pendidikan ibu dengan pengetahuan gizi, kesehatan dan pengasuhan anak. Ibu yang memiliki pendidikan tinggi cenderung mempunyai pengetahuan gizi,
kesehatan dan pengasuhan anak yang baik. Hubungan Tingkat Kecukupan Energi Protein dan Lama Pendidikan Ibu
Seluruh contoh yang tingkat kecukupan energi dan proteinnya tergolong kurang memiliki ibu yang mengenyam pendidikan selama = 6 tahun. Tingkat
kecukupan energi contoh yang tergolong baik 33.3 dimiliki oleh ibu dengan lama pendidikan 7-9 tahun, sedangkan untuk protein sebanyak 55.9 contoh
yang termasuk kategori baik adalah ibu yang memperoleh pendidikan = 6 tahun. Hal ini diduga karena faktor keterampilan dan kebiasaan makan yang diterapkan
oleh ibu dalam kehidupan sehari-hari. Seperti yang dikemukakan oleh Sanjur 1982, konsumsi makanan merupakan interaksi antara sikap dan keterampilan
Tabel 15 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan energi protein dan lama pendidikan ibu
Tingkat Kecukupan Pangan
Lama Pendidikan Ibu tahun = 6
7-9 12
Total Energi
Kurang
100.0
100.0 Baik
50.0 33.3
16.7 100.0
Total 62.5
25.0 12.5
100.0 Protein
Kurang
100.0
100.0 Baik
55.9 29.4
14.7 100.0
Total 62.5
25.0 12.5
100.0 Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan positif yang
nyata antara tingkat kecukupan energi r=0.436; p0.01 dan protein r=0.318; p0.05 dengan lama pendidikan ibu. Berarti semakin lama pendidikan ibu dapat
meningkatkan konsumsi energi dan protein contoh. Semakin lama ibu mendapatkan pendidikan, maka pengetahuan ibu tentang kecukupan makanan
untuk contoh semakin baik, sehingga konsumsi contoh semakin baik pula. Hal ini sejalan dengan pendapat Amelia 2001 yang menyatakan bahwa pendidikan
formal yang lebih tinggi pada ibu membuat pola pengasuhan seorang ibu akan bertambah baik, dalam hal ini pola asuh makan yang diberikan kepada anaknya.
Hubungan Besar Keluarga dan Status kesehatan
Tabel 16 memperlihatkan bahwa sebanyak 51.7 contoh yang memiliki status kesehatan kurang berasal dari keluarga yang tergolong besar 4 orang,
sedangkan untuk contoh yang memiliki status kesehatan baik 54.5 berasal dari keluarga kecil =4 orang. Hal ini menunjukkan bahwa semakin sedikit jumlah
anggota keluarga, maka status kesehatan contoh akan cenderung lebih baik.
Dugaan ini diperkuat dengan hasil uji korelasi Spearman yang diperoleh bahwa adanya hubungan yang nyata negatif antara status kesehatan dan besar
keluarga r=-0.362; p0.05. Berarti semakin banyak jumlah anggota keluarga, maka status kesehatan contoh semakin buruk.
Tabel 16 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga dan status kesehatan Besar Keluarga
Status Kesehatan Kurang
Sedang Baik
Total Keluarga kecil =4 orang
9.1 36.4
54.5 100.0
Keluarga besar 4orang
51.7
20.7 27.6
100.0 Total
40.0 25.0
35.0 100.0
Sukarni 1994 menyatakan bahwa besar keluarga akan mempengaruhi kesehatan seseorang atau keluarga, karena akan mempengaruhi luas per
penghuni dalam suatu bangunan rumah yang akan mempengaruhi pula kesehatan anak-anak. Menurut Notoatmodjo 1997, rumah yang padat penghuni
akan menyebabkan kurangnya konsumsi O
2
dan memudahkan penularan penyakit. Penyakit tersebut terutama penyakit saluran pernapasan seperti TBC,
batuk rejan pertusis dan lain-lain.
Hubungan Pengetahuan Gizi Ibu dengan Status Gizi
Pengetahuan gizi ibu memiliki hubungan positif yang sangat nyata dengan status gizi contoh pada r=0.422; p0.01. Berarti semakin baik pengetahuan gizi
ibu maka status gizi contoh akan semakin baik pula. Secara tidak langsung pengetahuan gizi ibu akan mempengaruhi status gizi anak, karena dengan
pengetahuannya para ibu dapat mengasuh dan memenuhi kebutuhan gizi anak balitanya, sehingga keadaan gizinya terjamin Sajogyo et al. 1994, diacu dalam
Yuliana 2004. Tabel 17 Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan gizi ibu dan status gizi
Pengetahuan Gizi Ibu Status Gizi
Kurang Baik
Lebih Total
Kurang 72.2
27.8 100.0
Sedang 25.0
65.0
10.0 100.0
Baik
50.0 50.0
100.0 Total
47.5 47.5
5.0 100.0
Tabel 17 menunjukkan sebanyak 72.2 ibu yang memiliki pengetahuan gizi kurang, status gizi anaknya tergolong kurang pula. Sejumlah 65.0 ibu yang
berpengetahuan gizi sedang memiliki anak dengan status gizi baik. Masing- masing sebesar 50.0 contoh yang berstatus gizi kurang dan baik terdapat pada
ibu yang berpengetahuan gizi baik. Sedangkan ibu yang anaknya tergolong status gizi lebih memiliki pengetahuan gizi yang sedang.
