PENGARUH KADAR POLYPLASDONE XL-10 TERHADAP MUTU FISIK ORALLY DISINTEGRATING TABLET PARASETAMOL DENGAN METODE GRANULASI BASAH

(1)

SKRIPSI

HENNY PRIMA

PENGARUH KADAR POLYPLASDONE XL-10

TERHADAP MUTU FISIK

ORALLY DISINTEGRATING TABLET

PARASETAMOL

DENGAN METODE GRANULASI BASAH

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2012


(2)

i

Lembar Pengesahan

PENGARUH KADAR POLYPLASDONE XL-10

TERHADAP MUTU FISIK

ORALLY DISINTEGRATING TABLET

PARASETAMOL

DENGAN METODE GRANULASI BASAH

SKRIPSI

Dibuat untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Malang 2012

Oleh :

HENNY PRIMA NIM : 08040084

Disetujui Oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Bambang Widjaja,MSi.,Apt. Dian Ermawati, S.Farm, Apt.


(3)

ii

Lembar Pengujian

PENGARUH KADAR POLYPLASDONE XL-10

TERHADAP MUTU FISIK

ORALLY DISINTEGRATING TABLET

PARASETAMOL

DENGAN METODE GRANULASI BASAH

SKRIPSI

Dibuat untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Malang 2012

Oleh : HENNY PRIMA

NIM : 08040084 Skripsi ini telah diuji

tanggal 17 Juli 2012 oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Bambang Widjaja,MSi.,Apt. Dian Ermawati, S.Farm, Apt.

NIP. 130 809 081 NIP UMM. 112.0907.0480

Penguji I Penguji II

Drs. H. Achmad Inoni, Apt. Dra. Uswatun Chasanah, Apt. M.Kes


(4)

iii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Bismillahirrahmanirrahim. Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karuniaNya sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi berjudul Pengaruh Kadar Polyplasdone XL-10 Terhadap

Mutu Fisik Orally Disintegrating Tablet Parasetamol dengan Metode

Granulasi Basah guna memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.

Dalam penyusunan skripsi ini, saya banyak dibantu oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, saya mengucapkan banyak rasa terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. Bambang Widjaja, Msi., Apt. dan Ibu Dian Ermawati, S.Farm., Apt., selaku dosen pembimbing yang dengan tulus dan ikhlas penuh kesabaran membimbing dan memberikan dorongan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

2. Bapak Drs. H. Achmad Inoni, Apt. dan ibu Dra. Uswatun Chasanah, Apt. M.Kes selaku dosen penguji yang berkenan untuk memeriksa dan memberikan saran.

3. Bapak Muhadjir Effendi sebagai rektor Universitas Muhammadiyah Malang, atas kesempatan yang diberikan kepada saya untuk mengikuti program sarjana.

4. Ibu Sovia Aprina Basuki, S.Farm.,Apt. selaku dosen wali yang selalu membimbing saya dalam mengambil mata kuliah yang akan ditempuh. 5. Seluruh bapak dan ibu dosen Program Studi Farmasi Universitas

Muhammadiyah Malang yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu atas segala ilmu yang sudah diberikan.

6. Seluruh karyawan Laboratorium Teknologi Farmasi, terutama Mas Ferdi dan Laboratorium Kimia, terutama Mba susi yang telah membantu saya selama skripsi.


(5)

iv

7. Orang tua dan kakak-kakakku (Abang Pino dan Abang Ijul) tercinta yang selalu memberikan dukungan terutama materiil dan perhatian yang lebih selama pengerjaan skripsi ini.

8. Teman-teman solida dan semisolida yang senasib dan seperjuangan, yaitu cece, lia, nguin, tante icha, iin, nyot-nyot, nenek, yuri bogo, ike, kakak ipar, abang zul serta my best team ODT Parasetamol uun dan kakak icis. Terima kasih atas semangat dan hiburannya.

9. Kakak dan adek kos, Mama Febi, Cici, Inggilheru, Umakehh, Mba Nia, Gorilawana yang selalu menemaniku dan sangat memberi dukungan dalam pengerjaan skripsi ini.

10.Teman-teman terbaikku, Ulyandy, Ucupers, Cepi, Mayul, Abot, Emce, Mella, dan teman-teman lain yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Terima kasih telah memberikan berbagai kenangan terindah selama masa kuliah di Kota Malang ini. Love you guys.

Akhirnya, saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan berjasa dalam skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan dibidang kefarmasian. Amin.

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb

Malang, Juli 2012


(6)

v

RINGKASAN

Pemberian obat yang diberikan melalui mulut terutama sediaan padat merupakan bentuk yang lebih disenangi, karena bentuk sediaan padat lebih kompak, mudah dibawa, stabilitas yang memadai, dan ekonomis dibandingkan dengan bentuk sediaan lain. Kesukaran dalam menelan sediaan tablet merupakan masalah yang paling sering dialami pada pasien pediatrik maupun geriatrik, sehingga menyebabkan efek terapi selama pengobatan menjadi tidak optimal. Oleh karena itu, masalah tersebut dapat diselesaikan dengan menciptakan bentuk sediaan yang cepat terdispersi atau terlarut tanpa membutuhkan air untuk menelan yaitu Orally Disintegrating Tablet (ODT).

