Penetapan Harga Alat Penangkapan Ikan

97 TC Gambar 28. Grafik hubungan antara Effort dengan Biaya Total yang linier Upaya Pemanfaatan Ikan Lencam Pada Wilayah Perairan Teluk Lasongko

4.3.2.2. Penetapan Harga

Sesuai dengan asumsi yang digunakan dalam Model Statik Bio-economic Gordon – Schaefer bahwa harga per satuan output adalah konstan. Harga produksi dihitung berdasarkan rata-rata harga jual hasil tangkapan responden pada waktu penelitian dilaksanakan. Harga jual ikan lencam, menurut responden berkisar antara Rp. 6.500,00 sampai dengan Rp. 8.000,00 dengan harga rata-rata p sebesar Rp. 7.000,00 Lampiran 8. Harga ini berlaku pada pasar lokal. Sebagian besar responden menjual hasil tangkapannya pada pasar lokal. Sedangkan ikan yang tidak dapat terserap dalam pasar lokal akan diawetkan untuk kemudian di jual ke luar wilayah. Berdasarkan harga rata-rata sebesar Rp. 7.000,- per kg tersebut diatas, diperoleh TR upaya pemanfaatan sumberdaya ikan lencam pada Wilayah Perairan Teluk Lasongko selama periode Tahun 1995 sampai dengan 2005 menggunakan software Mapple 8, ditunjukkan melalui persamaan : := TR 75333.06900 E − 1 0.3750106908 10 -5 E ..................... 4.04 98 dan kurva TR sebagaimana nampak pada Gambar 29. TR Gambar 29. Grafik hubungan antara Effort dengan Fungsi Penerimaan yang Kuadratik Upaya Pemanfaatan Ikan Lencam Pada Wilayah Perairan Teluk Lasongko Adapun hubungan antara TR dan TC ditunjukkan pada Gambar 30. TC TR Gambar 30. Grafik hubungan antara TR dengan TC Upaya Pemanfaatan Ikan Lencam Pada Wilayah Perairan Teluk Lasongko 99 Dengan diperolehnya fungsi biaya dan fungsi penerimaan dapat diketahui fungsi keuntungan upaya pemanfaatan ikan lencam di Wilayah Perairan Teluk Lasongko, sebagai selisih antara total biaya operasional dengan total penerimaan terhadap tingkat Effort yang di standardisir E , melalui persamaan: := φ − 75333.06900 E − 1 0.3750106908 10 -5 E 27300 E …….... 4.05 Pada berbagai tingkatan Effort yang distandardisir tingkat keuntungan lestari dapat diperoleh dengan menggunakan Persamaan 2.19. Adapun tingkat keuntungan dimaksud dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Perkembangan Jumlah Effort yang Distandardisir, Total Cost, Total Revenue dan Keuntungan Penangkapan Ikan Lencam Periode Tahun 1995 – 2005. Tahun t E trip t TR Rp t TC Rp t π Rp 1995 162.565 4,816,607,017 4,438,015,527 378,591,490 1996 140.861 5,013,302,631 3,845,508,347 1,167,794,284 1997 140.334 5,014,859,968 3,831,128,636 1,183,731,331 1998 158.315 4,875,490,908 4,322,008,205 553,482,703 1999 131.654 5,018,572,518 3,594,164,403 1,424,408,114 2000 141.173 5,012,307,699 3,854,030,854 1,158,276,845 2001 167.969 4,727,388,101 4,585,553,477 141,834,625 2002 167.242 4,740,326,756 4,565,702,151 174,624,605 2003 136.081 5,021,851,056 3,715,002,381 1,306,848,675 2004 106.470 4,795,081,414 2,906,628,812 1,888,452,602 2005 153.898 4,926,183,777 4,201,423,030 724,760,748 Rata-rata 146.051 4,905,633,804 3,987,196,893 918,436,911 Sumber : Data Olahan Berdasarkan Tabel 17, selama periode Tahun 1995 sampai dengan 2005, rata-rata Effort yang distandardisir adalah sebesar 146.051 trip per tahun. Sedangkan rata-rata keuntungan yang diperoleh adalah sebesar Rp. 918.436.911,-. Hal ini menunjukkan indikasi terjadinya penurunan perolehan keuntungan. Fenomena ini mulai terjadi pada tahun 1998, menyusul tahun 2000, 2001 dan 2005. Keuntungan terbesar diperoleh pada tahun 2004 sebesar Rp. 1.888.452.602,00 sedangkan keuntungan terkecil diperoleh pada tahun 2001 sebesar Rp. 141.834.625,00 Jika penurunan tingkat keuntungan menjadi ukuran 100 terjadinya economic overfishing, maka upaya pemanfaatan ikan lencam di Wilayah Perairan Teluk Lasongko selama periode Tahun 1995 sampai dengan 2005 mengindikasikan terjadinya economic overfishing. Adapun perkembangan tingkat perolehan keuntungan selama periode Tahun 1995 sampai dengan 2005 dapat dilihat pada Gambar 31. 