKesPerII1995
f. Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1980 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 26 tahun 1965 tentang Apotek
4. Persyaratan Apotek
Untuk menciptakan sarana pelayanan kesehatan yang mengutamakan kepentingan masyrakat, maka apotek harus memenuhi syarat yang
meliputi lokasi, bangunan, perlengkapan apotek, perbekalan farmasi dan tenaga kesehatan yang harus menunjang penyebaran dan pemerataan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat tanpa mengurangi mutu pelayanan. SK Menkes RI No. 278MenkesSKV1981
a. Lokasi Lokasi apotek sangat berpengaruh terhadap maju mundurnya
usaha, sehingga lokasi apotek sebaiknya berada di daerah yang : 1 Ramai
2 Terjamin keamanannya 3 Dekat dengan rumah sakit klinik
4 Sekitar apotek ada beberapa dokter praktek 5 Mudah dijangkau
6 Cukup padat penduduknya
6
b. Bangunan Bangunan apotek harus mempunyai luas secukupnya dan
memenuhi persyaratan Teknis, sehingga dapat menjamin pelaksanaan tugas dan fungsi apotek serta memelihara mutu perbekalan kesehatan
di bidang farmasi. Luas bangunan apotek sekurang-kurangnya 50 M
2
terdiri dari ruang tunggu, ruang peracikan dan penyerahan obat, ruang
administrasi, ruang penyimpanan obat, dan tempat pencucian alat.
Bangunan apotek harus mempunyai persyaratan Teknis sebagai berikut :
1 Dinding harus kuat dan tahan air, permukaan sebelah harus rata, tidak mudah mengelupas dan mudah dibersihkan
2 Langit-langit harus terbuat dari bahan yang tidak mudah rusak dan permukaan sebelah dalam berwarna terang
3 Atap tidak boleh lembab, terbuat dari genteng, atau bahan lain yang memadai
4 Lantai tidak boleh lembab, terbuat dari ubin, semen, atau bahan lain yang memadai
5 Setiap apotek harus memasang papan nama pada bagian muka apotek, yang terbuat dari papan, seng atau bahan lain yang
memadai, sekurang-kurangnya berukuran panjang 60 cm, lebar 40 cm dan tinggi huruf 5 cm dan tebal 5 mm.
c. Perlengkapan apotek Apotek harus memiliki perlengkapan sebagai berikut :
1 Alat pembuatan, pengelolaan dan peracikan obat sediaan farmasi 2 Perlengkapan dan alat penyimpanan khusus narkotika dengan
ukuran 40 x 80 x 100 cm dan terbuat dari kayu 3 Kumpulan peraturan perundang-undangan yang bersangkutan
dengan apotek, Farmakope Indonesia dan Ekstra Farmakope
7
Indonesia edisi terbaru serta buku lain yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal.
d. Perbekalan kesehatan di Bidang Farmasi Perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang
diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang meliputi sediaan farmasi, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan lainnya.
Perbekalan kesehatan dikelola dengan memperhatikan pemenuhan kebutuhan, kemanfaatan, harga dan faktor yang berkaitan dengan
pemerataan penyediaan perbekalan kesehatan. Pemerintah ikut serta dalam membantu penyediaan perbekalan kesehatan yang menurut
pertimbangan diperlukan oleh sarana kesehatan. e. Tenaga Kesehatan
Disamping Apoteker Pengelola Apotek APA, di apotek sekurang-kurangnya harus mempunyai seorang tenaga kefarmasian.
Bagi apotek yang Apoteker Pengelola Apoteknya pegawai instalasi pemerintah lainnya harus ada apoteker pendamping atau tenaga Teknis
kefarmasian.
5. Asisten Apoteker
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332MenKesSKX2002, Asisten Apoteker adalah mereka yang
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai Asisten Apoteker.
Untuk dapat melaksanakan pekerjaan kefarmasian di wilayah Indonesia, seorang Asisten Apoteker harus :
a. Memiliki Surat Tanda Registrasi yang dikeluarkan oleh Menteri Kesehatan atau Pejabat Kesehatan yang memperoleh pendelegasian
kewenangan dari Menteri Kesehatan. Syarat untuk memperoleh Surat Tanda Registrasi Tenaga
Teknis Kefarmasian STRTTK menurut PERMENKES No. 889MenKESPerV2011 pasal 8, yaitu :
1 Memiliki ijazah sesuai dengan pendidikannya;
8
2 Memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki surat izin praktek;
3 Memiliki rekomendasi tentang kemampuan dari Apoteker yang telah memiliki Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Apoteker
STRTTA, atau pimpinan institusi pendidikan lulusan, atau organisasi yang menghimpun Tenaga Teknis Kefarmasian; dan
4 Membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika kefarmasian.
Tata cara memperoleh Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian STRTTK menurut PERMENKES No.
889MenkesPerV2011 pasal 14, yaitu : 1 Tenaga Teknis Kefarmasian harus mengajukan permohonan
kepada kepala dinas kesehatan provinsi dengan menggunakan contoh sebagaimana tercantum dalam formulir 4 terlampir
2 Surat permohonan Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian STRTTK harus melampirkan :
a Fotokopi ijazah Sarjana Farmasi atau Ahli Madya Farmasi atau Analis Farmasi atau Tenaga Farmasi Asisten Apoteker;
b Surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki surat izin praktek;
c Surat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika kefarmasian;
d Surat rekomendasi kemampuan dari Apoteker yang telah memiliki Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Apoteker
STRTTA, atau pimpinan institusi pendidikan lulusan, atau organisasi yang menghimpun Tenaga Teknis Kefarmasian; dan
e Pas foto terbaru berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 dua lembar dan ukuran 2 x 3 cm sebanyak 2 dua lembar.
3 Kepala Dinas Kesehatan Provinsi harus menerbitkan Surat permohonan Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian
STRTTK paling lama 10 sepuluh hari kerja sejak surat
9
permohonan diterima dan dinyatakan lengkap menggunakan contoh sebagimana tercantum dalam formulir 5 terlampir.
b. Memiliki Surat Izin Kerja di fasilitas kefarmasian, yang dikeluarkan oleh Pejabat Kesehatan yang berwenang di KabupatenKota tempat
pekerjaan kefarmasian dilakukan. Syarat untuk memperoleh Surat Izin Kerja Tenaga Teknis
Kefarmasian SIKTTK menurut PERMENKES No. 889MenkesPer2011 pasal 22, yaitu :
1 Tenaga Teknis Kefarmasian mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan KabupatenKota tempat pekerjaan
kefarmasian dilaksanakan dengan menggunakan contoh sebagaimana tercantum dalam formulir 9 terlampir.