Orally Disintegrating Tablet adalah tablet oral yang tidak membutuhkan air untuk menelan dan larut dalam waktu kurang dari 60 detik ketika ditempatkan di mulut. Keuntungan yang didapat dari ODT antara lain dapat diberikan pada pasien yang tidak dapat menelan sediaan tablet, terutama pada pasien pediatrik maupun geriatrik; tidak membutuhkan air untuk menelan obat sehingga sesuai dengan pasien yang sibuk atau sedang melakukan perjalanan; rasa yang enak di mulut membantu untuk mengubah persepsi obat seperti pil pahit terutama pada pasien pediatrik.

Salah satu metode pembuatan ODT adalah metode granulasi basah. Metode ini memiliki beberapa kelebihan, yaitu dapat meningkatkan aliran granul serta lebih mudah diperoleh massa yang kompak dikarenakan granul yang dibentuk dapat diikat dengan suatu pengikat sebagai pengompakan dan juga biaya produksi yang jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan penggunaan metode-metode yang lain dikarenakan menggunakan peralatan yang konvensional.

Pada penelitian ini telah dilakukan serangkaian proses untuk mengetahui kadar polyplasdone XL-10 (0%, 5%, dan 10%) terhadap mutu fisik ODT parasetamol yang dibuat dengan metode granulasi basah, sehingga dapat diketahui kadar polyplasdone XL-10 sebagai disintegran yang memenuhi persyaratan.

Dalam penelitian ini, sebelum dicetak menjadi tablet dilakukan pemeriksaan kualitatif terhadap bahan-bahan yang akan digunakan. Hasil pemeriksaan kualitatif, didapatkan bahwa semua bahan telah memenuhi persyaratan yang terdapat dalam pustaka. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan mutu fisik granul meliputi jumlah fines, kandungan lengas, kecepatan alir dan sudut diam. Hasil pemeriksaan jumlah fines sudah memenuhi persyaratan untuk semua formula yang dibuat, sedangkan untuk hasil pemeriksaan kandungan lengas tidak memenuhi persyaratan dimana granul menjadi lebih kering dari batasan kandungan lengasnya. Demikian juga dengan pemeriksaan kecepatan alir dan sudut diam memiliki kemampuan daya alir yang buruk untuk memasuki ruang cetak (die).

Setelah dilakukan pemeriksaan mutu fisik terhadap granul, kemudian granul tersebut dicetak menjadi tablet dengan diameter + 13 mm dan tekanan 1 ton selama + 3 detik, kemudian dilakukan pemeriksaan mutu fisik meliputi keseragaman bobot, ukuran tebal tablet, kekerasan, kerapuhan, dan waktu hancur. Selain itu juga dilakukan pemeriksaan kadar parasetamol dalam tablet.


(7)

vi

Sebagai data pendukung mutu fisik tablet, dilakukan pemeriksaan terhadap keseragaman bobot dan ukuran tebal tablet. Dari hasil pemeriksaan keseragaman bobot didapatkan hasil F1 [499 + 2.04]mg, F2 [529 + 2.45]mg, dan F3 [556 + 2.80]mg disertai pengukuran tebal tablet yang didapatkan hasil F1 [3.11 + 0.03]mm, F2 [3.56 + 0.09]mm, dan F3 [3.99 + 0.09]mm. Tebal tablet akan semakin meningkat sebanding dengan peningkatan bobot tablet.

Hasil pemeriksaan kekerasan tablet diperoleh hasil F1 [4.5 + 0.35]kg, F2 [4.0 + 0.00]kg, dan F3 [3.96 + 0.05]kg. Dari ketiga formula tersebut, hanya F3 yang tidak memenuhi persyaratan. Hal ini dapat dikarenakan jumlah fines yang terlalu banyak pada granul F3, dibandingkan dengan F1 dan F2 yang memiliki jumlah fines yang lebih sedikit, sehingga tablet yang dihasilkan F3 kurang memiliki kekerasan yang baik. Pemeriksaan kerapuhan tablet diperoleh hasil F1 [1.00 + 0.01]%, F2 [1.13 + 0.00]%, dan F3 [1.31 + 0.10]%. Semua formula memiliki hasil yang tidak memenuhi persyaratan. Hal ini kurang memberikan keuntungan dari segi distribusi, dikarenakan tablet yang rapuh kurang dapat mempertahankan bentuknya sampai di tangan konsumen. Untuk pemeriksaan waktu hancur diperoleh hasil F1 [329.00 + 19.92]detik, F2 [53.67 + 8.73]detik, dan F3 [38.09 + 0.83]detik. Dari hasil penelitian waktu hancur, didapatkan bahwa dengan bertambahnya kadar polyplasdone XL-10, maka waktu hancurnya akan semakin cepat. Data hasil pemeriksaan kadar parasetamol dalam tablet diperoleh F1 [91.24 + 0.56] SBR 0.61%, F2 [93.66 + 0.39] SBR 0.41%, dan F3 [90.08 + 0.95] SBR 1.05%. Semua formula memenuhi persyaratan keseragaman kadar yaitu yaitu 90-110% dan simpangan baku relatif (SBR) < 6%.

