sekitar sungai. Demikian pula sebaliknya pada saat musim kemarau aktivitas penguapan akan sangat tinggi sehingga mempengaruhi salinitas perairan secara
umum khususnya salinitas permukaan perairan. Hasil pengamatan dan konversi data dari berbagai instansi penelitian
terdahulu, diperoleh kisaran salinitas 27
o oo
, 28
o oo
, dan 31
o oo
dimana umumnya sebaran salinitas yang hampir homogen dan masih berada dalam kisaran yang
ideal untuk kegiatan budidaya dan parawisata bahari DKP, 2006.
6. Kecerahan Perairan
Kecerahan perairan merupakan salah satu parameter yang menentukan kesuburan suatu perairan. Dimana kecerahan perairan sangat tergantung pada
kondisi sedimen tersuspensi, kepadatan alga, fitoplankton dan bahan cemaran polutan serta arah datangnya cahaya pada perairan. Berdasarkan pengamatan
lapangan dapat dijelaskan bahwa kondisi kecerahan masing-masing stasiun pengamatan berbeda-beda.
Pada umumnya tingkat kecerahan pada semua stasiun berkisar antara 70 – 80 . Hal ini menggambarkan rata-rata semua perairan memiliki tingkat
kecerahan cukup tinggi. Kondisi ini dapat memberikan peluang lebih besar untuk berbagai kegiatan budidaya. Kecerahan perairan dikenal pula sebagai kejernihan
perairan, parameter kecerahan pada kesesuaian lahan untuk parawisata digunakan sebagai jarak pandang dalam penyelaman.
7. Batimetri
Kedalaman perairan merupakan salah satu faktor yang sangat penting diketahui dalam berbagai kepentingan pembangunan di wilayah pesisir dan laut.
Pengembangan sektor wisata bahari tergantung kondisi geografis dan kedalaman perairannya terutama yang berhubungan dengan kegiatan wisata laut. Berdasarkan
pengukuran yang dilakukan oleh Dishidros diacu dalam DKP 2006, pada umumnya perairan dalam Anambas kedalamannya berkisar 15 – 80 meter,
sedangkan pada daerah dangkal 0 – 20 meter. Pada daerah antara Pulau Matak dan Pulau Batu Garam hanya berkisar 0 – 4 meter. Pada umumnya gugusan
Kepulauan Anambas, mempunyai bentuk profil kedalaman pantai pada daerah
dangkal lebarnya sangat kecil, karena langsung kedalamannya menurun drastis slope.
Pola Tata Guna Lahan
Penggunaan lahan di Kepulauan Anambas mencakup: perkebunan seluas 38.472 ha, permukiman dan bangunan 2.052 ha, sawah 20 ha dan lain-lain 46.686
ha. Lebih jelasnya mengenai penggunaan lahan di Kabupaten Natuna dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13 Luas lahan menurut penggunaan di Kepulauan Anambas 2003 ha
No Kecamatan Sawah
Perkebunan Pemukiman Lain-lain
1. Siantan 11
28.472 2.032
29.419 2. Palmatak
9 10.00
20 17.267
J u m l a h 20
38.472 2.052
46.686
Sumber: BPS Kab. Natuna 2003
Sumberdaya Mineral dan Tambang
Bongkahan biji sulfida seperti Pirit, Arsenopirit dan Hematit tersebar pada granit di Pulau Siantan, jejak emas, perak dan timah di laporkan beberapa tempat
di kota Terempa, salah satunya jenis kaisterit, magnetik dan ilmenit. granit yang menguasai batuan di daerah ini baik untuk ornamen karena warnanya beragam.
Air terjun Temburun di Pulau Siantan dapat didayagunakan sebagai sumber pembangkit listrik mikrohidro dan pariwisata.
