Depkes 1997, diacu dalam Susanti 2003, orangtua harus melatih usaha mandiri anak, mula-mula dalam hal menolong kebutuhan anak itu sehari-hari,
seperti makan, minum, buang air, berpakaian dan lain-lain
Sosial-Emosional
Sebanyak 63.2 contoh memiliki perkembangan sosial-emosional yang termasuk kategori kurang. Aspek yang diukur pada perkembangan ini antara lain
pengetahuan anak tentang diri sendiri dan keluarganya. Selain itu juga mengukur pengetahuan anak tentang orang lain, peran dan perasaan. Sebagian besar
contoh belum bisa menempatkan dan mengendalikan peran serta perasaannya. Kemungkinan karena tidak diajarkan oleh kedua orangtua di rumah bagaimana
cara mengendalikan diri dan perasaan. Disamping harus belajar bagaimana cara menangani rangsangan yang membangkitkan emosi, anak-anak juga harus
belajar bagaimana cara mengatasi reaksi yang biasanya menyertai emosi tersebut dan menentukan apakah reaksi emosi yang akan ia lakukan dapat
dibenarkan atau tidak Hurlock 1998.
Analisis Hubungan Antar Variabel Hubungan Pendapatan KeluargaKapitaBulan dan Pola Asuh Makan
Pola asuh makan setelah diuji menggunakan korelasi Spearman, memiliki hubungan nyata positif dengan pendapatan keluargakapitabulan r=0.379;
p0.05. Hal ini berarti semakin besar pendapatankapitabulan keluarga contoh, maka pola asuh makan contoh juga semakin baik. Menurut Suhardjo 1989b
dengan meningkatnya pendapatan keluarga maka diharapkan akan terjadi perubahan dalam susunan makanan keluarga baik kuantitas maupun
kualitasnya. Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan keluargakapitabulan dan
pola asuh makan Pendapatan
KeluargaKapitaBln Pola Asuh Makan
Kurang Sedang
Baik Total
Miskin
35.3
58.8 5.9
42.5 Tidak miskin
8.7 65.2
26.1 57.5
Total 20.0
62.5 17.5
100.0 Berdasarkan Tabel 13 terlihat bahwa sebanyak 35.3 contoh yang pola
asuh makannya tergolong kurang berasal dari keluarga miskin yang pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan. Contoh yang memiliki pola
asuh makan termasuk sedang dan baik terdapat pada keluarga contoh yang tergolong tidak miskin, masing-masing sebesar 65.2 dan 26.1.
Apabila pendapatan keluarga sudah memadai, maka pengasuhan anak, dalam hal ini pola asuh makan, dapat lebih terkonsentrasi. Dengan pendapatan
keluarga yang mencukupi diharapkan pengeluaran yang dialokasikan untuk pangan lebih baik, sehingga pendistribusian pangan untuk tiap anggota keluarga
lebih merata dan sesuai kebutuhan. Soekirman 2000 menyatakan bahwa bila pendapatan meningkat maka pola konsumsi pangan akan makin beragam, serta
umumnya akan terjadi peningkatan konsumsi pangan yang lebih bernilai gizi tinggi.
Hubungan Pengetahuan Gizi Ibu dan Pola Asuh Makan
Tabel 14 menunjukkan ibu yang memiliki pengetahuan gizi tergolong kurang menerapkan pola asuh makan yang kurang pula kepada contoh
sebanyak 75.0. Pola asuh makan yang baik diterapkan oleh ibu dengan pengetahuan gizi sedang 85.7. Namun ibu yang memiliki pengetahuan gizi
baik memberikan pengasuhan makan yang tergolong sedang kepada anaknya 8.0. Hal ini diduga pengasuhan makan tidak hanya dipengaruhi oleh
pengetahuan gizi ibu saja, melainkan ada hubungan juga dengan faktor lain seperti pengalaman dan kebiasaan ibu. Pengalaman dan kebiasaan yang telah
dimiliki oleh seorang ibu, baik secara disengaja maupun tidak kemudian diterapkan ibu dalam pengasuhan anaknya, dalam hal ini pengasuhan makan.
Tabel 14 Sebaran contoh berdasarkan pola asuh makan dan pengetahuan gizi ibu
Pola Asuh Makan Pengetahuan Gizi Ibu
Kurang Sedang
Baik Total
Kurang
75.0
25.0 20.0
Sedang 44.0
48.0 8.0
62.5 Baik
14.3
85.7
17.5 Total
45.0 50.0
5.0 100.0
Hasil analisis menggunakan uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa
pola asuh makan memiliki hubungan yang nyata positif dengan pengetahuan gizi ibu r=0.348; p0.05. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pengetahuan
gizi ibu maka pola asuh makan contoh semakin baik pula. Pengetahuan ibu tentang gizi dan makanan yang baik kemudian diterapkan dalam pengasuhan
anak sehari-hari, dalam hal ini pola asuh makan, sehingga pola asuh makan yang diberikan kepada contoh menjadi baik. Hal ini sejalan dengan pendapat
Madanijah 2003 yang menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara
pendidikan ibu dengan pengetahuan gizi, kesehatan dan pengasuhan anak. Ibu yang memiliki pendidikan tinggi cenderung mempunyai pengetahuan gizi,
kesehatan dan pengasuhan anak yang baik. Hubungan Tingkat Kecukupan Energi Protein dan Lama Pendidikan Ibu
Seluruh contoh yang tingkat kecukupan energi dan proteinnya tergolong kurang memiliki ibu yang mengenyam pendidikan selama = 6 tahun. Tingkat
kecukupan energi contoh yang tergolong baik 33.3 dimiliki oleh ibu dengan lama pendidikan 7-9 tahun, sedangkan untuk protein sebanyak 55.9 contoh
yang termasuk kategori baik adalah ibu yang memperoleh pendidikan = 6 tahun. Hal ini diduga karena faktor keterampilan dan kebiasaan makan yang diterapkan
oleh ibu dalam kehidupan sehari-hari. Seperti yang dikemukakan oleh Sanjur 1982, konsumsi makanan merupakan interaksi antara sikap dan keterampilan
Tabel 15 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan energi protein dan lama pendidikan ibu
Tingkat Kecukupan Pangan
Lama Pendidikan Ibu tahun = 6
7-9 12
Total Energi
Kurang
100.0
100.0 Baik
50.0 33.3
16.7 100.0
Total 62.5
25.0 12.5
100.0 Protein
Kurang
100.0
100.0 Baik
55.9 29.4