Hasil analisis statistik terhadap kekerasan, kerapuhan, dan waktu hancur tablet menunjukkan adanya perbedaan pada α = 0.05, selanjutnya melalui uji HSD diketahui bahwa formula 1 berbeda makna dengan formula 2 dan 3, sedangkan antara formula 2 dan 3 tidak berbeda makna terhadap kekerasan dan waktu hancur tablet. Sebaliknya, hasil analisis diketahui kerapuhan formula 3 berbeda makna dengan formula 1 dan 2, sedangkan antara formula 1 dan 2 tidak berbeda makna Maka dapat disimpulkan bahwa formula terpilih adalah formula 2 dengan kadar polyplasdone XL-10 5% dikarenakan dengan kadar polyplasdone XL-10 yang rendah sudah dapat memberikan hasil kekerasan dan waktu hancur yang memenuhi persyaratan sebagai ODT meskipun memiliki kerapuhan yang cukup tinggi.


(8)

vii

ABSTRACT

PENGARUH KADAR POLYPLASDONE XL-10 TERHADAP MUTU FISIK

ORALLY DISINTEGRATING TABLET PARASETAMOL DENGAN METODE GRANULASI BASAH

HENNY PRIMA (enyizzz_cuaphii@yahoo.com)

Orally disintegrating tablets (ODT) is a solution for pediatric and geriatric patients who have difficulty in taking oral dosage forms. One of the techniques used to formulate ODT is wet granulation. In this research the influence of polyplasdone XL-10 as disintegrant on physical characteristics of paracetamol ODT prepared by wet granulation was observed. Concentration of Polyplasdone XL-10 used in this research were 0%, 5%, and 10%. The physical charateristics of granules including the number of fines, moisture content, flow rate and angle of repose. The number of fines showed good result for all the formulas that were made, while the moisture content were too dry, as well as the flow rate and still has the angle of repose were very bad. The granules were pressed into tablet with a diameter + 13 mm by hydraulic press with a pressure of 1 ton in + 3 seconds. Then the physical characteristics of the tablets were measured. The results showed that increasing the concentrations of polyplasdone XL-10 in the formula causes the decrease in hardness and disintegration time with increasing friability of the tablet. From statistical analysis, it could be seen that there was a significant difference between F1 with F2 and F3, but there was no significant difference between F2 and F3 about hardness and disintegration time. Whereas, from statistical analysis about friability that was significant difference between F3 with F1 and F2, but there was no significant difference between F1 with F2. It could be concluded that F2 which have the concentration with 5% polyplasdone XL-10 can provide the results of hardness and disintegration time gave optimal physical characteristics of paracetamol ODT although have the relatively high a friability .

Keywords : Polyplasdone XL-10, Orally Disintegrating Tablet Parasetamol, Wet Granulation, Physical Characteristics.


(9)

viii

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN... i

LEMBAR PENGUJIAN... ii

KATA PENGANTAR... iii

RINGKASAN... v

ABSTRACT... vii

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah... 1

1.2Rumusan Masalah... 3

1.3Tujuan Penelitian... 3

1.4Hipotesis... 4

1.5Manfaat Penelitian... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan tentang Orally Disintegrating Tablet... 5

2.2 Tinjauan tentang Disintegran Tablet... 8

2.3 Tinjauan tentang Granulasi Basah... 10

2.4Tinjauan tentang Mutu Fisik Granul... 11

2.4.1 Kecepatan Alir dan Sudut Diam... 11

2.4.2 Kandungan Lengas (Moisture Content)... 12

2.4.3 Distribusi Ukuran Partikel... 12

2.5 Tinjauan tentang Mutu Fisik Tablet... 13

2.5.1 Keseragaman Bobot Tablet... 13

2.5.2 Keseragaman Ukuran Tablet... 13


(10)

ix

2.5.4 Kerapuhan Tablet... 14

2.5.5 Waktu Hancur Tablet... 14

2.6 Tinjauan tentang Bahan Penelitian... 15

2.6.1 Parasetamol... 15

2.6.2 Manitol... 16

2.6.3 Polivinilpirolidon (PVP) K-30... 16

2.6.4 Polyplasdone XL–10... 17

2.6.5 Magnesium Stearat... 18

2.6.6 Aspartame... 19

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL... 20

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Bahan Penelitian... 22

4.2 Alat Penelitian... 22

4.3 Metode Penelitian... 22

4.3.1 Pemeriksaan Kualitatif Bahan Penelitian... 22

4.3.1.1 Parasetamol... 22

4.3.1.2 Manitol... 23

4.3.1.3 Polivinilpirolidon (PVP) K-30... 23

4.3.1.4 Polyplasdone XL-10... 24

4.3.1.5 Magnesium Stearat... 24

4.3.1.6 Aspartame... 24

4.3.2 Rancangan Formula... 25

4.3.3 Pembuatan Tablet... 26

4.3.4 Pemeriksaan Mutu Fisik... 27

4.3.4.1 Pemeriksaan Mutu Fisik Granul... 27

4.3.4.1 Pemeriksaan Mutu Fisik Tablet... 28

4.3.5 Pemeriksaan Kadar Parasetamol dalam Tablet... 30

4.4 Analisis Data... 31

BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Hasil Pemeriksaaan Kualitatif Bahan Penelitian... 32

