BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Kota Sibolga 4.1.1 Letak administrasi dan Kondisi Geografis
Kota Sibolga merupakan daerah kota pesisir yang terletak di Teluk Tapian Nauli di wilayah Pantai Barat Propinsi Sumatera Utara. Kota Sibolga
memiliki luas wilayah sekitar 10,77Km
2
atau 1.077Ha yang terdiri dari daratan Sumatera 889,16Ha dan daratan kepulauan 187,84Ha. Kota Sibolga berada antara
1 – 50 meter di atas permukaan laut, sehingga termasuk dalam daerah dataran rendah. Jarak kota ke ibukota propinsi sekitar 344Km. Secara geografis, Kota
Sibolga terletak pada garis 1 44
’
Lintang Utara dan 98 47
’
Bujur Timur, dan memiliki batas – batas wilayah sebagai berikut:
• Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Tengah
• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Tengah
• Sebelah Barat berbatasan dengan Teluk Tapian NauliKabupaten Tapanuli
Tengah •
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Tengah Secara administrasi, Kota Sibolga terdiri dari empat Kecamatan yaitu Kecamatan
Sibolga Utara, Sibolga Kota, Sibolga Sambas, Sibolga Selatan. Berdasarkan letak dan geografisnya tersebut, posisi Kota Sibolga memiliki nilai strategis sebagai
salah satu akses dalam pemanfaatan potensi sumber daya perairan Pantai Barat Sumatera. Disamping potensi perikanan tangkap, Kota Sibolga juga memiliki
Universitas Sumatera Utara
potensi wisata bahari yang cukup potensial untuk dikembangkan mengingat keindahan alam pantainya, lautnya dan pulau – pulaunya.
4.1.2 Iklim dan Curah Hujan
Iklim berpengaruh terhadap semua proses dinamika perairan yang terjadi, misalnya pola arus, sebaran panas, proses ekofisiologis biota air, dan kondisi
hidrometeorologi. Perubahan dan penyimpangan iklim akan mempengaruhi proses-proses yang ada dalam daerah tangkapan air dan badan air, seperti
hidrologi, neraca air, pola arus, sebaran panas, dan proses-proses biokimia yang ada di dalamnya. Kota Sibolga beriklim cukup panas dengan suhu maksimum
mencapai 32,3 C di bulan Februari, Mei dan Juni dan suhu minimum mencapai
22,50 C pada bulan Juli. Curah hujan rata – rata di kota Sibolga cenderung tidak
teratur sepanjang tahunnya. Curah hujan tertinggi di bulan Oktober 693,3mm, hari hujan terbanyak di bulan November 27 hari.
4.1.3 Kondisi Topografi
Kota Sibolga dipengaruhi oleh letaknya yaitu berada pada daratan pantai, lereng, dan pegunungan. Terletak pada ketinggian berkisar antara 0 - 150 meter
dari atas permukaan laut, dengan kemiringan lahan kawasan kota ini bervariasi antara 0-2 sampai lebih dari 40 .
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.1 Kondisi Topografi Kota Sibolga
Kemiringan Luas
km² Persentase
Keterangan
Datar, kemiringan 0-2 3.12
29.10 daratan 2.17 km² dan kepulauan 0.95 km²
Bergelombang lereng 2-15 0.91
8.49 daratan 0.73 km² dan kepulauan 0.18 km²
Curam, lereng 15-40 0.31
28.9 daratan 0.10 km² dan kepulauan 0.21 km²
Terjal, lereng lebih dari 40 6.31
59.51 daratan 5.90 km² dan kepulauan 0.53 km²
Total 10.77
100
4.1.4 Tata Guna Lahan
Gambaran luas wilayah Kota Sibolga berdasarkan jenis penggunaan lahan dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut ini :
Tabel 4.2. Tata Guna Lahan di Kota Sibolga Tahun 2009
No Jenis
Luas Ha Persentase
1 Jalan
98,20 9,11
2 Pemukiman
302,35 28,04
3 Bangunan UmumPerkantoran
139,69 12,96
4 Lainnya
537,76 49,89
Total
1.077,9 100
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Sibolga,2010
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Tabel 4.2 di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar wilayah Kota Sibolga adalah lainnya yaitu seluas 537,76 Ha atau sekitar 49,89 dan
termasuk di dalamnya daerah pantai, mengingat bahwa Kota Sibolga yang wilayahnya sebagian besar adalah daerah pesisir pantai. Yaitu untuk penggunaan
lahan darat terdiri atas hutan rawa, perkebunan kelapa rakyat, hutan cemara, pantai atau ruang terbuka
Hutan rawa di pulau ini terhampar memanjang di bagian tengah pulau. Hutan ini banyak ditumbuhi berbagai jenis bakau mangrove dan tumbuhan lain
yang berasosiasi dengan bakau, maupun hutan cemara pantai yang banyak dihuni berbagai satwa liar maupun satwa yang mulai langka dan perlu dilindungi seperti
burung bangau kuntul pantai, beo, elang bondol dan reptilia dari jenis biawak. Perkebunan kelapa yang dikelola oleh beberapa keluarga penduduk
terhampa mengelilingi hutan rawa. Sebagian lahan perkebunan tersebut ditumbuhi semak belukar. Hamparan perkebunan kelapa tersebut terlihat serasi dengan
morfologi dan pemandangan pulau serta tampilan pantai dan perairan di sekitar perairan sekitar Sibolga.