Sumberdaya tambang lainya yang sangat penting adalah gas dan minyak bumi. Produksi minyak bumi dihasilkan oleh perusahaan pertambangan minyak
di ladang-ladang produksi lepas pantai menghasilkan 39,53 juta barrel, dan gas bumi mencapai 57,05 juta MSCF. Usaha bahan galian yang potensial banyak
diusahakan pengalian batu yang tersebar hampir disetiap kecamatan di Kepulauan Anambas Bappeda, dan Puslit UGM, 2001.
Kondisi Sosial Ekonomi dan Kependudukan Kependudukan dan Sosial Budaya
Mayoritas penduduk Kecamatan Siantan dan Palmatak adalah suku Melayu 85. Suku kedua terbanyak adalah China 10 dan diikuti oleh Jawa, Sunda
dan Batak. Suku lainnya adalah Minang, Bugis, dan Banjar. Data terperinci dapat dilihat pada Tabel 14.
Kelurahan Terempa sebagai ibukota Kecamatan Siantan lebih heterogen dari pada Palmatak, karena hampir semua suku bangsa terdapat disana. Statusnya
sebagai pusat pemerintahan tempat berbagai lembaga pemerintahan berkantor, seperti Kantor Camat, Pangkalan TNI-AL, Koramil, Polsek, Imigrasi, Kantor
Cabang Kejaksaan, Kantor Pos, Telkom, Syahbandar sampai Kantor BMG.
Tabel 14 Persensentase menurut suku di Kepulauan Anambas
No Suku
Siantan Persentase
Palmatak Persentase
1. Melayu 11148
86,45 10463
93,54 2. China
1408 10,92
410 3,67
3. Jawa
42 0,33 115 1,03 4. Sunda
46 0,36
10 0,09
5. Batak 3
0,02 16
0,14 6.
Lainnya 249 1,93 171 1,53
Jumlah 12896 100,00 11185 100,00
Sumber: BPS Kab. Natuna, 2003 diacu dalam Darwin 2005
Peran kota Terempa sebagai kota perdagangan dan kota pelabuhan semakin memperkuat daya tarik masuknya berbagai suku bangsa, beda dengan Kecamatan
Palmatak yang baru dimekarkan pada tahun 2001, sampai sekarang belum mengalami perkembangan yang signifikan, dalam arti tingkat pembangunan,
perkembangan ekonomi maupun jumlah penduduk. Masyarakat Kecamatan Palmatak secara ekonomi masih berorientasi ke kota Terempa. Untuk berbelanja
berbagai keperluan dari primer, sekunder bahkan tersier yang tersedia di Terempa. Demikian pula halnya dengan sarana perhubungan dimana kapal-kapal PELNI
yang menghubungkan Ibukota Kabupaten dan Ibukota Provinsi, hanya berlabuh di Terempa. Saat ini Kecamatan Palmatak belum memiliki pelabuhan laut sendiri
yang dapat disandar oleh kapal besar seperti PELNI.
Menurut agama yang dianutnya, dengan mayoritas penduduk etnis Melayu maka demikian pula agama rata-rata dianut oleh penduduk Kecamatan Siantan
dan Palmatak adalah Islam 90. Agama kedua terbanyak adalah Budha 2 diikuti Katholik 1 dan Protestan 0,9, dianut oleh penduduk suku China.
Secara terperinci data penduduk menurut agama yang dianut dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15 Penduduk kecamatan Siantan dan Palmatak menurut agama
No Agama
Siantan Persentase Palmatak
Persentase
1. Islam 11650
90,34 10666
95,36 2. Protestan
124 0,96
0,00 3. Katholik
447 3,47
227 2,03
4. Hindu 6
0,05 0,00
5. Budha 633
4,91 290
2,59 6. Konghucu
36 0,28
2 0,02
Jumlah 12896 100,00
11185 100,00
Sumber: BPS Kab. Natuna, 2004 diacu dalam Darwin 2005
Mayoritas penduduk Kecamatan Siantan dan Palmatak bekerja sebagai nelayan, jumlahnya diyakini mencapai 70. Namun ketika didata, yang
menyatakan dirinya nelayan hanya 14,7. Hal ini dikarenakan pertama, para golongan muda tidak menganggap nelayan sebagai jenis pekerjaan. Pada KTP
mereka selalu mencantumkan swasta sebagai jenis pekerjaan. Kedua, mereka yang terdata sebagai petanipekebun umumnya bekerja rangkap sebagai nelayan,
demikian juga belumtidak bekerja dan beberapa PNS, dapat dilihat pada Tabel 16.