5.2 Hasil Pemeriksaan Mutu Fisik Granul... 34


(11)

x

5.4 Hasil Pemeriksaan Keseragaman Kadar Parasetamol... 37

5.4.1 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum... 37

5.4.2 Pembuatan Kurva Baku Parasetamol... 37

5.4.3 Pemeriksaan Kadar Parasetamol dalam tablet... 38

5.5 Hasil Analisis Statistik... 38

5.5.1 Hasil Analisis Statistik Kekerasan Tablet... 38

5.5.2 Hasil Analisis Statistik Kerapuhan Tablet... 39

5.5.3 Hasil Analisis Statistik Waktu Hancur Tablet... 39

BAB VI PEMBAHASAN... 40

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan... 46

7.2 Saran... 46


(12)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

II.1 Hubungan Daya Alir dan Sudut Diam... 12

II.2 Persyaratan Keseragaman Bobot Tablet... 13

IV.1 Rancangan Formula ODT Parasetamol... 25

V.1 Hasil Pemeriksaan Kualitatif Parasetamol... 32

V.2 Hasil Pemeriksaan Kualitatif Manitol... 32

V.3 Hasil Pemeriksaan Kualitatif Polivinilpirolidon (PVP)... 33

V.4 Hasil Pemeriksaan Kualitatif Polyplasdone XL-10... 33

V.5 Hasil Pemeriksaan Kualitatif Magnesium Stearat... 33

V.6 Hasil Pemeriksaan Kualitatif Aspartam... 34

V.7 Hasil Pemeriksaan Mutu Fisik Granul... 34

V.8 Hasil Pemeriksaan Mutu Fisik Tablet... 35


(13)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Mekanisme Swelling dan Wicking dalam disintegrasi tablet... 9

2.2 Mekanisme Deformation dan Repulsion dalam disintegrasi tablet... 10

2.3 Rumus Struktur Parasetamol... 15

2.4 Rumus Struktur Manitol... 16

2.5 Rumus Struktur Polyplasdone XL-10... 17

2.6 Rumus Struktur Aspartam... 19

3.1 Skema Kerangka Konseptual Penelitian... 21

5.1 Profil Kekerasan F1-F3 Orally Disintegrating Tablet Parasetamol... 36

5.2 Profil Kerapuhan F1-F3 Orally Disintegrating Tablet Parasetamol... 36


(14)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Daftar Riwayat Hidup... 47

2 Surat Pernyataan... 48

3 Sertifikat Analisis Parasetamol... 49

4 Pemeriksaan Kemasan Asli Manitol... 50

5 Sertifikat Analisis Polivinilpirolidon (PVP) K-30... 51

6 Sertifikat Analisis Polyplasdone XL-10... 52

7 Sertifikat Analisis Magnesium Stearat... 53

8 Sertifikat Analisis Aspartame... 54

9 Hasil Pemeriksaan Mutu Fisik Granul... 55

10 Hasil Pemeriksaan Mutu Fisik Tablet... 57

11 Hasil Penentuan Panjang Gelombang Maksimum... 60

12 Hasil Pembuatan Kurva Baku Parasetamol... 61

13 Hasil Pemeriksaan Kadar Parasetamol Tablet... 62

14 Hasil Analisis Statistik... 63


(15)

xiv

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, p. 6, 7, 37, 38, 510, 920, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, p. 515, 519, 649, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Ansel, H.C., 1989. Introduction to Pharmaceutical Dosage Form, Terjemahan : Farida Ibrahim, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi Keempat, Jakarta : Universitas Indonesia Press, p. 254-259.

Aulton, M., and Summers M., 2002. Tablet and Compaction in :

Pharmmaceutics The Science of Dosage Form Design. 2nd.,

Philadelphia : Churchill Livingstone. p. 397-439.

Bandelin F.J., and Shangraw R.F., 1982. Compressed Tablets by Wet Granulation, in Liebermann H.A., Lachman L (Eds.), Pharmaceutical Dosage Form, Tablets, Vol. 2, Marcel Dekker Inc., p. 205-209.

Banker, G.S., and Anderson N.R., 1989, Tablet, in : Lachman, L., Liebermann, H. A., Kanig J. L., (Eds), Teori dan Praktek Farmasi Industri, Edisi Ketiga, Vol. 2, Jakarta : Universitas Indonesia Press, p. 644-658.

Bhowmik, D., Chiranjib, B., Krishnakanth., Pankaj., Chandira, R., 2009, Fast dissolving tablet,Journal of Chemical and Pharmaceutical Research,1 (1), 163-177.