2 Permohonan Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian SIKTTK harus melampirkan :
a Fotokopi Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian STRTTK;
b Surat pernyataan Apoteker atau pimpinan tempat pemohon melaksanakan pekerjaan kefarmasian;
c Surat rekomendasi dari organisasi yang menghimpun Tenaga Teknis Kefarmasian; dan
d Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 dua lembar dan 3 x 4 cm sebanyak 2 dua lembar
3 Dalam mengajukan permohonan Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian SIKTTK harus dinyatakan secara tegas permintaan
Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian SIKTTK untuk tempat pekerjaan kefarmasian pertama, kedua atau ketiga.
4 Kepala Dinas Kesehatan KabupatenKota harus menerbitkan Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian SIKTTK paling lama 20
dua puluh hari kerja sejak surat permohonan diterima dan dinyatakan lengkap dengan menggunakan contoh sebagaimana
tercantum dalam formulir 10 terlampir.
10
Hak yang dimiliki oleh Asisten Apoteker menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332MENKESSKX2002 adalah
sebagai berikut : a. Mendapatkan gaji dan tunjangan selama bekerja
b. Mendapatkan keuntungan yang diperoleh Apotek berdasarkan atas kesepakatan dengan Pemilik Sarana Apotek
PSA c. Mendapatkan tunjangan kesehatan
d. Mendapatkan libur dan cuti tahunan e. Mendapatkan jaminan keselamatan pada waktu bekerja
f. Memilih Apotek dan pindah ke Apotek lain sesuai dengan
keinginan Sedangkan kewajiban Asisten Apoteker menurut
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332MENKESX2002 adalah sebagai berikut:
a. Melayani resep dokter sesuai dengan tanggung jawab dan standar profesinya yang dilandasi pada kepentingan
masyarakat serta melayani penjualan obat yang dapat dibeli tanpa resep dokter
b. Memberikan informasi : 1 Yang berkaitan dengan penggunaan pemakaian obat
yang diserahkan kepada pasien 2 Penggunaan obat secara tepat, aman dan rasional atas
permintaan masyarakat Informasi yang diberikan kepada pasien sekurang-
kurangnya meliputi : cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, makanan minuman aktifitas
yang hendaknya dihindari selama terapi dan informasi lain yang diperlukan.
c. Menghormati hak pasien dan menjaga kerahasian identitas serta data kesehatan pribadi pasien
d. Melakukan pengelolaan apotek meliputi :
11
1 Pembuatan, pengelolaan, peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, penyimpanan dan penyerahan
obat dan bahan obat 2 Pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan penyerahan
sediaan farmasi lainnya 3 Pelayanan informasi mengenai sediaan farmasi
e. Memiliki Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian STRTTK yang dikeluarkan pejabat yang
berwenang
6. Struktur Organisasi Apotek
Struktur organisasi di apotek bertujuan untuk mengoptimalkan kinerja apotek dalam pelayanan kesehatan terhadap masyarakat dan
dengan adanya struktur organisasi dalam apotek maka setiap pegawai memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing, sesuai dengan jabatan
yang diberikan, serta untuk mencegah tumpang tindih kewajiban serta wewenang maka dengan adanya struktur organisasi sebuah apotek akan
memperjelas posisi hubungan antar elemen setiap orang. Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, maka secara umum
apotek mempunyai struktur oganisasi sebagai berikut :
contoh hal.12
Fungsi dan Pembagian Tugas
Di dalam sebuah apotek perlu adanya job description uraian tugas, sehingga setiap pegawai yang bekerja mengetahui apa tugas dan tanggung
jawabnya. Pembagian tugas di dalam apotek adalah sebagai berikut :
12
a. Apoteker 1 Tugas dan Kewajiban Apoteker :
a Memimpin seluruh kegiatan apotek b Mengatur, melaksanakan dan mengawasi administrasi yang
meliputi : 1 Administrasi kefarmasian
2 Administrasi keuangan 3 Administrasi penjualan
4 Admiistrasi barang dagangan dan inventaris 5 Administrasi personalia
6 Administrasi bidang umum
c Membayar pajak yang berhubungan dengan perapotekan d Mengusahakan agar apotek yang dipimpinnya dapat
memberikan hasil yang optimal sesuai dengan rencana kerja, yaitu dengan cara meningkatkan omzet, mengadakan
pembelian sehat menandatangani SP dan penekanan sejauh mungkin terhadap biaya exploitasi tak langsung lainnya.
e Melakukan kegiatan-kegiatan untuk pengembangan apotek 2 Tanggung jawab :
a Di bidang keuangan : Penggunaan secara efisien, Pengamanan dan kelancaran
b Di bidang persediaan barang : Pengadaan yang sehat, ketertiban penyimpanan dan pengamanan
c Di bidang inventaris : Penggunaan yang seefisien mungkin, pemeliharaan serta pengamanannya
d Di biang personalia : Ketentraman kerja, efisiensi dan strategi e Di bidang umum : Kelancaran, penyimpanan dan pengamanan
dokumen-dokumen b. Asisten Apoteker AA
1 Tugas dan Kewajiban a Dalam pelayanan obat bebas dan resep mulai dari menerima
pasien sampai menyerahkan obat yang diperlukan b Menyusun buku defecta setiap pagi membantu bagian
pembelian memelihara buku harga, sehingga selalu up to date
13
c Mengerjakan pembuatan persediaan obat “AanMaak” seperti OBH, Liquor, Sol.Rivanol, Sol.Jodii Spiritousa, SASA, dan
lain-lain d Mencatat dan membuat laporan keluar masuknya obat
narkotika, obat K-B Keras dan Bebas, OKT amphetamine dan lain-lain
e Menyusun resep-resep menurut nomor urut dan tanggal dan dibundel kemudian disimpan
f Memelihara kebersihan ruang peracikan dan lemari obat g Menyusun obat-obat dan mencatat obat dengan adanya kartu
stok dengan rapi h Bila gudang terpisah dari ruang peracikan, memelihara
kebersihan gudang, rak obat, serta penyusunan obat dan kartu stok yang rapi serta mengontrolnya. Dalam hal darurat, dapat
menggantikan pekerjaan sebagai penjual obat bebas, sebagai juru resep dan lain-lain
2 Tanggung jawab : Bertanggung jawab kepada asisten kepala sesuai dengan tugas
yang diselesaikannya, tidak boleh ada kesalahan, kekeliruan, kekurangan, kehilangan dan kerusakan.
