HASIL DAN PEMBAHASAN
Potensi Sumberdaya Pesisir dan Lautan di Kepulauan Anambas
Kepulauan Anambas yang terdiri 140 buah pulau besar dan kecil, tersebar diantara Laut Natuna dan Laut Cina Selatan yang merupakan gugusan pulau-pulau
yang memiliki potensi sumberdaya kelautan yang cukup besar seperti, terumbu karang, mangrove, sumberdaya ikan, pariwisata dan lain sebaginya. Wilayah
Kepulauan Anambas yang memiliki luas daratan yang lebih kecil dibanding luas lautan, dimana 90 merupakan wilayah lautan dan sebagiannya merupakan
wilayah daratan, wilayah ini sudah barang tentu dipengaruhi oleh hukum dan yuridiksi sebagai wilayah perairan.
Secara teritorial sejauh 12 mil laut dari garis pangkal pantai kepulauan merupakan kewenangan provinsi, artinya kapal asing mempunyai hak damai
untuk lewat dengan aman, dalam perairan ini tetapi dibatasi oleh alur di lautan yang sudah ditetapkan. Sedangkan berdasarkan Zona Ekonomi Eksklusif ZEE
ditetapkan maksimum sejauh 200 mil laut dari garis pangkal pantai, didalamnya Indonesia mempunyai kekuasaan hukum terhadap eksploitasi dan pengawasan
sumberdaya laut yang ada. Kepulauan Anambas yang terdiri dari 3 tiga Kecamatan yang diantaranya
terdiri dari Kecamatan Siantan, Kecamatan Palmatak, dan Kecamatan Jemaja, namun dalam penelitian ini Kecamatan Jemaja tidak termasuk dalam kawasan
penelitian, hal ini dilakukan karena jarak Kecamatan Jemaja sangat jauh dengan dua kecamatan lainnya. Berdasarkan hasil pengumpulan data sekunder,
pengamatan dan wawancara di lokasi penelitian, didapat sejumlah potensi pada masing-masing kecamatan di Kepulauan Anambas.
1. Terumbu Karang
Berdasarkan data Puslitbang P3O-LIPI 1997 dan Bakosurtanal 1997 diacu dalam Bappeda Kabupaten Natuna dan Lamtek UI 2005, terdapat 3 tiga
jenis terumbu karang yang melingkupi wilayah Kepulauan Anambas, yaitu terumbu karang tepi fringging reef, terumbu karang penghalang barrier reef,
dan terumbu karang cincin atoll, dapat dilihat pada Gambar 12. Kondisi terumbu
karang di Kepulauan Anambas menunjukkan bahwa wilayah ini mempunyai terumbu karang dalam kondisi sedang sampai kondisi baik, hal ini dapat dilihat
pada Tabel 18. Menurut Dutton et al. 2001, kriteria kondisi ekosistem terumbu karang di
katakan buruk apabila persentase tutupan karang hidup antara 0-25 . kondisi sedang 26 – 50, kondisi baik 51 – 75, dan kondisi sangat baik 76 - 100.
Kerusakan terumbu karang di Kepulauan Anambas masih terlihat di beberapa lokasi, umumnya berada di kawasan yang jauh dari pemukiman nelayan.
Kerusakan terumbu karang diakibatkan dari pencemaran, penangkapan ikan dengan menggunakan bom, bahan kimia dan pengambilan karang yang
berlebihan. Tabel 18 Luas dan sebaran tebumbu karang di perairan Kepulauan Anambas
No. Lokasi Mati
km² Hidup km²
Luas km²
1. Kec. Palmatak
9,5525 43,96 12,1792
56,04 21,7317
2. Kec. Siantan
18,8203 40,87 27,2339 59,13 46,0542
Sumber: Hasil interpretasi citra landsat TM7, 2002 Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro diacu dalam Bappeda Kab. Natuna dan Lamtek UI 2006
.
Gambar 12 Terumbu karang dan mangrove yang terdapat di Kepulauan Anambas 2. Mangrove
Ekosistem mangrove tersebar disemua kecamatan dalam Kepulauan Anambas, ekosistem mangrove merupakan ekosistem penopang dari ekosistem
penting lainnya seperti ekosistem lamun dan ekosistem terumbu karang. Sebaran mangrove bakau di daerah ini mulai dari kerapatan vegetasi yang rapat sampai
vegetasi jarang. Total luas hutan mangrove hasil interpretasi dari citra satelit Landsat 7 TM adalah 42.5331 km
2
. Kondisi hutan mangrove di Kepulauan Anambas dapat diketahui persentase tutupannya yang disajikan pada Tabel 19.
Tabel 19 Luas dan sebaran mangrove di Kepulauan Anambas
No Lokasi Rapat
km² Sedang
km² Jarang
km² Luas
km²
1. Kec. Palmatak
0.7081 47.78 0.7333 49.48 0.0407 2.75 1.4821 2. Kec.
Siantan 0.3913 29.98 0.7025 53.82 0.2114 16.20 1.3052
Sumber: Hasil interpretasi citra landsat TM7, 2002 Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro diacu dalam Bappeda Kab. Natuna dan Lamtek UI 2006
Berdasarkan data Puslitbang P3O-LIPI 1997 dan Bakosurtanal 1997 diacu dalam Bappeda Kab. Natuna dan Lamtek UI 2005. Lokasi mangrove
dengan kondisi yang rapat ditemukan di Kecamatan Palmatak 47,78 . Kondisi kerapatan mangrove yang sedang hampir sama disemua kecamatan di Kepulauan
Anambas. Fungsi dari ekosistem mangrove adalah sebagai tempat bertelur bagi ikan-ikan hatching ground, sebagai tempat pembesaran spowning ground dan
sebagai tempat mencari makan feeding ground, dari ketiga fungsi ekologis tadi dapat menggambarkan pentingnya ekosistem mangrove terhadap organisme-
organisme yang berasosiasi di dalamnya. Kerusakan hutan mangrove masih dijumpai beberapa kawasan, yang dulu
merupakan kawasan mangrove dikonvesi menjadi kawasan pemukiman dan pelabuhan nelayan. Kerusakan lainnya juga diakibatkan pemanfaatan mangrove
yang dijadikan sebagai bahan bakar arang dan sebagian digunakan sebagai bahan bangunan. Dampak pontensial dari aktivitas manusia pada ekosistem
mangrove akan mengakibatkan regenerasi stok ikan dan udang di perairan lepas pantai dan terjadinya pendangkalan perairan pantai serta abrasi pantai.
3. Sumberdaya Ikan