Carstensen, J.T., Chan, P.C., 1977, Flow Rate and Response Angles of Wet Processed Granulations, Vol. 66, p. 1235-1238.

Dobetti, L., Fast Melting Tablets : Development and Technologies, Pharm. Tech., Drug Delivery, p.44-49.

Fu, Y., Shicheng Yang, Seong Hoon Jeong, Susumu Kimura, and Park K., 2004, Orally Fast Disintegrating Tablets, Critical ReviewsTM in Therapeutic Drug Carrier System, 21(6), 433-475.

Hirani, J.J., Dhaval A.R., Vadalia K.R., 2009, Orally Disintegrating Tablets,

Tropical Journal of Pharmaceutical Research, 8 (2), 161-172.

Ispcorp, 2007, Polyplasdone – Not only a simple disintegrant, Moscow : Pharma technical, p. 1-3.

Ispcorp, 2010, Pharmaceuticals Polyplasdone Superdisintegrants, in : www.ispcorp.com.


(16)

xv

Klance, J., 2003. Dissolution Testing of Orally Disintegrating Tablet, J. Diss. Tech, p. 6-8.

Kuchekar, B.S., A.C. Badhan, H.S. Mahajan, 2003. Mouth Dissolving Tablets : A Novel Drug Delivery System, Pharma Times, Vol. 35, p. 1-5.

Manivannan, R., 2009, Oral Disintegrating Tablets, International Journal of

Pharmaceutical Research and Development. p. 1-10, (online),

(http://www.ijprd.com, diakses tanggal 09 Desember 2011).

Martin, A., 1993. Farmasi Fisik : Dasar-dasar Kimia Fisik dalam Ilmu Farmasetik, Edisi Ketiga, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.

Mohanachandran, P.S, P.G Sindhumol, Kiran T.S, 2011, Superdisintegrants,

International Journal of Pharmaceutical Sciences Review and Research, Vol. 6, p. 105-108, (online),

(http://www.globalresearchonline.net, diakses tanggal 08 Februari 2012).

Parrot. E.L., 1979, Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutities,

3rd Edition, Mineapolis : Burger Publishing Company, p.73-86.

Ratnakar, N.C., dan Prajapati, B.G, 2011, Formulation Design and Development of Cinnarizine Fast Disintegrating Tablet, p. 333-340, (online), (http://www.pelagiaresearchlibrary.com, diakses tanggal 08 Februari 2012).

Ritika, S., Rajput Meenu, Prakash Pawan, and Saurabh S., 2011, Fast Dissolving Drug Delivery System, International Research Journal of Pharmacy, p. 21-29, (online),

(http://www.irjponline.com, diakses tanggal 20 Januari 2012).

Rowe, C.R., Sheskey, J.P., Owen, C.S., 2006, Handbook Of Pharmaceutical Excipient, Fifth Edition, p. 214-216, 430, 449. American Pharmaceutical Association, Washington, USA.

Rowe, C.R., Sheskey, J.P., Quinn, M.E., 2009, Handbook Of Pharmaceutical

Excipient, Sixth Edition, p. 48, 197. American Pharmaceutical

Association, Washington, USA.

Sahoo, S., B, Mishra, P.K. Biswal, O. Panda., S.K. Mahapatra, Jana G.K, 2010. Fast Dissolving Tablet, Drug Invention Today, Vol. 2, p. 130-133.


(17)

xvi

Siregar, C., 2010 , Teknologi Farmasi Sediaan Tablet Dasar-dasar Praktis, Penerbit Buku Kedokteran, hal. 2, 235.

Sheth, B., F. J. Bandelin, R. F. Shangraw, 1986. Compressed Tablets, in : Liebermann H.A., L. Lachman, Pharmaceutical Dosage Form : Tablets, Vol. 1, New York : Marcel Dekker Inc., p. 109-141.

Sweetman, C.Sean, 2009, Martindale The Extra Pharmacopeia, 36th Edition, London : Pharmaceutical Press, p. 108.


(18)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pemberian obat yang diberikan melalui mulut terutama sediaan padat merupakan bentuk yang lebih disenangi, karena bentuk sediaan padat lebih kompak, mudah dibawa, stabilitas yang memadai, dan ekonomis dibandingkan dengan bentuk sediaan lain, sebaliknya obat dalam bentuk cair mempunyai beberapa kelemahan antara lain lebih sukar dibawa, memerlukan lebih banyak tempat untuk penyimpanan, serta kurang stabil secara fisika maupun kimia.

Dibandingkan tablet, kapsul mempunyai beberapa kelemahan, salah satu diantaranya kapsul memerlukan biaya yang cukup tinggi dalam hal ongkos pembuatan terutama cangkang kapsul. Berbeda dengan tablet yang tidak menggunakan cangkang, tablet merupakan bentuk sediaan yang ongkos pembuatannya paling rendah; bentuk sediaan oral yang paling ringan dan kompak; mudah dan murah untuk dikemas serta dikirim; serta mudah untuk diproduksi secara besar-besaran (Banker and Anderson, 1989).