3 Wewenang Berwenang untuk melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai
dengan petunjuk-petunjuk instruksi dari asisten kepala atau Pimpinan Apotek dan semua peraturan perundang-undangan
c. Tata usaha Keuangan 1 Tugas dan Kewajiban Tata Usaha :
a Mengkoordinir dan mengawasi dinas kerja bawahannya, agar semuanya berjalan lancar
b Membuat laporan harian, meliputi : 1 Pencatatan penjualan kredit kartu piutang
2 Pencatatan pembelian kartu hutang dicocokkan dengan BPB Buku Penerimaan Barang dari gudang
3 Pencatatan hasil penjualan dan tagihan dan pengeluaran setiap hari Buku kas Bank, kas opname
14
4 Dinas luar : mengurusi pajak-pajak dan izin asuransi 5 Membuat laporan bulanan : realisasi data untuk pimpinan
apotek dan membuat daftar gaji upah pajak 6 Membuat laporan tahunan tutup buku neraca dan
perhitungan rugi-laba 7 Surat-menyurat
2 Tanggung jawab dan Wewenang a Bertanggung jawab kepada Apoteker Pengelola Apotek APA
b Berwenang untuk melaksanakan kegiatan administrasi pembukuan sesuai dengan petunjuk-petunjuk instruksi dari
Apoteler Pengelola Apotek APA dan semua peraturan perundang-undangan yang berlaku
d. Pemegang kas kasir 1 Tugas dan Kewajiban
a Mencatat penerimaan uang setelah dihitungnya terlebih dulu, begitu pula dengan pengeluaran uang, yang harus dilengkapi
dengan pendukung berupa kwitansi, nota, tanda setoran, dan lain-lain, yang sudah di paraf oleh Apoteker Pengelola Apotek
APA atau pejabat yang ditunjuk b Menyetorkan dan mengambilkan uang,baik dari kasir besar
atau bank 2 Tanggung jawab
Bertanggung jawab atas kebenaran jumlah uang yang dipercayakan kepadanya dan bertanggung jawab langsung kepada
Apoteker Pengelola Apotek APA 3 Wewenang
Berwenang untk melaksanakan kegiatan arus uang sesuai dengan petunjuk-petunjuk instruksi dari Apoteker Pengelola
Apotek APA
7. Sarana dan Prasarana Apotek
Apotek berlokasi pada daerah yang dengan mudah dikenal oleh masyarakat. Pada halaman terdapat papan petunjuk yang dengan jelas
tertulis kata apotek. Apotek harus dengan mudah diakses oleh masyarakat.
15
Pelayanan produk kefarmasian diberikan pada tempat yang terpisah dari aktivitas pelayanan dan penjualan produk lainnya, hal ini berguna untuk
menunjukkan integritas dan kualitas produk serta mengurangi resiko kesalahan penyerahan, diantaranya :
a. Masyarakat harus diberi akses secara langsung dan mudah oleh apoteker untuk memperoleh informasi dan konseling
b. Lingkungan apotek harus dijaga kebersihannya c. Apotek harus bebas dari hewan pengerat dan memiliki suplai listrik
yang konstan, terutama untuk lemari pendingin Apotek harus memiliki :
a. Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien b. Tempat untuk mendisplai informasi bagi pasien, termasuk penempatan
brosurmateri informasi c. Ruang tertutup bagi pasien yang konseling dilengkapi meja dan kursi
serta lemari untuk penyimpanan catatan swamedikasi pasien d. Ruang peracikan
e. Tempat pencucian alat f. Perabotan apotek harus tertata rapi, lengkap dengan rak-rak
penyimpanan obat dan barang lain tersusun dengan rapi, terlindung dari debu, kelembaban dan cahaya yang berlebihan serta diletakkan
pada kondisi ruangan dengan temperatur yang telah ditetapkan
B. Pengelolaan Obat di Apotek
1. Perencanaan Perencanaan merupakan kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah
dan harga dalam rangka pengadaan dengan tujuan mendapatkan jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebututuhan dan anggaran, serta menghindari
kekosongan obat. Dalam perencanaan pengadaan sediaan farmasi seperti obat-obatan dan alat kesehatan, maka perlu dilakukan pengumpulan data-
data obat-obatan yang akan dipesan. Data obat-obatan tersebut biasanya ditulis dalam buku defecta, yaitu jika barang habis atau persediaan
menipis berdasarkan jumlah barang yang tersedia pada bulan-bulan sebelumnya.
16
Beberapa pertimbangan yang harus dilakukan oleh Apoteker Pengelola Apotek APA dalam melaksanakan perencanaan pemesanan
barang, yaitu memilih Pedagang Besar Farmasi PBF yang memberikan keuntungan dari segala segi, misalnya harga yang ditawarkan sesuai
murah, ketepatan waktu pengiriman, diskon dan bonus yang diberikan sesuai besar, jangka waktu kredit yang cukup, serta kemudahan dalam
pengembalian obat-obatan yang hampir kadaluarsa ED Sesuai KepMenkes No. 1027 tahun 2004 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek, maka dalam membuat perencanaan pengadaan sediaan farmasi perlu memperhatikan :
a. Pola penyakit Perlu memperhatikan dan mencermati pola penyakit yang
timbul di sekitar masyarakat sehingga apotek dapat memenuhi kebutuhan masyarakat tentang obat-obat untuk penyakit tersebut.
b. Tingkat perekonomian masyarakat Tingkat ekonomi masyarakat di sekitar apotek juga akan
mempengaruhi daya beli terhadap obat-obatan. Jika masyarakat sekitar memiliki tingkat perekonomian menengah ke bawah, maka apotek
perlu menyediakan obat-obatan yang harganya terjangkau seperti obat generik berlogo. Demikian pula sebaliknya, jika masyarakat sekitar
memiliki tingkat perekonomian menengah ke atas yang cenderung memilih membeli obat-obat paten, maka apotek juga harus
menyediakan obat-obat paten yang sering diresepkan.
c. Budaya masyarakat Pandangan Demikian juga dengan budaya masyarakat yang
lebih senang berobat ke dokter, maka apotek perlu memperhatikan obat-obatan yang sering diresepkan oleh dokter tersebut.
Dalam perencanaan pengadaan ini, ada empat metode yang sering dipakai yaitu :
17
a Metode epidemiologi : perencanaan dengan metode ini dibuat berdasarkan pola
penyebaran penyakit dan pola pengobatan penyakit yang terjadi dalam masyarakat sekitar
b Metode konsumsi : Perencanaan dengan metode ini dibuat berdasarkan data
pengeluaran barang periode lalu. Selanjutnya data tersebut dikelompokkan dalam fast moving cepat beredar maupun yang slow
moving lambat beredar c Metode kombinasi :
Metode ini merupakan gabungan dari metode epidemiologi
dan metode konsumsi. Perencanaan pengadaan barang dibuat berdasarkan pola sebelumnya.
d Metode just in time : Perencanaan dilakukan saat obat dibutuhkan dan obat yang ada
di apotek dalam jumlah terbatas. Perencanaan ini untuk obat-obat yang jarang dipakai atau diresepkan dan harganya mahal serta memiliki waktu
kadaluarsa yang pendek.
2. Pengadaan Menurut KepMenkes No. 1197MENKESSKX2004, pengadaan
merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan dan disetujui.
Pengadaan barang dilakukan berdasarkan perencanan yang telah dibuat dan disesuaikan dengan anggaran keuangan yang ada. Pengadaan
barang meliputi proses pemesanan, pembelian dan penerimaan barang.
