Tingkat Kesejahteraan Nelayan Konsep kesejahteraan nelayan yang digunakan selama ini masih

pesisir, ini terlihat jelas dari tingkat pendidikan yang rendah, kondisi fisik dan struktur pemukiman yang masih diliputi tekstur lingkungan yang kumuh serta keyakinan terhadap mitos masih mewarnai etos kerja nelayan sebagai faktor kultural yang mengayun nelayan pada penghasilan yang sama sekali belum memadai dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga nelayan tersebut.

2.3 Tingkat Kesejahteraan Nelayan Konsep kesejahteraan nelayan yang digunakan selama ini masih

mengandalkan pendapatan perkapita sebagai indikator. Seperti diketahui bahwa konsep kesejahteraan tersebut terkait di dalamnya konsep kemiskinan. Dimana ada dua kemiskinan yang digunakan yaitu “kemiskinan relatif” dan “kemiskinan absolut”. Kemiskinan relatif adalah ukuran bagaimana pendapatan itu terbagi diantara masyarakat pada suatu wilayahlokasi. Sedangkan kemiskinan absolut adalah suatu ukuran minimal, dimana dapat dikatakan bahwa seseorang itu berada di bawah garis kemiskinan. Beberapa faktor yang menyebabkan kemiskinan nelayan, antara lain: rendahnya tingkat tekhnologi penangkapan; kecilnya skala usaha; belum efisiennya system pemasaran hasil ikan dan status nelayan yang sebagian besar adalah buruh. Dalam mengukur tingkat kesejahteraan nelayan ada beberapa indikator yang digunakan seperti indikator Perubahan Pendapatan Nelayan dan indikator Nilai Tukar Nelayan NTN. Konsep yang dilakukan Ditjen Pesisir dan Pulau – pulau Kecil P3K dalam melakukan penyusunan indikator kesejahteraan masyarakat pesisir adalah dengan menggunakan Konsep Pemetaan Kemiskinan Universitas Sumatera Utara Poverty Making. Tahap awal Ditjen P3K baru melakukan sampling di Kabupaten Sukabumi Propinsi Jawa Barat, Kabupaten Kendari Propinsi Sulawesi Tenggara dan Pesisir Pantai Propinsi Jawa Timur Ditjen P3K, 2004 a: 5. Peta kemiskinan di masyarakat pesisir dapat diukur dengan The Poverty Headcount Index. The Poverty Headcount Index menggambarkan persentase dari populasi yang hidup di dalam keluarga dengan pengeluaran konsumsi per kapita di bawah garis kemiskinan. The Poverty Headcount Index yaitu kedalaman kemiskinan di suatu wilayah merupakan perbedaan rata – rata pendapatan orang miskin dari garis kemiskinan sebagai suatu proporsi dari garis kemiskinan tersebut dan The Severity of Poverty yang menunjukan kepelikan kemiskinan di suatu wilayah Ditjen P3K, 2004 a: 7.

2.3.1 Indikator tingkat kesejahteraan nelayan

Nilai Tukar Nelayan NTN, yang pada dasarnya merupakan indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan secara relatif. Oleh karena indikator tersebut juga merupakan ukuran kemampuan keluarga nelayan untuk memenuhi kebutuhan subsistensinya, NTN ini juga disebut sebagai Nilai Tukar Subsisten Subsistence Terms of Trade. Menurut Basuki, dkk 2001, NTN adalah rasio total pendapatan terhadap total pengeluaran rumah tangga nelayan selama periode waktu tertentu. Dalam hal ini, pendapatan yang dimaksud adalah pendapatan kotor atau dapat disebut sebagai penerimaan rumah tangga nelayan. NTN dapat dirumuskan sebagai berikut : Et Yt NTN = Universitas Sumatera Utara YNFt YFt Yt + = EKt EFt Et + = Dimana : YFt = Total penerimaan nelayan dari usaha perikanan Rp YNFt = Total penerimaan nelayan dari non perikanan Rp EFt = Total pengeluaran nelayan untuk usaha perikanan Rp EKt = Total pengeluaran nelayan untuk konsumsi keluarga nelayan Rp t = periode waktu bulan, tahun, dll Asumsi dasar dalam penggunanaan konsep NTN tersebut adalah semua hasil usaha perikanan tangkap dipertukarkan atau diperdagangkan dengan hasil sektor non perikanan tangkap. Barang non perikanan tangkap yang diperoleh dari pertukaran ini dipakai untuk keperluan usaha penangkapan ikan, baik untuk proses produksi penangkapan maupun untuk konsumsi keluarga nelayan. Pengeluaran subsisten rumah tangga nelayan dapat diklasifikasikan sebagai : a konsumsi harian makanan dan miniman; b konsumsi harian non makanan dan miniman; c pendidikan; d kesehatan; e perumahan; f pakaian; dan g rekreasi. Universitas Sumatera Utara 2.4 PNPM Mandiri – KP 2.4.1 Sejarah PNPM Mandiri – KP