Kesukaran dalam menelan sediaan tablet merupakan masalah yang paling sering dialami pada pasien pediatrik maupun geriatrik, sehingga menyebabkan efek terapi selama pengobatan menjadi tidak optimal. Umumnya menelan tablet merupakan suatu masalah ketika ketersediaan air kurang oleh karena itu, bentuk sediaan yang cepat terdispersi atau terlarut tanpa membutuhkan air minum untuk menelan.

Orally Disintegrating Tablet (ODT) adalah tablet oral yang tidak membutuhkan air untuk menelan dan larut dalam waktu kurang dari 60 detik ketika ditempatkan di mulut (Hirani et al, 2009). Orally Disintegrating Tablet disebut juga mouth dissolving tablet, melt-in mouth tablet, orodispersible tablet, rapimelts, porous tablet, dan quick dissolving tablet (D Bhowmik et al, 2009). Keuntungan yang didapat dari


(19)

2

ODT antara lain dapat diberikan pada pasien yang tidak dapat menelan sediaan tablet, terutama pada pasien pediatrik maupun geriatrik; tidak membutuhkan air untuk menelan obat sehingga sesuai dengan pasien yang sibuk atau sedang melakukan perjalanan; rasa yang enak di mulut membantu untuk mengubah persepsi obat seperti pil pahit terutama pada pasien pediatrik (Sharma et al, 2011).

ODT dapat dibuat dengan beberapa cara antara lain Freeze drying atau liofilisasi, Spray drying, sublimasi, moulding, cetak langsung, dan granulasi basah. Dari hasil perbandingan kesederhanaan tahapan pembuatan, maka dipilih metode granulasi basah. Adapun keuntungan yang didapat yaitu dapat meningkatkan aliran granul serta lebih mudah diperoleh massa yang kompak dikarenakan granul yang dibentuk dapat diikat dengan suatu pengikat sebagai pengompakan. Keuntungan lainnya adalah biaya produksi yang jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan penggunaan metode-metode yang lain dikarenakan menggunakan peralatan yang konvensional (Banker and Anderson, 1989).

Parasetamol dipilih sebagai bahan aktif yang akan digunakan. Parasetamol merupakan derivat para aminofenol yang berfungsi sebagai analgesik, yaitu untuk menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri ringan sampai sedang; dan sebagai antipiretik, yaitu untuk menurunkan suhu tubuh (Sweetman, 2009). Pada pasien pediatrik, penyakit seperti demam yang disertai masalah kesulitan untuk menelan terkadang sering dialami sehingga pembuatan Orally Disintegrating Tablet dengan bahan aktif parasetamol lebih dibutuhkan.

Dalam proses pembuatannya, dibutuhkan suatu bahan disintegran untuk membantu hancurnya ODT. Dengan demikian diharapkan terjadi pelepasan obat yang cepat pada sediaan. Salah satu bahan disintegran yang umum digunakan adalah Polyplasdone XL-10. Polyplasdone XL-10 adalah senyawa sintetik, merupakan homopolimer dari N-vinyl 2 pirolidon yang bersifat kompresibel, tidak larut dalam air namun terdispersi dengan cepat dalam air. Adapun kelebihan dari Polyplasdone XL-10 adalah memiliki ukuran partikel yang rata-rata kecil sehingga efektif pada cepatnya


(20)

3

disintegrasi serta terdispersi cepat dalam air tetapi tidak membentuk gel sehingga meningkatkan kekerasan tablet dan mengurangi kerapuhan (Ispcorp, 2010). Rentang kadar yang dimiliki oleh bahan disintegran pada umumnya berkisar antara 1 - 10% (Mohanachandran, 2011).

Berdasarkan hal di atas, maka pengembangan suatu sediaan tablet berupa ODT untuk mengatasi berbagai masalah tersebut sangat diperlukan. Pada penelitian ini akan dilakukan pengujian pengaruh perbedaan kadar Polyplasdone XL-10 sebagai bahan disintegran terhadap mutu fisik ODT parasetamol yang dibuat dengan metode granulasi basah.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh perbedaaan kadar Polyplasdone XL-10 5% dan 10% sebagai bahan disintegran terhadap mutu fisik Orally Disintegrating Tablet Parasetamol yang dibuat dengan metode granulasi basah ?

2. Berapa kadar Polyplasdone XL-10 yang dapat menghasilkan mutu fisik Orally Disintegrating Tablet Parasetamol yang memenuhi persyaratan ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah mengembangkan suatu formula Orally Disintegrating Tablet Parasetamol yang memiliki karakteristik ideal.


(21)

4

1.3.2 Tujuan Khusus

Penelitian ini secara khusus bertujuan antara lain:

a. Untuk mengetahui pengaruh perbedaan kadar Polyplasdone XL-10 sebagai bahan disintegran terhadap mutu fisik Orally Disintegrating Tablet Parasetamol yang dibuat dengan metode granulasi basah.

b. Untuk mengetahui kadar Polyplasdone XL-10 yang dapat menghasilkan mutu fisik Orally Disintegrating Tablet Parasetamol yang memenuhi persyaratan.