18
Petugas pembelian mencatat barang yang akan dipesan dibuku defecta
Gambar.2 Alur proses pemesanan barang
Ada empat macam pengadaan yang biasa dilakukan di apotek, yaitu pengadaan dalam jumlah terbatas, pengadaan secara berencana,
pengadaan secara spekulatif dan pengadaan secara konsinyasi. a. Pengadaan dalam jumlah terbatas
Pengadaan dalam jumlah yang terbatas dimaksudkan yaitu pembelian dilakukan apabila persediaan barang dalam hal ini adalah
obat-obatan sudah menipis. Barang-barang yang dibeli hanyalah obat- obatan yang dibutukan saja, dalam waktu satu sampai dua minggu. Hal
tersebut dilakukan untuk mengurangi stok obat dalam jumlah besar dan pertimbangan masalah biaya yang minimal. Namun perlu adanya
pertimbangan pengadaan obat dalam jumlah terbatas ini dilakukan apabila PBF tersebut ada di dalam kota dan selalu siap mengirimkan
obat dalam waktu cepat. b. Pengadaan secara berencana
Pengadaan secara berencana adalah perencanaan pembelian obat berdasarkan penjualan permiggu atau perbulan. Sistem ini
dilakukan pendataan obat-obat mana yang laku banyak dan tergantung pula pada kondisi cuaca, misalnya saat pergantian musim banyak
orang yang menderita penyakit batuk dan pilek. Hasil pendataan
19
Petugas pembelian menulis barang yang akan dipesan di surat pesanan
Surat pesanan diserahkan kepada PBF
tersebut diharapkan dapat memaksimalkan prioritas pengadaan obat. Cara ini biasa dilakukan apabila supplier atau PBF berada diluar kota.
c. Pengadaan secara spekulatif Cara ini dilakukan apabila akan ada kenaikan harga atau bonus
yang ditawakan jika mengingat kebutuhan, namun resiko ini terkadang tidak sesuai dengan rencana, karena obat dapat rusak,
apabila stok obat di gudang melampaui kebutuhan. Di sisi lain obat- obat yang mempunyai ED dalam waktu dekat akan menyebabkan
kerugian yang besar, namun apabila spekulasinya benar dapat mendatangkan keuntungan yang besar.
d. Pengadaan secara konsinyasi Pemilik barang menitipkan barang kepada apotek. Apotek hanya
membayar barang yang terjual, sedangkan sisanya dapat diperpanjang masa konsinyasinya. Cara seperti ini biasanya dilakukan pada produk
baru. Pembayaran dilakukan jika barang terjual. PBF menitipkan barang baru produk baru ke apotek, jika sudah laku terjual baru
kemudian dibayar ke PBF dan jika tidak laku dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati maka barang dapat dikembalikan.
3. Penerimaan Menurut KepMenkes No. 1197MENKESSKX2004, penerimaan
merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang telah diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian melalui pembelian langsung,
tender atau sumbangan. Tujuan penerimaan adalah untuk menjamin perbekalan farmasi yang diterima sesuai kontrak baik spesifikasi mutu,
jumlah dan waktu kadaluarsa.
20
Salesman datang membawa barang sesuai pesanan disertai faktur pembelian sebanyak 4 lembar 2 lembar untuk PBF, 1
lembar untuk pengihan dan 1 lembar untuk apotek
Gambar.3 Alur penerimaan mulai dari barang datang
4. Penyimpanan Menurut KepMenkes No. 1197MENKESSKX2004, penyimpanan
adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara menempatkan perbekalan farmasi yang diterima di tempat yang dinilai
aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat. Tujuan dilakukan penyimpanan barang :
a. Memelihara mutu obat b. Menghindari penggunaan obat barang yang tidak
Bertanggung jawab c. Menjaga kelangsungan persediaan
d. Memudahkan pencarian dan pengawasan Obat dan bahan obat harus disimpan dalam wadah yang cocok dan
harus memenuhi ketentuan pembungkusan dan penandaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Obat yang disimpan harus terhindar dari cemaran
dan peruraian, terhindar dari pengaruh udara, kelembaban, panas dan cahaya. Obat dan sediaan farmasi yang dibeli tidak langsung dijual, tetapi
ada yang disimpan digudang sebagai persediaan. Penyimpanan obat digolongkan berdasarkan bentuk bahan baku,
seperti bahan padat, dipisahkan dari bahan yang cair atau bahan yang
21
Petugas penerimaan melakukan pengecekkan ED, keadaan fisik obat, sesuai dengan permintaan jenis dan jumlah obat
Jika sesuai, maka faktur ditandatangani oleh ApotekerAA nama terang, SIK dan cap apotek
setengah padat. Hal tersebut dilakukan untuk menghindarkan zat-zat yang bersifat higroskopis, demikian pula halnya terhadap barang-barang yang
mudah terbakar. Serum, vaksin dan obat-obat yang mudah rusak atau meleleh pada suhu kamar disimpan dalam lemari es. Penyimpanan obat-
obat narkotika disimpan dalam lemari khusus sesuai dengan PerMenkes No. 28 tahun 1978 untuk menghindarkan dari hal-hal yang tidak
diinginkan seperti penyalahgunaan obat-obat narkotika. Penyusunan obat dilakukan dengan cara alphabetis untuk mempermudah pengambilan obat
saat diperlukan. pengeluaran barang di apotek menggunakan sistem FIFO First In
First Out, demikian pula halnya obat-obatan yang mempunyai waktu kadaluarsa lebih singkat disimpan paling depan yang memungkinkan
diambil terlebih dahulu First Expired First Out atau FEFO KepMenkes No. 1027 tahun 2004,
fungsi control inventory adalah mengetahui kekurangan bahan, mengecek kerusakan barang atau bahan, mengontrol jatuh tempo kliennya.
Sedangkan tugas dari control inventory adalah defecta regular dengan kolom sebagai berikut : no, item, nama barang dan satuan, jumlah satuan,
supplier. Dari sistem pengontrolan ada tiga tipe pengontrolan diantaranya: a. Ketat
Tipe ini dilakukan untuk barang yang harganya mahal dan sangat banyak dibutuhkan. Hal tersebut bertujuan agar menghindari pasien
tidak mendapat obat yang sangat dibutuhkan. Begitu pula terhadap obat- obat yang mempunyai waktu kadaluarsa singkat harus dipantau secara
ketat untuk menghindari terjadinya kerugian pada apotek. b. Normal
Tipe ini dilakukan pada barang yang harganya tidak terlalu mahal dan pengeluarannya tidak terlalu banyak atau seimbang setiap bulannya.
c. Periodik
22
Tipe ini dilakukan untuk barang yang harganya murah dan banyak dibutuhkan. Pengecekkannya harus secara periodik untuk menghindari
kekosongan persediaan obat dan disesuaikan dengan kondisi nyata. Macam-macam cara penyimpanan obat :
a. Berdasarkan Jenis dan Penggolongan Penyimpanan obat berdasarkan jenis dan penggolongannya, misalnya obat
generik obat dengan nama umum yang dipakai disemua Negara tanpa melanggar hak paten yang berlaku untuk obat tersebut, obat paten obat
dengan nama dagang dan menggunakan nama yang merupakan milik produsen obat yang bersangkutan, golongan obat bebas, obat bebas terbatas,
obat keras, obat wajib apotek, obat psikotropika, obat narkotika, obat herbal terstandar, jamu dan fitofarmaka.