Tueker dan Sanjur 1988, diacu dalam Amelia 2004 menyatakan bahwa pengetahuan ibu tentang zat gizi tertentu juga memiliki hubungan yang positif
dengan asupan makanan dan status antropometri anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa status gizi contoh hanya berhubungan positif dengan
pengetahuan gizi ibu. Hal ini diduga adanya faktor lain yang mempengaruhi status gizi anak, antara lain faktor genetik dan lingkungan tempat tinggal contoh.
Seperti yang dikemukakan Hurlock 1998, ada dua faktor dominan yang mempengaruhi pertumbuhan anak yaitu genetik dan lingkungan.
Hubungan Tingkat Kecukupan Energi Protein dan Status Gizi
Berdasarkan tingkat kecukupan energi contoh yang tergolong kurang dimiliki oleh contoh yang berstatus gizi kurang pula 50.0. Begitupula
sebaliknya, tingkat kecukupan energi yang termasuk baik terdapat pada contoh yang berstatus gizi baik 53.3. Tingkat kecukupan protein contoh yang
tergolong kurang tersebar secara merata pada contoh yang berstatus gizi kurang, baik dan lebih masing-masing 33.3. Tingkat kecukupan protein yang
termasuk kategori baik dimiliki oleh contoh yang berstatus gizi kurang dan baik 50.0.
Hasil uji korelasi Spearman tidak menunjukkan adanya hubungan yang nyata antara tingkat kecukupan energi r=-0.062; p0.05 dan protein r=-0.233;
p0.05 dengan status gizi. Hal ini berarti tingkat kecukupan energi dan protein belum tentu berhubungan dengan status gizi contoh, walaupun nilai keduanya
cukup baik. Tabel 18 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan energi dan protein dan
status gizi Tingkat Kecukupan
Pangan Status Gizi
Kurang Baik
Lebih Total
Energi Kurang
50.0
30.0 20.0
100.0 Baik
46.7 53.3
100.0 Total
47.5 47.5
5.0 100.0
Protein Kurang
33.3 33.3
33.3
100.0 Baik
50.0 50.0
100.0 Total
47.5 47.5
5.0 100.0
Hasil ini sejalan dengan penelitian Mufrokhah 2005 yang menunjukkan bahwa data tingkat kecukupan pangan bukan merupakan gambaran status gizi
secara langsung. Status gizi merupakan dampak dari faktor-faktor yang bersifat
longitudinal, sedangkan data yang berkenaan dengan faktor-faktor sebelumnya seperti recall hanya diambil pada satu periode saja. Selain itu pengambilan data
konsumsi dengan metode recall memiliki kekurangan hanya mengandalkan daya ingat seseorang, sehingga hasil yang diperoleh belum tentu sesuai dengan
keadaan contoh yang sebenarnya.
Hubungan Status kesehatan dan Status Gizi
Status gizi contoh juga tidak menunjukkan hubungan yang signifikan dengan status kesehatan r=0.162; p0.05. Artinya status kesehatan belum
tentu berhubungan dengan status gizi contoh. Hal ini diduga karena faktor daya ingat ibu tentang penyakit yang pernah diderita contoh selama sebulan terakhir.
Selain itu kemungkinan pada saat pengambilan data, contoh sedang mengejar ketertinggalan pertumbuhannya karena penyakit infeksi yang diderita sebulan
yang lalu, sehingga menyebabkan status kesehatannya memburuk. Tabel 19 Sebaran contoh berdasarkan status kesehatan dan status gizi
Status Kesehatan Status Gizi
Kurang Baik
Lebih Total
Kurang 62.5
25.0 12.5
100.0 Sedang
40.0
60.0
100.0 Baik
35.7
64.3
100.0 Total
47.5 47.5
5.0 100.0
Tabel 19 menunjukkan bahwa sebanyak 62.5 contoh yang status kesehatannya tergolong kurang memiliki status gizi yang kurang pula. Contoh
yang memiliki status gizi baik berstatus kesehatan sedang dan baik. Walaupun uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang nyata antara
status kesehatan dan status gizi contoh, namun apabila dilihat dari bentuk hubungannya yang positif ada kecenderungan semakin baik status kesehatan
contoh maka status gizinya akan semakin baik pula.
Hubungan Status Gizi dan Tingkat Perkembangan Anak
Berdasarkan Tabel 20 dapat dilihat bahwa contoh yang memiliki tingkat pekembangan tergolong kurang dan baik berstatus gizi baik, masing-masing
sebesar 64.3 dan 60.0. Sebanyak 61.9 contoh yang tingkat perkembangannya tergolong sedang, berstatus gizi kurang.
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan
yang signifikan antara status gizi BBU dan tingkat perkembangan r=-0.206;
p0.05. Jika dilihat dari masing-masing aspek perkembangan, uji korelasi Spearman hanya menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara
status gizi dan aspek perkembangan kognitif contoh r=0.320; p0.05. Artinya semakin baik status gizi contoh, maka perkembangan kognitifnya akan semakin
baik pula. Status gizi BBU contoh tidak menunjukkan hubungan yang nyata dengan
aspek perkembangan lainnya. Hal ini dapat disebabkan karena perkembangan anak tidak hanya dipengaruhi oleh status gizi saja, tetapi juga faktor stimulasi
yang diberikan oleh orang di sekitarnya. Seperti yang dinyatakan Satoto 1990, hal tersebut diduga karena tingkat perkembangan sosial anak lebih banyak
dipengaruhi oleh faktor eksternal lingkungan daripada faktor internal seperti status gizi.
Tabel 20 Sebaran contoh berdasarkan tingkat perkembangan dan status gizi Tingkat
Perkembangan Status Gizi
Kurang Baik
Lebih Total
Kurang 28.6
64.3 7.1