1.4 Hipotesis

Peningkatan kadar Polyplasdone XL-10 yang digunakan akan menyebabkan semakin meningkatnya mutu fisik Orally Disintegrating Tablet Parasetamol yang dibuat dengan metode granulasi basah.

1.5 Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian diharapkan dapat mengetahui pengaruh perbedaan kadar Polyplasdone XL-10 pada Orally Disintegrating Tablet

Parasetamol sehingga dapat digunakan dalam pengembangan formulasi lebih lanjut.


(1)

xv

Klance, J., 2003. Dissolution Testing of Orally Disintegrating Tablet, J. Diss. Tech, p. 6-8.

Kuchekar, B.S., A.C. Badhan, H.S. Mahajan, 2003. Mouth Dissolving Tablets : A Novel Drug Delivery System, Pharma Times, Vol. 35, p. 1-5.

Manivannan, R., 2009, Oral Disintegrating Tablets, International Journal of Pharmaceutical Research and Development. p. 1-10, (online), (http://www.ijprd.com, diakses tanggal 09 Desember 2011).

Martin, A., 1993. Farmasi Fisik : Dasar-dasar Kimia Fisik dalam Ilmu Farmasetik, Edisi Ketiga, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.

Mohanachandran, P.S, P.G Sindhumol, Kiran T.S, 2011, Superdisintegrants, International Journal of Pharmaceutical Sciences Review and Research, Vol. 6, p. 105-108, (online),

(http://www.globalresearchonline.net, diakses tanggal 08 Februari 2012). Parrot. E.L., 1979, Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutities,

3rd Edition, Mineapolis : Burger Publishing Company, p.73-86.

Ratnakar, N.C., dan Prajapati, B.G, 2011, Formulation Design and Development of Cinnarizine Fast Disintegrating Tablet, p. 333-340, (online), (http://www.pelagiaresearchlibrary.com, diakses tanggal 08 Februari 2012).

Ritika, S., Rajput Meenu, Prakash Pawan, and Saurabh S., 2011, Fast Dissolving Drug Delivery System, International Research Journal of Pharmacy, p. 21-29, (online),

(http://www.irjponline.com, diakses tanggal 20 Januari 2012).

Rowe, C.R., Sheskey, J.P., Owen, C.S., 2006, Handbook Of Pharmaceutical Excipient, Fifth Edition, p. 214-216, 430, 449. American Pharmaceutical Association, Washington, USA.

Rowe, C.R., Sheskey, J.P., Quinn, M.E., 2009, Handbook Of Pharmaceutical Excipient, Sixth Edition, p. 48, 197. American Pharmaceutical Association, Washington, USA.

Sahoo, S., B, Mishra, P.K. Biswal, O. Panda., S.K. Mahapatra, Jana G.K, 2010. Fast Dissolving Tablet, Drug Invention Today, Vol. 2, p. 130-133.


(2)

Sheth, B., F. J. Bandelin, R. F. Shangraw, 1986. Compressed Tablets, in : Liebermann H.A., L. Lachman, Pharmaceutical Dosage Form : Tablets, Vol. 1, New York : Marcel Dekker Inc., p. 109-141.

Sweetman, C.Sean, 2009, Martindale The Extra Pharmacopeia, 36th Edition, London : Pharmaceutical Press, p. 108.


(3)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pemberian obat yang diberikan melalui mulut terutama sediaan padat merupakan bentuk yang lebih disenangi, karena bentuk sediaan padat lebih kompak, mudah dibawa, stabilitas yang memadai, dan ekonomis dibandingkan dengan bentuk sediaan lain, sebaliknya obat dalam bentuk cair mempunyai beberapa kelemahan antara lain lebih sukar dibawa, memerlukan lebih banyak tempat untuk penyimpanan, serta kurang stabil secara fisika maupun kimia.

Dibandingkan tablet, kapsul mempunyai beberapa kelemahan, salah satu diantaranya kapsul memerlukan biaya yang cukup tinggi dalam hal ongkos pembuatan terutama cangkang kapsul. Berbeda dengan tablet yang tidak menggunakan cangkang, tablet merupakan bentuk sediaan yang ongkos pembuatannya paling rendah; bentuk sediaan oral yang paling ringan dan kompak; mudah dan murah untuk dikemas serta dikirim; serta mudah untuk diproduksi secara besar-besaran (Banker and Anderson, 1989).

Kesukaran dalam menelan sediaan tablet merupakan masalah yang paling sering dialami pada pasien pediatrik maupun geriatrik, sehingga menyebabkan efek terapi selama pengobatan menjadi tidak optimal. Umumnya menelan tablet merupakan suatu masalah ketika ketersediaan air kurang oleh karena itu, bentuk sediaan yang cepat terdispersi atau terlarut tanpa membutuhkan air minum untuk menelan.