Kegiatan sosial ekonomi lain yang mempengaruhi pola penggunaan lahan belum terdapat di pulau ini. Hal ini berbeda dengan kondisi lokasi-lokasi wisata
lain di wilayah Tapanuli Tengah seperti Mursala, Poncan, Pantai Pandan, dsb. Di antara penggunaan lahan untuk perkebunan kelapa rakyat, terdapat tapak
mercusuar dan tapak pekuburan tua salah seorang Syekh. Mercusuar di Perairan sekitar Sibolga dibangun dengan bahan plat besi, memiliki ketinggian sekitar 20
meter, berpenampilan artistik dengan kepala suar mengadopsi bentuk prisma terbalik dan penyangga berbentuk tiang silindris. Mercusuar tersebut dalam
Universitas Sumatera Utara
keadaan tidak berfungsi. Sementara itu, kuburan tua tersebut konon merupakan kuburan salah seorang Syekh di antara 44 orang Syekh penyebar agama Islam
pertama di wilayah Barus dianggap memiliki nilai sejarah dan kultural tinggi bagi masyarakat setempat sehingga menambah daya tarik tersendiri bagi pulau ini.
Penggunaan lahan yang lain di Kota Sibolga adalah daerah tempat pembongkaran hasil tangkapan yang disebut Tangkahan. Posisinya terletak di
sepanjang Jl. Mojopahit, Kecamatan Sibolga Selatan. Di Kota Sibolga para nelayan memanfaatkan jasa tempat pembongkaranpelelangan ikan yang bersifat
swasta ataupun individu ini. Karena pada umumnya para nelayan Toke memiliki tangkahan sendiri sebagai tempat bongkar muat hasil tangkapan maupun
perbekalan untuk melaut, sehingga mereka tidak perlu mengelaurkan biaya untuk bongkarmuat kapal. Tangkahan di Kota Sibolga berjumlah 18 buah.
4.1.5 Perairan Kota Sibolga
Pada usaha penangkapan ikan di Kota Sibolga, perahu nelayan asal Sibolga dengan bobot sampai dengan 5 ton biasanya melakukan
penangkapan ikan pada wilayah di sekitar perairan Sibolga yang mencakup perairan Teluk Tapian Nauli, Pulau Mursala, Pulau Titingkus,
Pulau Poncan Gadang, Pulau Poncan Ketek, Pulau Itik, Pulau Karang, Pulau Sorkam dan sekitarnya dengan jelajah maksimum rata-rata sekitar
40 mil laut dari Sibolga. Semantara itu untuk perahu nelayan ukuran lebih besar hingga lebih dari 60 ton melakukan penangkapan hingga ke
wilayah yang lebih jauh seperti perairan Siberut Mantawai, Pulau-Pulau Batu, Pulau Simuk, Pulau Pini, Pulau Simeulue, Pulau Teupah, Pulau
Universitas Sumatera Utara
Banyak, bahkan hingga ke perairan Bengkulu dan Sumatera Barat. Perairan sekitar Sibolga memiliki ekosistem perairan yang masih alami
karena aktivitas masyarakat nelayan setempat dan kunjungan wisatawan masih sangat terbatas. Kualitas perairan masih terjaga baik karena
indikator temperatur, kejernihan, salinitas, pH dan oksigen terlarut mgl dalam rentang yang baik, sedangkan keberadaan komponen biotik seperti
bentos, fitoplankton maupun zooplankton masih melimpah. Hasil pengukuran terhadap parameter fisik kimia di perairan
Perairan sekitar Sibolga memperlihatkan bahwa temperatur air adalah 30,10ºC atau masih dalam kisaran yang normal dan umum dijumpai untuk
perairan daerah tropis. Nilai ini cukup baik dalam mendukung kehidupan berbagai biota laut di perairan perairan sekitar Sibolga terutama terumbu