Penggolongan obat tersebut terdiri dari : 1 Obat bebas Perda Nomor 12 Tahun 1994
Obat bebas adalah obat yang dapat dijual bebas kepada umum tanpa resep dokter, tidak termasuk dalam daftar narkotika,
psikotropika, obat keras ataupun obat bebas terbatas dan sudah terdaftar di Depkes RI. Contoh : minyak kayu putih, obat batuk hitam,
obat batuk putih, tablet parasetamol, tablet vitamin C, vitamin B kompleks, vitamin E, dan lain-lain.
Penandaan obat bebas diatur berdasarkan SK Menkes RI Nomor 2380SKVI1983 tentang tanda khusus untuk obat bebas dan obat
bebas terbatas. Tanda khusus untuk obat bebas yaitu lingkaran bulat warna hijau dengan garis tepi berwarna hitam, seperti terlihat pada
gambar berikut :
23
Gambar.4 Lambang obat bebas 2 Obat Bebas Terbatas
Obat bebas terbatas adalah obat keras yang dapat diserahkan kepada pemakainya tanpa resep dokter. Obat bebas terbatas adalah
obat yang masuk dalam daftar W singkatan dari “Waarschuwing” artinya peringatan. Maksudnya obat yang pada penjualannya disertai
dengan tanda peringatan. Syarat-syarat penyerahan obat bebas terbatas adalah sebagai
berikut : a Obat tersebut hanya boleh dijual dalam bungkus asli dari pabrik
atau pembuatnya b Pada penyerahan oleh pembuat atau penjual harus
mencantumkan tanda peringatan. Tanda tersebut berwarna hitam, berukuran panjang 5 cm, lebar 2 cm dan memuat tulisan
berwarna putih yang terdiri dari P No.1 sampai P No.6 . Tanda peringatan seperti contoh dibawah ini :
Gambar.5 peringatan pada obat bebas terbatas
24
P No.1 : Awas Obat Keras
Bacalah aturan memakainya Contoh :
1 Anti Histamin Sediaan anti histamin yang dipergunakan untuk obat
tetes hidungsemprot hidung. 2 Chloroquinum
Sediaan chloroquinum atau garamnya yang dihitung sebagai basa tidak lebih dari 160 mg setiap takaran dalam
kemasan tidak melebihi 4 tablet tiap wadah atau 60 ml tiap botol.
3 Sulfaguanidum, phtalylsulfathiazolum dan succinylsulfa Tablet yang mengandung tidak lebih dari 600 mg zat
berkhasiat setiap tabletnya dan tidak lebih dari 20 tablet setiap bungkus atau wadah.
P No.2 : Awas Obat Keras Hanya untuk kumur jangan ditelan
Contoh : 1 Kalii Chloras dalam larutan
2 Zincum, obat kumur yang mengandung persenyawan zincum
P No.3 : Awas Obat Keras Hanya untuk bagian luar dari badan
Contoh : 1 Air Burowi
2 Mercurochromum dalam larutan P No.4 :
Awas Obat Keras Hanya untuk dibakar
Contoh :
25
Rokok dan serbuk untuk penyakit bengek untuk dibakar yang mengandung scopolaminum.
P No.5 : Awas Obat Keras
Tidak boleh ditelan Contoh :
1 Ammonia 10 kebawah
2 Sulfanilamidum steril dalam bungkusan tidak lebih dari
5 mg bungkusnya P No.6 :
Awas Obat Keras Obat wasir, jangan ditelan
Contoh : Suppositoria untuk wasir
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 2380ASKVI1983 tanda khusus untuk obat bebas terbatas berupa
lingkaran berwarna biru dengan garis tepi berwarna hitam. Seperti terlihat pada gambar berikut ini :
Gambar.6 Lambang obat bebas terbatas 3 obat keras daftar G
Obat keras atau daftar G menurut bahasa belanda “G” singakatan dari “Gevaarlijk” artinya berbahaya, maksudnya obat
26
dalam golongan ini berbahaya jika pemakaiannya tidak berdasarkan resep dokter.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI yang menetapkan atau memasukkan obat-obat keras ditetapkan sebagai berikut :
a Semua obat yang pada bungkus luarnya oleh sipembuat disebutkan bahwa obat itu hanya boleh diserahkan dengan resep dokter.
b Semua obat yang dibungkus sedemikian rupa yang untuk dipergunakan secara parenteral, baik dengan cara suntikan maupun
dengan cara pemakaian lain dengan jalan merobek rangkaian asli atau jaringan.
c Semua obat baru, terkecuali apabila oleh Departemen Kesehatan telah dinyatakan secara tertulis bahwa obat baru itu tidak
membahayakan kesehatan manusia. d Semua obat yang tercantum dalam daftar obat keras : obat itu
sendiri dalam substansi dan semua sediaan yang mengandung obat itu, terkecuali apabila dibelakang nama obat disebutkan ketentuan
lain, atau ada pengecualian. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.02396ASKVIII1986 tentang tanda khusus obat keras daftar G adalah lingkaran bulat berwarna merah dengan garis tepi berwarna
hitam dengan huruf K yang menyentuh garis tepi, seperti yang terlihat pada gambar berikut :
Gambar.7 lambang obat keras 4 Obat Wajib Apotek
27
Obat wajib apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan oleh apoteker di apotek tanpa resep dokter.
Peraturan tentang Obat Wajib Apotek berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 347MenkesSKVII1990 yang telah
diperbaharui dengan Keputusan Menteri Kesehatan No. 924MenkesPerX1993, dikeluarkan dengan pertimbangan sebagai
berikut : a Pertimbangan yang utama untuk obat wajib apotek ini sama
dengan pertimbangan obat yang diserahkan tanpa resep dokter, yaitu meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menolong
dirinya sendiri guna mengatasi masalah kesehatan, dengan meningkatkan pengobatan sendiri secara tepat, aman dan
rasional. b Pertimbangan yang kedua untuk peningkatan peran apoteker di
apotek dalam pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi serta pelayanan obat kepada masyarakat.
c Pertimbangan ketiga untuk peningkatan penyediaan obat yang dibutuhkan untuk pengobatan sendiri.