Orally Disintegrating Tablet (ODT) adalah tablet oral yang tidak membutuhkan air untuk menelan dan larut dalam waktu kurang dari 60 detik ketika ditempatkan di mulut (Hirani et al, 2009). Orally Disintegrating Tablet disebut juga mouth dissolving tablet, melt-in mouth tablet, orodispersible tablet, rapimelts, porous tablet, dan quick dissolving tablet (D Bhowmik et al, 2009). Keuntungan yang didapat dari


(4)

ODT antara lain dapat diberikan pada pasien yang tidak dapat menelan sediaan tablet, terutama pada pasien pediatrik maupun geriatrik; tidak membutuhkan air untuk menelan obat sehingga sesuai dengan pasien yang sibuk atau sedang melakukan perjalanan; rasa yang enak di mulut membantu untuk mengubah persepsi obat seperti pil pahit terutama pada pasien pediatrik (Sharma et al, 2011).

ODT dapat dibuat dengan beberapa cara antara lain Freeze drying atau liofilisasi, Spray drying, sublimasi, moulding, cetak langsung, dan granulasi basah. Dari hasil perbandingan kesederhanaan tahapan pembuatan, maka dipilih metode granulasi basah. Adapun keuntungan yang didapat yaitu dapat meningkatkan aliran granul serta lebih mudah diperoleh massa yang kompak dikarenakan granul yang dibentuk dapat diikat dengan suatu pengikat sebagai pengompakan. Keuntungan lainnya adalah biaya produksi yang jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan penggunaan metode-metode yang lain dikarenakan menggunakan peralatan yang konvensional (Banker and Anderson, 1989).

Parasetamol dipilih sebagai bahan aktif yang akan digunakan. Parasetamol merupakan derivat para aminofenol yang berfungsi sebagai analgesik, yaitu untuk menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri ringan sampai sedang; dan sebagai antipiretik, yaitu untuk menurunkan suhu tubuh (Sweetman, 2009). Pada pasien pediatrik, penyakit seperti demam yang disertai masalah kesulitan untuk menelan terkadang sering dialami sehingga pembuatan Orally Disintegrating Tablet dengan bahan aktif parasetamol lebih dibutuhkan.

Dalam proses pembuatannya, dibutuhkan suatu bahan disintegran untuk membantu hancurnya ODT. Dengan demikian diharapkan terjadi pelepasan obat yang cepat pada sediaan. Salah satu bahan disintegran yang umum digunakan adalah Polyplasdone XL-10. Polyplasdone XL-10 adalah senyawa sintetik, merupakan homopolimer dari N-vinyl 2 pirolidon yang bersifat kompresibel, tidak larut dalam air namun terdispersi dengan cepat dalam air. Adapun kelebihan dari Polyplasdone XL-10 adalah memiliki ukuran partikel yang rata-rata kecil sehingga efektif pada cepatnya


(5)

3

disintegrasi serta terdispersi cepat dalam air tetapi tidak membentuk gel sehingga meningkatkan kekerasan tablet dan mengurangi kerapuhan (Ispcorp, 2010). Rentang kadar yang dimiliki oleh bahan disintegran pada umumnya berkisar antara 1 - 10% (Mohanachandran, 2011).

Berdasarkan hal di atas, maka pengembangan suatu sediaan tablet berupa ODT untuk mengatasi berbagai masalah tersebut sangat diperlukan. Pada penelitian ini akan dilakukan pengujian pengaruh perbedaan kadar Polyplasdone XL-10 sebagai bahan disintegran terhadap mutu fisik ODT parasetamol yang dibuat dengan metode granulasi basah.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh perbedaaan kadar Polyplasdone XL-10 5% dan 10% sebagai bahan disintegran terhadap mutu fisik Orally

Disintegrating Tablet Parasetamol yang dibuat dengan metode

granulasi basah ?

2. Berapa kadar Polyplasdone XL-10 yang dapat menghasilkan mutu fisik Orally Disintegrating Tablet Parasetamol yang memenuhi persyaratan ?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah mengembangkan suatu formula Orally Disintegrating Tablet Parasetamol yang memiliki karakteristik ideal.


(6)

1.3.2 Tujuan Khusus

Penelitian ini secara khusus bertujuan antara lain:

a. Untuk mengetahui pengaruh perbedaan kadar Polyplasdone XL-10 sebagai bahan disintegran terhadap mutu fisik Orally

Disintegrating Tablet Parasetamol yang dibuat dengan metode

granulasi basah.

b. Untuk mengetahui kadar Polyplasdone XL-10 yang dapat menghasilkan mutu fisik Orally Disintegrating Tablet Parasetamol yang memenuhi persyaratan.

1.4 Hipotesis

Peningkatan kadar Polyplasdone XL-10 yang digunakan akan menyebabkan semakin meningkatnya mutu fisik Orally Disintegrating

Tablet Parasetamol yang dibuat dengan metode granulasi basah.

1.5 Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian diharapkan dapat mengetahui pengaruh perbedaan kadar Polyplasdone XL-10 pada Orally Disintegrating Tablet Parasetamol sehingga dapat digunakan dalam pengembangan formulasi lebih lanjut.