26
berupa ujian resmi oleh sekolah berdasarkan standar yang telah ditetapkan, dinamakan evaluasi penempatan.
2. Evaluasi dari hari ke hari secara informasi; dapat dilakukan secra lisan, untuk
mengetahui apakah pekerjaan siswa sudah terarah kepada penyelesai an tugas. Penilaian serupa ini disebut evaluasi diagnostik.
3. Penilaian formal terhadap tugas dan pekerjaan rumah PR yang selesai
dikerjakan siswa, dengan memberikan nilai konkret terhadap hasil pekerjaan mereka tersebut. Evaluasi bentuk ini disebut juga evaluasi diagnostik.
4. Penilaian informal terhadap hasil belajar semua siswa baik secara lisan
maupun tulisan. 5.
Menilai secara formal mengenai sebagian pelajaran siswa dalam satu semester mid semester test, tujuannya lebih ditekankan kepada prestasi para siswa
dalam jangka waktu cukup lama. Ini di sebut evaluasi formatif. 6.
Evaluasi formal intern sekolah, disebut ujian semester sekolah, dan diperlukan untuk menentukan kenaikan kelas.
7. Evaluasi formal ekstern sekolah oleh lembaga penguji resmi. Tujuannya untuk
mengetahui tingkat pencapaian standar prestasi siswa.
F. Kurikulum Berbasis Kompetensi
1. Pengertian Kurikulum Berbasis Kompetensi
Kurikulum berbasis kompetensi merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa,
penilaian kegiatan belajar mengajar dan pemberdayaan sumber daya
27
pendidikan dan pengembangan kurikulum sekolah. Pusat Kurikulum, Balitbang 2002:1
2. Perbedaan Kurikulum 1994 dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi
Menurut Suhandini 200:5 Bila dibandingkan dengan kurikulum 1994, maka penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi dengan berbagai
perangkatnya, sebenarnya terjadi perubahan prinsip kebiasaan dari menerima barang yang sudah matang kurikulum baru menjadi diberi
kebebasan berkreasi untuk mengembangkan proses belajar mengajar yang tercermin dalam pengembangan silabus kurikulum baru, KBK. Di samping
itu pelaksana lapangan juga harus mengubah pola Pikir dari mengejar target kurikulum kurikulum lama menjadi siswa mampu melakukan sesuatu
sebagai hasil belajar, yang di sebut kompetensi kurikulum baru. 3. Kurikulum Berbasis Kompetensi Sebagai Solusi Alternatif
Keterbelakangan pendidikan di Indonesia akan ters berlanjut apabila dunia pendidikan tidak berbuat sesuatu. Alternatif yang dipilih adalah penerapan
kuurikulum berbasis kompetensi, yang disertai berbagai perangkat pendukungnya, seperti Manajemen berbasis sekolah MBS dan Life Skills.
Kompetensi adalah pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Kebiasaan berpikir dan
bertindak secara konsisten dan terus menerus memungkinkan seseorang menjadi kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai dasar
untuk melakukan sesuatu.
28
Menurut Suhandini 2003:4 kurikulum berbasis kompetensi memiliki ciri- ciri sebagai berikut:
1. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual
maupun klasikal. 2.
Berorientasi pada hasil belajar learning outcomes dan keberagaman 3.
Penyampaian pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi
4. Sumber belajar bukan hanya dari guru, tetapi juga sumber belajar lainnya
yang memenuhi unsur edukatif 5.
Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan dan pencapaian suatu kompetensi.
Ada kecenderungan dewasa ini bahwa ada pemikiran yang menyatakan bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah.
Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajari bukan mengetahuinya. Pendekatan kontekstual Contextual Teaching and Learning
merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimililkinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran yang efektif, yakni: kontruktivisme constructivism, bertanya questioning,
menemukan inquiri, masyarakat belajar learning community, pemodelan
29
modeling, dan penilaian sebenarnya authentic assessment. Dengan konsep itu diharapkan hasil pembelajaran lebih bermakna bagi siswa. Proses
pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi
pembelajaran lebih dipentingkan dari pada hasil Departemen Pendidikan Nasional 2002:1-2.
Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, guru akan lebih banyak berurusan dengan strategi
daripada pemberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas
siswa. Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri, bukan dari apa kata guru. Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan
kontekstual. Menurut Suhandini 2003:5 kurikulum berbasis kompetensi
merupakan kerangka inti yang memiliki empat komponen, yaitu: 1.
Kurikulum dan hasil belajar 2.
Penilaian berbasis kelas 3.
Kegiatan belajar mengajar 4.
Pengelolaan kurikulum berbasis sekolah. Dalam KBK belajar merupakan kegiatan aktif siswa dalam
membangun makna atau menggunakan otoritasnya dalam membangun gagasan. Tanggung jawab belajar berada pada diri siswa, tetapi pendidik
30
bertanggung jawab menciptakan situasi yang mendorong prakarsa, motivasi, tanggung jawab siswa untuk belajar sepanjang hayat.
Menurut Suhandini 2003:5 Prinsip-prinsip Kegiatan belajar mengajar dalam KBK adalah sebagai berikut:
1. Berpusat pada siswa
2. Belajar dengan melakukan
3. Mengembangkan kemampuan sosial
4. Mengembangkan keingintahuan, imajinasi, dan fitrah ber-Tuhan.
5. Mengembangkan ketrampilan pemecahan masalah
6. Mengembangkan kreativitas siswa
7. Mengembangkan kemampuan menggunakan iptek
8. Menumbuhkan sebagai warga negara yang baik
9. Belajar sepanjang hayat
10. Perpaduan kompetisi, kerja sama dan solidaritas.
Menurut Suhandini 2003:7 ada hal yang harus dipahami dan diantisipasi oleh guru khususnya guru SLTP di manapun mereka bertugas
dalam pelaksaan Kurikulum Berbasis Kompetensi yaitu: 1.
Sesegera mungkin guru geografi harus menemukan KBK draft final, karena dokumen tersebut dapat dikatakan sudah tidah berubah lagi.
Dokumen itu dapat digunakan bersama-sama dengan Tim Pengembang Kurikulum untuk mengembangkan silabus.
2. Mengubah pola pikir dari guru konvensional menjadi guru kreatif guru
merdeka dengan cara: a.
Menyempurnakan model belajar mengajarnya, seperti bagaimana menerapkan pembelajaran kontekstual, menerapkan metode
mengajar yang mendukung KBK inquiri, proyek problem solving, quantun learning, dsb.
31
b. Berlatih menerapkan penilaian berbasis kelas.
c. Memiliki akuntabilitas yang tinggi terhadap kegiatan belajar dan
mengajarnya. 3.
Memberdayakan siswa sehingga standar kompetensi yang tertuang dalam kurikulum dapat dicapai. Dlam kaitan ini terdapat beberapa filosofi yang
harus dipahami guru geografi, sehingga secara sistematis akan merubah pola pikirnya dan kinerjanya.
4. Untuk menjadi pribadi yang mandiri dan tidak terjebak dalam kungkungan
dan keterbelakangan mental. 5.
Guru geografi harus mengetahui standar global bidang kajian geografi dalam rumpun Pengetahuan Sosial. Hal ini dimaksudkan agar kerja keras
yang dilakukan tidak sia-sia karena standar yang ditetapkan ternyata jauh di bawah standar negara lain.
6. Guru geografi perlu memberdayakan MGMP, bekerja sama untuk mempersiapkan segala sesuatu, agar pada waktunya siap melaksanakan
KBK.
32
BAB III METODE PENELITIAN