Model Kalibrasi Pendekatan Regresi Kontinum dalam Model Kalibrasi

18 dan fase diam, dapat berupa zat cair atau zat padat. Terdapat tiga kategori kromatografi, yaitu : kromatografi cair liquid chromatography, kromatografi gas gas chromatography, serta kromatografi cairan super-kritis supercritical-fluid chromatography Skoog et al. 1998. Salah satu teknik kromatografi cair yang sering digunakan adalah kromatografi cair kinerja tinggi HPLC. Hal ini karena beberapa alasan : a peka atau sensitif, b akurat untuk analisis kuantitatif, c daya pisahnya baik, d dapat diterapkan untuk industri, ilmu pengetahuan, serta masyarakat Skoog et al. 1998. Teknik pemisahan HPLC dilakukan dengan menginjeksikan sedikit contoh yang berbentuk cairan ke dalam aliran cairan fase mobilefase gerak yang berjalan melalui kolom yang berisi partikel dari suatu fase stasioner. Pemisahan campuran ke dalam komponennya tergantung pada tingkat retensi masing–masing komponen di dalam kolom. Kecenderungan suatu komponen ditahan di dalam kolom ditentukan oleh partisinya di antara cairan fase mobil dan fase diam. Zat- zat yang terabsorpsi kuat dalam fase diam akan lama bertahan dalam kolom, sedangkan yang terabsorpsi lemah akan keluar dengan cepat dari kolom. Waktu mulai contoh diinjeksikan ke dalam HPLC sampai dengan suatu puncak analat muncul di detektor pada akhir kolom disebut waktu retensi. Masing-masing analat dalam suatu contoh akan mempunyai perbedaan waktu retensi. Waktu retensi mencerminkan keberadaan suatu komponen kimia yang nerupakan penciri kualitatif suatu senyawa. Sedangkan luas area di bawah kurva mencerminkan konsentrasi secara kunatitatif.

2.4 Model Kalibrasi

Model kalibrasi digunakan untuk memodelkan hubungan antara peubah Y biasanya sulit diperoleh dengan peubah X. Tujuan kalibrasi adalah untuk mendapatkan model yang dapat digunakan untuk memprediksi Y ukuran-ukuran yang mahal dengan tepat dan akurat dari ukuran-ukuran yang murah Naes et al. 2002. Dalam statistika pemodelan tersebut dikenal dengan istilah analisis regresi. Pemodelan kalibrasi di bidang ilmu kimia merupakan suatu tahap yang penting, terutama dalam bidang Chemometrics. Chemometrics merupakan suatu bidang ilmu yang merupakan kombinasi integrasi antara matematika, statistika dan kimia yang digunakan dalam analisis kimia. Salah satu penerapan model 19 kalibrasi di bidang kimia adalah untuk menduga kandungan senyawa aktif suatu bahan berdasarkan spektrum yang dihasilkan FTIR. Pada model kalibrasi tersebut peubah Y adalah konsentrasi senyawa aktif hasil pengukuran dengan metode HPLC, sedangkan peubah bebas X diperoleh dari spektrum hasil FTIR. Untuk mendapatkan data peubah bebas X dilakukan proses diskretisasi dari spektrum. Pembuatan model untuk menduga Y dengan kalibrasi peubah ganda dilakukan dengan melibatkan beberapa atau semua pengamatan pada spektrum, akan memberikan hasil lebih baik dibanding dengan pemodelan kalibrasi peubah tunggal yang hanya melibatkan satu puncak pada masing-masing spektrum Naes et al . 2002. Di sisi lain, jika melibatkan semua peubah spektrum, maka akan timbul permasalahan pada pendugaan model kalibrasi ganda, yaitu kasus kolinearitas ganda di antara peubah absorban serta ukuran contoh n yang jauh lebih kecil dari jumlah peubah bebas p yang menimbulkan masalah singularitas pada matriks peubah bebas X Marten dan Naes 1989; Naes et al. 2002. 2.5 Kondisi Terkini dari Pengembangan Model Kalibrasi Beberapa penelitian dalam upaya pengembangan model kalibrasi telah dilakukan, antara lain : penggunaan jaringan syaraf tiruan Atok 2005; Djuraidah 2003, penggunaan transformasi wavelet sebagai metode prapemrosesan Sunaryo 2005, pendekatan Bayes Erfiani 2005; Setiawan dan Notodiputro 2003. Notodiputro 2003 membandingkan metode RKTP, Regresi atas Koefisisen Fourier RKF, JST, serta pendekatan Bayes, menyimpulkan bahwa pendekatan Bayes dan JST lebih unggul dari pada RKTP. Brown et al. 2001 menggunakan Bayesian wavelet regression untuk penerapan pada permasalahan kalibrasi spektroskopi. West 2003 menggunakan pendekatan Bayes untuk menganalisis data spektral dengan p=300 dan n=39. Hasil penelitian Atok 2005 menyimpulkan bahwa dengan data simulasi maupun data real kandungan senyawa aktif pada gingerol menunjukkan bahwa jaringan syaraf tiruan dengan prapemrosesan transformasi Fourier lebih tepat untuk menduga data konsentrasi pada pemodelan kalibrasi. Dalam disertasinya, Sunaryo 2005 menggunakan transformasi wavelet sebagai metode prapemrosesan, selanjutnya digunakan RKU untuk memodelkannya. Dari hasil kajian 20 menunjukkan bahwa transformasi wavelet lebih unggul dari pada transformasi Fourier untuk menduga kadar gingerol dan kurkuminoid pada rimpang jahe dan temulawak dalam model kalibrasi. Hasil penelitian Erfiani 2005 menyimpulkan bahwa pendekatan Bayes merupakan salah satu pendekatan yang cukup baik diterapkan pada penyusunan model kalibrasi. Dugaan yang dihasilkan pada pendekatan Bayes memiliki bias yang dipengaruhi oleh penentuan sebaran prior parameter. Penggunaan pendekatan Bayes dan pendekatan regresi terpenggal untuk menyusun model kalibrasi gingerol menghasilkan ketepatan yang relatif tinggi.

2.6 Regresi Kontinum