Berdasar tingkat pendidikannya, mayoritas penduduk Kecamatan Siantan dan Palmatak 89,20 masih pada tingkat tidakbelum sekolah, tidak tamat SD
dan tamat SD, kemudian SLTP 5,38 dan diikuti SLTA 4,42. Kondisi ini menunjukkan masih rendahnya tingkat pendidikan masyarakat. Kondisi ini terasa
sangat ironi mengingat dari sini minyak dan gas berasal dan berkontribusi yang tidak kecil kepada negara. Selama tiga dasawarsa Konsorsium Natuna Barat
Conoco Phillips, Premier Oil dan Star Energy mengeksploitasi sumberdaya alam migas ternyata belum memberikan kontribusi yang nyata, khususnya bagi
pendidikan masyarakat Kecamatan Siantan dan Palmatak.
Tabel 16 Penduduk Kecamatan Siantan dan Palmatak menurut pekerjaan
No Pekerjaan
Siantan Persentase
Palmatak Persentase
1. BelumTidak Bekerja
3467 26,88
2619 23,42
2. PelajarMahasiswa 2419 18,76
1986 17,76
3. Mengurus Rumah Tangga
2852 22,12
2651 23,70
4. Pensiunan 40
0,31 4
0,04 5. PetaniPekebun
984 7,63
778 6,96
6. Peternak 15
0,12 9
0,08 7. Nelayan
1522 11,80
1970 17,61
8. Industri 34
0,26 31
0,28 9. Konstruksi
5 0,04
267 2,39
10. Perdagangan 142
1,10 163
1,46 11. Transportasi
10 0,08
4 0,04
12. PNS 195
1,51 100
0,89 13. TNI
35 0,27
1 0,01
14. Polri 1
0,01 0,00
15. Jasa lainnya
564 4,37
556 4,97
16. Lain-lain 611
4,74 46
0,41
Jumlah 12896 100,00
11185 100,00
Sumber: BPS Kab. Natuna , 2003 diacu dalam Darwin 2005
Kondisi Ekonomi
Sebagian besar Kecamatan Siantan dan Palmatak penduduk bekerja pada sektor perikanan dan pertanian. Sektor lainnya yang cukup menyerap tenaga kerja
adalah sektor perdagangan dan jasa. Struktur perekonomian wilayah ke dua kecamatan dapat dikatakan bertumpu pada sektor perikanan dan pertanian dengan
sektor pendukung perdagangan dan jasa. Budidaya perikanan laut sebagai sektor perikanan menjadi primadona
nelayan setempat karena hasil panen yang bernilai tinggi, nilai ekonomis ikan hidup di wilayah Kepulauan Anambas cukup tinggi tergantung jenis ikan yang
diperlihara, untuk ikan karang jenis kerapu sunu dan macan dengan harga Rp. 50.000kg dan ikan napoleon Rp. 500.000kg. Kapal kapal penampung ikan dari
Hongkong masuk ke Dusun Air sena Desa Air asuk sebagai tempat pengusaha kem terbesar di Kepulauan Anambas, omset nelayan penampung ikan di kem
tersebut mencapai milyaran rupiah.