200,000,000 400,000,000 600,000,000 800,000,000 1,000,000,000 1,200,000,000 1,400,000,000 1,600,000,000 1,800,000,000 2,000,000,000 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Tahun Pr o fi t R p Profit Linear Profit Gambar 31. Grafik Perkembangan Penerimaan Keuntungan Dari Upaya Pemanfaatan Ikan Lencam Pada Wilayah Perairan Teluk Lasongko. Sebagai fungsi dari Effort, tingkat perolehan keuntungan dari upaya pemanfaatan ikan lencam pada wilayah perairan teluk lasongko selama periode 1995 sampai dengan 2005 menunjukkan indikasi penurunan, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 31. Dengan menggunakan harga nominal saja, indikasi penurunan tersebut sudah terjadi, apalagi dengan menggunakan harga riil, dimana kecenderungan harga riil memiliki derajat lebih besar dari harga nominal. 101 500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 50,000 100,000 150,000 200,000 250,000 300,000 Effort trip Pr o fi t ju ta Rp Profit Gambar 32. Hubungan Antara Keuntungan Lestari Terhadap Effort Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Jenis Ikan Lencam pada Wilayah Perairan Teluk Lasongko. Gambar 32 menunjukkan hubungan antara tingkat perolehan keuntungan terhadap Effort, dimana semakin tinggi Effort justru menyebabkan tingkat perolehan keuntungan semakin menurun, selama periode dari Tahun 1995 sampai dengan 2005. Tingkat Effort yang digunakan selama periode 11 tahun berkisar antara 100.000 sampai dengan 200.000 trip. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi hubungan linier yang kuadratik antara hasil tangkapan lestari dan Effort 4.3.3. Solusi Bio-economic Pada Berbagai Rejim Pengelolaan Dengan diketahuinya nilai-nilai parameter biologi dan ekonomi melalui Model Statik Bio-economic Gordon – Schaefer dengan pendekatan surplus produksi, selain dapat ditentukan tingkat pengelolaan lestari juga dapat ditentukan tingkat pengelolaan yang optimal berdasarkan regim MSY, MESY dan Open Access serta informasi-informasi penting dari hasil analisis yang salah satunya adalah terdeteksinya gejala overfishing. Analisis perbandingan solusi Bio-economic diperlukan untuk menilai assestment kondisi empirik kegiatan pemanfaatan sumberdaya ikan lencam pada 102 Wilayah Perairan Teluk Lasongko. Hal ini berkenaan dengan upaya untuk menjawab secara ilmiah dan empirik permasalahan mendasar dalam pengelolaan pembangunan perikanan yang berkelanjutan yaitu seberapa besar alokasi input yang dibutuhkan agar sumberdaya perikanan dapat berkelanjutan. Berkenaan dengan hal tersebut di atas, maka nilai hitung dari variabel - variabel Bio-economic penting yang berdimensi keberlanjutan pada Upaya Pemanfaatan sumberdaya ikan lencam pada Wilayah Perairan Teluk Lasongko dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Hasil Perhitungan Analisis Perbandingan Rejim Pengelolaan dengan Menggunakan Model Statik Bio-economic Gordon – Schaefer pada Wilayah Perairan Teluk Lasongko. Rejim Pengelolaan MEY Sole Owner Open Access MSY Variabel Nilai Satuan Nilai Satuan Nilai Satuan X 2.374 ton 1.276 ton 1.736 ton h 621 ton 667 ton 717 ton E 85.522 trip 171.043 trip 135.216 trip Phi 2.008.991.168 rupiah 0 rupiah 1.330.664.851 rupiah Sumber : Hasil Perhitungan. Sedangkan hasil analisis analisis kontrassensitifitas Model Statik Bio- economic Gordon Schaefer Upaya Pemanfaatan Ikan Lencam pada Wilayah Perairan Teluk Lasongko dengan data riil yang diperoleh, untuk melihat sejauh mana hasil pemodelan bisa diterima sesuai dengan data riil yang ada guna pembahasan hasil pemodelan nampak pada Gambar 33. 