Kewajiban : Pada penyerahan obat wajib apotek ini terhadap
apoteker terdapat kewajiban-kewajiban sebagai berikut: a Memenuhi ketentuan dan batasan tiap jenis obat perpasien
yang disebutkan dalam obat wajib apotek yang bersangkutan. b Membuat catatan pasien serta obat yang diserahkan
c Memberikan informasi meliputi dosis dan aturan pakai, kontraindikasi, efek samping dan lain-lain yang perlu
diperhatikan oleh pasien. Peraturan mengenai Daftar Obat Wajib Apotek
tercantum dalam :
28
a Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor
347MenkesSKVII1990 tentang Obat Wajib Apotek, berisi Daftar Obat Wajib Apotek No.1
Contoh : 1 Obat kontrasepsi : Linestrenol satu siklus
2 Obat saluran cerna : Antasid dan SedativSpasmodik 20
tablet 3 Obat mulut dan tenggorokan : Salbutamol 20 tablet
b Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 924MenkesPerX1993 tenatng Daftar Obat Wajib Apotek No.2
Contoh : 1 Bacitracin cream 1 tube
2 Clindamicin cream 1 tube 3 Flumetason cream 1 tube
c Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor
1176MenkesSKX1999 tentang Daftar Obat Wajib Apotek No.3
Contoh : 1 Ranitidin
2 Asam fusidat 3 Allupurinol
5 Narkotika dan Psikotropika Narkotika dan psikotropika adalah obat yang bisa
mempengaruhi keadaan psikis seseorang. Untuk mengelolanya memerlukan cara khusus. Penandaan untuk narkotika adalah sebagai
berikut :
Gambar.8 lambang obat narkotika Sedangkan penandaan psikotropika yaitu :
29
Gambar.9 lambang obat psikotropik Pengertian Narkotika menurut undang-undang Nomor 22 tahun
1997 tentang Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan
ketergantungan yang dapat dibedakan kedalam golongan I, II dan III. Menurut UU RI No.22 tahun 1997, narkotika dibagi 3 golongan yaitu :
a Narkotika golongan I Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk pengembangan
ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi yang sangat tinggi menimbulkan
ketergantungan. Contoh : ganja, papaver somniverum, cocain erythroxylon coca, opium mentah, opium masak, heroin, etorfin
dan lain-lain. b Narkotika golongan II
Narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan dan digunakan sebagai pilihan terakhir dan untuk pengembangan ilmu pengetahuan
serta memiliki potensi tinggi menimbulkan ketergantungan. Contoh : fentanil, morfin, petidin, tebaina, ekgonina dan lain-lain.
c Narkotika golongan III Narkotika yang digunakan dalam terapi atau pengobatan dan
untuk pengembangan pengetahuan serta memilik potensi ringan menimbulkan ketergantungan. Contoh : etil morfin, codein, propiran,
nikokodina, polkodina, norkodeina dan lain-lain. Pengertian psikotropika menurut Undang-undang No. 5 tahun
1997 tentang psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun
30
sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas
pada aktivitas mental dan perilaku. Psikotropika dibagi menjadi 4 golongan, yaitu :
a Golongan I Golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat
digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan
sindroma ketergantungan. Contoh : lisergida dan psilosibina. b Golongan II
Golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi atau ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : amfetamina dan metakualon
c Golongan III Golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat
pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang
mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : amobarbital dan Phenobarbital
d Golongan IV Golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan
dan sangat luas digunakan dalam terapi atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
sindroma ketergantungan. Contoh : diazepam dan klordiazepoksida
6 Jamu Empirical Based Herbal Medicine Adalah obat yang diolah secara tradisional, baik dalam bentuk
serbuk, seduhan, pil, maupun cairan yang berisi seluruh bagian tanaman. Umumnya, jamu dibuat berdasarkan resep peninggalan
leluhur yang diracik dari berbagai tanaman obat yang jumlahnya
31
cukup banyak, sekitar 5-10 macam bahkan lebih. Jamu yang telah digunakan secara turun-temurun selama berpuluh-puluh tahun
bahkan mungkin ratusan tahun, telah membuktikan keamanan dan manfaat secara langsung untuk pengobatan suatu penyakit. Beberapa
contoh diantaranya yaitu Jamu Beras Kencur, Jamu Kunyit Asem PT Sido Muncul dan Jamu habis Bersalin Nyonya Meneer.
Gambar.10 logo jamu Filosofi logo :
a Bentuk lingkaran melambangkan sebuah proses, juga sebuah tanda untuk menyatakan aman
b Warna hijau dan kuning merupakan perwujudan kekayaan sumber daya alam Indonesia keanekaragaman hayati
c Stilisasi jari-jari daun tiga pasang melambangkan serangkaian proses yang sederhana yang merupakan visualisasi proses
pembuatan jamu 7 Obat Herbal TerstandarOHT Scientific Based Herbal Medicine
Adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan
bahan bakunya telah di standarisasi.
Gambar.11 logo obat herbal terstandar Filosofi logo :
32
a Bentuk lingkaran melambangkan sebuah proses, juga sebuah tanda untuk menyatakan aman
b Warna hijau dan kuning merupakan perwujudan kekayaan sumber daya alam Indonesia keanekaragaman hayati
c Stilisasi jari-jari daun tiga pasang melambangkan serangkaian proses pembuatan ekstrak tumbuhan obat uji laboraturium, uji
toksisitas, dan uji praklinis Obat herbal terstandar dibuat dari ekstrak atau penyarian
bahan alami yang dapat berupa tanaman obat, hewan maupun mineral. Jenis ini pada umumnya telah ditunjang dengan pembuktian
ilmiah berupa penelitian-penelitian praklinis seperti standar kandungan bahan berkhasiat, standar pembuatan ekstrak tanaman
obat, standar pembuatan obat tradisional yang higinies, serta uji toksisitas akut dan kronis. Obat-obatan herbal ini sudah
distandarisasi sesuai dengan peraturan pembuatan obat-obatan. Pembuatannya disesuaikan dengan pembuatan obat secara modern
sehingga lebih higinies. Obat-obatan herbal ini sudah banyak beredar dan dikenal masyarakat. Beberapa contoh OHT diantaranya Diapet
PT Soho Industri Farmasi, Fitolac PT Kimia Farma dan Kiranti sehat PT Ultra Prima Abadi.
8 Fitofarmaka Clinical Based Herbal Medicine Fitofarmaka berasal dari bahasa yunani : phyto yang berarti
tanaman dan pharmakon yang berarti obat. Adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan
keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik, uji tekhnologi farmasi dan uji klinik.
Yang dimaksud uji praklinik meliputi uji khasiat dan uji toksisitas. Uji tekhnologi farmasi untuk menentukan identitas atau
bahan berkhasiat secara seksama sampai dapat dibuat produk jadi yang terstandarisasi. Uji klinik dilakukan terhadap manusia.
33
Fitofarmaka merupakan bentuk obat tradisional dari bahan alami yang dapat disejajarkan dengan obat modern karena proses
pembuatannya telah distandarisasi serta ditunjang dengan bukti ilmiah sampai dengan uji klinis pada manusia. Produk-produk
fitofarmaka memiliki ciri berupa gambar berbentuk seperti ranting dalam lingkaran berwarna hijau. Beberapa contoh fitofarmaka
diantaranya yaitu : Stimuno PT Dexa Medika dan Tensigard PT Phapros.