karangnya, dikarenakan terumbu karang dapat hidup dengan baik pada perairan dengan kisaran suhu 18-36ºC. Perairan sekitar Sibolga memiliki
bentuk pantai yang landai yang dilengkapi dengan hamparan pasir berwarna putih dan lembut. Pantai sedemikian sangat aman dan sesuai
bagi pengembangan berbagai kegiatan wisata pantai. Selain pantai yang berpasir putih, di perairan sekitar Perairan sekitar Sibolga terdapat
bentangan terumbu karang yang cukup luas reef plat dan masih dalam kondisi baik, ditambah dengan panorama alam bawah laut taman laut
yang menarik. Berbagai jenis terumbu karang banyak dijumpai di perairan ini, dengan rataan reef plat yang membentang di sepanjang pantai bagian
utara sampai bagian barat. Tutupan terumbu karang hidup ditemukan sampai pada kedalaman 20 meter dengan dasar berupa pasir.
Universitas Sumatera Utara
4.1.6 Keadaan Penduduk Kota Sibolga
Jumnlah penduduk Kota Sibolga pada tahun 2009 adalah sebesar 96.034 jiwa, yang terdiri dari 48.151 jiwa laki-laki 47.882 jiwa perempuan.
Distribusi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3 Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kota Sibolga Tahun 2009.
Penduduk menurut Kelompok Umur
Laki-laki Perempuan
Laki-laki + Perempuan
0 – 14 33,44
31,58 32,48
15 – 64 64,93
65,39 65,17
65+ 1,63
3,03 2,35
Sibolga 100,00
100,00 100,00
Sumber: Sibolga dalam angka 2010
4.1.7 Lapangan Pekerjaan di Kota Sibolga
Sibolga merupakan kota, sehingga lapangan kerja dari angkatan kerja di domonasi oleh pegawaikaryawan sebesar 48,72. Penduduk yang berusaha
sendiri tanpa bantuan orang lain ada sekitar 29,22, berusaha dengan dibantu buru tidak tetaptidak dibayar 8,49, berusaha dengan buruh tetap 4,62, pekerja
bebas di non-pertanian sebesar 2,43, pekerja bebas di pertanian 1,51 dan penduduk yang berprofesi sebagai pekerja keluarga sebesar 5. Berdasarkan
lapangan usaha utama dapat dilihat bahwa penduduk yang bekerja di sector
Universitas Sumatera Utara
perdagangan besar, eceran, rumah makan dan hotel menempati urutan teratas yaitu 29,12, kemudian sektor jasa kemasyarakatan 23 dan sector pertanian,
kehutanan, perburuan dan perikanan yaitu 21,25
4.1.8 Pendidikan Masyarakat di Kota Sibolga
Prasarana pendidikan di lokasi penelitian masih terbatas sampai pada jenjang Sekolah Lanjutan Tingkat Atas SLTA. Sarana pendidikan terdiri atas 61
unit SD dan MI, 17 unit SLTP dan MTsN, 19 unit SLTA,MA dan SMK.
4.1.9 Kesehatan Masyarakat
Kondisi kesehatan masyarakat di wilayah studi dapat dilihat dari jenis penyakit yang sering diderita masyarakat. Jenis penyakit yang umum berkembang
di kalangan masyarakat meliputi flu, batuk, demam, sakit kepala. Diantara penyakit tersebut, flu dan sakit kepala merupakan penyakit yang sering diderita
masyarakat. Hal ini berhubungan dengan kondisi wilayah studi yang berada di antara pegunungan dan laut serta tidak menentunya cuaca di Kota Sibolga. Jumlah
sarana kesehatan yang ada di Kota Sibolga, yakni 2 rumah sakit negeri, 4 puskesmas pusat kesehatan masyarakat, 14 puskesmas pembantu, 7 balai
pengobatan.
4.2 Analisis Hasil dan Pembahasan 4.2.1 Karakteristik Umum Responden