Karakteristik Gelombang Kajian Pemanfaatan Ruang Pesisir Dan Laut Kepulauan Anambas Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan amplitudo pasut KI dan O1 komponen diurnal tides akibat pengaruh matahari lebih besardominan yakni 38 cm dan 30 cm dibandingkan amplitudo M2 dan S2 komponen semi-diurnal tides akibat pengaruh bulan yakni 16 cm dan 3 cm. Komponen inilah yang mempengaruhi tipe pasang surut di perairan ini. Selain itu pasut di daerah ini juga sangat dipengaruhi oleh aliran massa air dari Samudera Pasifik yang melalui perairan Laut Cina Selatan. Grafik peramalan pasut di perairan Tarempa dapat dilihat pada Gambar 11. Sumber: DKP 2006 Gambar 11 Grafik hasil peramalan pasang surut perairan Tarempa Kepualauan Anambas.

2. Karakteristik Gelombang

Gelombang terjadi akibat adanya gaya-gaya alam yang bekerja di laut seperti tekanan atau tegangan dari atmosfir khususnya melalui angin, gempa bumi, gaya gravitasi bumi dan benda-benda angkasa bulan dan matahari, gaya coriolis akibat rotasi bumi, dan tegangan permukaan. Gelombang merupakan salah satu faktor utama dalam penentuan morfologi dan komposisi pantai serta penentuan proses perencanaan dan desain pembangunan pelabuhan, terusan waterway, struktur pantai, alur pelayaran, proteksi pantai, kegiatan penangkapan, riset ilmu pengetahuan dan wisata bahari terutama wisata laut. 30 60 90 120 150 180 210 240 1 24 47 70 93 116 139 162 185 208 231 254 277 300 323 346 369 392 415 438 461 484 507 530 553 576 599 622 645 668 691 714 737 Waktu Jam E le vas i Mu k a Ai r c m Menurut DKP 2006 berdasarkan pengamatan yang dilakukan di lapangan pada umumnya gelombang yang terjadi di perairan dalam Kepulauan Anambas sangat besar bisa mencapai 3 m. Hal ini disebabkan karena perairan Anambas relatif terbuka, yakni langsung berhadapan dengan laut bebas Laut Natuna dan Laut Cina Selatan di sebelah utara dan Laut Natuna di sebelah selatan. Apabila angin bertiup dari arah utara maka pantai bagian utara akan terlihat lebih besar dibandingkan bagian selatan, sebaliknya jika angin bertiup dari selatan maka gelombang dibagian selatan akan lebih besar dibandingkan dengan pantai utara. Sedangkan perairan teluk dan selat relatif tenang 0,5 m, hal ini disebabkan gelombang tersebut telah mengalami refraksi maupun difraksi. Berdasarkan peramalan gelombang dari konversi data angin maksimum selama Tahun 2001 – Juli 2005 Lampiran 3, menunjukkan tinggi gelombang besar umumnya terjadi pada musim timur yakni berkisar 1,71 m – 4 m dengan periode geombang 7,14 detik – 9,47 detik dan musim barat Desember – Februari berkisar 1,71 m – 3,2 m dengan periode geombang 7,14 detik – 8,79 detik, sedangkan saat musim peralihan I April – Mei dan musim peralihan II September – Nopember lebih kecil yakni masing-masing berkisar 1,37 m – 1,37 m dan 1,14 m – 3,89 m dengan periode gelombang 6,63 – 9,29 detik dan 6,24 – 9,38 detik. Gerakan gelombang yang cukup tinggi memberikan indikasi ketidak terlindungan lokasi untuk kegiatan wisata bahari dan memberikan efek yang dapat menghambat kegiatan wisata dan kegiatan penangkapan. Efek ini akan lebih terasa pada kegiatan budidaya yang dilakukan dipermukaan seperti kegiatan budidaya ikan dengan menggunakan KJA atau KJT. Sehingga daerah-daerah yang relatif tenang dapat diperuntukkan bagi pemanfaatan pembudidayaan perikanan yang membutuhkan kondisi gelombang yang lebih kecil.

3. Karakteristik Arus