Gambar.12 logo fitofarmaka Filosofi logo :
a Bentuk lingkaran melambangkan sebuah proses, juga sebuah tanda untuk menyatakan aman
b Warna hijau dan kuning merupakan perwujudan kekayaan sumber daya alam indonesia keanekaragaman hayati
c Stilisasi jari-jari daun yang kemudian membentuk bintang melambangkan serangkaian proses yang cukup kompleks dalam
pembuatan fitofamaka uji laboraturium, uji toksisitas, ujipraklinis, uji klinis
b. Berdasarkan Bentuk Sediaan Penyimpanan obat berdasarkan bentuk sediaan, misalnya sirup,
drop, tablet, kapsul, krim, salep, tetes mata, tetes telinga suppositoria, injeksi dan lain-lain.
c. Berdasarkan Efek Farmakologi Penyimpanan obat berdasarkan efek farmakologi yaitu obat
disimpan berdasarkan khasiat obat terhadap suatu penyakit. Misalnya untuk penyakit asma, maka obat disusun khusus untuk
penyakit asma. d. Berdasarkan Abjad
34
Penyimpanan obat berdasarkan abjad, yaitu obat disusun atau disimpan berdasarkan nama obat A-Z.
e. Berdasarkan Efek Kerja Obat 1 Efek sistemis, yaitu efek obat yang bekerja diseluruh tubuh
Contoh : a Oral, yaitu pemberian melalui mulut
b Oromukosal, yaitu pemberian melalui mukosa dirongga
mulut, ada dua macam cara yaitu : 1 Sublingual, yaitu obat ditaruh dibawah lidah
2 Bucal, yaitu obat diletakkan diantara pipi dan gusi
c Injeksi, yaitu pemberian obat secara parenteral atau menembus kulitselaput lendir
d Implantasi, yaitu pemberian obat dalam bentuk pellet steril dimasukkan dibawah kulit dengan alat khusus trocar,
digunakan untuk efek yang lama. e Rektal, yaitu pemberian obat melalui rektal atau dubur.
Cara ini memiliki efek sistemis lebih cepat dan lebih besar dibandingkan peroral dan baik sekali digunakan untuk obat
yang mudah dirusak asam lambung. f Transdermal, yaitu cara pemakaian obat melalui permukaan
kulit berupa plester, obat menyerap secara perlahan dan masuk ke dalam sistem peredaran darah langsung ke
jantung. 2 Efek Lokal, yaitu efek obat yang bekerja setempat
Contoh : a Kulit percutan, yaitu obat diberikan dengan jalan
mengoleskan pada permukaan kulit, misalnya salep dan Krim, dll.
b Inhalasi, yaitu obat disemprotkan untuk disedot melalui hidung atau mulut dan penyerapan dapat terjadi pada
selaput mulut, tenggorokan dan pernafasan. c Mukosa mata dan telinga, yaitu obat diberikan melalui
selaputmukosa mata atau telingan, bentuknya obat tetes
35
atau salep, obat reabsorpsi ke dalam darah dan menimbulkan efek.
d Intra vaginal, yaitu obat diberikan melalui selaput lendir mukosa vagina, biasanya berupa obat anti fungi dan
pencegahan kehamilan. e Intra nasal, yaitu obat diberikan melalaui selaput lendir
hidung untuk menciutkan selaput mukosa hidung yang membengkak, misalnya otrivin
f. Berdasarkan FIFO dan FEFO 1 FIFO First In First Out, yaitu penyimpanan obat berdasarkan
tanggal masuk obat atau obat yang datang pertama diletakkan didepan agar barang tersebut keluar lebih awal
2 FEFO First Expired First Out, yaitu penyimpanan obat berdasarkan tanggal kadaluarsa yang paling cepat. Obat yang
mempunyai tanggal kadaluarsa paling cepat, diletakkan paling depan agar obat tersebut dikeluarkan lebih awal
g. Berdasarkan Masa Perputaran Barang 1 Slow Moving, yaitu obat yang lambat beredar atau jarang
diresepkan oleh dokter 2 Fast Moving, yaitu obat yang cepat beredar atau sering
digunakan dan diresepkan oleh dokter h. Berdasarkan sifat kimia dan sifat fisika
Obat-obat yang mudah rusak dan meleleh pada suhu kamar, obat yang mudah menguap, obat yang mudah terbakar,
penyimpanan untuk obat yang tidak kena cahaya dan obat yang mudah meledak
i. Berdasarkan LASA Penyimpanan obat berdasarkan LASA atau Look A Like Sound
A Like adalah penyimpanan yang mempunyai nama obat yang mirip. Contoh dari obat yang terlihat dan terdengar sama adalah
obat Oxcal dan Oscal. j. Berdasarkan Volume atau Ukuran
36
Penyimpanan obat berdasarkan volume atau ukuran, yaitu obat yang mempunyai ukuran lebih besar diletakkan dibawah,
sedangkan obat yang mempunyai ukuran lebih kecil diletakkan diatas.
5. Distribusi Menurut KepMenkes No. 1197MENKESSKX2004, dsitribusi
merupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di apotek untuk pelayanan individu serta untuk menunjang pelayanan medis.
Tujuan distribusi adalah untuk menjamin ketersediaan obat, memelihara mutu obat, menghindari penggunaan yang tidak bertanggung
jawab, menjaga kelangsungan persediaan, memperpendek waktu tunggu, pengendalian persediaan, memudahkan pencarian dan pengawasan waktu
tunggu serta memudahkan pencarian dan pengawasan.
37
Petugas pembelian melakukan pemesanan barang atau obat
Pihak PBF akan mengirimkan barang sesuai dengan Surat Pesanan SP disertai dengan faktur pengiriman barang
Pada saat barang diterima, tenaga Teknis kefarmasian akan melakukan pengecekkan untuk disesuaikan anatara faktur, Surat
Pesanan, dan barang, baik dari jumlah, jenis barang, dan tanggal kadaluarsanya.
Setelah pengecekkan selesai faktur ditanda tangani dan diberi stempel Apotek oleh petugas penerima AA
Gambar.13 Alur Distribusi dari pabrik ke apotek Alur distribusi dari apotek ke pasien :
Gambar.14 Alur pelayanan obat tanpa resep dokter
38
Pasien datang ke apotek
AA akan melayani pasien untuk pembelian obat bebas, obat bebas terbatas, obat wajib apotek dan alat kesehatan
Pasien membayar sesuai harga obat
AA menerima resep dari pasien
AA memeriksa kelengkapan resep
AA menghitung dan mengkonfirmasikan harga obat kepada pasien
Setelah pasien membayar harga obat yang disetujui, kemudian resep diberi nomor
Menyerahkan resep kepada petugas peracikan untuk menyiapkan barang atau obat yang diminta dalam resep
Setelah obat disiapkan dan diberi etiket, petugas penyerahan memeriksa kembali kesesuaian obat dengan resep
AA menvalidasi waktu pelayanan dan memberikan informasi dosis, cara pemakaian obat dan informasi lain yang diperlukan
Gambar.15 alur pelayanan obat atas resep dokter Untuk obat yang kurang atau diambil sebagian maka AA
membuatkan salinan resep sebagai hak pasien. 6. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan bertujuan untuk memonitor transaksi perbekalan farmasi yang keluar dan masuk. Pencatatan memudahkan untuk melakukan
penelusuran bila terjadi adanya mutu obat yang sub standar dan harus ditarik dari peredaran. Pencatatan dapat dilakukan dengan menggunakan
bentuk digital maupun manual. Kartu yang umum digunakan untuk melakukan pencatatan adalah kartu stok.