Bentuk Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir
Berbagai bentuk pemanfaatan sumberdaya pesisir yang dapat ditemui di Kecamatan Siantan dan Kecamatan Palmatak paling utama adalah penangkapan
dan budidaya ikan disamping pemanfaatan lainya seperti pemanfaatan infrastuktur, pariwisata dan rekreasi juga pemanfaatan konservasi dan
perlindungan keanekaragaman hayati. Pemanfaatan sumberdaya pertambangan di Kepulauan Anambas belum termanfaatkan secara optimal, dari hasil wawancara
dengan instansi terkait pemanfaatan sektor tersebut masih dalam kajian, seperti pasir laut, batuan granit dan lain sebagainya. Sedangkan gas dan minyak bumi
kewenangannya masih diatur dan dikelola oleh provinsi dan pemerintah pusat. Secara lengkap sebagaimana tertera dalam Tabel 17.
Tabel 17 Bentuk pemanfaatan sumberdaya pesisir di Kecamatan Siantan dan Palmatak
No Katagori Pemanfaatan
Jenis kegiatan
1. Eksploitasi sumberdaya
Penangkapan ikan oleh nelayan tradisional tempatan, nelayan komersial luar daerah dan asing
Pemeliharaan ikan aquaculture yang disebut kem. Penangkapan makhluk laut lainnya seperti teripang, kerang dan
terumbu karang Pengambilan kayu mangrove
2. Infrastruktur Pembangunan rumah dan perkantoran
Pembangunan jalan Pembangunan pelabuhan dan dermaga kapal penumpang
Pembangunan pelabuhan lapor kapal penangkap ikan di Antang, Kelurahan Terempa Kecamatan Siantan
Panduan navigasi laut Fasilitas pendukung operasinal eksploitasi migas Konsorsium Natuna
Barat Matak Base di Palmatak
3. Pariwisata dan rekreasi
Penginapan Berenang dan menyelam
Pemancingan 4. Konservasi
dan perlindungan
keanekaragaman hayati Cagar alam dan konservasi satwa laut kura-kura di Pulau Mangkai,
Pulau Durai dan Pulau Pahat
Sumber : Bappeda dan Puslit UGM 2001
HASIL DAN PEMBAHASAN
Potensi Sumberdaya Pesisir dan Lautan di Kepulauan Anambas
Kepulauan Anambas yang terdiri 140 buah pulau besar dan kecil, tersebar diantara Laut Natuna dan Laut Cina Selatan yang merupakan gugusan pulau-pulau
yang memiliki potensi sumberdaya kelautan yang cukup besar seperti, terumbu karang, mangrove, sumberdaya ikan, pariwisata dan lain sebaginya. Wilayah
Kepulauan Anambas yang memiliki luas daratan yang lebih kecil dibanding luas lautan, dimana 90 merupakan wilayah lautan dan sebagiannya merupakan
wilayah daratan, wilayah ini sudah barang tentu dipengaruhi oleh hukum dan yuridiksi sebagai wilayah perairan.
Secara teritorial sejauh 12 mil laut dari garis pangkal pantai kepulauan merupakan kewenangan provinsi, artinya kapal asing mempunyai hak damai
untuk lewat dengan aman, dalam perairan ini tetapi dibatasi oleh alur di lautan yang sudah ditetapkan. Sedangkan berdasarkan Zona Ekonomi Eksklusif ZEE
ditetapkan maksimum sejauh 200 mil laut dari garis pangkal pantai, didalamnya Indonesia mempunyai kekuasaan hukum terhadap eksploitasi dan pengawasan
sumberdaya laut yang ada. Kepulauan Anambas yang terdiri dari 3 tiga Kecamatan yang diantaranya
terdiri dari Kecamatan Siantan, Kecamatan Palmatak, dan Kecamatan Jemaja, namun dalam penelitian ini Kecamatan Jemaja tidak termasuk dalam kawasan
penelitian, hal ini dilakukan karena jarak Kecamatan Jemaja sangat jauh dengan dua kecamatan lainnya. Berdasarkan hasil pengumpulan data sekunder,
pengamatan dan wawancara di lokasi penelitian, didapat sejumlah potensi pada masing-masing kecamatan di Kepulauan Anambas.
1. Terumbu Karang