103 - 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1.000 1.100 1.200 1.300 1.400 1.500 sole owner MEY open access MSY - 500.000.000 1.000.000.000 1.500.000.000 2.000.000.000 2.500.000.000 3.000.000.000 h E ribuan Phi Gambar 33. Analisis Sensitivitas solusi Bio-economic dari Upaya Pemanfaatan Ikan Lencam di Wilayah Perairan Teluk Lasongko. Penjelasan terhadap nilai hasil perhitungan pada Tabel 18, secara parsial dapat dikemukakan bahwa : 1. Nilai Parameter x menunjukkan kondisi biomassa sumberdaya ikan lencam pada Wilayah Perairan Teluk Lasongko dalam kondisi tanpa penangkapan. Dalam istilah yang sesuai dengan rejim pengelolaannya, kondisi biomassa menunjukkan nilai yang : optimal dicapai pada MEY regime sebesar 2.374.ton; maksimal dicapai pada OA regime sebesar 1.276 ton dan lestari dicapai pada MSY regime sebesar 1.736 ton. Nilai ini menyimpan informasi yang berkaitan dengan upaya konservasi stock untuk pengelolaan yang berkelanjutan. Berturut – turut nilai terbesar dicapai pada Rejim Pengelolaan MEY atau Sole Owner, kemudian Rejim Pengelolaan MSY dan terakhir Rejim Pengelolaan Open Access; 2. Nilai Parameter h menunjukkan kondisi terjadinya penangkapan upaya pemanfaatan sumberdaya ikan lencam pada Wilayah Perairan Teluk Lasongko dalam istilah yang sesuai dengan rejim pengelolaannya, tingkat tangkapan menunjukkan nilai yang : optimal dicapai pada MEY regime sebesar 621 ton; maksimal dicapai pada OA regime sebesar 667 ton dan 104 lestari dicapai pada MSY regime sebesar 717 ton. Nilai ini menyimpan informasi yang berkaitan dengan besarnya hasil tangkapan yang diperbolehkan untuk pengelolaan yang berkelanjutan. Berturut – turut nilai terbesar dicapai pada Rejim Pengelolaan MSY , kemudian Rejim Pengelolaan MEY atau Sole Owner dan terakhir Rejim pengelolaan Open Access; 3. Nilai Parameter E menunjukkan tingkat upaya yang tercurah dalam pemanfaatan sumberdaya ikan lencam pada Wilayah Perairan Teluk Lasongko dalam istilah yang sesuai dengan rejim pengelolaannya, tingkat upaya menunjukkan nilai yang : optimal dicapai pada MEY regime sebesar 85.552 trip; maksimal dicapai pada OA regime sebesar 171.043 trip dan lestari dicapai pada MSY regime sebesar 135.216 trip Nilai ini menyimpan informasi yang berkaitan dengan tingkat upaya yang tercurah yang diperbolehkan untuk pengelolaan yang berkelanjutan. Berturut – turut nilai terbesar dicapai pada Rejim Pengelolaan MSY , kemudian Rejim Pengelolaan MEY atau Sole Owner dan terakhir Rejim pengelolaan Open Access; 4. Nilai Parameter phi menunjukkan tingkat keuntungan secara ekonomi dalam upaya pemanfaatan sumberdaya ikan lencam pada Wilayah Perairan Teluk Lasongko dalam istilah yang sesuai dengan rejim pengelolaannya, tingkat keuntungan menunjukkan nilai yang : optimal dicapai pada MEY regime sebesar Rp. 2.008.991.168,00 dan lestari dicapai pada MSY regime sebesar Rp. 1.330.664.851,00. Nilai ini menyimpan informasi yang berkaitan dengan besarnya tingkat keuntungan yang dapat diperoleh pada kondisi terjadinya konservasi stock, hasil tangkapan yang diperbolehkan serta tingkat upaya yang berdimensi keberlanjutan secara biologi.. Berturut – turut nilai terbesar dicapai pada Rejim Pengelolaan MEY kemudian Rejim Pengelolaan MSY atau Sole Owner. Pada Rejim pengelolaan Open Access memperoleh keuntungan sama dengan nol, dan kondisi ini yang dikemukakan oleh Gordon dengan istilah Bio-economic Equilibrium of Open Access Fishery, merupakan suatu kondisi keseimbangan dimana TR sama dengan TC dengan tingkat upaya E OA . 105 Secara visuil plotting nilai - nilai pada Tabel 18 pada Yield Effort Curve terhadap Gambar 30 yang telah dirumuskan sebelumnya dapat dilihat pada Gambar 34. Gambar 34. Grafik Yield Effort Curve Analisis Perbandingan Tingkat Pengelolaan MSY, MEY dan Open Access Melalui Model Statik Bio- economic Gordon – Schaefer pada Wilayah Perairan Teluk Lasongko

4.4. Model CCR -DEA Upaya Pemanfaatan Ikan Lencam

4.4.1. Solusi Model CCR -DEA Dari Masing-Masing DMU Antar Waktu

Sebelum melakukan analisis DEA, terlebih dahulu dlakukan assestment terhadap produksi lestari perikanan tangkap pada Wilayah Perairan Teluk Lasongko, dimana diasumsikan bahwa produksi lestari mengikuti fungsi Gompertz , sebagaimana ditunjukkan pada Persamaan 3.13