Kartu stok diletakkan bersamaanberdekatan dengan perbekalan farmasi bersangkutan, pencatatan dilakukan secara rutin dari hari ke hari,
setiap terjadi mutasi perbekalan farmasi penerimaan, pengeluaran, hilang, atau rusakkadaluarsa langsung dicatat dalam kartu stok,
penerimaan dan pengeluaran barang dijumlahkan pada setiap akhir bulan. Pencatatan administrasi tergantung pada masing-masing tiap apotek,
diantaranya : a. Buku Defecta
Buku ini digunakan untuk mencatat barang atau obat yang harus dipesan untuk memenuhi kebutuhan ketersediaan barang atau obat.
Fungsi buku ini untuk mengecek barang dan stok barang serta menghindari kelupaan pemesanan kembali barang.
b. Buku Pembelian Penerimaan Barang Buku ini mencatat barang yang diterima dri PBF. Kadang-kadang
buku ini juga bisa digunakan sebagai buku penerimaan barang digudang dan biasanya disebut buku gudang.
39
c. Buku Register Narkotika Buku ini untuk mencatat penambahan persediaan narkotika dan
pembelian, juga mencatat pengurangan narkotika baik untuk resep maupun keperluan yang lain. Buku ini memuat kolom-kolom yang
berisi bulan, tahun, penerimaan dan persediaan awal bulan, pengeluaran dan persediaan awal bulan. Laporan penggunaan
narkotika dikirim setiap bulan ke Dinas Kesehatan dan instansi lain sesuai dengan aturan yang berlaku di daerah apotek didirikan.
d. Buku Catatan Psikotropika Buku ini mencatat penambahan psikotropika dari pembelian dan
pengurangan psikotropika karena penggunaan untuk resep. Setiap bulan penggunaan psikotropika dilaporkan ke Dinas Kesehatan atau
instansi yang terkait sesuai dengan aturan dimana apotek didirikan. e. Buku Catatan OWA
Buku ini untuk mencatat penjualan OWA Obat Wajib Apotek f. Buku Penjualan Obat dengan Resep
Buku ini untuk mencatat resep-resep yang dilayani setiap hari. Dalam buku ini dicatat tanggal, nomor resep, nama pasien, jumlah R,
harga resep, jumlah R generik, harga resep generik. Dari buku ini bisa dibuat laporan statistik resep dan pengunaan obat generik berlogo.
Laporan statistik resep dan obat generik berlogo dikirim setiap bulan ke Dinas Kesehatan Kabupaten dan instansi lain sesuai aturan yang
berlaku di daerah apotek didirikan. g. Buku Hutang
Buku ini mencatat nama-nama PBF rekanan, dilengkapi catatan tanggal dan nomor faktur, jumlah hutang apotek pada masing-masing
PBF. h. Buku Inkaso Harian
Buku ini baru digunakan apabila barang yang terhutang sudah jatuh tempo. Setelah dilunasi, apotek akan menerima faktur asli
disertai faktur pajak. Pelunasan ini dicatat dalam buku kas dengan menuliskan tanggal, nama PBF, nomor faktur, dan jumlah pelunasan.
i. Buku Kas
40
Dalam buku ini dicatat semua pendapatan dan pengeluaran apotek. Pencatatan dilakukan setiap hari sehingga dari buku ini bisa diketahui
berapa saldo uang kas yang ada di apotek. Buku ini bisa dibantu dengan beberapa buku lain, misalnya buku kas kecil, buku
pengeluaran dan lain-lain sesuai dengan kebutuhan masing-masing apotek.
j. Buku Bank Buku ini untuk mencatat kekayaan apotek yang ada di bank.
k. Buku Catatan Tenaga Kerja Buku ini mencatat tenaga kerja yang ada di apotek. Setiap tiga
bulan data tenaga kesehatan yang bekerja di apotek dilaporkan ke Dinkes Kabupaten.
l. Neraca Akhir Tahun Neraca ini dibuat untuk mengetahui posisi apotek pada akhir
periode tutup buku. Neraca ini berisi kas, piutang, inventaris, hutang dagang, modal dan lain-lain sesuai dengan kebutuhan apotek.
Pelaporan obat meliputi penggunaan obat mengandung prekursor, psikotropika dan narkotika. Pelaporan pemakaian obat narkotika dan
psikotropika dilakukan setiap bulan sesuai dengan pasal 18 ayat 2 UU No. 9 tahun 1976. Laporan penggunaan narkotika terdiri dari surat pengantar,
laporan penggunaan sediaan narkotika ada 4 rangkap diberikan kepada Dinas Kesehatan Kota tembusan Dinas Kesehatan Provinsi, Balai POM, PBF Kimia
Farma dan arsip apotek. Sedangkan untuk pelaporan psikotropika ada 3 rangkap diberikan kepada Dinas Kesehatan kabkota, Balai POM, dan untuk
arsip apotek. Pada pemusnahan resep yang telah disimpan selama 3 tahun
kemudian dibuat berita acara pemusnahan sesuai dengan bentuk yang telah ditentukan dalam rangka 4 dan ditandatangani oleh Apoteker Pengelola
Apotek, seorang petugas apotek yang ikut memusnahkan dan 2 orang saksi DinkesBPOM.
Berita acara pemusnahan ini memuat antara lain : a. Hari, tanggal, bulan dan tahun pemusnahan
41
b. Tanggal terawal dan terakhir resep c. Berat resep yang dimusnahkan dengan kilogram
d. Nama pemegang izin khusus APA e. Nama saksi 1 orang dari pemerintah dan 1 orang dari badaninstansi
yang bersangkutan f. Cara pemusnahan
g. Tanda tangan penanggung jawab apotek dan saksi-saksi
Pada pemusnahan obat dan perbekalan farmasi yang rusak dan kadaluarsa dilakukan dengan cara dibakar, ditanam atau dengan cara lain yang
ditetapkan oleh BPOM sesuai pasal 12 Peraturan Menteri Kesehatan No. 922MenkesPerX1993. Pemusnahan tersebut harus dilaporkan oleh APA
secara tertulis kepada Dinkes Kota dengan mencantumkan : a. Nama dan alamat apotek
b. Nama Apoteker Pengelola Apotek c. Perincian obat dan perbekalan farmasi yang ingin di musnahkan
d. Tanggal dan tempat pemusnahan e. Cara pemusnahan
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Umum Apotek